Anda di halaman 1dari 19

1

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Iin Kurniasih

2320306055

S1 Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Magelang, 09 September 2023


2

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr, wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Adapun tema dari
makalah ini adalah “Peran Pancasila sebagai Dasar Negara”.

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Yasnanto, S.I.P, M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Pancasila yang telah membimbing dalam pengerjaan tugas makalah
ini. Saya juga mengucapkan terima kasih pada teman-teman yang selalu setia membantu.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, bahkan kritikan yang membangun dari
segala pihak. Saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk orang lain.

Wassalamu’alaikum wr, wb.

Magelang, 09 September 2023

Penyusun
3

DAFTAR ISI

Judul .....................................................................................................................................1

Kata Pengantar ....................................................................................................................2

Daftar Isi ...............................................................................................................................3

Bab I ...................................................................................................................................4-5

Pembukaan ..........................................................................................................................4-5

A. Latar Belakang ...........................................................................................................4


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................5
C. Tujuan .........................................................................................................................5

Bab II ................................................................................................................................6-16

Pembahasan .......................................................................................................................6-16

A. Tokoh Perumus Dasar Negara Indonesia.................................................................6-8


B. Kelompok-kelompok yang Ingin Mengganti Dasar Negara Pancasila .................8-10
C. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ........................................10-16

Bab III...................................................................................................................................17

Penutupan ..............................................................................................................................17

A. Kesimpulan ...............................................................................................................17
B. Saran .........................................................................................................................17

Daftar Pustaka ....................................................................................................................18


4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Nama Pancasila berasal dari dua
kata bahasa sanskerta, yakni “panca” yang berarti lima dan “sila” yang berarti prinsip
atau sila. Jadi, Pancasila berarti lima prinsip atau asas negara. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam Pancasila, ada lima sila atau pedoman yang perlu diketahui. Kelima
prinsip yang Ada dalam Pancasila pertama kali dicetuskan Ir. Soekarno, pada 1 Juni
1945. Adapun lima prinsip yang dijadikan sila dalam Pancasila tersebut ialah
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mempunyai arti bahwa


Pancasila menjadi sumber nilai, norma, dan kaidah bagi segala peraturan hukum dan
perundang-undangan yang dibuat dan berlaku di Indonesia. Hal ini berarti segala
peraturan dan hukum yang berlaku harus bersumber pada Pancasila. Baik yang tertulis
(UUD) maupun yang tidak tertulis (konvensi). Sebagai dasar negara, secara hukum
Pancasila memiliki kekuatan mengikat semua warga negara. Pengertian mengikat
ialah bahwa ketentuan mengenai pembuatan segala peraturan dan hukum untuk
bersumber pada Pancasila bersifat wajib dan imperatif. Dengan kata lain, tidak boleh
ada satu pun peraturan atau hukum di Indonesia yang bertentangan dengan Pancasila.

Dengan mempelajari bab ini, diharapkan para mahasiswa dapat mengetahui


dan memahami konsep, hakikat, dan pentingnya Pancasila sebagai dasar negara,
ideologi negara, atau dasar filsafat negara Republik Indonesia dalam kehidupan
bernegara. Kita sebagai generasi muda seharusnya berpartisipasi dan berjuang untuk
mewujudkan tujuan negara berdasarkan Pancasila. Agar partisipasi kita di masa yang
5

akan datang efektif, maka perlu perluasan dan pendalaman wawasan akademik
mengenai dasar negara melalui mata kuliah pendidikan Pancasila.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Adakah tokoh sebelum kemerdekaan Indonesia yang mengusulkan dasar


negara Indonesia selain Pancasila ?
2. Masih adakah saat ini kelompok-kelompok yang ingin mengganti dasar negara
Pancasila ?
3. Apakah kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia telah disepakati
dan ditetapkan, setelah melalui proses yang panjang?

C. TUJUAN

1. Mengetahui ada atau tidaknya tokoh sebelum kemerdekaan Indonesia yang


mengusulkan dasar negara Indonesia selain Pancasila.
2. Mengetahui masih ada atau tidaknya kelompok-kelompok yang ingin
mengganti dasar negara Pancasila pada saat ini.
3. Mengetahui dan memahami kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia yang telah disepakati dan ditetapkan setelah melalui proses yang
panjang.
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tokoh Perumus Dasar Negara Indonesia

Pada dasarnya, dasar negara merupakan sebuah pondasi untuk berdirinya


sebuah negara. Sebuah negara akan berdiri kokoh jika pondasinya yang sejak awal
dibuat mampu menopangnya. Oleh sebab itu, pada saat pembuatan atau perumusan
dasar negara haruslah dipikirkan dengan matang dan penuh dengan pertimbangan
akankah ke depannya dasar negara ini dapat menjadi pondasi yang kuat untuk negara
atau tidak.

Perumusan dasar negara Indonesia dibuat pada saat sidang BPUPKI yang
pertama pada tanggal 20 Mei – 1 Juni. Dalam sidang BPUPKI yang pertama ini
terdapat beberapa tokoh pendiri negara yang mengusulkan tentang rumusan dasar
negara. Diantaranya yakni Muhammad Yamin, Dr. Soepomo, dan juga Ir. Soekarno.
Rumusan-rumusan yang disampaikan oleh para tokoh tersebut tentunya terdapat
perbedaan antara satu dengan yang lain. Namun demikian, rumusan-rumusan tersebut
memiliki persamaan dari segi materi dan semangat yang menjiwainya. Pandangan
para pendiri negara tentang rumusan dasar negara disampaikan berdasarkan sejarah
perjuangan bangsa dan dengan melihat pengalaman bangsa lain. Meskipun diilhami
oleh gagasan-gagasan besar dunia, tetapi tetap berakar pada kepribadian dan gagasan
besar dari bangsa Indonesia sendiri.

Usulan mengenai dasar Indonesia merdeka dalam sidang pertama BPUPKI


secara berurutan dikemukakan oleh Muhammad Yamin, Dr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno.

1. Usulan dasar negara yang disampaikan oleh Muhammad Yamin pada


tanggal 29 Mei 1945, yakni memuat :

1) Peri Kebangsaan
7

2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Sosial

Kelima konsep rumusan dasar negara tersebut disampaikan


oleh Muhammad Yamin pada pidatonya. Selanjutnya, Muhammad
Yamin menyampaikan konsep mengenai dasar negara Indonesia
merdeka secara tertulis kepada ketua sidang, konsep yang disampaikan
berbeda dengan isi pidato sebelumnya. Asas dan dasar Indonesia
merdeka secara tertulis menurut Muhammad Yamin adalah sebagai
berikut:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa


2) Kebangsaan persatuan Indonesia
3) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Usulan dasar negara yang disampaikan oleh Dr. Soepomo pada tanggal 31
Mei 1945 memuat :
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
3) Keseimbangan lahir dan batin
4) Musyawarah
5) Keadilan rakyat

Di dalam pidatonya, Dr. Soepomo juga menegaskan bahwa


negara Indonesia merdeka bukanlah negara yang mempersatukan
dirinya dengan golongan terbesar dalam masyarakat dan tidak
mempersatukan dirinya dengan golongan yang paling kuat (golongan
politik atau ekonomi yang paling kuat). Akan tetapi mengatasi segala
golongan dan segala paham perorangan, mempersatukan diri dengan
segala lapisan rakyat.
8

3. Usulan dasar negara yang disampaikan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1
Juni 1945 berisikan :
1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3) Mufakat atau demokrasi
4) Kesejahteraan sosial
5) Ketuhanan yang berkebudayaan

Pada awalnya, Soekarno menamai usulan dasar negara yang


dipaparkannya dengan nama Panca Dharma. Kemudian, atas usulan
para ahli bahasa, rumusan dasar negara tersebut dinamakan dengan
Pancasila. Bung Karno juga menyampaikan bahwa Pancasila tersebut
dapat diperas menjadi tiga dasar yang dengan nama Trisila yang
berisikan Sosio-nasionalisme, Sosio-demokrasi, dan ketuhanan. Dan
juga dari tiga sila ini dapat diperas kembali menjadi satu satu dengan
nama Ekasila yang berisikan gotong royong. Namun, pada akhir
sidang, disepakati secara bersama bahwa dasar negara Indonesia
merdeka adalah Pancasila.

Dari usulan-usulan oleh beberapa tokoh kemerdekaan


Indonesia yang mengusulkan dasar negara Indonesia merdeka,
semuanya mempunyai garis besar yang sama. Tujuan dari usulan-
usulan para tokoh tersebut tentunya untuk memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia yang di dalamnya terdapat keberagaman
pada warga negaranya. Tidak ada seorang tokoh pun yang
mengusulkan dasar negara selain Pancasila.

B. Kelompok-kelompok yang Ingin Mengganti Dasar Negara Pancasila

Melalui sejarah yang panjang, Pancasila lahir dan hadir untuk bangsa
Indonesia sebagai falsafah kebangsaan. Di dalamnya, Pancasila mengandung nilai-
nilai yang mencerminkan karakteristik bangsa yang plural, yaitu sebuah negara
maritim dengan 18.108 pulau, membentang terpanjang di muka bumi di kitaran
khatulistiwa, subkultur dan etnisitas yang beragam, adat-istiadat yang berbeda, agama
9

yang plural. Dengan serba keragaman tersebut, jelas tidak mudah mengurus
keberadaan bangsa ini. Apalagi, tanpa adanya stamina spiritual yang luar biasa dan
saling pengertian yang mendalam antar masyarakat Indonesia.

Sejak awal berdirinya negara Indonesia, para founding fathers telah menyadari
bahwa keberadaan masyarakat yang majemuk merupakan kekayaan bangsa Indonesia
yang harus diakui, diterima, dan dihormati, kemudian diwujudkan dalam semboyan
Bhinneka Tunggal Ika. Seiring dengan berjalannya waktu, Pancasila terus mendapat
ancaman disintergrasi bangsa. Pancasila dibentuk berdasarkan kesepakatan bersama
yang memerhatikan keragaman suku, budaya, maupun agama. Artinya, Pancasila
adalah titik temu dari semua perbedaan yang ada di Indonesia. Namun, hal ini
kembali diuji dengan maraknya berbagai bentuk kekerasan yang terjadi atas nama
agama. Tidak hanya itu, memudarnya nilai-nilai Pancasila juga tergambar dari
hilangnya semangat saling menghargai dan semangat gotong-royong. Belum lagi,
bahwa adanya organisasi yang jelas menolak keberadaan Pancasila dan ingin
menggantikan dengan ideologi lain.

Usaha untuk menggantikan Pancasila sebagai dasar negara ini telah dilakukan
oleh beberapa kelompok sejak zaman dahulu pada saat awal diterapkannya Pancasila
sebagai dasar negara. Diantara kelompok yang ingin menggantikan dasar negara
Pancasila adalah :
1. Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) di Madiun, pada 18 September 1948.
Tujuan utamanya untuk mendirikan negara Soviet dengan ideologi komunis.
2. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia. Pemberontakan ini bertujuan
untuk menggantikan Pancasila dengan syariat Islam sebagai dasar negaranya.
3. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS). Pemberontakan ini bertujuan untuk
mendirikan negara sendiri.
4. Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) atau Perjuangan Rakyat
Semesta (Permesta) sebagai bentuk gerakan protes ke pemerintah pusat.
5. PKI yang dilakukan oleh D.N. Aidit pada 30 September 1965. Pemberontakan ini
bertujuan untuk mengubah ideologi menjadi komunis.
Selain kelompok-kelompok di atas, masih terdapat beberapa kelompok lagi
yang berusaha untuk menggantikan dasar negara Pancasila dengan dasar negara yang
lain.
10

Tidak hanya pada awal kemerdekaan saja adanya usaha untuk menggantikan
dasar negara Pancasila ini. Namun, pada saat ini pun masih terdapat beberapa
kelompok yang berencana dan bercita-cita untuk mengganti dasar negara Pancasila.
Saat ini isu pergantian dasar Negara melalui parlemen tidak lagi didengar namun,
beberapa gejala tentang adanya keinginan kelompok masyarakat untuk mengubah
dasar negara mulai muncul, seperti misalnya adanya isu negara agama atau ormas
yang tidak berdasarkan Pancasila. Menurut Santoso, mencatat bahwa pada umumnya
ada tiga macam yang melatarbelakangi munculnya kelompok ini yang Pertama,
adanya ketidakpuasan akan kinerja pemerintah selama ini sehingga muncul ide untuk
membuat ideologi atau visi dan misi yang berbeda dengan yang ada sebelumnya.
Kedua, ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi dan politik sehingga mereka ingin
membuat suatu peraturan sendiri dan mengatur kehidupannya sendiri. Ketiga,
pemahaman terhadap keyakinan tertentu dan cenderung mengarah pada paham
berbeda, bahkan separatis sehingga merusak tatanan nilai dan moral yang ada serta
menimbulkan disintegrasi.

Pada saat ini, kelompok-kelompok yang masih berusaha untuk menggantikan


dasar negara Pancasila dengan dasar negara yang lain (baru) didominasi oleh
kelompok organisasi masyarakat ( ormas ) yang beragamakan islam. Sebagian dari
ormas tersebut beranggapan bahwa kehidupan tatanan negara termasuk dengan
hukum-hukum yang berlaku di Indonesia ini harus sesuai dan berlandaskan dengan
syariat Islam. Tidak hanya pada era ini konsep pemahaman tersebut berlangsung,
namun sudah dimulai sejak dahulu pada saat awal negara ini berdiri. Kelompok-
kelompok tersebut memperjuangkan cita-cita untuk mendirikan negara Islam di
Indonesia, seperti NII, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Majelis Mujahidin Indonesia
(MMI), Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) dan sebagainya. Beberapa dari kelompok
tersebut memang sudah dibubarkan. Akan tetapi, sebagian dari kelompok tersebut
disinyalir masih aktif dan berjuang secara diam-diam di belakang pemerintah.

C. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia terlah disepakati dan


diresmikan pada tanggal 28 Agustus 1945. Pancasila sebagai dasar negara
11

mengartikan bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan


ketatanegaraan Indonesia harus berlandaskan Pancasila. Segala peraturan yang
berlaku di Indonesia harus bersumber dari Pancasila itu sendiri. Pancasila menjadi
hukum tertinggi yang ada di Indonesia. Dengan kata lain, peraturan yang ada di
Indonesia tidak boleh ada yang bertentangan dengan Pancasila.

Selain sebagai sumber hukum, Pancasila juga berfungsi sebagai pedoman


hidup, di mana Pancasila harus menjadi pedoman dalam mengambil keputusan dalam
menghadapi suatu masalah. Pancasila sebagai jiwa bangsa, berarti Pancasila harus
terwujud dalam setiap lembaga baik organisasi maupun insan yang ada di Indonesia.
Pancasila sebagai kepribadian bangsa, Pancasila harus ada di dalam diri tiap individu
agar bisa membuat Pancasila sebagai kepribadian bangsa dan juga sebagai ciri khas
bangsa Indonesia. Selanjutnya Pancasila sebagai cita-cita bangsa, pada fungsi ini
Pancasila dibuat sebagai tujuan negara dan cita-cita bangsa.

1. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan Undang-undang Dasar 1945


Pancasila sebagai dasar negara mempunyai hubungan yang signifikan dengan
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 sesuai dengan yang disampaikan oleh
Notonagoro (1982:24-26) yang menegaskan bahwa Undang-undang Dasar bukan
merupakan peraturan hukum yang tertinggi. Di atasnya, masih ada dasar-dasar pokok
bagi Undang-undang Dasar, yang dinamakan pokok kaidah negara yang fundamental
(staatsfundamentalnorm).

Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 dapat dilihat dari


pemaparan berikut :
1) Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat unsur mutlak sebagai
staatsfundamentalnorm. Oleh karena itu, kedudukan Pembukaan merupakan
peraturan hukum yang tertinggi di atas Undang-undang Dasar. Implikasinya, semua
peraturan perundang-undangan dimulai dari pasal-pasal dalam UUD 1945 sampai
dengan Peraturan Daerah harus sesuai dengan Pembukaan UUD 1945.
2) Pancasila merupakan asas kerohanian dari Pembukaan UUD1945 sebagai
staatsfundamentalnorm. Secara ilmiah-akademis, Pembukaan UUD 1945 sebagai
staatsfundamentalnorm mempunyai hakikat kedudukan yang tetap, kuat, dan tak
12

berubah bagi negara yang dibentuk. Dengan perkataan lain, jalan hukum tidak lagi
dapat diubah (Notonagoro, 1982: 25).

2. Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh Undang-undang Dasar 1945


Pancasila sebagai sumber dari segala hukum yang ada di Indonesia berarti
bahwa segala bentuk peraturan yang berlaku di Indonesia harus dibuat dengan
bersumber dan berlandaskan Pancasila. Tidak boleh ada satu pun peraturan yang
menyimpang dari Pancasila. Dengan demikian, pembuatan UUD 1945 juga dibuat
dengan bersumberkan Pancasila. Dalam hal ini, Pancasila dijabarkan dalam pasal-
pasal yang nantinya akan mengatur tatanan negara dan harus di patuhi oleh semua
warga negara dan tidak menyimpang dari Pancasila itu sendiri.

Terkait dengan penjabaran Pancasila dalam pasal-pasal UUD 1945, dapat


dilihat dari bunyi penjelasan UUD 1945 yang berbunyi “Pokok-pokok pikiran tersebut
meliputi suasana kebatinan dari Undang-undang Dasar Negara Indonesia. Pokok-
pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (rechtsidee) yang menguasai hukum
dasar negara. Baik hukum yang tertulis (Undang-undang Dasar) maupun hukum yang
tidak tertulis. Undang-undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam
pasal-pasalnya.”

Pola pemikiran dalam pokok-pokok pikiran Penjelasan UUD 1945 tersebut,


merupakan penjelmaan dari Pembukaan UUD 1945, Pancasila merupakan asas
kerohanian dari Pembukaan UUD 1945 sebagai staatsfundamentalnorm. Apabila
disederhanakan, maka pola pemikiran tersebut dapat diuraikan Sebagai berikut:
1) Pancasila merupakan asas kerohanian dari Pembukaan UUD 1945 sebagai
Staatsfundamentalnorm.
2) Pembukaan UUD 1945 dikristalisasikan dalam wujud Pokok-pokok pikiran Yang
terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar.
3) Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 terjelma dalam
pasal-pasal UUD 1945.

Dalam kaitannya dengan penjabaran Pancasila dalam pasal-pasal UUD 1945,


perlu diingat kembali uraian terdahulu yang mengemukakan prinsip bahwa Pancasila
13

merupakan nilai dasar yang sifatnya permanen dalam arti secara ilmiah-akademis,
terutama menurut ilmu hukum, tidak dapat diubah karena merupakan asas kerohanian
atau nilai inti dari Pembukaan UUD 1945 Sebagai kaidah negara yang fundamental.
Untuk mengimplementasikan nilai-nilai dasar Pancasila dalam kehidupan praksis
bernegara, diperlukan nilai-nilai Instrumental yang berfungsi sebagai alat untuk
mewujudkan nilai dasar. Kedudukan pasal-pasal berbeda dengan kedudukan Pancasila
dan Pembukaan UUD 1945. Implikasinya pasal-pasal dalam UUD 1945 tidak bersifat
permanen, artinya dapat diubah berdasarkan ketentuan dalam Pasal 37 ayat (1) sampai
dengan ayat (5) UUD 1945.

3. Implementasi Pancasila dalam Pembuatan Kebijakan Negara dalam Bidang Politik,


Ekonomi, Sosial Budaya, dan Hankam
Konsep implementasi Pancasila dalam perumusan kebijakan pada berbagai
bidang kehidupan negara, sudah tentu konsep-konsep yang diuraikan berikut ini
bukan merupakan konsep yang mutlak, melainkan merupakan konsep dasar sebagai
bahan diskusi.

1) Bidang Politik
Implementasi Pancasila dalam perumusan kebijakan pada bidang politik dapat
ditransformasikan melalui sistem politik yang bertumpu kepada asas kedaulatan
rakyat berdasarkan konstitusi, mengacu pada Pasal 1 ayat (2) UUD 1945.
Implementasi asas kedaulatan rakyat dalam sistem politik Indonesia, baik pada sektor
suprastruktur maupun infrastruktur politik, dibatasi oleh konstitusi. Hal inilah yang
menjadi hakikat dari konstitusionalisme, yang menempatkan wewenang semua
komponen dalam sistem politik diatur dan dibatasi oleh UUD, dengan maksud agar
tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan oleh siapapun. Dengan demikian, pejabat
publik akan terhindar dari perilaku sewenang-wenang dalam merumuskan dan
mengimplementasikan kebijakan publik, dan sektor masyarakat pun akan terhindar
dari perbuatan anarkis dalam memperjuangkan haknya.

Beberapa konsep dasar implementasi nilai-nilai Pancasila dalam bidang olitik,


dapat dikemukakan sebagai berikut:
14

a. Sektor Suprastruktur Politik


Adapun yang dimaksud suprastruktur politik adalah semua lembaga-
lembaga pemerintahan, seperti legislatif, eksekutif, yudikatif, dan lembaga
pemerintah lainnya baik di pusat maupun di daerah. Semua lembaga
pemerintah menjalankan tugas dan fungsinya sesuai batas kewenangan yang
ditentukan dalam UUD dan peraturan perundang-undangan lainnya.
b. Sektor Masyarakat
Dalam sistem politik, infrastruktur politik tersebut berfungsi
memberikan masukan kepada suprastruktur politik dalam menghasilkan
kebijakan publik yang menyangkut kepentingan umum. Fungsi memberikan
masukan tersebut mendorong infrastruktur berperan sebagai interest group
dan/atau pressure group. Dapat dibayangkan apabila dalam proses tersebut
tidak ada aturan main, maka akan timbul chaos atau kekacauan di masyarakat.
Dalam kondisi seperti itulah, diperlukan kaidah penuntun yang sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila agar dalam proses tersebut tetap terjaga semangat
kekeluargaan dan kegotongroyongan. Nilai-nilai Pancasila akan menuntun
masyarakat ke pusat inti kesadaran akan pentingnya harmoni dalam kontinum
antara sadar terhadap hak asasinya di satu sisi dan kesadaran terhadap
kewajiban asasinya di sisi lain sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 28 J ayat
(1) dan ayat (2) UUD 1945. Indikator bahwa seseorang bertindak dalam
koridor nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara adalah sejauh perilakunya
tidak bertentangan dengan konstitusi dan peraturan perundang-undangan
lainnya.

2) Bidang Ekonomi
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dalam bidang ekonomi
mengidealisasikan terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh
karena itu, kebijakan ekonomi nasional harus bertumpu kepada asasasas keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan peran perseorangan, perusahaan swasta, badan usaha
milik negara, dalam implementasi kebijakan ekonomi. Selain itu, negara juga harus
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah termasuk fakir miskin dan anak terlantar, sesuai dengan
martabat kemanusiaan sebagaimana diamanatkan Pasal 34 ayat (1) sampai dengan
ayat (4) UUD 1945. Kebijakan ekonomi nasional tersebut tidak akan terwujud jika
15

tidak didukung oleh dana pembangunan yang besar. Dana pembangunan diperoleh
dari kontribusi masyarakat melalui pembayaran pajak. Pajak merupakan bentuk
distribusi kekayaan dari yang kaya kepada yang miskin, sehingga pada hakikatnya
pajak itu dari rakyat untuk rakyat.

3) Bidang Sosial Budaya


Kemerdekaan Indonesia terwujud karena adanya persatuan dan kesatuan
bangsa. Sejatinya, masyarakat Indonesia memiliki karakter hidup bergotong royong
sebagaimana disampaikan oleh Bung Karno dalam pidatonya 1 Juni 1945. Namun
akhir-akhir ini, semangat kegotongroyongan di kalangan masyarakat menunjukkan
gejala semakin luntur. Rasa persatuan dan kesatuan bangsa tergerus oleh tantangan
arus globalisasi yang bermuatan nilai individualistik dan materialistik. Apabila hal ini
tidak segera dicegah, bukan tidak mungkin jati diri bangsa akan semakin terancam.
Mengingat karakter masyarakat Indonesia yang berbhinneka tunggal ika sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 36 A UUD 1945. Hal tersebut mengisyaratkan kepada
segenap komponen bangsa agar berpikir konstruktif, yaitu memandang kebhinnekaan
masyarakat sebagai kekuatan bukan sebagai kelemahan, apalagi dianggap sebagai
faktor disintegratif, tanpa menghilangkan kewaspadaan upaya pecah belah dari pihak
asing.

Strategi yang harus dilaksanakan pemerintah dalam memperkokoh kesatuan


dan persatuan melalui pembangunan sosial-budaya, ditentukan dalam Pasal 31 ayat
(5) dan Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal
31 ayat (5) UUD 1945, disebutkan bahwa “ Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilainilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”. Di sisi lain, menurut Pasal
32 ayat (1) UUD 1945, dinyatakan bahwa “Negara memajukan kebudayaan nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.” Sejalan dengan hal itu,
menurut Pasal 32 ayat (3) UUD 1945, ditentukan bahwa “Negara menghormati dan
memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.”

Semua kebijakan sosial budaya yang harus dikembangkan dalam kehidupan


bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia harus menekankan rasa
16

kebersamaan dan semangat kegotongroyongan karena gotong royong merupakan


kepribadian bangsa Indonesia yang konstruktif sehingga budaya tersebut harus
dikembangkan dalam konteks kekinian.

4) Bidang Hankam
Istilah bela negara, istilah pertahanan, dan istilah keamanan negara,
merupakan implementasi Pancasila dalam bidang pertahanan dan keamanan negara
yang telah ditentukan dalam Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 30 ayat (1), (2), (3), (4), dan
ayat (5) UUD 1945. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 27 ayat (3) UUD 1945,
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
Sebagai warga negara yang baik, bela negara bukan hanya dilihat sebagai kewajiban,
melainkan juga merupakan kehormatan dari negara. Bela negara dapat didefinisikan
sebagai segala sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada tanah air dan bangsa, dalam menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara
berdasarkan Pancasila guna mewujudkan tujuan nasional.

Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam bidang pertahanan dan keamanan,


terkait dengan nilai-nilai instrumental sebagaimana terkandung dalam Pasal 30 ayat
(1), (2), (3), (4), dan ayat (5) UUD 1945. Prinsip-prinsip yang merupakan nilai
instrumental Pancasila dalam bidang pertahanan dan keamanan sebagaimana
terkandung dalam Pasal 30 UUD 1945 dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Kedudukan warga negara dalam pertahanan dan keamanan
Berdasarkan Pasal 30 ayat (1) UUD 1945, “Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”.
b. Sistem pertahanan dan keamanan
Adapun sistem pertahanan dan keamanan yang dianut adalah sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta yang lazim disingkat Sishankamrata.
Dalam Sishankamrata, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan kekuatan utama, sedangkan
rakyat sebagai kekuatan pendukung.
c. Tugas pokok TNI
TNI terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, sebagai
alat negara dengan tugas pokok mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara.
17

d. Tugas pokok POLRI


POLRI sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat, mempunyai tugas pokok melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum.
18

BAB 3

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Dari Pernyataan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

 Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merupakan sebuah pondasi untuk


kokoh berdirinya negara Indonesia. Perumusan Pancasila sendiri merupakan
gabungan dari usulan-usulan para tokoh pembangun negara ( Ir. Soekarno,
Moh. Yamin, dan Dr.Soepomo ).
 Pancasila merupakan dasar negara yang fundamental dan tidak dapat
digantikan oleh dasar negara yang baru.
 Pancasila sebagai dasar negara mempunyai beberapa fungsi, yakni sebagai
sumber hukum, pedoman hidup, jiwa bangsa, kepribadian bangsa, dan cita-cita
bangsa.

B. SARAN

Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam
makalah ini. Tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan,
kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini.
Penulis banyak berharap kepada para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca
19

DAFTAR PUSTAKA

https://sg.docworkspace.com/d/sIIOjkKCRAcX1i6gG

https://sg.docworkspace.com/d/sIMCjkKCRAe_zi6gG

https://sg.docworkspace.com/d/sIMmjkKCRAe_2i6gG

https://sg.docworkspace.com/d/sIHejkKCRAd74i6g

Ghttps://sg.docworkspace.com/d/sIJGjkKCRAcT4i6g

Ghttps://sg.docworkspace.com/d/sIKyjkKCRAbH4i6g

Ghttps://sg.docworkspace.com/d/sIMKjkKCRAZ74i6g

Ghttps://sg.docworkspace.com/d/sIA2jkKCRAY_4i6gG

https://siatap.bpip.go.id/read/artikel/1/Berita-BPIP/Penerapan-Pancasila-dari-Masa-ke-Masa

Anda mungkin juga menyukai