Anda di halaman 1dari 23

Kajian Proses Pengadaan

Peningkatan Kapasitas Cetak 50 Ktpa Pt Indonesia Aluminium Alloy


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..i

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………….ii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………………...iii

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………….1

A. Latar Belakang……………………………………………………………….....3

B. Tujuan Pembuatan Kajian……………………………………………………...5

BAB II ALTERNATIF USULAN REMELTING FASE 2……………………………...5

A. Existing Condition……………………………………………………………...6
B. Alternatif Untuk Penapaian Remelt Fase 2………………………………….....6
1. Penawaran Gautchi………………………………………………………….7
2. Penawaran Foshan Hangxing………………………………………………11

BAB III KAJIAN TEKNIS ASPEK TEKNIS, BISNIS, RESIKO, REGULASI………14


A. Aspek Teknis………………………………………………………………......13
1. Flow Process penambahan MF dan jalur line casting 50 KTPA…………...14
2. Flow process dengan penambahan treatment skrap dan MF dual chamber..15
3. Flow process dengan modifikasi HF menjadi MF…...…………………… 16
B. Apek Bisnis…………………………………………………………………….20
C. Aspek Risiko…………………………………………………………………...20
D. Aspek Legal Dan Compliance…………………………………………………23
E. Rekomendasi Legal Dan Compliance……………………………………….. 23

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……………………………………..25

A. Kesimpulan…………………………………………………………………….25
B. Rekomendasi…………………………………………………………………..26

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan desain awal pabrik dan desain proyek…………………………...7

Tabel 2. Melting Furnace…………………………………………………………………8

Tabel 3. Fuel Gas Capacity Plant…...…………………………………………………….8

Tabel 4. Emision…………………………………………………………………………..9

Tabel 5. Utilities……………………………………………………………………….…10

Tabel 6. Harga …………………………………………………………………………...12

Tabel 7. Penawaran foshan hangxing ……………………………………………………12

Tabel 8. Key performance Indikator……………………………………………………..19

Tabel 9. Kajian Resiko …………………………………………………………………..23

Tabel 10. Perbandingan penawaran ……………………………………………………..23

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Timeline Rencana Pencapaian Kapasitas 50 KTPA………………………….18

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PT Indonesia Aluminium Alloy (IAA) merupakan anak perusahaan PT Indonesia Asahan Aluminium
(Persero) atau PT INALUM (Persero) yang didirikan pada tanggal 22 Mei 2020 sesuai dengan
pengukuhan yang dicatatkan dalam Akta Notaris No. 03 tanggal 22 Mei 2020 dihadapan Notaris Ny.
Trie Sulistiowarni, SH, dan pengesahan secara hukum oleh Kemenkumham pada tanggal 29 Mei 2020
melalui SK No. AHU-0025331.AH.01.01 Tahun 2020. PT IAA sebagaimana diatur dalam Anggaran
Dasar bergerak di sektor midstream dan downstream industri aluminium Indonesia.

PT INALUM (Persero), sebagai pemegang saham mayoritas PT IAA, sebagaimana yang ditetapkan di
dalam Perpres RI Nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis, sebagaimana
telah diubah dengan Perpres RI Nomor 56 tahun 2018, diamanatkan untuk melakukan pembangunan
(ekspansi) Smelter Kuala Tanjung. Selain itu, pada tahun 2014 Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia melalui Surat Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 07/M-IND/1/2014 yang
merekomendasikan PT INALUM (Persero) menambah kapasitas aluminium primer menjadi sekitar
400.000 Ton per tahun serta melakukan diversifikasi dengan memproduksi aluminium alloy. Sejalan
dengan itu PT INALUM (Persero) memiliki inisiatif strategis yang tertuang dalam RJPP PT INALUM
(Persero) yaitu mencapai pertumbuhan produksi agresif melalui aluminium sekunder, serta mandat
dari Mining Industry Indonesia (MIND ID) sebagai holding untuk mengimplementasikan program
hilirisasi yang salah satu proyek prioritasnya adalah Aluminium Remelting Plant.

Untuk menjalankan rencana strategis tersebut, PT INALUM melakukan penyetoran modal berupa aset
(inbreng) dan kas ke PT IAA. Aset (inbreng) tersebut berupa bangunan, sarana pelengkap, mesin &
peralatan dan kenderaan yang diperuntukan memproduksi billet aluminium primer namun belum
pernah dioperasikan sejak 1994.

Sebagai tahap awal, PT IAA berencana memproduksi billet aluminium sekunder dengan kapasitas
cetak 30 KTPA dan ke depannya akan memproduksi berbagai produk aluminium ekstrusi sebagai
turunannya. Selain dalam upaya mewujudkan program hilirisasi produk, PT IAA juga mendukung
program peningkatan kapasitas menjadi 50 ktpa dan mendukung kapasitas produksi aluminium PT
INALUM (Persero).

Dalam rangka mewujudkan tujuan pokok pendirian perusahaan, PT IAA berencana mengoperasikan
secara penuh fasilitas produksi billet mulai Kuartal IV tahun 2022, yaitu setelah selesainya
serangkaian pekerjaan revamping untuk merekondisi dan memodifikasi peralatan produksi guna
mengakomodasi proses billet aluminium sekunder. Diharapkan fasilitas produksi ke depannya mampu
mengolah skrap aluminium sebagai bahan baku utama sebesar minimum 70% yang diperoleh dari
internal maupun eksternal serta molten aluminium maksimum 30 % yang akan disuplai oleh PT
INALUM (Persero).

Sebagai realisasi program tersebut, PT IAA melakukan proses pengadaan untuk Proyek EPC phase 2
dengan rencana penambahan kapasitas produksi dari 30 KTPA menjadi 50 KTPA dengan penambahan
atau modifikasi antara lain yaitu : adiitional Melting Furnace, Upgrade 1 Unit HF ke MF, Install
scrap pre treatment system, yang bertujuan memperbaiki dan mengoperasikan kembali fasilitas
produksi billet aluminium yang sudah terpasang. Dasar hukum pelaksanaan Pengadaan EPC ini adalah
Peraturan Direksi Tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa PT Indonesia Aluminium Alloy No.
PER-002/DIR/IAA/2020 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direksi Tentang Pedoman
Pengadaan Barang dan Jasa PT Indonesia Aluminium Alloy No. PER-004/DIR/IAA/2021.
B. Tujuan Pembuatan Kajian
Untuk menghindari hilangnya kesempatan bisnis dan value added bagi Perusahaan serta mengingat
ketentuan di dalam Peraturan Direksi Tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa PT Indonesia
Aluminium Alloy No. PER-002/DIR/IAA/2020 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direksi
Tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa PT Indonesia Aluminium Alloy No.
PER-004/DIR/IAA/2021 pasal 67 ayat 1 maka untuk melanjutkan proses pengadaan Optimalisasi
kapasitas produksi dengan penambahan fasilitas furnace agar tercapainya target yang sudah
direncanakan berjumlah 50 KTPA .
BAB II
ALTERNATIF USULAN REMELTING FASE 2

A. Existing Condition
Saat ini PT IAA sedang beroperasi dengan kapasitas pabrik 30 KTPA per tahunnya,
dimana tentunya kapasitas ini belum mencapai maskimum dengan kapasitas pabrik ini sebenarnya.
Melaksanakan proses pengadaan untuk penambahan kapasitas fasilitas pencetakan billet dari 30 ktpa
menjadi 50 KTPA. Secara umum proyek ini akan melakukan penambahan atau memodifikasi bagian
dari peralatan furnace.
Sebagai gambaran dari Pengadaan Remelting fase 2 yang akan dilaksanakan, berikut adalah
perbandingan desain awal pabrik dan desain proyek rencana usulan Remelt Fase 2:
Rencana Ramp
Item Satuan Desain Existing
Up
A. Jenis Produk - Billet Recycle Billet Recycle
B. Rasio jenis bahan
baku
- Skrap aluminium % 70 70
(skrap ekstrusi) (skrap ekstrusi)
- Molten aluminium % 30 30
C. Kapasitas per KTPA 30 (desain) 50 (target KPI)
tahun
Tabel 1. Perbandingan desain awal pabrik dan desain proyek
Berdasarkan tabel perbandingan di atas maka beberapa tantangan yang akan dihadapi selama proyek
ini adalah:
- Pabrik saat ini beroperasi dengan kapasitas 30 KTPA desain awal billet recycle.
- Target pengoperasian peralatan khususnya proses remelting dan melt treatment sebelum
pencetakan billet menjadi sangat penting dikarenakan adanya pencapaian target penambahan
kapasitas produksi dari 30 KTPA menjadi 50 KTPA.
- Di samping itu, tingkat pengotor di dalam skrap aluminium juga menjadi tantangan di dalam
pembersihan aluminium molten dan tingkat kehilangan dalam proses pencairan (melt loss) yang
relatif besar jika dibandingkan ingot murni atau pun skrap internal (puntung billet). Sehingga
untuk mencapai produktivitas yang optimum pengontrolan proses dan parameter remelting sangat
menentukan. Tingkat keekonomian proses sangat ditentukan oleh efisiensi proses remelting ini.
Berdasarkan hasil assessment yang telah dilakukan oleh Maker (Gaustchi) pada dimana hasil review
atau penilaian terhadap kondisi mesin yang terpasang, yang kemudian dijadikan referensi di dalam
untuk pelaksanaan proyek ini terdapat poin yaitu:
- Bahwa untuk melakukan penambahan kapasitas produksi perlu ditambahkan beberapa equipment
seperti , melting furnace, modifikasi HF to MF dan scrap pretreatment system.
Beberapa maker peralatan ataupun calon kontraktor juga sudah melakukan site visit ke pabrik PT
IAA di Kuala Tanjung. Mereka telah melakukan pengecekan terkait kebutuhan penambahan kapasitas
dari 30 KTPA menjadi 50 KTPA.

B. Alternatif Untuk Pencapaian Remelt Fase 2


Adapun rekomendasi penyedia untuk penambahan kapasitas produksi dari 30 KTPA menjadi
50 KTPA sebagai berikut :
1. Additional Melting Furnace
Melting furnace adalah alat / mesin untuk melebur skrap dimana temperature melting ini
sangat tinggi dan cepat dalam melakukan peleburan skrap aluminium, pekerjaan ini meliputi
document kak, hps, dan detail engineereing, ada pun rekomendasi penambahan melting furnace
adalah melting furnace type dual chamber, melting ini sangat khusus untuk peleburan skrap
aluminium dengan metode penyaringan / filtering.
2. Upgrade Holding Furnace Menjadi Melting Furnace
Alternatif
3. Peningkatan Melting Rate
4. Install Scrap Preatreatment
5. Penambahan 1 Jalur Melting Furnace Dan Casting Table
dari Gautschi dimana maker ini sangat berkaitan dengan hampir seluruh equipment peralatan di
PTIAA Adapun yang mereka tawarkan untuk menambah kapasitas produksi dari 30 KTPA menjadi
50 KTPA sebagai berikut:
Melting Furnace
Main Technical Data
Design Melting Capacity 150 t / 24 h

Real Melting Capacity is subject to


organic contamination and meltability
of scrap
Specific Gas Consumption, - Using < 600 kWh/t
clean scrap - Using dirty scrap with < 480 kWh/t
good meltability, VOC ~ 5%
Melt content of full furnace ~ 75 t
Specific Electrical Consumption < 40 kWh/t
Preheat Chamber
Gas Burner Power (cold air pilot) 1.000 kW
Air Temperature ~ 600 °C
Scrap preheat temperature up to 500 °C
Main Chamber
Gas Burner Power (regenerative) 6.000 kW
Air Temperature max. 1100°C
Preheat temperature of combustion air ~ 900 °C
Melt surface (average) ~ 42 m²
Min. melt quantity for starting ~ 25 t
submerge melting in preheat chamber ~ 50 t
(min. heel) Max. melt transfer quantity
Side Well + Electromagnetic Pumps
Electric Power of Metal Pumps 2 x 0 – 130 kW
Generated Melt Flow between 2 x 0 – 600 t/h
chambers
Option: Electromagnetic Tapping Pump
Electric Power of Metal Pump 0 – 65 kW
Metal elevation max. 1,5 m
Dry hearth section (door sill) 1.000 x 6.100 mm
Tabel. 2 Melting Furnace
Fuel Gas Capacity Plant
Main Technical Data
Capacity 55.000 Nm³/h
Flue gas temperature 120 °C
Suction pressure at flue gas takeover 10 mbar
point
Tabel. 3 Fuel Gas Capacity Plant

Emision
Furnace flue gas values Emission Regulation
German TA-Luft IPPC
 NOx < 350 mg/Nm³ < 150 mg/Nm³
< 100 mg/Nm³ < 50 mg/Nm³
 CO < 50 mg/Nm³ < 20 mg/Nm³
 TOC
Tabel. 4 Emision

Catatan: Nilai emisi gas buang yang disebutkan mengacu pada Peraturan TA-Luft Jerman
berdasarkan nilai rata-rata setengah jam dengan masing-masing 3%. Referensi oksigen
5%.Peraturan IPPC Eropa berdasarkan nilai rata-rata harian tanpa referensi oksigen. Semua jenis
emisi selain residu pembakaran sangat bergantung pada jenis dan kontaminasi pada skrap
bermuatan tetapi juga pada komposisi bahan bakar dan perlu ditangani melalui instalasi
penyaringan gas buang (baghouse) yang sesuai.

Utilities
Utility Connected Value
Natural Gas, 0,5 – 2 bar 7.000 kW (~ 700 Nm³/h)
Electrical Energy, 3 x 440 V, 50 Hz ~ 500 kW ~60 kW
Furnace
Option: Metal Tapping and Transfer
Pump
Cooling Water requirement for 20 m³/h 10 m³/h
Electromagnetic Inductors +
Frequency Converters, max. 30°C, min
2,5 bar Option: Metal Tapping and
Transfer Pump
Emergency Cooling Water for complete min. 10 m³/h
cooling water circuit, max. 30 °C, min.
2,5 bar
Compressed Air, 6 bar Furnace Room 10 Nm³/h 15 Nm³/h
Camera
Flue Gas Treatment Plant (Baghouse) min 55.000 Nm³/h
Filter temperature: 120°C 10 mbar
suction pressure at take-over point
near furnace
Tabel 5. Utilities
Tingkat Kebisingan
Pengukuran akustik dilakukan sesuai dengan DIN 45635
“Pengukuran akustik mesin”. Tekanan suara Leq – 8 jam, menurut DIN 45641, rata-rata dalam 1 m
jarak dari kontur luar peralatan di bawah 82 dB(A). Pemuatan Kontainer Scrap tidak
dipertimbangkan dan dikecualikan dari pengukuran.
Tungku Peleburan
4.1.1 Sistem Pengisian Poros
Sistem Pengisian 2 Kontainer dengan
 2 platform pemuatan, masing-masing dengan mobil antar-jemput kontainer hopper material curah
dan skala terintegrasi untuk mencatat berat muatan
 2 wadah bekas untuk menampung bahan pengisi + 1 sebagai cadangan
 Pengangkat 4 kabel dengan rangka pengait kontainer pengisi daya untuk membongkar kontainer
konten ke dalam poros pemanasan awal
 Kunci Material di bagian atas kompartemen pemanasan awal untuk penyegelan selama proses
pengisian.
Harga

Multi Chamber Melting 3.600.000,--


Furnace Ecomelt-PS150
including - 2-Container
Charging System with 2 Filling
Positions - 3 Charging
Containers (one as spare), -
Preheat Shaft with Hot Gas
Circulation, - Regenerative
Heating System, - Metal
circulation Burners
Side Inductor for Metal 120.000,--
Tapping
Furnace Room Camera 40.000,--
Regenerator Maintenance 80.000,--
Crane
Flue Gas Treatment Plant 700.000,
Access Steelwork, Fencing and included
Safety Access according to
Hertwich Standard
Hydraulic and Pneumatic included
according to Hertwich
Standard
Electric according to Wagstaff included
Standard
Documentation, Wagstaff included
Standard
TOTAL EQUIPMENT PRICE, 3.600.000,--
EXW (excluding Options)

Recommended Spare Parts, 360.000,--


minimum
Packing and Transport DAP 420.000,--
Kuala Tanjung, Indonesia
(according INCOTERMS
2010), excluding Options
Estimate
Supervision of Installation, 480.000,--
Commissioning and Training,
excluding Options Estimate
Local Installation labour By the Buyer
Totalprice (excluding Options) 4.860.000,--
Tabel 6. Harga
6. Penawaran dari foshan hangxing dimana maker ini juga menawarkan beberapa equipment peralatan
untuk menaikaan melting rate yang berhubungan dengan penambahan kapasitas menjadi 50 KTPA,
berikut dilampirkan penawaran equipmentnya:

No Description Qty Unit Unit price


25t Regenerative natural
1 1 Set 1.750.000
gas melting furnace
2 4 inch casting table 1 Set 570.000
3 5 inch casting table 1 Set 570.000
25t winch pit frame electric
4 1 Set 480.000
control cabinet
Launder and 23’’ ceramic
5 1 Set 170.000
filter box
TOTAL 3.540.000
Tabel 7. Penawaran foshan hangxing
Pelaksanaan proyek secara bertahap proses penambahan equipment untuk mencapai
kapasitas produksi menjadi 50 KTPA lebih baik, pada akhirnya kontrol biaya menjadi lebih efisien
sekaligus mengantisipasi risiko jika terjadi kerusakan peralatan saat commissioning khususnya
terkait mesin dan peralatan yang lama. Dengan pelaksanaan secara bertahap maka setiap kerusakan
alat yang terjadi bisa segera dilakukan identifikasi masalah dan langkah perbaikan yang perlu
dilakukan. Hal ini bisa segera dilakukan karena fokus pekerjaan pada peralatan-peralatan yang di-
revamping sesuai tahapannya, di samping itu kerusakan yang terjadi tidak akan mengganggu
peralatan yang lainnya. Selanjutnya pada setiap tahap bisa dilakukan monitoring performa
peralatan untuk periode waktu tertentu untuk memperkirakan ketahanan peralatan setelah lama
tidak dioperasikan. Dengan skema bertahap ini, memungkinkan juga bagi personel operasi dapat
lebih memahami persyaratan-persyaratan khusus pabrik billet aluminium sekunder, meningkatkan
kompetensi dengan pembelajaran proses produksi dan parameter operasinya. Pada tahap awal,
kapasitas produksi diestimasikan berada pada minimum 30 KTPA, dengan memerhatikan faktor
utama yang mempengaruhi yaitu availability peralatan, melt rate remelting furnace, kualitas skrap,
dan pola pengoperasian alat. Sehingga kapasitas dapat ditentukan dalam ikatan kontrak di mana
terdapat parameter-parameter yang harus dipenuhi tidak hanya oleh Konsorsium Rekind & KSO
Asahan Citra Win tetapi juga PT IAA.
BAB III
KAJIAN TEKNIS BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, BISNIS, RESIKO DAN
REGULASI

A. Aspek Teknis
Pada prinsipnya, PT IAA ingin mengoptimalkan CAPEX dengan memaksimalkan existing
equipment. Jika terdapat ketidaksesuaian dari hasil review dan assessment equipment seperti yang
telah dijelaskan. Di samping itu, PT IAA juga memberikan peluang bagi calon Bidder untuk
memberikan alternatif proposal sebagaimana terdapat dalam kajian ini, yang dapat memberikan
keuntungan bagi Owner dengan memodifikasi desain, spesifikasi atau kondisi lain.
1. Flow Process penambahan melting furnace dan jalur line casting baru kapasitas 50 KTPA.

Charging Charging

Regeneratif Burner Melting Melting


furnace 25 T
Holding Holding

Degasser Degasser

CFF CFF

VDC VDC

BIL

Homogenizing 1

Homogenizing 2

Storage yard BSSL Cooling chamber


2. Flow Process dengan penambahan treatment skrap dan melting dual chamber

Storage skrap

Treatmen Skrap
Charging Charging

Regeneratif Burner Melting Melting


furnace 25 T
Holding Holding

Degasser Degasser

CFF CFF

VDC VDC

BIL

Homogenizing 1

Homogenizing 2

Cooling chamber

Storage yard BSSL

1. Flow Process dengan modifikasi holding furnace menjadi melting furnace

Charging

Melting

Charging Melting Holding

Degasser

CFF

VDC
BIL

Homogenizing 1

Homogenizing 2

Cooling chamber

Storage yard BSSL

Rencana alur proses yang dibuat PT IAA adalah sebagaimana pada Gambar 1 yaitu di mana
berdasarkan kajian teknis sebelumnya yaitu menggunakan penambahan melting furnace baru dengan
jalur line casting yang baru, dan gambar 2 yaitu dimana proses yang digambarkan dengan
melakukan penambahan melting dual chamber, jalur line casting yang baru dan Scrap Pre-treatment
System dilengkapi dengan shredder, separator dan decoating system sebagai awal dari keseluruhan
proses produksi Secondary Aluminium Billet. Decoating system memiliki fungsi untuk menurunkan
angka Volatile Organic Compound (VOC) menjadi maksimal 5% sebelum dilebur ke dalam Melting
Furnace untuk meminimalisasi metal loss. Dan gambar ke 3 adalaha metode modifikasi holding
furnace menjadi melting furnace untuk meningkatkan melting rate dengan menggunakan jalur line
casting existing.

Dengan kapasitas cetak yang ditargetkan mencapai 50 KTPA, maka Melting Furnace harus memiliki
laju lebur (melt rate) yang mampu mendukung target tersebut. Setelah itu cairan aluminium dari
Melting Furnace dialirkan ke Holding Furnace melalui launder. Di dalam Holding Furnace cairan
aluminium akan ditambahkan master alloy hingga mencapai komposisi target sesuai dengan seri
alloy yang akan diproses. Selanjutnya molten aluminium akan ditransfer menuju meja pencetakan
billet melalui launder, di mana selama proses tersebut dilakukan penambahan Grain Rod Refiner
(AlTiB), kemudian dilakukan proses pembersihan dengan Degasser, dan akhirnya aluminium akan
mengalir melalui unit penyaringan melalui Ceramic Foam Filter (CFF).

Proses selanjutnya yaitu proses pencetakan billet aluminium dengan menggunakan Vertical Direct
Chill Casting (VDC). Billet hasil cetak akan diangkat dari pit dengan menggunakan overhead crane.
billet tersebut kemudian akan diperiksa melalui sistim conveyor untuk diinspeksi menggunakan UT
Inspection Machine guna mengecek internal crack dan inklusi. Billet reject akan dipisahkan ke
lokasi tersendiri dari billet yang lulus inspeksi.

Setelah itu, semua billet yang lulus inspeksi akan dilakukan proses homogenizing. Guna menangani
proses transfer dari conveyor ke homogenizing, cooling chamber kemudian kembali ke conveyor
menuju sawing maka diperlukan peralatan Billet Handling System. Selanjutnya dilakukan proses
homogenizing dan cooling, billet ditempatkan pada unloading station untuk dilakukan proses lebih
lanjut diantaranya sawing dengan memotong billet hingga panjang yang ditentukan (standar produk),
marking dengan memberikan kode produksi, dan packing/stacking sesuai konfigurasi yang
ditetapkan serta labelling sesuai dengan kode produksi. Proses akhirnya adalah penyimpanan billet
yang sudah dilakukan finishing ke area penyimpanan billet (product yard).
Untuk skema pekerjaan yang sesuai dengan Stage-1 yang disebutkan, maka target kapasitas 50
KTPA akan dicapai secara bertahap. Di mana tahapan rencana pencapaian kapasitas cetak 50 KTPA
disajikan dalam timeline di bawah ini:

Gambar 1. Timeline Rencana Pencapaian Kapasitas 50 KTPA

Pada tahap awal, kapasitas produksi diestimasikan berada pada minimum 30 KTPA, dengan
memerhatikan faktor utama yang mempengaruhi yaitu availability peralatan, melt rate remelting
furnace, kualitas skrap, dan pola pengoperasian alat. Sehingga kapasitas dapat ditentukan dalam
ikatan kontrak di mana terdapat parameter-parameter yang harus dipenuhi.

Untuk selanjutnya KPI yang akan dicapai adalah sebagai berikut:


No. Item Unit Value Remarks
1. Production
1.1 Casting capacity tpa 50,000 Min
Required Condition (PT IAA
responsibility)
-Total casting cycle minute 280 Max
-Metal preparation minute 280 Max
2. Operation
2.1 Casting reject rate (per cycle) % 2 Max
heating time to reach
standard operational
2.2 Heating time CFF Box hour Max 2
temperature equipment
from ambient temperature
2.3 Heating time Casting Table hour 2 Max
2.4 Heating time launder system hour 1 Max
2.5 Cast length accuracy mm ±25
H2 content after degasser by Al-
2.6 ml/100 gr Max 0,20 ABB
Scan measurement
Metallurgical aspect (Phase β %
2.7 85 Min
transformed α after homogenizing)
3. Utility Consumption (@ 1 tprod); akan sama dengan KPI di Full Stage
Air Pollution Emission (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13
4. Tahun 1995; akan sama dengan sama dengan KPI di Full Stage

5. Industry Wastewater Drainage; akan sama dengan KPI di Full Stage


6. Noise dB(A) 85 Max.
Tabel 8. Key Performance Indicator

B. Aspek Bisnis
Sebagai informasi, kelayakan proyek untuk sensitivitas atas kemugkinan diperlukan tambahan capital
expense guna mencapai kapasitas cetak 50 KTPA setelah Pengadaan EPC ini dijalankan dan juga
seandainya kapasitas cetak 30 KTPA sebagai kapasitas yang merupakan maksimal dapat dicapai dapat
dilihat pada tabel di bawah ini
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh:
 Nilai kelayakan dari proses pengadaan existing
 Potensi terjadi perubahan dikarenakan belum dimasukkannya faktor-faktor risiko seperti potensi
kenaikan CAPEX akibat kenaikan harga baja dunia, penyesuaian indirect cost dan keterlambatan
pelaksanaan proyek.
 untuk mencapai target kapasitas cetak 50 KTPA memerlukan penambahan CAPEX karena satu dan
lain hal, masih menunjukan tingkat kelayakan yang baik.
 kapasitas cetak 30 KTPA merupakan kapasitas akhir yang dapat dicapai oleh PT IAA, tidak begitu
rendah. Nilai kelayakan masih bisa ditingkatkan dengan melakukan modifikasi atau penambahan
equipment baru untuk menunjang peningkatan kapasitas produksi.

C. Aspek Risiko
Terkait dengan proses pengadaan Revamping/EPC di mana PT IAA melakukan tindak lanjut
terhadap penawaran Bidder, Alternative Commercial Bid-2, atau di dalam TOR sebagai Stage-1,
Operate Existing Equipment telah diidentifikasi berbagai risiko yang akan terjadi. Selanjutnya PT IAA
juga sudah mengidentifikasi dampak dan usulan-usulan mitigasi risiko untuk mengantisipasi
terganggunya pelaksanaan proyek dan pencapaian target-target proyek. Detail kajian risiko sebagaimana
disampaikan pada tabel di bawah ini:

Level
No Tipe Risiko Penyebab Dampak Usulan Mitigasi Due Date
Risiko

1. C6 Legal & Perbedaan Potensi risiko compliance atas Tinggi  Melakukan analisis Juli 2021
Regulatory penawaran dengan dugaan post bidding dengan evaluasi kesesuaian
Compliance TOR, khususnya menerima alternatif penawaran yang terdiri dari
terkait kapasitas yang berbeda dengan TOR variable action,
cetak content, end time
yaitu untuk
memastikan tidak
terjadi post bidding
 Mengadministrasikan
dokumen pengadaan
dengan baik
 Berkonsultasi ke
pihak eksternal PT
IAA dalam hal ini
adalah PT INALUM
(Persero)
Level
No Tipe Risiko Penyebab Dampak Usulan Mitigasi Due Date
Risiko

Potensi temuan audit Tinggi Melakukan pengambilan Juli 2021


keputusan oleh Direksi
atas beberapa hal:

 KPI atas target


kapasitas 50 KTPA
dicapai secara
bertahap.
 Perubahan surat
jaminan pengadaan
yang dikeluarkan
oleh bank (bank
garansi) dengan
lembaga asuransi
(surety bond).

2. B11 Project Pelaksanaan proyek Jika dilanjutkan sesuai dengan Sedang  Perencanaan April
pada sebagian scope penawaran Alternative pencapaian kapasitas 2023
pada TOR (Stage-1, Commercial Bid-2 maka akan 50 KTPA secara
Operate Existing terjadi perubahan rencana bertahap dengan
Equipment) pencapaian kapasitas dari 50 melakukan review
KTPA dari tahun Q4 2022 mendalam terhadap
menjadi Q3 2024 kapasitas existing
equipment dan
rencana pencapaian
target kapasitas lebih
tepat dan efektif.
 Agar dipastikan
bahwa penawaran
pada Alternative
Commercial Bid-2
sudah mendapat
validasi dari
Technical Advisor

3. B11 Project Upaya pemenuhan Jika dilanjutkan dan ditambahkan Sedang Sinkronisasi jadwal Desember
KPI terhadap dengan upaya-upaya untuk pelaksanaan antara 2022
penawaran memenuhi KPI maka diperlukan pekerjaan Operate
Alternative sinkronisasi jadwal pelaksanaan Existing Equipment dan
Commercial Bid-2 Operate Existing Equipment dan pekerjaan lanjutan dalam
(Operate Existing pekerjaan lanjutan dalam upaya rangka mencapai target
Equipment) pemenuhan kapasitas 50 KTPA 50 KTPA pada semester
kedua tahun 2024.

4. B11 Project Keterlambatan  Jika proses pengadaan Sedang  Percepatan proses Desember
penerimaan nilai diulang, maka akan pengadaan 2022
tambah dan risiko menambah waktu proses  Review nilai HPS
biaya yang lebih sekitar 5 bulan melalui konsultan
besar.  Penyesuaian nilai HPS atau melibatkan Tim
terhadap harga terbaru seperti HPS PT INALUM
kenaikan harga baja dunia. (Persero)

5. B11 Project Nilai kelayakan dari Tidak tercapainya proyeksi Sedang  Optimalisasi SDM
proyek dengan pencapaian revenue  Pengurusan insentif 2021-
pencapaian 50 fiskal seperti, Master 2022
KTPA secara List, Tax Allowance,
bertahap dan sebagainya
 Mengupayakan harga
perolehan skrap
Level
No Tipe Risiko Penyebab Dampak Usulan Mitigasi Due Date
Risiko

aluminium lebih
ekonomis

6. B11 Project Nilai kelayakan dari Tidak tercapainya target Sedang  Mencari sumber Juli
proyek dengan keekonomian proyek bahan baku yang 2024
pencapaian hanya ekonomis
30 KTPA atau tidak  Efisiensi biaya
terlaksananya Stage- seperti, transportasi,
2 energi, dan lain-lain.

7. B11 Project Nilai kelayakan dari Tidak tercapainya target Sedang  Mencari sumber Maret
proyek dengan keekonomian proyek bahan baku yang 2023
peningkatan biaya ekonomis
CAPEX  Efisiensi biaya
seperti, transportasi,
energi, dan lain-lain.
 Project review untuk
menentukan alternatif
pencapaian kapasitas
50 KTPA

8. B2 Sourcing Alat scrap pre- Bahan baku skrap aluminium yang Sedang  Sourcing skrap April
treatment system digunakan skrap bersih (VOC < aluminium yang lebih 2022
tidak termasuk 5%) Perubahan spesifikasi bahan ekonomis.
dalam penawaran baku skrap dapat menambah  Merencanakan
beban biaya mencapai 2% LME campuran bahan baku
skrap/scrap mix yang
ekonomis (extrusion,
wire & wheel scrap)

9. B7 Facility & Dross building dan Dross building: lingkungan kerja Sedang  Dross building: April
Infrastructure weight bridge tidak kurang bersih memanfaatkan 2022
termasuk dalam Weight bridge: monitoring jumlah gedung relining
penawaran skrap yang masuk tidak terlalu sebagai tempat
akurat sementara
merupakan fasilitas yang esensial  Weight bridge;
dalam proses operasi, jika melakukan proses
dilengkapi kemudian maka akan pengadaan terpisah &
timbul pekerjaan tambahan terkait penyelarasan waktu
proses pengadaan
dengan proses pengadaan.
sehingga COD secara
keseluruhan tetap
dicapai.

10. C4 Financial Perubahan surat Pencairan uang jaminan Rendah  Lembaga asuransi 30 Juli
jaminan pengadaan seandainya kontraktor wanprestasi yang mengeluarkan 2021
yang dikeluarkan lebih lama asuransi
oleh bank (bank dipersyaratkan lebih
garansi) dengan kredibel yaitu BUMN
lembaga asuransi atau afiliasinya
(surety bond)

Tabel 9. Kajian Risiko dan Mitigasi

Kajian di atas telah di diskusikan dengan pihak Manajemen Risiko PT INALUM (Persero).

D. Aspek Legal Dan Compliance


1. Penawaran Bidder
Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Gautschi dan Foshan Hanxing seperti berikut:

Item Gautschi Foshan Hanxing


Assesment Yes Yes
Year 2018 2023
Current Bid
50 KTPA USD 17,8 juta RMB 3,5 Juta

Additional cost USD 5,0 juta


- Civil works USD2,1 juta
- Contingency USD0,9 juta
- VAT USD2.0 juta
- Technical Advisor -
Tabel 10. Penawaran bidder
E. Rekomendasi Legal Dan Compliance
Berdasarkan telaah di atas, pada dasarnya proses pengadaan dari awal sampai dengan negosiasi
kepada Alternative Commercial Bid-2 sudah merujuk kepada Perdir Pengadaan PT IAA namun ada
beberapa rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti yaitu:
1. Apabila dari verifikasi oleh requester tidak sesuai dengan Pasal 21 ayat 4 tersebut, maka
perlu dibuat persetujuan oleh Pejabat Berwenang untuk memastikan HPS masih dapat berlaku
dan sesuai dengan harga terkini.
2. Perlu ada update HPS dengan menambahkan Bea Masuk dan pajak-pajak dalam rangka
impor dan bea lainnya untuk menyesuaikan dengan Perdir Pengadaan PT IAA.
3. Bila mengacu kepada Pasal 67 tentang Ketentuan Lain ayat 1 mengenai diskresi dan
persetujuan Dewan Komisaris, maka untuk proses negosiasi yang awalnya Main Commercial
Bid kemudian dilanjutkan kepada Alternative Commercial Bid-2 perlu sekiranya dokumen
risalah Rapat Radir dan Rapat Gabungan Dewan Komisaris Mengundang Direksi serta
Pemegang Saham perlu diadministrasi dengan baik untuk menunjukan kebijakan yang
diputuskan Direksi sudah diketahui dan disetujui oleh Dewan Komisaris dan Pemegang
Saham.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
1. Secara Kajian Teknis, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
a. Main Commercial Bid merupakan penawaran dengan Scope of Project meliputi 2 fase yaitu
Stage-1, Operate Existing Equipment dan Stage-2, Finishing Overall Project sebagaimana yang
ditentukan pada TOR dengan target kapasitas cetak 50 KTPA.
b. Untuk mencapai kapasitas cetak 50 KTPA secara bertahap maka harus dilakukan penambahan
atau modifikasi pada equipment dengan target kapasitas cetak 50 KTPA per tahun.
c. Pelaksanaan proyek secara bertahap dimulai dari Scheme Owner Stage-1 (Operate Exisiting
Equipment) memiliki beberapa keuntungan bagi Perusahaan sebagai berikut:
 Pengawasan proses Revamping atau perbaikan mesin lebih baik;
 Kontrol biaya menjadi lebih efisien;
 Mengantisipasi risiko jika terjadi kerusakan peralatan saat commissioning; khususnya terkait
peralatan-peralatan yang lama;
 Setiap kerusakan alat yang terjadi bisa segera dilakukan identifikasi masalah dan langkah
perbaikan yang perlu dilakukan;
 Pada setiap tahap bisa dilakukan monitoring performa peralatan untuk periode waktu tertentu
untuk memperkirakan ketahanan peralatan setelah lama tidak dioperasikan;
 Personil operasi dapat lebih memahami persyaratan khusus pabrik billet sekunder,
meningkatkan kompetensi dengan pembelajaran proses produksi dan parameter operasi;
d. Pencapaian kapasitas 50 KTPA sesuai dengan mandat dan arahan dari Pemegang Saham dapat
dilakukan lebih terarah dan tepat sasaran dengan target pada semester 2 tahun 2024.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kajian di atas, Tim mengusulkan agar:
1. Untuk memastikan proses Pengadaan EPC saat ini sesuai ketentuan maka perlu meminta
pendapat dari pihak di luar PT IAA, seperti tim teknis PT INALUM (Persero).
2. Apabila proses Pengadaan EPC dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu proses kontrak maka
harus memperhatikan dan melakukan mitigasi risiko sesuai dengan hasil kajian agar pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan.
3. Mengingat tren harga LME aluminium saat ini dan akan datang cukup menjanjikan, maka dirasa
perlu untuk dapat segera mengoperasikan sehingga tidak kehilangan momentum LME price
rebound dan kesempatan untuk segera melakukan penetrasi pasar.
4. Selama proses pelaksanaan proyek perlu adanya bantuan pendampingan dari pihak eksternal
seperti tim teknis PT INALUM (Persero).

Anda mungkin juga menyukai