Anda di halaman 1dari 23

PANCASILA

Simbol-Simbol Pancasila

Dosen Pengampu :
Dwi Noviana Komsi, M.Pd

Disusun Oleh :
Hermawan Susanto NIM : 2023.02.10.011
Defta Ayu Anggraini NIM : 2023.02.10.004

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AL-AZHAAR LUBUKLINGGAU
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah


Swt. yang telah melimpahkan hidayah,dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul ‘‘Simbol-Simbol Pancasila” tepat pada
waktunya.
Tugas ini untuk di tujukan memenuhi tugas mata kuliah Pancasila dan juga
kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dwi Noviana Komsi, M.Pd selaku
dosen pembimbing mata kuliah ini yang telah banyak memberikan bimbingan dan
arahan kepada kami sehingga terwujudnya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya,baik dari isi maupun sistematikanya.Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami,dan oleh sebab itu kami
memerlukan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan.Akhir kata,semoga makalah ini
bermanfaat.

Lubuklinggau, 21 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................2

C. Tujuan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Sejarah Lahirnya Garuda Pancasila.....................................................................3

B. Sila dan simbol dalam Pancasila..........................................................................6

C. Makna Burung Garuda Pancasila.........................................................................7

D. Hubungan Sila-sila Pancasila yang Satu dengan yang lainnya..........................15

E. Contoh Sikap yang Sesuai dengan setiap sila Pancasila....................................16

BAB III PENUTUP...........................................................................................................19

A. Kesimpulan........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila, secara yuridis formal telah diterima sebagai dasar negara
Konsekuensi kedudukannya sebagai dasar Negara adalah bahwa dalam
penyelenggaraan Negara segala gerak langkahnya harus didasarkan pada
nilai- nilai Pancasila. Namun bukan saja penyelenggaraan Negara yang
harus didasarkan pada nilai-nilai Pancasila, melainkan juga sikap dan
perilaku para penyelenggara Negara, warga Negara, lembaga-lembaga
kenegaraan, dan lembaga kemasyarakatan.
Pancasila merupakan dasar falsafah negara kesatuan republik
indonesia. Istilah pancasila bukanlah kata yang asing lagi bagi telinga kita.
Disadari ataupun tidak, banyak tempat yang sering kita datangi memiliki
bahkan memajang pancasila lengkap dengan lambang negara (garuda),
perisai hingga simbol pada sila-sila pancasila. Berdasarkan hal tersebut,
kita sebagai warga negara republik indonesia yang baik sudah sepatutnya
mengetahui dan pahan makna maupun simbol dalam sila-sila pancasila.
Namun, dewasa ini banyak sekali warga negara indonesia tidak
mengetahui bahkan tidak tahu- menahu akan simbol dan makna simbol-
simbol dalam sila-sila pancasila tersebut.
Bagaimana jika warga negara indonesia tidak memahami makna.
simbol-simbol pada setiap sila di Pancasila dan tidak mampu
mengamalkan apa yang ada pada tiap-tiap sila tersebut? Tentu akan terjadi
ketidakteraturan bahkan muncul potensi perpecahan di negara Indonesia.
Untuk memahami simbol-simbol yang ada pada pancasila demi
memperkuat persatuan di antara kita, pada makalah ini akan dimuat makna
simbol dalam sila-sila pancasila, hubungan antar sila-sila pancasila, serta
contoh penerapan sikap yang sesuai dengan sila-sila Pancasila dengan
harapan agar mudah memahaminya dan mampu mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari kita.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah lahirnya Garuda Pancasila?
2. Apa saja sila dan simbol dalam Pancasila?
3. Apa makna burung Garuda Pancasila?
4. Bagaimana hubungan Pancasila yang satu dengan yang lainnya?
5. Bagaimana contoh sikap yang sesuai dengan setiap sila Pancasila?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah lahirnya Garuda Pancasila.
2. Untuk mengetahui Apa saja sila dan simbol dalam Pancasila.
3. Untuk mengetahui Apa makna burung Garuda Pancasila.
4. Untuk mengetahui Bagaimana hubungan Pancasila yang satu dengan
yang lainnya.
5. Untuk mengetahui Bagaimana contoh sikap yang sesuai dengan setiap
sila Pancasila.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahirnya Garuda Pancasila


Setelah Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949 dan pengakuan
kedaulatan oleh Belanda melalui Konferensi Meja Bundar (1949)
Indonesia (saat itu Republik Indonesia Serikat) merasa perlu untuk
memiliki lambang negara yang dapat merepresentasikan negara.
Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama
Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder
Porto Folio Sultan Hamid II yang ditugaskan Presiden Soekarno untuk
merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang Negara,
dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, dan
beranggotakan Ki Hajar Dewantara, MA Pellaupessy, Moh Natsir dan RM
Ng Poerbatjaraka: yang bertugas menyeleksi usulan lambang negara yang
diusulkan kepada pemerintah.
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku "Bung Hatta
Menjawab" untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut
Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Setelah sayembara tersebut
diadakan, terpilih dua usulan yaitu dari M.Yamin dan Sultan Hamid II.
Kemudian Usulan Sultan Hamid II yang diterima oleh pemerintah dan
DPR. Usulan dari M.Yamin ditolak karena mengandung unsur sinar
matahari yang masih terpengaruh dari Jepang.
Usulan Sultan Hamid II diterima karena sesuai dengan apa yang
dikehendaki Presiden Soekarno bahwa lambang negara mencerminkan
pandangan hidup bangsa, dasar negara. Indonesia, di mana sila-sila dari
dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Ide
perisal Pancasila muncul ketika Sultan Hamid II yang sedang merancang
lambang negara teringat dengan ucapan Presiden Soekarno yang
menyatakan bahwa hendaknya lambang negara itu seharusnya
mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar Indonesia, yang sila-sila

3
dari dasar negara tersebut adalah Pancasila sehingga akhirnya nanti dapat
tercipta Garuda Pancasila.
Setelah rancangan terpilih, komunikasi intensif antara Sultan
Hamid II, Bung Hatta, dan Ir. Soekarno terus dilakukan untuk
penyempurnaan. Mereka sepakat untuk mengganti pita yang dicengkeram,
semula berwarna merah putih menjadi putih penuh dengan semboyan
bhineka tunggal ika.

Sultan hamid I
Tanggal 8 Februari 1950 usulan tersebut diajukan kepada Presiden
Soekarno. Usulan tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi agar
dipertimbangkan kembali keberatan terhadap penggunaan simbol manusia
yang dianggap sangat bersifat mitologis.
Setelah dilakukan perubahan, Sultan Hamid II kembali mengajukan
usulan yang baru berdasarkan berbagai masukan. Usulan yang baru ini
sudah berwujud burung rajawali garuda pancasila. Usulan tersebut
diserahkan Presiden Soekarno kepada Kabinet RIS melalui PM Moh.Hatta.
AG Pringgodigdo dalam bukunya "Sekitar Pancasila" terbitan Dep
Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara
karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya pada sidang
kabinet tanggal 11 Februari 1950 lambang negara ini diresmikan.
Soekarno terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila. Pada
tanggal 20 Maret 1950 Soekarno memerintahkan pelukis istana, Dullah,
melukis kembali rancangan tersebut; setelah sebelumnya diperbaiki antara
lain penambahan "jambul" pada kepala Garuda Pancasila, serta mengubah
posisi cakar kaki yang mencengkram pita dari semula di belakang pita
menjadi di depan pita. Dipercaya bahwa alasan Soekarno menambahkan
jambul karena kepala Garuda gundul dianggap terlalu mirip dengan Bald
Eagle, Lambang Amerika Serikat. Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II
menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu
dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara.

4
Rancangan Garuda Pancasila terakhir ini dibuatkan patung besar
dari bahan perunggu berlapis emas yang disimpan dalam Ruang
Kemerdekaan Monumen Nasional sebagai acuan, ditetapkan sebagai
lambang negara Republik Indonesia, dan desainnya tidak berubah hingga
kini.
Sejak tahun 1951, belum ada nama sah dari lambang negara
tersebut, sehingga memunculkan banyak sebutan, diantaranya Garuda
Pancasila, Burung Garuda, Lambang Garuda, Lambang Negara, Garuda
Indonesia atau hanya sekedar Garuda.
Oleh sebab itu, pada 18 Agustus 2000, melalui amandemen kedua
UUD 1945, MPR menetapkan nama resmi lambang negara. Penulisan
nama resmi lambang negara Indonesia tersebut terdapat dalam pasal 36 A
UUD 1945 yang disebutkan sebagai Garuda Pancasila.
Nama tersebut sesuai dengan desain yang digambarkan pada
lambang negara tersebut, yaitu Garuda diambil dari nama burung dan
Pancasila diambil dari dasar negara Indonesia. Burung Garuda itu sendiri
melambangkan kekuatan, sementara warna emas pada Burung Garuda itu
melambangkan kemegahan atau kejayaan. Menurut Mitologi Hindu,
Burung Garuda merupakan burung mistis yang berasal dari India. Burung
tersebut berkembang sejak abad ke-6 di Indonesia. Burung garuda yang
menjadi dasar ideologi dan lambang negara ini, yaitu Garuda Pancasila
sebenarnya adalah representasi dari elang jawa atau Javan Hawk Eagle
Nisaetus bartelsi yang memiliki warna bulu berwarna emas.
Garuda Pancasila terbagi menjadi tiga bagian dalam
pemaknaannya, yaitu gambar Garuda Pancasila sebagai burung garuda
yang tegak perkasa dengan kedua sayap membentang lebar dan kepala
menoleh ke arah kanan. Bagian yang kedua dalam lambang Garuda
Pancasila ini adalah perisai yang berbentuk jantung dengan lukisan sila-
sila pancasila tergantung di leher garuda tersebut dengan menggunakan
rantai.Bagian yang ketiga adalah pita putih yang bertuliskan semboyan
negara Indonesia yaitu "Bhinneka Tunggal Ika".

5
B. Sila dan simbol dalam Pancasila
Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila yang
berarti sendi, atas, dasar, atau peraturan tingkah laku yang penting dan
baik. Maka demikian Pancasila merupakan lima dasar yang berisi
pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik. 1 Jadi
Pancasila adalah lima dasar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bunyi kelima sila-sila Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.2

Dalam pasal 36 A Undang-Undang Dasar Tahun 1945 setelah


diamandemenkan empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002,
dicantumkan kalimat "lambang Negara ialah garuda Pancasila dengan
semboyan Bhineka tunggal ika".3 Garuda Pancasila mempunyai perisai
yang melambangkan perjuangan dan perlindungan diri untuk mencapai
tujuan. Di dalam garis hitam tebal yang melambangkan Negara merdeka
dan berdaulat yang dilintasi garis katulistiwa.
Garuda digunakam sebagai lambang Negara kesatuan Republik
Indonesia untuk menggambarkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang
besar dan Negara yang kuat. Pada bagian dada garuda pancasila terdapat
perisai yang didalamnya terdapat lima simbol gambar. Kelima gambar di
dalamnya yaitu gambar bintang, rantai, pohon beringin, kepala banteng,
dan padi kapas.

1
Maulana Arafat Lubis, Pembelajaran PPKn (Teori Pengajaran Abad 21 di SD/MI).
(Yogyakarta: Samudra Biru, 2018), hlm. 23.
2
Ari Tri Soegiti, dkk, Pendidikan Pancasila, (Semarang Unnes Press, 2016), hlm. 2.
3
Maulana Arafat Lubis, Pembelajaran PPKn (Teori Pengajaran Abad 21 di SD/MI). hlm.
36

6
C. Makna Burung Garuda Pancasila

Jumlah bulu Garuda Pancasila antara lain:


 17 helai bulu pada masing-masing sayap
 8 helai bulu pada ekor
 19 helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal ekor
 45 helai bulu di leher
Angka-angka yang menunjukkan tanggal 17 Agustus 1945 ini
bermakna historis untuk membangun proses penyadaran bagi setiap warga
negara Indonesia agar menghargai waktu dan selalu mengingat sejarahnya.
Lambang perisai yang terdapat dibagian depan Garuda Pancasila
tersebut melambangkan perjuangan dan perlindungan bangsa Indonesia.
Pada perisai terdapat garis hitam tebal yang melintang di tengah-tengah
perisai. Garis hitam tebal tersebut melambangkan garis khatulistiwa yang
melintang melewati wilayah Indonesia.

7
 Makna simbol gambar pada sila Pancasila

Di perisai yang terdapat pada Burung Garuda, mengandung lima


buah simbol yang masing- masing melambangkan sila-sila dari dasar
negara Pancasila yaitu:
1. Sila Pertama

Bintang

Pada bagian tengah perisai tersebut terdapat simbol bintang yang


memiliki lima sudut. Bintang tersebut melambangkan sila pertama
Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Lambang bintang tersebut
dianggap sebagai sebuah cahaya, seperti cahaya kerohanian yang
dipancarkan oleh Tuhan kepada setiap manusia.
Dibagian bintang, terdapat latar berwarna hitam. Latar tersebut
melambangkan warna alam yang asli yang memiliki Tuhan, bukanlah
sekedar rekaan manusia, tetapi sumber dari segalanya dan telah ada
sebelum segala sesuatu di dunia ini ada.

8
2. Sila Kedua

Rantai

Pada bagian kanan bawah, terdapat rantai yang melambangkan sila


kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Rantai
tersebut terdiri atas mata rantai yang berbentuk segi empat dan lingkaran
yang saling berkaitan membentuk lingkaran.
Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki, sedangkan yang
lingkaran melambangkan perempuan. Mata rantai yang saling berkait pun
melambangkan bahwa setiap manusia, laki- laki dan perempuan,
membutuhkan satu sama lain dan perlu bersatu sehingga menjadi kuat
seperti sebuah rantai.
3. Sila Ketiga

Pohon Beringin

9
Pada bagian kanan atas, terdapat gambaran pohon beringin yang
melambangkan sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia. Pohon beringin
merupakan pohon besar yang bisa digunakan oleh banyak orang sebagai
tempat berteduh dibawahnya. Hal tersebut dikorelasikan sebagai Negara
Indonesia, dimana semua rakyat Indonesia dapat "berteduh" di bawah
naungan Negara Indonesia. Tak hanya itu saja, pohon beringin memiliki
sulur dan akar yang menjalar ke segala arah. Hal ini dikorelasikan dengan
keragaman suku bangsa yang menyatu di bawah nama Indonesia.
4. Sila keempat

Kepala Banteng

Pada bagian kiri atas, terdapat kepala banteng. Kepala banteng


tersebut melambangkan sila keempat Pancasila, yaitu Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan.
Disini, kepala banteng memiliki filosofi sebagai hewan sosial yang
suka berkumpul, seperti halnya musyawarah, dimana orang-orang
berdiskusi untuk melahirkan suatu keputusan.
5. Sila kelima

Padi dan Kapas

10
Di bagian kiri bawah, terdapat lambang padi dan kapas. Lambang
tersebut melambangkan sila ke lima Pancasila, yaitu Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
Padi dan kapas merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni
pangan dan sandang. sebagai syarat utama untuk mencapai kemakmuran.
Hal itu sesuai dengan tujuan utama dari sila kelima ini.

 Makna Warna pada Garuda Pancasila


Ada beberapa warna yang terdapat pada Lambang Garuda
Pancasila ini. Warna-warna yang dipakai menjadi warna pada lambang
Garuda Pancasila ini memiliki arti dan makna tersendiri.
a. Warna merah memiliki artian keberanian.
b. Warna putih memiliki arti kesucian, kebenaran, dan kemurnian.
c. Warna hijau artinya adalah kesuburan dan kemakmuran.
d. Warna kuning berarti kebesaran, kemegahan, dan keluhuran.
e. warna hitam yang memiliki makna keabadian.

 Letak Warna Pada Bagian-bagian Garuda Pancasila


Warna-warna yang dipakai dalam lambang Garuda Pancasila ini
tidak boleh diletakkan sembarangan karena warna-warna tersebut sudah
ditentukan diletakkan pada bagian-bagian yang mana saja di lambang
Garuda Pancasila.
a) Warna kuning diletakkan sebagai warna Garuda Pancasila, untuk
warna bintang,rantai, kapas, dan padi.
b) warna merah digunakan sebagai warna perisai kanan bawah dan kiri
atas yang terdapat pada lambang Garuda Pancasila
c) Warna putih dipakai untuk memberikan warna perisai kanan atas dan
kiri bawah. Pita yang dicengkeram dalam Garuda Pancasila ini juga
diberikan warna putih.
d) Warna hijau digunakan sebagai warna pohon beringin.
e) Warna hitam menjadi warna kepala banteng yang terdapat dalam
lambang Garuda Pancasila ini. Warna hitam juga digunakan untuk

11
warna perisai tengah latar belakang bintang, serta untuk mewarnai
garis datar tengah perisai. Warna hitam ini juga digunakan sebagai
warna tulisan untuk semboyan "Bhinneka Tunggal Ika".

 Makna Semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam Garuda Pancasila


Pada bagian bawah Garuda Pancasila, terlihat pita putih yang
dicengkram, pita tersebut bertuliskan "BHINNEKA TUNGGAL IKA".
Tulisan tersebut ditulis dengan menggunakan. huruf latin dan merupakan
semboyan negara Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika, dalam bahasa Jawa
Kuno memiliki arti "berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Kata Bhinneka Tunggal Ika sendiri berasal dari buku Sutasoma
yang dikarang oleh seorang pujangga pada abad ke-14 dari Kerajaan
Majapahit, Mpu Tantular. Kata tersebut memiliki arti sebagai persatuan
dan kesatuan Nusa dan Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai pulau,
ras, suku, bangsa, adat, kebudayaan, bahasa, serta agama.

Peraturan penggunaaan burung garuda


Beberapa aturan penggunaan lambang negara ini diatur dalam
UUD 45 Pasal 36A dan UU No. 24 Tahun 2009 tentang bendera, bahasa,
dan lambang negara serta lagu kebangsaan. Lambang negara ini wajib
digunakan dalam
1. gedung, kantor, atau ruang kelas satuan pendidikan
2. lembaran negara, tambahan lembaran negara, berita negara, dan
tambahan berita negara
3. luar gedung atau kantor
4. paspor, ijazah, dan dokumen resmi yang diterbitkan pemerintah.
5. uang logam atau uang kertas
6. materai

 Makna Brung Garuda dalam beberapa ajaran :


Burung Garuda banyak muncul di berbagai kisah terutama di Jawa
dan Bali. Garuda melambangkan pengetahuan, kebajikan, keberanian,

12
kekuatan, kesetiaan, dan disiplin. Garuda juga memiliki sifat Wishnu(salah
satu dewa dalam hindu) sebagai pemelihara dan. juga penjaga tatanan alam
semesta. Oleh karena garuda melambangkan sesuatu yang baik inilah
burung garuda dijadikan simbol nasional Indonesia.

Pada Agama Hindu


Dalam agama Hindu, Garuda adalah keilahian Hindu, biasanya
tunggangan atau wahana (vahana) dari Dewa Wisnu. Garuda digambarkan
sebagai memiliki tubuh seorang pria yang kuat yang keemasan dengan
wajah putih, sayap merah, dan paruh elang dan dengan mahkota di
kepalanya. Dewa kuno ini dikatakan besar, cukup besar untuk
menghalangi sinar matahari.
Garuda dikenal sebagai musuh bebuyutan abadi Naga ras ular dan
dikenal memakan ular secara eksklusif, perilaku yang sama juga dimiliki
oleh short-toed eagle di India. Citra Garuda sering digunakan sebagai
pesona atau jimat untuk melindungi pemiliknya dari serangan ular dan
racun nya, karena raja burung adalah musuh bebuyutan dan penghancur
ular. Garudi Vidya adalah mantra terhadap racun ular untuk menghapus
semua jenis kejahatan.

Pada Kisah Pewayangan


Kisah kelahiran Garuda diceritakan dalam buku pertama dari epik
besar Mahabharata. Menurut epik tersebut, ketika Garuda pertama menetas
dari telur, ia muncul seolah seperti neraka yang mengamuk seperti halnya
kebakaran kosmik yang mengkonsumsi dunia pada akhir setiap zaman.
Merasa ketakutan, para dewa memohon padanya untuk berbelas kasih.
Garuda mendengar dan mengabulkan permohonan tersebut, ia mengurangi
tenaga dan ukurannya.
Di dalam babad, sejarah atau cerita-cerita kuno negara-negara
mandiri di Indonesia, sepertinya belum pernah ada yang menyebut
lambang burung Garuda, yang diwarisi dari sejarah kuno sekarang hanya

13
sang "Dwi Warna", yang pada waktu itu di sebut "Bendera Gulo Klopo"
(jawa), atau sekarang di sebut Sang Saka Merah Putih.
Dalam cerita pewayangan Ramayana juga disebutkan adanya
burung Garuda, Jatayu. Jatayu adalah sosok burung satria yang gugur
dalam peperangan melawan Rahwanaraja dalam upaya merebut dewi
Shinta. Sedangkan Rahwanaraja adalah sosok raksasa yang berkepala
sepuluh atau disebut juga Dasamuka.

Pada Agama Buddha


Di mitologi Buddha, Garuda (Pali: Garula) adalah burung predator
besar dengan kecerdasan dan organisasi sosial. Nama lain untuk Garuda
adalah Suparna (Pali: supanna), yang berarti "memiliki sayap yang baik".
Seperti Naga, mereka menggabungkan karakteristik hewan dan makhluk
ilahi, dan termasuk di antara para dewa terendah.

 Mitologi burung garuda :


Ukuran dari Garuda tidak pasti, tapi sayapnya dikatakan memiliki
rentang kilometer. Dikatakan bahwa ketika Garuda mengepakkan sayap,
mereka menciptakan angin badai yang menggelapkan langit dan meluluh
lantakkan rumah. Seorang manusia sangat kecil jika dibandingkan dengan
Garuda. Seorang pria bisa bersembunyi di salah satu bulu Garuda tanpa
terlihat (Kākātī Jātaka, J.327). Mereka juga mampu merobek seluruh
pohon beringin dari akar mereka dan membawa pohon tersebut terbang.
Garuda adalah burung Peng emas bersayap. Mereka juga memiliki
kemampuan untuk berubah menjadi besar atau kecil, serta mampu untuk
menghilang dan muncul kembali sesuka hati. Lebar sayap mereka 330
yojana (satu yojana sepanjang sekitar 12km). Dengan satu kali kepakan
sayapnya, burung Peng dapat membuat laut mengering sehingga bisa
melahap semua naga naga yang bersembunyi. Dengan kepakan sayap
lainnya, pegunungan dapat menjadi rata dan memindahkannya ke laut.
Di Indonesia dulu benar dan nyata adanya burung Garuda raksasa
seperti yang di ceritakan dalam cerita pewayangan, tercatat dalam buku

14
harian salah satu nahkoda Portugis pada awal abad XVI di sekitar lautan
Indonesia. Catatan harian nahkoda portugis tersebut pernah di ceritakan di
terbitan berkala "Marcopolo" yang di keluarkan oleh kedutaan Besar Italia
di Jakarta antara tahun 1950-1960 yang berbentuk buku dengan sampul
karton. Buku dengan tebal 70-100 halaman tersebut tidak hanya
menceritakan tentang burung Garuda tapi juga serat Niti Sruti dan Paniti
Sastra, cerita tentang para saudagar dan nahkoda Portugis (terbagi dalam 3
seri).
Sumber cerita yang tercatat dalam buku harian nahkoda partugis
tersebut adalah kisah penyelamatan seorang anak dari Sulawesi yang
terdampar di pulau Karimunjawa. Nah, di pulau Karimunjawa itulah sosok
burung Garuda raksasa terlihat sedang mencengkeram seekor kerbau.

D. Hubungan Sila-sila Pancasila yang Satu dengan yang lainnya


Sila Pancasila mulai dari sila pertama sampai sila kelima
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Memisahkan satu sila
berarti menghilangkan arti dari Pancasila. Urutan Pancasila dari sila kesatu
sampai dengan kelima adalah bersifat runtut dan tidak saling bertentangan.
Urutan kelima sila Pancasila yang mempunyai hubungan mengikat satu
dengan yang lainnya, sehingga Pancasila merupakan satu kesatuan yang
bulat dan utuh.4

Keutuhan dan kebulatan sila Pancasila dapat dilihat di bawah ini:


a. Ketuhanan yang Maha Esa adalah ketuhanan yang berkemanusiaan,
berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan sosial.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang
berketuhanan, berpersatuan, berkerakyatan dan berkeadilan sosial.
c. Persatuan indonesia adalah persatuan yang berketuhanan,
berkemanusiaan, berkerakyatan dan berkeadilan sosial.

4
Kemendikbud Republik Indonesia, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
Paket A setara SD/MI Tingkatan II Modul Tema 1, (Jakarta: Direktorat
Pembinaan.Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, 2017), hlm. 14

15
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan adalah kerakyatan yang berketuhanan,
berkemanusiaan, berpersatuan, dan berkeadilan sosial.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia adalah keadilan yang
berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan dan berkerakyatan.

E. Contoh Sikap yang Sesuai dengan setiap sila Pancasila


Pancasila sebagai dasar negara artinya Pancasila dijadikan dasar
atau pedoman mengatur kehidupan di Indonesia. Sebagai warga negara
yang baik, harus melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila baik dalam kehidupan dirumah, sanggar belajar, masyarakat,
maupun bernegara. Adapun penanaman sikap yang sesuai dengan setiap
sila pancasila dimulai sejak dini, salah satunya siswa/i MI/SD. Berikut
sikap siswa/i MI/SD yang merupakan pengamalan sila-sila Pancasila
adalah sebagai berikut

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


Sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, sila
ini berhubungan terhadap perilaku kita sebagai umat kepada Tuhannya.
Berikut contoh sikap siswa/i yang mencerminkan di sila pertama:
a. Berusaha menjadi anak soleh/solehah atau menjadi anak yang dekat
kepada agama serta berbakti kepada orangtua
b. Mengajak teman untuk sholat berjamaah
c. Saling menghormati teman yang berbeda agama

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita sebagai manusia yang
pada hakikatnya semua sama di Dunia ini. Berikut contoh sikap siswa/i
yang mencerminkan di sila kedua mengakui persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia tanpa membedakan:
a. Bertingkah sopan dan santun terhadap guru dan orangtua

16
b. Bersikap adil sesama teman di sekolah maupun di rumah
c. Membela teman-teman yang ditindas atau yang diperlakukan dengan
tidak adil oleh teman-teaman yang lain.

3. Persatuan Indonesia
Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita sebagai warga Negara
Indonesia untuk bersatu membangun negeri ini. Berikut contoh sikap
siswa/i yang mencerminkan sila Ketiga":
a. berteman dengan siapa saja.
b. tidak mudah bertengkar antar sesame teman maupun keluarga.
c. mudah memaafkan teman yang sudah membuat kesalahan.

4. Kerakyatan Yang di Pimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan
Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita untuk selalu
bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah. Berikut contoh sikap
siswa/i yang mencerminkan di sila Keempat":
a. Memilih petugas-petugas kebersihan kelas dengan adil.
b. Memecahkan masalah secara musyawarah.
c. Menghargai pendapat oranglain.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Sila ini berhubungan dengan perilaku siswa/i dalam bersikap adil
terhadap semua orang. Berikut contoh sikap yang mencerminkan di sila
Kelima"
a. Membantu teman yang sedang kesulitan.
b. membersihkan kelas secara bersama-sama.

Penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila secara


objektif untuk mewujudkan kesamaan hak bagi setiap warga negara,

17
pemerataan, kesejahteraan dan keadilan. Penyimpangan dari nilai
pancasila harus segera ditinggalkan dan menerapkannya secara benar.5

5
Sulaiman, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, (Banda Aceh Penerbit
PeNA, 2016), hlm.8

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila terdiri atas 5 sila yang masing-masing sila memiki simbol
tersendiri, yakni. Ketuhanan yang maha esa (Bintang), Kemanusiaan yang
adil dan beradab (Rantai), Persatuan Indonesia (Pohon Beringin),
Kerakyatan yang Dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan (Kepala Banteng), Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia (Padi dan Kapas).
Dari setiap simbol pada sila-sila Pancasila memiliki makna masing-
masing.Tiap-tiap sila Pancasila saling berhubung satu sama lain, baik itu
dari sila pertama hingga sila terakhir.

19
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Maulana Arafat, (2018), Pembelajaran PPKn (Teori Pengajaran Abad 21


di SD/MI), Yogyakarta: Samudra Biru.

Soegiti, Ari Tri, dkk, (2016), Pendidikan Pancasila, Semarang: Unnes Press.

Kemendikbud Republik Indonesia, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


(PPKn) Paket A setara SD/MI Tingkatan II Modul Tema 1, Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, 2017.

Vertika, Nadia, Contoh Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari".


Tersedia secara online di http:// Independent.academia.edu/nadiavertika,
21 Desember 2023.

Sulaiman, (2016), Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Banda


Aceh: Penerbit PeNA.

20

Anda mungkin juga menyukai