Pengembangan Ekowisata di Pulau Sintok Taman Nasional Karimunjawa Jurnal Journal of Marine Research Volume dan halaman Vol 9, No.4 , halaman 374-385 Tahun 2020 Penulis M.C. Widhiatmoko, A. Setiawan, dan A. Suryono. Reviewer Maya anindya M.L (235080100111015)
Tanggal 22 desember 2023
Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi ekosistem terumbu karang Pulau Sintok di Taman Nasional Karimunjawa dengan tujuan untuk pengembangan ekowisata bahari khususnya di bidang penyelaman. Kajian tersebut meliputi analisis kondisi biofisik ekosistem terumbu karang, pengukuran kualitas air, pengumpulan data terumbu karang dengan metode line intersep transect (LIT), dan analisis SWOT untuk menyusun strategi pengelolaan kawasan ekowisata Masu. Oleh karena itu, tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi dan kesesuaian ekosistem terumbu karang sebagai destinasi ekowisata bahari kategori penyelaman serta mengelola pengelolaan berkelanjutannya untuk menjamin keberlanjutan ekowisata tersebut. Subjek penelitian potensi pengembangan ekowisata berbasis terumbu karang di Pulau Sintok, Taman Nasional Karimunjawa. Metode penelitian Memanfaatkan kondisi biofisik dan arah strategis ekosistem terumbu karang, kami akan mengembangkan ekowisata bahari kategori selam di Pulau Sintoku di Taman Nasional Karimunjawa. Penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu survei lapangan yang meliputi pengumpulan data kepadatan terumbu, pengukuran parameter kualitas air, dan pengumpulan data terumbu dengan metode line intersep transek (LIT). Selain itu, penelitian juga mencakup analisis data yang diperoleh. Metode pengumpulan data kondisi biofisik ekosistem terumbu karang menggunakan metode LIT yang merupakan metode dasar untuk menggambarkan struktur komunitas karang berdasarkan bentuk pertumbuhan (life form). Selain itu, pengukuran parameter air seperti suhu, kecerahan, laju aliran, salinitas, dan keasaman dilakukan langsung di lokasi. Dalam menganalisis kesesuaian destinasi wisata bahari kategori penyelaman digunakan pendekatan kualitas terhadap kondisi biofisik setempat. Luasnya komunitas karang, jenis organisme, jumlah spesies ikan, kedalaman terumbu, kecerahan perairan dan kecepatan arus. Metode ini digunakan untuk menentukan kelas kesesuaian destinasi wisata bahari kategori selam berdasarkan potensi sumber daya yang ada dan parameter kesesuaian setiap kegiatan wisata.
Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pulau
Shintoku khususnya lokasi penelitian mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai ekowisata terumbu karang kategori penyelaman. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) berdasarkan analisis kesesuaian ekowisata menempatkan lokasi tersebut pada kategori “sesuai” (S2) hingga “sangat sesuai” (S1) yang dijadikan kategori penyelaman untuk ekowisata terumbu karang, bahwa ini berlaku. Selanjutnya, hasil pengukuran parameter kualitas air menunjukkan kondisi yang mendukung kegiatan ekowisata selam. Strategi pengelolaan kawasan pengembangan ekowisata di perairan Pulau Shintoku meliputi pengelolaan kawasan terumbu karang secara optimal, pencegahan kerusakan ekosistem terumbu karang, pengembangan sistem informasi, peningkatan infrastruktur pengelolaan ekowisata, dan perbaikan kawasan terumbu karang. Hukum dan peraturan Menerapkan pengelolaan terumbu karang yang berkelanjutan. Oleh karena itu, temuan menunjukkan bahwa Pulau Shintoku mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi ekowisata terumbu karang kategori penyelaman, dengan strategi pengelolaan yang diperlukan untuk menjamin keberlangsungan dan keberhasilan pengembangan ekowisata tersebut menunjukkan adanya. Kesimpulan dan saran Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pulau Shintoku mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi ekowisata terumbu karang sektor penyelaman. Berdasarkan analisis indeks kesesuaian wisata (IKW), nilai IKW tertinggi terdapat pada stasiun 4 pada kedalaman 10 m yang tergolong sangat sesuai (S1) untuk pengembangan ekowisata terumbu karang kategori penyelaman. Selain itu, kondisi lingkungan perairan Pulau Shintoku juga masih baik, dengan beragam terumbu karang dan ikan yang melimpah mendukung pengembangan ekowisata. Rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian ini mencakup berbagai strategi pengelolaan yang perlu diterapkan untuk menjamin keberlanjutan pengembangan ekowisata terumbu karang. Hal ini mencakup penetapan zonasi formal sesuai dengan karakteristik dan daya dukung terumbu karang, upaya preventif untuk mengurangi dampak negatif kegiatan penyelaman, pendidikan lingkungan hidup bagi pemandu selam dan wisatawan, serta keterlibatan pihak berwenang terkait dan masyarakat lokal untuk melindungi terumbu karang. Upaya pemantauan ekosistem juga harus dilakukan untuk mencegah kerusakan ekosistem terumbu karang, antara lain memberikan edukasi kepada masyarakat, nelayan, dan wisatawan tentang pentingnya ekosistem terumbu karang, serta mengatur penggunaan alat penangkapan ikan yang dapat merusak kawasan ekosistem terumbu karang. Oleh karena itu, kesimpulan penelitian ini adalah Pulau Shintoku mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi ekowisata terumbu karang kategori penyelaman, dengan strategi pengelolaan yang diperlukan untuk menjamin keberlangsungan dan keberhasilan pengembangan ekowisata tersebut. sebuah jenis kelamin.