Anda di halaman 1dari 23

MAKNA PANCASILA DALAM KONSEP,

PRINSIP DAN NILAI

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Pancasila
Dosen Pengampu : Khairul Mulkan ,M.Hum

Oleh
Ajeng Widi Astuti (0206211028)
Alfatunisah (0206211032)
AnandaLukLuk I'LMunawarah Sitorus (206211023)
Muhammad Syahrial Nasution (0206183032)

JURUSAN ILMU HUKUM


UINSU

MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Makna
Pancasila Dalam Konsep, Prinsip, dan Nilai”  ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh bapak Khairul Mulkan ,M.Hum pada bidang studi ilmu hukum
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang makna
pancasila bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Khairul Mulkan ,M.hum selaku


dosen mata kuliah Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Medan, 8 September 2021

ii
MAKNA PANCASILA DALAM KONSEP,
PRINSIP DAN NILAI

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Pancasila
Dosen Pengampu : Khairul Mulkan ,M.Hum

Oleh
Ajeng Widi Astuti (0206211028)
Alfatunisah (0206211032)
AnandaLukLuk I'LMunawarah Sitorus (206211023)
Muhammad Syahrial Nasution (0206183032)

Menyetujui:
Dosen Pengampu,

Khairul Mulkan ,M.Hum


NIP.

iii
DAFTAR ISI

Hal
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iv
BAB I Pendahuluan.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah....................................................................................... 1
D. Hakikat Pancasila.................................................................................... 2
E. Filsafat (Nilai-nilai) Pancasila................................................................. 3
F. Penerapan/Implementasi Di era reformasi.............................................. 6
BAB II Pemahaman Pancasila.......................................................................... 8
A. Makna Pancasila...................................................................................... 8
B. Nilai-Nilai Pancasila............................................................................... 9
C. Cara Pengamalan Pancasila..................................................................... 17
D. Tujuan Mengamalkan Pancasila.............................................................. 18
Daftar Pustaka................................................................................................... 19

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat diartikan
kesimpulan bahwa pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa indonesia, sebagai dasar pemersatu,
lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan negara.
Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dianut bangsa indonesia tak ada
yang mampu menandinginya. Indonesia yang terdiri atas berbagai dan suku bangsa
dapat dipersatukan oleh pancasila. Itu sebabnya sering kali pancasila dianggap
sebagai ideologi yang sakti. Siapa pun yang mencoba menggulingkannya, akan
berhadapan langsung dengan seluruh komponen-komponen kekuatan bangsa dan
negara indonesia.
Sebagai dasar negara republik indonesia ( way of life ), pancasila nilai nilainya
telah dimiliki oleh bangsa indonesia sejak zaman dulu. Nilai-nilai tersebut meliputi
nilai budaya, adat – istiadat dan religius yang diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Jati diri bangsa indonesia melekat kuat melalui nilai-nilai tersebut yang
dijadikan pandangan hidup. Tindak-tanduk serta perilaku masyarakat nusantara
sejak dahulu kala telah tercermin dalam nilai-nilai pancasila. Untuk itu, pendiri
republik indonesia berusaha merumuskan nila nilai luhur itu kedalam sebuah
ideologi bernama pancasila.

B. Rumusan Masalah
1. Makna Pancasila dalam konsep, prinsip, dan nilai.

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui makna Pancasila dalam konsep, prinsip, dan nilai
2. Mahasiswa mampu menjelaskan makna Pancasila dalam konsep, prinsip,
dan nilai.

1
D. Hakikat Pancasila
Sebagai ideologi, Pancasila berhakikat (berperanan utama) sebagai: (a)
pandangan hidup bangsa, (b) dasar negara, dan (c) tujuan nasional (negara).
Sebagai pandangan hidup bangsa, hakikat Pancasila diwujudkan dalam P-4
(yang saat ini dicabut oleh MPR hasil Sidang Istimewa 1998), yang lebih lanjut
dilaksanakan dalam bentuk Anggaran-Dasar (AD) bagi masing-masing organisasi
sosial-politik (seperti Ormas, LSM, Parpol) dan Kode-Etik (KE) bagi masing-
masing organisasi profesi/keahlian (seperti IDI, PGRI, Ikahi)—yang teknis-
operasionalnya berbentuk Anggaran-Rumah-Tangga (ART).
Sebagai dasar negara, hakikat Pancasila diwujudkan dalam Batang Tubuh
UUD 1945, yang lebih lanjut dilaksanakan dalam bentuk Peraturan Perundang-
undangan (Tap. MPR, UU, PP, Keppres, Perda, dst.)—yang teknis operasionalnya
berbentuk Surat-Edaran (SE) berupa Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) atau Petunjuk
Teknis (Juknis).
Sebagai tujuan nasional (bangsa)/negara, hakikat Pancasila diwujudkan
dalam Garis-garis Besar daripada Haluan Negara (GBdHN) (seperti Propenas)
yang lebih lanjut dilaksanakan dalam bentuk Repetanas (seperti APBN) yang
teknis-operasionalnya berupa Proyek (seperti DIP/DUK, DIK, DIKS).
Dengan demikian, hakikat pandangan hidup Pancasila berbentuk pada norma
moral bangsa Indonesia; hakikat dasar negara Pancasila berbentuk pada norma
hukum negara Indonesia; dan hakikat tujuan nasional/negara Pancasila berbentuk
pada norma politik (kebijakan) pembangunan nasional Indonesia. Pemahaman
tersebut bersumber pada kerangka dan substansi nilai-nilai yang termuat dalam
Pembukaan UUD 1945. Pembukaan ini merupakan Teks Proklamasi Kemerdekaan
NKRI yang lengkap dan terinci. Teks Proklamasi itu sendiri lahir melalui proses
sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, dari yang semula sebagai
budaya suku-suku asli, berkembang dalam budaya kerajaan-kerajaan besar (Kutai,
Sriwijaya, Majapahit, dst), kemudian dipengaruhi oleh budaya agama-
agama/penjajah-penjajah, sampai akhirnya dipengaruhi pula oleh ideologi-ideologi
besar dunia (bahkan sampai kini di era globalisasi informasi). Jadi, hakikat

2
Pancasila (demikian pula UUD 1945) tidak lahir secara mendadak, tetapi mereka
ditempa oleh sejarah lahirnya Indonesia sebagai suatu bangsa.

E. Filsafat (Nilai-nilai) Pancasila


Secara filsafat, Pancasila merupakan sistem-nilai-ideologis yang berderajat.
Artinya, di dalamnya terkandung nilai-luhur (NL), nilai-dasar (ND), nilai-
instrumental (NI), nilai-praksis (NP), dan nilai-teknis (NT). Agar ia dapat menjadi
ideologi bangsa dan negara Indonesia yang lestari tetapi juga dinamis/berkembang,
NL dan ND-nya harus dapat bersifat tetap, sementara NI, NP, dan NT-nya harus
semakin dapat direformasi sesuai dengan perkembangan tuntutan zaman.

5.1 Ketuhanan Yang Mahaesa


Di dalamnya terkandung nilai-nilai bahwa NKRI bukan sebagai Negara Agama
dan bukan pula sebagai Negara Sekuler, tetapi NKRI ingin dikembangkan
sebagai Negara Beragama.
Sebagai bukan negara-agama, NKRI tidak menerapkan hukum agama
tertentu sebagai hukum positif, artinya: (1) ideologi negara tidak berasal dari
ideologi agama tertentu, (2) Kepala Negara tidak harus berasal dari Kepala
Agama tertentu, (3) konstitusi negara tidak dari Kitab Suci agama tertentu.
Sebagai bukan negara sekuler, NKRI tidak memisahkan urusan negara dari
urusan agama, artinya: (1) keputusan negara harus didasarkan pada ajaran
agama-agama, (2) suara terbanyak dalam lembaga MPR, DPR, dan lain
sebagai-nya harus dilandaskan pada kesesuaiannya dengan ajaran Tuhan Yang
Mahaesa. Sebagai negara beragama, NKRI mendasarkan pengelolaan negara
pada hukum positif yang disepakai oleh bangsa (MPR, DPR+Pemerintah) yang
warga negaranya beragam agama, sementara negara pun tidak boleh
mencampuri urusan aqidah agama apapun, tetapi negara wajib melindungi
agama apapun.
Di sini terkandung tekad bahwa mereka yang ber-Aliran Kepercayaan tidak
diwajibkan (secara hukum positif) untuk beragama, tetapi mereka dibina oleh

3
Negara (Pemerintah dan Masyarakat) untuk: (1) tidak menjadi atheis, (2) tidak
membentuk agama baru, atau (3) sedapat mungkin memilih salah satu agama
yang resmi diakui Negara (karena lebih banyak kedekatan ajarannya).

5.2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Di dalamya terkandung nilai-nilai bahwa NKRI merupakan Negara ber-HAM
(kemanusiaan), Negara ber-Hukum (yang adil), dan Negara ber-Budaya (yang
beradab).
Sebagai negara yang ber-HAM, NKRI ingin mengembangkan dirinya
sesebagai negara yang melindungi dan menegakkan HAM bagi
warganegaranya. HAM dimaksud adalah yang sesuai dengan hukum positif
Indonesia dan budaya bangsa Indonesia.
Contoh, karena hukum positif Indonesia bersumber pada Ketuhanan Yang
Mahaesa, maka HAM seperti euthanasia (seperti di Selandia Baru, Belanda)
atau aborsi (seperti di Irlandia Utara dan Skotlandia) tidak bisa diundang-
undangkan (tidak bisa dijadikan hukum positif di Indonesia).
Sebagai negara yang ber-Hukum, NKRI ingin melindungi dan
mengembangkan: (1) supremasi hukum, (2) persamaan di muka hukum, (3)
menegakkan HAM, dan (4) membudayakan kontrol publik/sosial/masyarakat
atas jalannya pemerintahan yang baik dan bersih (good governance).
Sebagai negara yang ber-Budaya/Adab, NKRI ingin mengembangkan: (1)
cipta, yang dapat melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi, (2) karsa, yang
dapat melahirkan moral dan etika, (3) rasa, yang dapat melahirkan seni dan
estetika, serta (4) karya, yang dapat melahirkan karya-karya monumental dalam
arti yang seluas-luasnya. Sebagaimana diketahui, keempatnya itu merupakan
unsur dari budaya/adab

5.3 Persatuan Indonesia


Di dalamnya terkandung nilai-nilai bahwa NKRI menyatakan diri sebagai
negara yang diikat oleh ‘persatuan’ dan ‘kesatuan’. Nilai persatuan berprinsip

4
pada ‘bersatu dalam keberagaman/ keberbedaan / ketidaksamaan /
heterogenitas’. Sementara, nilai kesatuan berprinsip pada ‘bersatu dalam
keseragaman/ketidakberbedaan/kesamaan/homogenitas’. Nilai-persatuan
sebagai faktor penopang dan pemberi peluang nilai-nilai demokratisasi,
sivilisasi, penegakkan HAM, madanisasi, dan partisipasi (singkatnya kedaulatan
rakyat). Sementara, nilai-kesatuan sebagai factor penopang dan pemberi
peluang nilai-nilai otokratisasi, militerisasi, etatisasi, dan mobilisasi (singkatnya
kedaulatan negara).
Sila ketiga ini (Persatuan Indonesia, bukan Kesatuan Indonesia)—dengan
demikian—lebih akan mengedepankan dan memprioritaskan NKRI sebagai
negara yang berjiwa civil society.

5.4 Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
Di dalamnya terkandung makna bahwa NKRI menerapkan asas kerakyatan;
asas ini sebagai landasan penerapan kedaulatan rakyat; kedaulatan rakyat ini
sebagai basis demokrasi; dan prinsip-prinsip demokrasi itu bersifat universal
bagi bangsa-bangsa beradab di dunia. Sebagai negara demokrasi, NKRI
menerapkan prinsip-prinsip: (1) pembagian kekuasaan antarlembaga negara, (2)
pemilu yang bebas, (3) multi parpol, (4) pemerintahan mayoritas, perlindungan
minoritas, (5) pers yang bebas, (6) kontrol publik/sosial, (7) negara untuk
kesejahteraan rakyat dan pelayanan publik, (8) dan seterusnya.
Jadi, NKRI merupakan negara demokrasi yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat adalah pemimpin yang berakal sehat,
rasional, cerdas, terampil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat
fisis/jasmaniah; sementara kebijaksanaan adalah pemimpin yang berhatinurani,
arif, bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat psikis/
rohaniah. Jadi, pemimpin yang hikmat-kebijaksanaan itu lebih mengarah pada
pemimpin yang profesional (hikmat) dan juga dewasa (bijaksana).

5
Itu semua—negara demokratis yang dipimpin oleh orang yang dewasa
profesional—dilakukan melalui tatanan dan tuntunan permusyawaratan/
perwakilan. Tegasnya, sila keempat menunjuk pada NKRI sebagai negara
demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh orang profesional-dewasa melalui
sistem musyawarah (government by discussion).

5.5 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Di dalamnya terkandung makna keadilan-sosial (keadilan-socius) atau
pemerataan-bersama bagi seluruh-rakyat (atas dasar keadilan distributif), bukan
keadilan bagi segolongan/pemerintah/penguasa.
Dengan demikian—secara filsafat (hakikat)—kelima-sila tersebut
dipahami sebagai sistem-nilai-yang-mencakup/meliputi (satu kesatuan nilai
Pancasila), yaitu bahwa Sila-1 melandasi Sila-sila ke-2, 3, 4, 5; Sila ke-2
melandasi Sila-sila ke-3, 4, 5; Sila ke-3 melandasi Sila-sila ke-4, 5; dan Sila ke-
4 melandasi Sila ke-5. Sehingga, sebagai contoh, bila berbicara Demokrasi
Pancasila misalnya, maka dapat dipahami bahwa Sila ke-4 (negara demokrasi)
itu yang dilandasi oleh Sila ke-1 (norma agama), yang menjunjung tinggi Sila
ke-2 (HAM, negara hukum, negara budaya), yang mengutamakan Sila ke-3
(persatuan dan kesatuan bangsa), dan yang untuk kepentingan Sila ke-5
(keadilan sosial bagi seluruh rakyat).

F. Penerapan/Implementasi di Era Reformasi


Hakikat (sila-sila Pancasila) dalam penerapannya (implementasinya) pernah
“disalah tafsirkan” di masa Orde Lama (berupa Trisila kemudian Ekasila),
“disepihak tafsirkan” di masa Orde Baru (P-4, asas tunggal Pancasila, referendum,
massa-mengambang), dan “direformasi tafsirkan” (masih diproses oleh BP-MPR,
karenanya belum final, dan direncanakan akan dituntaskan pada Sidang Tahunan
MPR bulan Agustus 2002 pada agenda Perubahan-IV UUD 1945) di masa Era
Reformasi.

6
Atas dasar itu, tampak bagi kita bahwa pemahaman dan penerapan Pancasila
dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan dinamika global, dinamika
nasional, dan dinamika lokal/daerah, yang pada akhirnya diarahkan untuk
kepentingan bangsa/nasional dan NKRI. Ini yang dimaksud dengan salah satu
makna reformasi-ideologis.
Namun demikian, proses reformasi itu dapat dipahami dari berbagai sudut
pandang (kacamata), yang salah satunya (kacamata filsafat-nilai Pancasila)
sebagaimana dilampirkan.

7
BAB II
PEMAHAMAN PANCASILA

A. Makna Pancasila
Dalam Pancasila terkandung berbagai makna yang perlu dipahami setiap manusia
Indonesia, adapun makna yang dimaksud adalah :
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Bangsa Indonesia percaya dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena
Tuhan adalah pencipta alam semesta beserta segala isinya baik benda mati
maupun benda hidup.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Bangsa Indonesia adalah manusia yang memiliki martabat yang tinggi.
Sehingga keputusan yang di ambil harus berdasarkan norma yang obyektif.
3. Sila Persatuan Indonesia
Bersatunya bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Persatuan merupakan
wujud paham kebangsaan.
4. Sila Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
 Kerakyatan berarti sekelompok orang mendiami wilayah Indonesia
 Kerakyatan berarti juga kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat
 Hikmat Kebijaksanaan berarti sikap yang dilandasi dengan penggunaan akal
pikiran yang sehat selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan
 Permusyawaratan berarti tata cara yang khas Indonesia untuk merumuskan
dan memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak rakyat sehingga tercapai
keputusan berdasarkan mufakat
 Perwakilan berarti suatu tata cara untuk mengusahakan ikut sertanya rakyat
mengambil bagian urusan bernegara melalui badan-badan perwakilan seperti
MPR, DPR, DPD, DPRD.

8
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat disegala bidang
kehidupan dan lapisan masyarakat seperti halnya dalam politik, hukum,
ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sosial – budaya Seluruh rakyat Indonesia
berarti setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia baik yang berdiam di
wilayah Indonesia maupun yang berdiam diluar wilayah Indonesia Cita-cita
bangsa Indonesia ialah pencapaian masyarakat adil dan makmur.

B. Nilai – Nilai Pancasila


Nilai-nilai dalam Pancasila bertujuan membentuk sikap positif manusia sesuai
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
1. NILAI
Berbicara tentang nilai, maka nilai berarti sesuatu yang berguna, berharga,
indah yang memperkaya batin, yang menyadarkan manusia akan harkat dan
martabatnya. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila sesuatu itu berguna,
berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai moral etis), religius
(nilai agama). Nilai dapat dibagi 3 yaitu :
a. Nilai Material yaitu segala sesuatu berguna bagi manusia.
b. Nilai Fital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan dan aktivitas.
c. Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai Kerohanian ini dapat pula dibagi 4 yaitu :
1) Nilaikebenaran – kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia (
ratio,budi,cipta )
2) Nilai keindahan yang bersumber pada unsur manusia
3) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak
kemauan manusia. (will, karsa, ethic )
4) Nilai religius yang merupakan nilai ketuhanan kerohanian yang
tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber pada kepercayaan
dan keyakinan manusia.

9
Jadi yang punya nilai itu tidak hanya sesuatu yang berwujud benda material
saja, tetapi juga sesuatu.yang tidak berwujud benda material. Bahkan sesuatu
yang bukan benda material itu dapat menjadi nilai yang sangat tinggi dan
mutlak bagi manusia.

2. NORMA
Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan
sehari – hari berdasarkan motivasi tertentu.
Norma sesungguhnya perwujudan martabat manusia sebagai mahkluk
budaya, sosial, moral dan religi suatu kesadaran sikap luhur yang di kehendaki
oleh tata nilaiuntuk di patuhi. Oleh sebab itu norma dalam perwujudannyan
dapat berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan ,norma hukum
dan norma sosial.
Pada dasarnya manusia cenderung untuk memelihara hubungan dengan
Tuhan, masyarakat dan alam sekitarnya yang selaras. Jadi manusia berusaha
untuk menjalin hubungan yang bersifat vertikal ( Tuhan ) dan bersifat
horizontal ( masyarakat ) dan hubungan vertikal horizontal ( dalam lingkungan
alam ) secara seimbang, selaras,serasi berbagai penyesuaian, adaptasi
dilakukan oleh manusia agar mampu mepertahankan eksistensinya.
Sikap demikian itu menyadarkan perlunya pengendalian diri,baik terhadap
manusia,lingkunga maupun terhadap Tuhan. Kesadaran tentang hubungan yang
ideal demikian menumbuhkan kepatuhan terhadap aturan – aturan, kaidah atau
norma.

3. MORAL
Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingah
laku dan perbuatan mausia.seorang pribadi, yng taat kepada aturan – aturan,
kaidah, norma yang berlaku dalam masyarakat dianggap sesuai dan bertindak
benar secara moral.jika sebaliknya yang terjadi, maka pribadi itu di anggap
tidak bermoral.

10
Moral dalam perwujudanya dapat berupa aturan, atau prinsip – prinsip yang
benar,terpuji dan mulia.moral dapat berupa kesetiaa,kepatuhan terhadap nilai
dan norma yang mengikat kehidupan bermasyarakat,negara dan bangsa.moral
dapat dibedakan seperti moral ke Tuhanan, agama, moral filsafat, etika, hukum,
ilmu dsb.
Jadi dengan demikian nilai, norma, moral secara bersama – sama mengatur
kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya. Dalam pancasila terdapat
himpunan nilai – nilai dasar apabila nilai – nilai tersebut dilaksanakan harkat
manusia Indonesia dapat menjadi baik dan bermutu.

NILAI–NILAI SILA – SILA PANCASILA


1. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
Keyakinan adanya Tuhan berarti kepercayaan yang berpangkal dari kesadaran
manusia sebagai mahkluk Tuhan.
Atas keyakinan yang demikian maka negara Indonesia berdasarkan ketuhanan
Yang maha Esa.negara memberi jaminan sesui dengan keyakinannya untuk
beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.tidak boleh ada
pertentangan dalam hal ketuhanan,tidak boleh ada sikap anti Tuhan serta anti
kehidupan beragama.
Di Indonesia tidak boleh ada paham yang meniadakan atau mengingkari adanya
Tuhan Yang maha Esa, yang ada hanyalah adanya Tuhan dengan toleransi
terhadap kebebasan untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya dan
beribadah menurut agamanya itu.
Ketuhanan yang maha Esa merupakan sumber pokok nilai kehidupan bangsa
Indonesia.dalam sila ketuhanan itu tercakup nilai religius yang mengatur hubungan
negara dengan agama, hubungan manusia dengan sang pencipta serta nilai yang
menyangkut hak asasi yang paling asasi.

11
2. NILAI KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan
manusia yang di dasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan
dengan norma – norma kebudayaan pada umumnya.
Dalam nilai kemanusiaan yang adil dan beradab adalah nilai yang merupakan
refleksi dari martabat manusia yang memiliki potensi kultural. Potensi ini di hayati
sebagai hal yang bersilat umum dan di punyai oleh semua bangsa.
Menurut sila kemanusiaan yang adil dan beradab setip manusia Indonesia
adalah bagian dari warga dunia yang meyakini adanya prinsip persamaan harkat
dan martabat sebagai hamba Tuhan.
Dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab ini tercakup nilai – nilai yang
menyangkut hak dan kewajiban asasi warga negara manusia Indonesia. Setiap
warga negara Jamin hak serta kebebasannya yang mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan, dengan masyarakat dan lingkungan.
Dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung nilai cita kasih
yang harus dikembangkan, nilai etis yang menghargai keberanian untuk membela
kebenaran, santun dan menghormati, harkat dan kemanusiaan.

3. NILAI PERSATUAN INDONESIA


Persatuan bermakna idiologis, ekonomi, politik, sosial – budaya dan keamanan.
Bila persatuan dikembangkan dari pengalaman sejarah bangsa Indonesia. Nilai
persatuan itu didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam
wadah negara yang merdeka dan berdaulat.
Faktor persatuan merupakan faktor dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Persatuan bertujuan untuk memajukkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Perwujudan persatuan Indonesia adalah manifestasi paham kebangsaan yang
memberi tempat bagi keragaman budaya atau etnis. Paham kebangsaan merupakan
wujud asas kebersamaan solidaritas serta rasa bangga dan kecintaan kepada bangsa
dan kebudayaan.

12
Sila persatuan Indonesia ini mengandung :
 Nilai – nilai kerohanian dan nilai etis yang mencakup kedudukan dan
martabat manusia Indonesia untuk menghargai keseimbangan antara
kepentingan pribadi dan masyarakat.
 Nilai yang menjunjung tinggi tradisi kejuagan dan kerelaan untuk
berkorban dan membela dan kehormatan bagsa dan Negara.
 Nilai yang patriotik serta penghargaan rasa kebangsaan sebagai realitas
yang dinamis.

4. NILAI KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT


KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN
Dalam sila kerakyatan ini diakui bahwa negara RI menganut asas Demokrasi yang
bersumber padanilai-nilai kehidupan yang berakar dalam budaya bangsa
Indonesia.
Perwujudan asas dasar demokrasi dipersepsi sebagai paham kedaulatan rakyat,
yang bersumber pada nilai kebersamaan, kekeluargaan dan gotong royong. Dalam
sila ke 4 ini tercermin nilai yang mengutamakan kepentingan negara dan
masyarakat yang harus didahulukan.
Dalam sila ini tercakup nilai yang lebih menghargai kesukarelaan, dan
kesadaran dari pada memaksakan sesuatu kehendak pada orang lain. Sila ke 4 ini
mengandung keyakinan atas nilai kebenaran dan keadilan dalam menegakkan
kehidupan yang bebas adil dan sejahtera.

5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA


Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam, masyrakat disegala bidang
kehidupan baik material maupun spiritual.
Keadilan sosial juga menjamin setiap warga negara diperlakukan dengan adil
dalam bidang hukum, ekonomi, budaya, sosial. Kedudukan pribadi dan kedudukan
masyrakat ditempatkan dalam hubungan keselarasan dan keserasian.

13
Sila ke 5 ini mengandung nilai vital yaitu bersama mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial, dalam makna untuk menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia.
Nilai yang mencakup konsep keadilan sosial itu memberi jaminan untuk
mencapai taraf kehidupan yang layak dan terhormat sesuai dengan kodratnya dan
menempatkan nilai demokrasi dalam bidang ekonomi, dan sosial.

NORMA SILA – SILA PANCASILA


Pancasila yang tertuang dalam Alinia 4 pembukaan UUD 1945 merupakan pokok
kaidah negara yang fundamental. Dengan demikian Pancasila merupakan norma
dasar bagi negara dan bangsa Indonesia. Hal ini berarti Pancasila merupakan
peraturan hukum atau kaidah yang fundamental.
Pancasila mempunyai kedudukan dan fungsi sebagai dasar negara Republik
Indonesia dan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
Sebagai filsafat bangsa, Pancasila mengandung nilai – nilai luhur bangsa Indonesia
yang kemudian nilai tersebut dituangkan dalam UUD 1945. dan secara tegas
dinyatakan sebagai dasar ideologi negara Republik Indonesia artinya Pancasila
dipakai sebagai dasar untuk mengatur dan menyelengarakan tata pemerintahan negara
Indonesia.
Atas dasar norma – norma dasar yang terkandung dalam pancasila dan UUD 1945
inilah akan dicapai tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur material dan spritual berdasarkan Pancasila.
Setiap sila Pancasila terkandung norma dasar sebagai berikut :
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
a. Kehidupan bernegara berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Negara menjamin kemerdekaan tiap – tiap penduduk untuk memeluk
agamanya dan kepercayaannya.
c. Negara menghendaki adanya toleransi dari masing – masing pemeluk
agama.

14
d. Negara memberikn hak dan kebebasa kepada setiap warga negara untuk
mengembangkan agamanya dengan tidak melanggar hak dan kebebasan
orang lain.

2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB


a. Negara mengakui adanya hak bagi tiap – tiap bangsa untuk
menentukannasibnya sendiri.
b. Negara menghendaki setiap manusia Indonesia untuk memperlakukan
manusia secara adil,tidak sewenang – wenang sebagai sifat bangsa yang
sudah tinggi nilai kehidupan.
c. Negara mengakui adanya hak bagi setiap manusia untuk diperlukan
secara sama dan sederajat.
d. Negara menjamin setip warga negara untuk mendapatkan keduduka
dalam hukum dan pemerintah secara sama dan memberikan kewajiban
kepada tiap warga negara untuk menjujung tinggi hukum dan dan
pemerintahan yang ada.

3. PERSATUAN INDONESIA
a. Nilai yang diproklamasikan palah merupkan ada 17 agustus 45 adalah
merupankan perwujudkan yang konkrit dari persatuan Indonesia.
b. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
c. Negara mengatasi segala paham perseorangan dari paham golongan
(integralistik).
d. mengakui kebhinneka tunggal ika dari bengsa Indonesia.

15
4. KERAKYATAN YANGDIPIMPIN OLEH HIKMAT
KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN
PERWAKILAN
a. NKRI mengakui, adanya kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan
menurut UUD 1945.
b. Dalam mengambil keputusan, negara mengakui adanya asas musyawarah
untuk mencapai mufakat. Bila tidak dapat dilaksanakan secara
musyawarah maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
c. NKRI berdasarkan hukum ( rechstaat ) dan tidak berdasarkan kekuasaan
belaka ( machstaat ).
d. Pemerintah NKRI berdasarkan sistem konstitusional, tidak bersifat
absolutisme atau dengan kekuasaan yang tidak terbatas.

5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA


a. Negara menghandaki agar perekonomian rakyat disusun dengan
berasaskan demokrasi, ekonomi.
b. Negara menguasai cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
yang menguasai hidup orang banyak.
c. Negara menghendaki agar kekayaan alam yang terdapat diatas dan di
dalam bumi dan air Indonesia haruslah dipergunakan untuk kemakmuran
rakyat banyak.
d. Negara menghendaki agar setiap orang Indonesia mendapat perlakuan
yang adil disegala bidang kehidupan baik bidang material maupun
spiritual.
e. Negara menghendaki agar tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran.
f. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarkan satu sistem pengajaran
nasional yang diatur dengan undang-undang.
g. Pemerintah, masyarakat dan keluarga bertanggung jawab agar Pendidikan
dapat dimiliki oleh seluruh rakyat Indonesia.

16
h. Dengan pembangunan nasional yang bertujuan keadilan sosial,
pemerintah berusaha membangun manusia Indonesia seutuhnya dan
masyarakat seluruhnya.

C. Cara Pengamalan Pancasila


Pancasila yang unsur-unsurnya digali dari peradaban bangsa Indonesia sendiri
kemudian diterima secara bulat oleh bangsa Indonesia menjadi dasar filsafat
negara Indonesia harus dilaksanakan dan diamalkan. Pelaksanaan pengamalan
Pancasila selama ini diatur dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1978 kemudian
dicabut dengan ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 dengan pertimbangan
bahwa materi muatan dan pelaksanaannya tidak sesuai dengan perkembangan
kehidupan bernegara.
Pancasila sebagaimana dimaksud dalam pembukaan UUD 1945 adalah dasar
negara dari NKRI harus dilaksanakan secara konsistendalam kehidupan bernegara.
Berarti dengan dicabutnya penataran P4, bukan berarti Pancasila tidak perlu
diamalkan, akan tetapi sebaliknya tetap harus diamalkan sesuai dengan misi
pertama GBHN tahun 1999-2004 yaitu pengamalan Pancasila secara konsisten
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sayangnya tidak ada
tindak lanjut petunjuk tentang pengamalan Pancasila secara konsisten dimaksud.
( ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 ).
Merujuk kepada pendapat (Sunoto, 1982 : 99 dan 111) sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Obyektif
Pelaksanaan Obyektif adalah pelaksanaan Pancasila didalam semua peraturan
dari yang tertinggi sampai terendah yaitu UUD 1945 dan peraturan-peraturan
hukum yang ada dibawahnya. Seluruh kehidupan kenegaraan dan
kemasyarakatan serta segala tertib hukum di Indonesia harus didasarkan atas
Pancasila. Demikian pula dalam menentukan kebijaksanaan yang meliputi
bermacam-macam bidang harus selalu didasarkan atas Pancasila.
2. Pelaksanaan Subyektif

17
Pelaksanaan Subyektif adalah pelaksanaan didalam diri setiap orang Indonesia
yaitu para penguasa, warga negara dan setiap orang yang berhubungan dengan
Indonesia. Pelaksanaan Subyektif adalah penting sekali karena bagaimanapun
baiknya suatu peraturan, kalau pelaksanaannya tidak melakukan peraturan itu
dengan baik hasilnya tentu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Man
behind the gun, adalah ucapan yang menunjukkan betapa pentingnya peranan
manusia.
Pendapat Sunoto ini sejalan pula dengan pendapat winarno, 2009 : hal.28 yaitu :
Misi pertama GBHN 1999 – 2004 disebutkan pula bahwa misi pertama
penyelenggaraan bernegara adalah pengamalan Pancasila secara konsisten dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bagaimana sesungguhnya
melaksanakan atau mengamalkan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan
bernegara itu ?
Pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara dapat dilakukan dengan cara
1. Pengamalan Obyektif
Pengamalan secara Obyektif adalah dengan melaksanakan dan mentaati
peraturan perundang-undangan sebagai norma hukum negara yang
berlandaskan pada Pancasila.
2. Pengamalan Subyektif
Pengamalan secara Subyektif adalah dengan menjalakan nilai-nilai Pancasila
yang berwujud norma etik secara pribadi atau kelompok dalam bersikap dan
bertingkah laku pada kehidupan berbangsa dan bernegara.

D. Tujuan Mengamalkan Pacasila


Sejak dahulu sampai sekarang dan dimasa mendatang Pancasila merupakan
kenyataan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan kebenaran yang tidak dapat disangkal, sebagai kebenaran
tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya ( postulat = sebagai dalil sdh dianggap
benar).

18
Pancasila merupakan sumber nilai yang berlaku diseluruh Indonesia dan wajib
ditaati oleh bangsa Indonesia. Pancasila merupakan norma ( baik dan buruk ) bagi
kehidupan negara dan bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

a. http://pustaka.unpad.ac.id/wp
content/uploads/2009/05/pendidikan_pancasila.pdf
b. http://bp3ipjakarta.ac.id/attachments/article/609/PENDIDIKAN
%20KEWARGANEGARAAN%20BAB%20IV.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai