Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

DISUSUN OLEH :

NAMA : NINGSIH
NIM : 202048053

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKA GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
KATA PENGANTAR

Pemecahan masalah matematika merupakan suatu aspek kritis dalam perkembangan


keterampilan berpikir siswa SD. Dalam menghadapi dunia yang semakin kompleks,
kemampuan untuk memecahkan masalah matematika bukan sekadar keahlian teknis, tetapi
juga fondasi yang esensial untuk perkembangan kognitif dan pemikiran kritis anak-anak.

Makalah mini ini bertujuan untuk menguraikan pentingnya pemecahan masalah matematika
pada siswa SD, mengidentifikasi hubungan erat antara keterampilan ini dengan
pengembangan keterampilan berpikir kritis, serta mengeksplorasi peran guru dalam
membentuk fondasi yang kokoh bagi siswa dalam menghadapi tantangan matematika.

Dalam merinci konsep dasar matematika pada tingkat SD, makalah ini membahas
pentingnya penerapan pengetahuan matematika dalam konteks pemecahan masalah.
Langkah-langkah konkret pemecahan masalah matematika juga dijelaskan dengan tujuan
memberikan panduan yang praktis untuk guru dan orang tua.

Pentingnya peran guru dalam membimbing siswa dalam mengembangkan keterampilan


pemecahan masalah menjadi titik fokus yang mendalam dalam makalah ini. Melalui
metode pengajaran yang efektif dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang
mendukung, guru memiliki peran krusial dalam membentuk pola pikir siswa terhadap
pemecahan masalah matematika.

Dalam bagian strategi dan pendekatan pengajaran, makalah ini memberikan wawasan
melalui kasus studi dan latihan praktis. Melalui pembahasan ini, diharapkan dapat
ditemukan cara yang lebih terarah untuk mengajarkan pemecahan masalah matematika
yang lebih menarik dan bermanfaat.

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
2.1 Desain Konsep Masalah Matematika dan Contoh Penyelesaiannya pada Materi
Matematika SD..........................................................................................................3
2.2 Penggunaan Model Kontekstual dan Kaitannya dengan Contoh Permasalahan
pada Tugas Kelompok................................................................................................5
2.3 Hubungan antara Konsep Pemecahan Masalah Matematis yang Kontekstual. .5
2.4 Implementasi Pembelajaran Konsep Pemecahan Masalah dalam
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis yang Kreatif..........................................5
2.5 Manfaat bagi Mahasiswa Guru Sekolah Dasar dalam Memahami Konsep
Pemecahan Masalah Matematika...............................................................................8
2.6 Skenario Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)........................................9
BAB III PENUTUP....................................................................................................12
3.1 Kesimpulan........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13

II
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemecahan masalah matematika merupakan salah satu keterampilan penting
yang perlu dikembangkan pada siswa SD. Kemampuan ini tidak hanya membantu
siswa dalam memahami konsep matematika, tetapi juga membantu mereka dalam
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, logika, dan pemecahan masalah secara
umum.

Pada tingkat SD, siswa mulai diperkenalkan dengan berbagai konsep matematika
dasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, geometri, dan
pengukuran. Namun, sekedar menghafal rumus dan prosedur tidak cukup untuk
menguasai matematika. Siswa perlu belajar bagaimana menerapkan konsep-konsep
ini dalam situasi nyata dan memecahkan masalah matematika yang kompleks.

Pemecahan masalah matematika melibatkan beberapa langkah penting. Pertama,


siswa perlu memahami masalah dengan membaca dan memahami informasi yang
diberikan. Kemudian, mereka perlu mengidentifikasi informasi yang relevan dan
merumuskan masalah dalam bentuk matematika. Setelah itu, siswa perlu mencari
strategi atau metode yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut. Terakhir,
mereka perlu menganalisis dan mengevaluasi solusi yang ditemukan.

Dalam makalah ini, kami akan membahas pentingnya pemecahan masalah


matematika pada siswa SD dan bagaimana guru dapat membantu siswa
mengembangkan keterampilan ini. Kami juga akan membahas beberapa strategi dan
pendekatan yang efektif dalam mengajar pemecahan masalah matematika kepada
siswa SD.

Dengan memahami pentingnya pemecahan masalah matematika dan


mengembangkan keterampilan ini sejak dini, siswa SD akan memiliki dasar yang
kuat dalam matematika dan keterampilan berpikir kritis yang akan membantu mereka
dalam kehidupan sehari-hari dan studi mereka di masa depan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara efektif untuk mengajarkan pemecahan matematika pada siswa
SD?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan metode dan strategi yang dapat digunakan untuk mengajarkan
pemecahan masalah matematika pada soswa SD.
2. Membantu guru SD memahami langkah-langah yang diperukan dalam
mengajarkan pemecahan masalah matematika pada siswa SD.
3. Memberikan contoh-contoh nyata dan Latihan-latihan yang dapat membantu
siswa SD meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah
matematika SD,

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Desain Konsep Masalah Matematika dan Contoh Penyelesaiannya pada


Materi Matematika SD
Salah satu materi yang dipelajari di SD adalah pecahan, pembahasannya
mengenai pengenalan dan pengerjaan operasi hitung dasar. Di kelas IV, materi
pecahan yang dipelajari siswa terurai dalam 1 standar kompetensi, yaitu
menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dan 5 kompetensi dasar, yaitu
menjelaskan arti pecahan dan urutannya, menyederhanakan berbagai bentuk
pecahan, menjumlahkan pecahan, mengurangkan pecahan, dan menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan pecahan. Berikut pada Gambar 3.1 adalah contoh
soal rutin materi pokok bilangan pecahan yang terdapat pada buku SD/MI Kelas
IV (Mustaqim dan Astuty, 2008).Hanya dibutuhkan algoritma atau prosedur yang
rutin untuk mengerjakan soal-soal tersebut.

6. 3/2 . . . . 9/6
7. 6/1 + . . . . = 2/1
8. 5/8 . . . . = 4/1
9. 5/2 + 3/4 - 2/1 = . . . .
10. 5/6 5/4 + 1/10 = . . . .

C Mari mengerjakan soal berikut.


1. Sebuah gelas berisi air 5/8. Setelah diminum
Abid tinggal 1/3 gelas. Berapa banyaknya air
yang telah diminum Abid?
1. Ibu Ema menghabiskan 3/5 kg tepung terigu
untuk membuat kue. Di dapur masih tersisa 3/5
kg tepung terigu. Berapa kg tepung terigu pada
awalnya?
2. Abid dan Marbun memetik 5/6 keranjang buah
mangga. Sebanyak 7/9 keranjang mangga telah
dibagikan kepada para tetangga. Berapa bagian
buah mangga yang masih ada?

188 Ayo Belajar Matematika – Kelas IV

Gambar 3.1
Contoh Soal Rutin

3
Dalam menjawab soal di atas, siswa mungkin saja menjumlahkan 1/2 dan 2/3
dan hasilnya 7/6.Jelas ini keliru, karena 7/6 lebih besar dari keseluruhan ladang.
Pengetahuan awal terkait masalah yang perlu dimiliki siswa adalah pengenalan
pecahan bahwa pecahan pasti sebagian kecil dari sesuatu, 1/2 adalah satu bagian
dari dua bagian yang sama, 2/3 adalah dua bagian dari tiga bagian yang sama.
Bila pengerjaan siswa seperti yang dicontohkan di atas, artinya siswa belum
memahami masalah sehingga siswa tidak bisa memahami apa yang diinginkan dari
soal, yaitu 2/3 dari 1/2 bagian. Berikut ini juga disajikan beberapa konsep masalah
matematika dari materi matematika SD.

1. Konsep Masalah Matematika tentang Perbandingan:


 Contoh: Seorang pedagang memiliki 30 buah apel dan 20 buah jeruk. Berapa
banyak buah yang dimiliki oleh pedagang tersebut secara keseluruhan?
 Penyelesaian: Jumlahkan jumlah apel dan jeruk, yaitu 30 + 20 = 50. Jadi,
pedagang tersebut memiliki 50 buah buah secara keseluruhan.

2. Konsep Masalah Matematika tentang Pecahan:


 Contoh: Jika sebuah kue dibagi menjadi 8 bagian dan 3 bagian telah dimakan,
berapa banyak bagian yang tersisa?
 Penyelesaian: Kurangi jumlah bagian yang dimakan dari jumlah bagian
keseluruhan, yaitu 8 - 3 = 5. Jadi, ada 5 bagian kue yang tersisa.

3. Konsep Masalah Matematika tentang Pengukuran:


 Contoh: Panjang meja adalah 120 cm dan panjang kain yang dibutuhkan untuk
menutupi meja adalah 80 cm. Berapa cm kain yang tersisa?
 Penyelesaian: Kurangi panjang kain yang dibutuhkan dari panjang meja, yaitu
120 - 80 = 40. Jadi, tersisa 40 cm kain.

4
2.2 Penggunaan Model Kontekstual dan Kaitannya dengan Contoh
Permasalahan pada Tugas Kelompok
Model kontekstual adalah pendekatan dalam pembelajaran matematika yang
mengaitkan pemecahan masalah matematika dengan situasi dunia nyata. Dalam tugas
kelompok, mahasiswa guru sekolah dasar dapat membuat permasalahan matematika
yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, mereka dapat membuat
permasalahan tentang berapa banyak uang yang harus dibayar jika membeli beberapa
barang di toko. Dengan menggunakan model kontekstual, mahasiswa dapat mengaitkan
konsep pemecahan masalah matematika dengan situasi nyata, sehingga memudahkan
siswa untuk memahami dan mengaplikasikan konsep tersebut.

2.3 Hubungan antara Konsep Pemecahan Masalah Matematis yang


Kontekstual
Konsep pemecahan masalah matematis yang kontekstual melibatkan pemahaman
matematika dan penerapannya dalam situasi dunia nyata. Dalam pembelajaran
matematika, penting untuk mengaitkan konsep-konsep matematika dengan situasi nyata
agar siswa dapat melihat relevansi dan kegunaannya. Dengan menggunakan konsep
pemecahan masalah matematis yang kontekstual, siswa dapat memahami bagaimana
matematika digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga meningkatkan minat dan
pemahaman mereka terhadap mata pelajaran ini.

2.4 Implementasi Pembelajaran Konsep Pemecahan Masalah dalam


Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis yang Kreatif
Pembelajaran matematika di SD tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
karakteristik siswa SD yang masih berada pada tahap operasional konkrit.Pada tahap
ini anak dapat memahami operasi (logis) dengan bantuan benda-benda nyata, untuk
memudahkan siswa dalam mempelajari materi matematika yang baru karena walaupun
mereka telah dapat mengetahui simbol- simbol matematis tetapi belum dapat
menghadapi hal-hal yang abstrak, maka dalam proses pembelajaran

5
hendaknya diawali dalam konteks (situasi nyata), termasuk benda nyata sebagai
penunjang keefektifan pembelajaran yang mengaitkan pengetahuan dan keterampilan
yang telah mereka miliki dengan materi baru yang akan dipelajari. Secara bertahap
siswa dibimbing untuk memahami materi matematika.
Menerapkan teori Bruner dalam pembelajaran merupakan salah satu cara agar
pengetahuan yang didapat siswa lebih bermakna, yaitu diawali dengan memberikan
situasi nyata atau benda konkrit untuk dimanipulasi oleh siswa (enaktif), kemudian
mewujudkan pengetahuan dalam bentuk gambar (ikonik) yang menggambarkan
kegiatan konkrit yang terdapat pada tahap enaktif, setelah itu memunculkan simbol-
simbol abstrak (simbolik). Tetapi penggunaan benda konkrit bisa dihentikan bila
representasi gambar sudah bisa mewakili atau dipahami siswa, dan representasi gambar
pun bisa dihentikan pada saat representasi simbol sudah dipahami oleh siswa. Sebagai
contoh, ketika mengajarkan penjumlahan kita memerlukan benda konkrit,
memunculkan gambar, dan simbol, tetapi pada materi selanjutnya yaitu materi
penjumlahan dengan bilangan yang lebih besar atau pengurangan bisa langsung ke
representasi simbol, kecuali bila siswa memerlukannya, dan jangan sampai prosedur
yang kita anggap bisa memudahkan siswa dalam memahami suatu konsep malah
mengubah konsep itu sendiri.
Pelaksanaan pembelajaran pemecahan masalah di SD tidaklah semudah yang
dibayangkan, mungkin saja lebih sulit untuk dilaksanakan karena pada rentang usia ini
siswa belum mampu merumuskan semua alternatif jawaban yang mungkin dari sebuah
masalah, masih berpikir secara holistik, integratif, dan konkrit, maka pembelajaran
tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, yaitu
pembelajaran yang mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan pemikiran yang
kreatif serta lebih menekankan pada pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif
dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu, ajarkan matematika dari hal yang konkrit
menuju ke abstrak, dan hubungkan hal yang abstrak ke dalam kehidupan sehari-
harinya.Terlebih untuk siswa SD yang merupakan masanya anak membentuk karakter
dan biasa diibaratkan seperti bingkai yang belum terbentuk.

6
Salah satu pembelajaran yang bisa dilakukan yaitu dengan menerapkan
pendekatan pendidikan matematika realistik.Pendidikan matematika realistik sangat
dipengaruhi oleh ide Freudenthal yakni matematika sebagai human activity atau suatu
aktivitas manusia, bukan sekadar objek yang harus ditransfer dari guru ke siswa.
Pembelajaran matematika berdasarkan pendekatan pendidikan matematika realistik
merupakan pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang nyata atau pernah
dialami siswa, menekankan keterampilan proses yaitu memberikan kesempatan atau
menciptakan peluang sehingga siswa aktif bermatematika. Hal tersebut diperkuat oleh
pendapat Lakoff dan Núñez (2000:365) bahwa matematika manusia adalah
diwujudkan, maka didasarkan pada pengalaman langsung di dunia.Oleh karena itu,
pembelajaran matematika hendaknya menggambarkan aktivitas kehidupan manusia.
Matematika tidak hanya berisi prosedur dan algoritma yang harus dipelajari siswa,
tetapi suatu pembelajaran yang dapat dipelajari dengan cara mengerjakannya dan
digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan permasalahan.
Penggunaan permasalahan kontekstual di awal pembelajaran digunakan untuk
membangun konsep.Permasalahan atau soal bisa juga berasal dari siswa. Guru harus
bisa memastikan kalau soal yang diberikan kepada siswa dan diselesaikan itu
bermanfaat, sehingga soal harus didesain dengan benar. Sering kali kita kesulitan
dalam membedakan konteks dalam pendekatan kontekstual dan pendekatan
realistik.Dalam pembelajaran dengan pendekatan pendidikan matematika realistik,
soal kontekstual tidak hanya kontekstual tapi harus benar- benar realistik.
Penggunaan permasalahan kontekstual dipakai juga dalam pembelajaran biasa,
perbedaannya dengan pendekatan realistik adalah pada pendekatan realistik
permasalahan kontekstual digunakan sebagai titik awal untuk membangun
pemahaman konsep dan penerapan dari konsep matematika itu sendiri, serta
penyelesaian masalah bersifat terbuka karena siswa diarahkan untuk menemukan
sendiri strategi penyelesaiannya, sehingga solusi dari siswa akan berbeda-beda.
Sedangkan pada pembelajaran biasa penggunaan permasalahan kontekstual
diberikan di akhir pembelajaran setelah guru memberi contoh dan menjelaskan
prosedur dan algoritma sebagai suatu bentuk penerapan dari konsep yang telah

7
dipelajari, dan penyelesaian masalahnya yang

7
menekankan pada prosedur dan algoritma yang bersifat terbatas karena siswa hanya
akan menyelesaikan masalah sesuai dengan yang telah diajarkan oleh guru
kepadanya.
Untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis yang kreatif, diperlukan
implementasi pembelajaran konsep pemecahan masalah matematika yang efektif.
Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mendorong siswa untuk berpikir divergen dan mengeksplorasi berbagai solusi


yang mungkin.
2. Melibatkan siswa dalam diskusi kelompok untuk berbagi ide dan strategi
pemecahan masalah.
3. Memberikan tantangan dan permasalahan yang menantang untuk memperluas
pemikiran siswa.
4. Mendorong siswa untuk menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-
hari melalui penggunaan model kontekstual.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkolaborasi dalam proyek-
proyek pemecahan masalah yang melibatkan kreativitas dan inovasi.

2.5 Manfaat bagi Mahasiswa Guru Sekolah Dasar dalam Memahami Konsep
Pemecahan Masalah Matematika
Memahami konsep pemecahan masalah matematika memiliki manfaat yang
signifikan bagi mahasiswa guru sekolah dasar, antara lain:

1. Membantu mereka dalam mengajarkan konsep matematika dengan lebih baik


kepada siswa mereka.
2. Meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah matematika
sehari-hari.
3. Membantu mereka mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan kreatif yang
diperlukan dalam kehidupan profesional mereka.
4. Memberikan mereka landasan yang kuat untuk mengembangkan metode
pengajaran yang inovatif dan menarik dalam pembelajaran matematika.

8
2.6 Skenario Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


PERTEMUAN KE-1

Satuan Pendidikan : SDN PULAU KASUARI


Mata Pelajaran : Matematika
Bab 1 : Operasi Bilangan Pecahan
Kelas / Semester : V (Lima) / 1
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
Dilaksanakan pada : Kelas 5 : 23 Juli 2018

A. KOMPETENSI INTI (KI)


1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
3. Memahami pengetahuan ocial dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan ocial dalam ocial yang jelas, sistematis, dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam ocial yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam ociala yang mencerminkan peri-laku anak beriman dan berakhlak
mulia.

B. KOMPETENSI DASAR (KD)


3.1 Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan pengurangan dua pecahan
dengan penyebut berbeda.
4.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan dua pecahan dengan penyebut berbeda.

C. INDIKATOR:
3.1.1 Menjelaskan penjumlahan dua pecahan dengan penyebut sama.
4.1.1 Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dua
pecahan dengan penyebut sama.

9
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat menjelaskan penjumlahan dua pecahan dengan penyebut sama.
2. Siswa dapat mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penjumlahan
dua pecahan dengan penyebut sama.

E. MATERI PEMBELAJARAN
1. Penjumlahan dua pecahan dengan penyebut sama.

F. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN


 Pendekatan : Saintifik
 Metode : Ceramah, Diskusi, Penugasan, Eksplorasi dan Simulasi.

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahulua  Guru mengajak peserta didik untuk berdoa sebelum 10 menit
n ocialan.
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta
didik tentang Operasi bilangan pecahan.
 Guru memberi peserta didik contoh dalam kehidupan
yang berkaitan dengan pecahan yang penyebutnya sama.
(Kegiatan 1.1)
Inti  Siswa mengamati bentuk – bentuk pecahan. 50 menit
 Guru menjelaskan bagaimana cara menyelesaikan
penjumlahan pecahan dengan penyebut sama.
 Guru mengarahkan peserta didik untuk menjawab soal-
soal penjumlahan bilangan pecahan dengan penyebut
sama.
 Guru menfasilitasi peserta didik untuk mengajukkan
pertanyaan berkaitan dengan cara penjumlahan pecahan
dengan penyebut sama.
 Diakhir pembelajaran, siswa diminta mengerjakan soal
ocial mengenai penjumlahan penyebut sama.
Penutup  Siswa menarik kesimpulan dari kegiatan hari ini. 10 menit
 Siswa merefleksikan kegiatan yang telah dilakukan.
 Guru melakukan evaluasi tentang Penjumlahan pecahan
bilangan pecahan dengan penyebut berbeda, serta
menugaskan peserta didik untuk mempelajari materi
selanjutnya.

10
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
 Guru menginformasikan materi selanjutnya, yaitu
Menyamakan penyebut dua pecahan dengan penyebut
berbeda.

H. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN


Buku teks Pelajaran Matematika SD/MI Kelas V tahun 2017

I. PENILAIAN
1. Penilaian Sikap
2. Penilaian Pengetahuan
3. Penilaian Keterampilan

Mengetahui Pulau Kasuari, Juli 2018


Kepala Sekolah Guru Kelas

La Jasmin, S,Pd Anis Nur Rohmah, S. Si., M. Pd.


NIP. NIP. -

10
LAMPIRAN

Penilaian Kegiatan 1.1


Untuk menilai kompetensi yang dicapai dalam proses pembelajaran tentang
Penjumlahan dua bilangan pecahan dengan penyebut sama, guru dapat menilai
berdasarkan aspek sebagai berikut.

Instrumen Penilaian Kegiatan 1.1


Aspek yang Dinilai
Aspek Sikap Aspek
Aspek Keterampilan
Sosial Pengetahuan
Ketepatan dalam Keterampilan dalam
Nama Peserta Disiplin
No Menjumlahkan Menjumlahkan dua Keterangan
Didik dalam
dua bilangan bilangan pecahan
Melakukan
pecahan dengan dengan penyebut
Kegiatan
penyebut sama sama
Tidak Tidak
Ya Tidak Tepat Terampil
Tepat Terampil
1. … … … … … … … …
2. … … … … … … … …
… … … … … … … … …

Keterangan
Diisi dengan tanda cek ()
Kategori penilaian aspek sikap ocial
“Ya” diberi skor = 1,
“Tidak” diberi skor = 0.
Kategori penilaian aspek pengetahuan
“Tepat” diberi skor = 1,
“Tidak Tepat” diberi skor = 0.
Kategori penilaian aspek keterampilan
“Terampil” diberi skor = 1,
“Tidak Terampil” diberi skor = 0.
Skor maksimal yang dapat diperoleh peserta didik adalah 3.
Nilai = Total skor x 100
Skor maksimal

11
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang harus
dikuasai siswa setelah belajar matematika. Kurangnya perhatian guru terhadap
pengembangan kemampuan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran
matematika mengakibatkan siswa kurang memiliki kemampuan pemecahan
masalah. Salah satu penyebab kurangnya perhatian guru terhadap pengembangan
kemampuan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika adalah
kurangnya masalah non-rutin dalam buku sumber (teks), selain itu guru terbiasa
mengadopsi soal-soal yang terdapat pada buku sumber. Penggunaan pendekatan
mekanistik dalam setiap pembelajaran, seperti pembelajaran yang lebih menekankan
pada penyampaian konten pelajaran dan algoritma untuk menyelesaikan soal juga
menjadi penyebab siswa kurang memiliki kemampuan pemecahan masalah.
Pembelajaran matematika di SD tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan
dan karakteristik siswa SD yang masih berada pada tahap operasional konkrit, yaitu
pembelajaran yang mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan pemikiran
yang kreatif serta lebih menekankan pada pengalaman dan keterlibatan siswa secara
aktif dalam pemecahan masalah. Salah satu pembelajaran yang bisa dilakukan yaitu
dengan menerapkan pendekatan pendidikan matematika realistik, karena prinsip dan
karakteristik tersebut memiliki relevansi dengan peningkatan kemampuan
pemecahan masalah siswa. Mengubah kebiasaan dan cara pandang guru merupakan
solusi untuk mengatasi rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arcavi & Friedlander (2007).Curriculum developers and problem solving:


the case of Israeli elementary school projects. ZDM Mathematics
Education (2007) 39:355–364.DOI 10.1007/s11858-007-0050-3.

Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (2006). Pedoman penyusunan


kurikulum tingkat satuan pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Bocro, P. & Dapunto, C. (2007). Problem solving in mathematics education in


Italy:dreams and reality. ZDM Mathematics Education (2007) 39:383–
393.DOI 10.1007/s11858-007-0051-2.

Doorman, M., Drijvers, P., Dekker, T., Heuvel-Panhuizen, M., de Lange, J. &
Wijers, M.(2007). Problem solving as a challenge for mathematics
education in The Netherlands.ZDM Mathematics Education (2007)
39:405–418.DOI 10.1007/s11858-007-0043-2.

Gravemeijer, K.P.E. (1991). RealisticMathematics Education in Primary


School: An Instruction-theoretical on the use of manipulatives.
Culemborg: Technipress.

Hadi, S. (2009).Standar PMRI untuk Penjamin Mutu.Bandung: IP-PMRI.

Mustaqim, B. & Astuty, A. (2008).Ayo belajar matematika untuk SD dan


MI kelas IV. Jakarta: Pusbuk Depdiknas.

National Council of Supervisors of Mathematics (NCSM)

(1977) National Council of Teacher of Mathematics

(NCTM)

Posamentier, A. & Krulik, S. (2009). Problem solving in mathematics grade


3-6.
USA: Corwin.

Programme of International Student assesment (PISA) 2003. (2004). The


PISA 2003 Assesment Framework. OECD
Raharjo, M. (2008).Pembelajaran soal cerita berkait penjumlahan dan
pengurangan di SD. Sleman: PPPPTK Matematika Depdiknas.

13
13
Suherman, dkk.(2001). Strategi pembelajaran matematika
kontemporer.
Bandung: JICA.

Sukayati (2008).Pembelajaran operasi penjumlahan pecahan di Sd


menggunakan berbagai media. Sleman: PPPPTK Matematika Depdiknas.

Torner, Schoenfeld, & Reiss (2007).Problem solving in the mathematics


classroom: the German perspective. ZDM Mathematics Education
(2007) 39:431–441.DOI 10.1007/s11858-007-0040-5.

VanGundy, A. (2005). 101 activities for teaching creativity and problem


solving.San Fransisco: Pfeiffer.

Wardhani, S. (2010).Pembelajaran kemampuan pemecahan masalah


matematika di SD. Yogyakarta: PPPPTK Matematika Depdiknas.

13

Anda mungkin juga menyukai