Diskusi Kelompok 4
Sistem Gastrointestinal
1
Muhammad Alfan Hassan Kamal
Surat Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas ini saya kerjakan dengan sebaik-baiknya,
tanpa melakukan plagiarisme
2
Muhammad Alfan Hassan Kamal
DISKUSI KELOMPOK 4
BLOK 9 SISTEM SALURAN CERNA
Capaian Pembelajaran:
1. Memahami pendekatan diagnosis pasien dengan keluhan gatal hamper seluruh tubuh (C3- 4)
2. Merumuskan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
dengan menyusun resume kasus (C4-5)
3
Muhammad Alfan Hassan Kamal
3. Menganalisis gejala dan tanda pada kasus berdasarkan patogenesis dan patofisiologi terkait dengan
melibatkan ilmu kedokteran dasar (anatomi, histologi, faal) (C5-6)
4
Muhammad Alfan Hassan Kamal
Skenario:
Seorang perempuan berusia 19 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan gatal gatal hampir
seluruh tubuh setelah 30 menit yang lalu makan ikan yang dijual diwarung. Keluhan disertai mual-
mual ,mutah dan mencret dan dada terasa sesak. Penderita baru merasakan keluhan seperti ini,
padahal sebelumnya penderita sering makan ikan.
Riwayat alergi makanan sebelumnya disangkal
Pemeriksaan fisik:
KU tampak sakit sedang, kompos mentis. Tampak kemerahan hampir seluruh tubuh TD
85/80 mmHG, Nadi 110 x/menit, FP 30 x/menit, Suhu 36°C.
Mukosa hidung bengkak dan pucat (-)
Laboratorium:
Basofil 5% (N 0-1%), eosinophil 10% (N 1-3%), Neutrofil batang 4% (N 0-5%), Neutrofil segmen
50%(N 50-65%), Limfosit 25% (N 25-35%) monosit 6% (N 4-6%)
Ig E 250 IU/ml (N < 100IU/ml)
Tugas
1. Analisislah dan rumuskan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan menyusun
resume kasus
skenario keterangan
Seorang perempuan berusia 19 tahun INSIDENSI
dengan keluhan gatal gatal hampir seluruh DD/
tubuh setelah 30 menit yang lalu makan ikan
yang dijual diwarung
Intoleransi makanan
Keluhan disertai mual-mual ,mutah dan Sindroma → keluhan pada sistem
mencret dan dada terasa sesak gastrointestinal dan sistem respirasi
5
Muhammad Alfan Hassan Kamal
Penderita baru merasakan keluhan seperti Pasien belum pernah mengalami keluhan
ini, padahal sebelumnya penderita sering serupa sebelumnya, meskipun sering
makan ikan. mengonsumsi ikan sebelumnya tanpa
adanya reaksi yang sama
Riwayat alergi makanan sebelumnya Pasien tidak memiliki riwayat alergi
disangkal makanan sebelumnya yang pernah
dilaporkan
Pemeriksaan fisik: Pada pemeriksaan fisik,
KU tampak sakit sedang, kompos kondisi umum pasien terlihat sakit
mentis. Tampak kemerahan hampir sedang, dengan kesadaran yang normal.
seluruh tubuh TD 85/80 mmHG, Kulitnya tampak kemerahan hampir di
Nadi 110 x/menit, FP 30 x/menit, seluruh tubuhnya,
Suhu 36°C. tekanan darah rendah (85/80 mmHg),
Mukosa hidung bengkak dan pucat (-) denyut nadi meningkat (110 x/menit),
frekuensi pernapasan juga meningkat
Pulmo: whezing +/+, ronki -/- Extremitas (30 x/menit),
: eritema +/+, kulit kering (-), bersisik(-), namun suhu tubuh dalam batas normal.
likenifikasi (-) Wheezing → kemungkinan
penyempitan jalur napas
Tanda dan gejala urtikaria dan DD/
Dermatitis aktopik disangkal
Tanda syok anafilaktik
6
Muhammad Alfan Hassan Kamal
DK/
menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke oesophagus. Pada saat bernapas
udara dihantarkan ke laring. Ada 3 rongga : nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Mukosa pada nasofaring sama dengan organ respirasi, sedangkan orofaring dan
laringofaring sama dengan saluran cerna. Mukosa faring tidak memilki muskularis
mukosa. Lamina propria tebal, mengandung serat elastin. Lapisan fibroelastis menyatu
dengan jaringan ikat interstisiel. Orofaring dan laringofaring dilapisi epitel berlapis
gepeng, mengandung kelenjar mukosa murni. [4]
5.
Laring
8
Muhammad Alfan Hassan Kamal
Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm. Terletak antara faring dan
trakea. Dinding dibentuk oleh tulang rawan tiroid dan krikoid. Muskulus ekstrinsik
mengikat laring pada tulang hyoid. Muskulus intrinsik mengikat laring pada tulang tiroid
dan krikoid berhubungan dengan fonasi. Lapisan laring merupakan epitel bertingkat silia.
Epiglotis memiliki epitel selapis gepeng, tidak ada kelenjar. Fungsi laring untuk
membentuk suara, dan menutup trakea pada saat menelan (epiglotis). Ada 2 lipatan
mukosa yaitu pita suara palsu (lipat vestibular) dan pita suara (lipat suara). Celah diantara
pita suara disebut rima glotis. Pita suara palsu terdapat mukosa dan lamina propria. Pita
suara terdapat jaringan elastis padat, otot suara ( otot rangka). Vaskularisasi: A.V
Laringeal media dan Inferior. Inervasi: N Laringealis superior. [4]
6.
Trakea
Tersusun atas 16 – 20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya dilapisi oleh jaringan ikat
fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa, epitel bersilia, jaringan
limfoid dan kelenjar. [4]
7.
Bronchus
Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama. Bronki primer bercabang
menjadi bronki lobar bronki segmental bronki subsegmental. Struktur bronkus
primer mirip dengan trakea hanya cincin berupa lempeng tulang rawan tidak teratur.
Makin ke distal makin berkurang, dan pada bronkus subsegmental hilang sama sekali.
Otot polos tersusun atas anyaman dan spiral. Mukosa tersusun atas lipatan memanjang.
Epitel bronkus : kolumnar bersilia dengan banyak sel goblet dan kelenjar submukosa.
Lamina propria : serat retikular, elastin, limfosit, sel mast, eosinofil. [9]
8.
Bronchiolus
Cabang ke 12 – 15 bronkus. Tidak mengandung lempeng tulang rawan, tidak
mengandung kelenjar submukosa. Otot polos bercampur dengan jaringan ikat longgar.
Epitel kuboid bersilia dan sel bronkiolar tanpa silia (sel Clara). Lamina propria tidak
mengandung sel goblet. [9]
9.
Bronchiolus respiratorius
Merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian respirasi paru. Lapisan : epitel kuboid,
kuboid rendah, tanpa silia. Mengandung kantong tipis (alveoli). [9]
10.
Duktus alveolaris
Lanjutan dari bronkiolus. Banyak mengandung alveoli. Tempat alveoli bermuara. [9]
11.
Alveolus
Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat terjadinya pertukaran
oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara yang dihirup. Jumlahnya 200 - 500
juta. Bentuknya bulat poligonal, septa antar alveoli disokong oleh serat kolagen, dan
elastis halus. [9] Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng ( sel alveolar tipe I ), sel alveolar
besar ( sel alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng ( tipe I) jumlahnya hanya 10% ,
menempati 95 % alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe II) jumlahnya 12 %, menempati 5
% alveolar. Sel alveolar gepeng terletak di dekat septa alveolar, bentuknya lebih tebal,
apikal bulat, ditutupi mikrovili pendek, permukaan licin, memilki badan berlamel. Sel
alveolar besar menghasilkan surfaktan pulmonar. Surfaktan ini fungsinya untuk
mengurangi kolaps alveoli pada akhir ekspirasi. Jaringan diantara 2 lapis epitel disebut
interstisial. Mengandung serat, sel septa (fibroblas), sel mast, sedikit limfosit. Septa tipis
9
Muhammad Alfan Hassan Kamal
diantara alveoli disebut pori Kohn. Sel fagosit utama dari alveolar disebut makrofag
alveolar. Pada perokok sitoplasma sel ini terisi badan besar bermembran. Jumlah sel
makrofag melebihi jumlah sel lainnya. [9]
12.
Pleura
Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat elastin, fibroblas,
kolagen. Yang melekat pada paru disebut pleura viseral, yang melekat pada dinding
toraks disebut pleura parietal. Ciri khas mengandung banyak kapiler dan pembuluh limfe.
Saraf adalah cabang n. frenikus dan n. interkostal. [4]
SALURAN PENCERNAAN
10
Muhammad Alfan Hassan Kamal
Cavitas oris terletak di inferior cavitas nasi. Cavitas oris terbagi menjadi dua regiones oleh arcus
dentalis superior dan arcus dentalis
inferior. Arcus dentalis dibentuk oleh gigi (dentes) dan tulang-tulang alveolar (ossa alveolares).
Dua regiones tersebut adalah:
1. Vestibulum oris di bagian luar, terletak di antara arcus dentales dan facies profundi
bucca dan labium oris
2. Cavitas oris propria di bagian dalam, terletak di sebelah internal arcus dentales
(gambar 1.2) (Drake et al., 2018).
2. Pharynx
Pharynx merupakan saluran yang menghubungkan cavitas nasi dan cavitas oris di kepala dengan
larynx dan oesophagus di leher. Pharynx terbagi menjadi 3 regiones, yaitu nasopharynx,
oropharynx, dan laryngopharynx (gambar 1.2). Struktur rinci dari 3 regiones ini dapat dilihat di
topik anatomi systema respiratoria. Terkait dengan proses penelanan, fossa (recessus) piriformis
yang terletak di laryngopharynx membentuk saluran yang mengarahkan makanan dan minuman
dari cavitas oris menuju oesophagus. Otot-otot pharynx terorganisir menjadi 2 kelompok
berdasarkan arah serabut otot. Otot- otot constrictor memiliki serabut yang berjalan sirkuler,
sementara otot-otot longitudinal berjalan vertikal. Otot constrictor terdiri atas m. constrictor
pharyngis superior, m. constrictor pharyngis media, dan m. constrictor pharyngis inferior
11
Muhammad Alfan Hassan Kamal
3. Oesophagus
Oesophagus merupakan saluran berotot dengan panjang 25 cm, menghubungkan pharynx dan
ventriculus. Oesophagus ini terdiri atas oesophagus cervicalis di region colli, oesophagus
thoracica di cavitas thoracis, dan oesophagus abdominalis di cavitas abdominis (Muresian,
2016). Organ ini dimulai pada ujung inferior laryngopharynx, berjalan melalui aspek inferior
leher, memasuki mediastinum dan turun di anterior columna vertebralis, menembus diaphragma
melalui hiatus oesophagii, dan berakhir di bagian superior ventriculus (Tortora dan Nielsen,
2017).
4. Ventriculus (Gaster/Stomach/Lambung)
Ventriculus merupakan organ tractus gastrointestinalis yang paling berdilatasi dan berbentuk
seperti huruf J. ventriculus terletak di regio epigastrica, regio umbilicalis, dan regio
hypochondriaca sinistra. Ventriculus memiliki 2 permukaan, yaitu facies anterior (facies
superior) dan facies posterior (facies inferior). Ventriculus memiliki 4 regiones utama, yaitu
cardia, fundus, corpus, dan pars pylorica. Cardia mengelilingi muara oesophagus ke ventriculus.
Intestinum tenue merupakan bagian terpanjang tractus gastrointestinalis (6-7 m) dan terbentang
dari orificium pyloricum sampai ileocecal junction. Saluran ini terdiri atas duodenum, jejunum,
dan ileum (Drake et al., 2018; Hansen, 2019).
A. Duodenum Duodenum berbentuk huruf C dengan panjang 20-25 cm. Lumen duodenum
terluas dibandingkan organ intestinum tenue yang lain. Duodenum terletak
retroperitoneal, kecuali pada bagian permulaannya yang dihubungkan ke hepar oleh
ligamentum hepatoduodenale
B. Jejunum Jejunum dimulai dari duodenojejunal junction. Jejunum mewakili 2/5 proximal
intestinum tenue, terletak sebagian besar di kuadran kiri atas. Dibandingkan ileum,
jejunum memiliki diameter yang lebih besar, dinding lebih tebal, lemak mesenterica lebih
sedikit, plica circularis lebih tinggi dan lebih banyak, arcade arterialis yang kurang
menonjol, dan vasa recta lebih panjang (Drake et al., 2018; Hansen, 2019; Wineski,
2019).
C. Ileum Ileum membentuk 3/5 distal intestinum tenue, terletak sebagian besar di kuadran
kanan bawah. Dibandingkan jejunum, ileum memiliki dinding lebih tipis, plica circularis
lebih sedikit dan kurang menonjol, vasa recta lebih pendek, lemak mesenterica lebih
banyak, dan arcade arterial lebih banyak (gambar 1.13) (Drake et al., 2018).
D. Intestinum Crassum (Large Intestine/Usus Besar) Intestinum crassum terbentang dari
ujung distal ileum ke anus dengan panjang sekitar 1,5 meter pada orang dewasa.
Intestinum crassum melengkung di sekitar dan menutupi gulungan intestinum tenue dan
cenderung lebih terfiksir dibandingkan intestinum tenue. Ia terdiri atas cecum, appendix
vermiformis, colon, rectum, dan canalis analis
E. Cecum Cecum adalah bagian pertama intestinum crassum, berupa kantung berujung
buntu. Ia terletak inferior dari ileocecal junction di fossa iliaca dextra. Cecum
merupakan
12
Muhammad Alfan Hassan Kamal
6. Anus
Canalis analis berakhir di anus yang membuka ke luar. Ada 2 otot sfingter, yaitu m. sphincter ani
internus yang dibentuk oleh otot polos dan bersifat involunter dan m. sphincter ani externus yang
dibentuk oleh otot skelet dan bersifat volunter (Marieb dan Keller, 2018). M. sphincter ani
externus tersusun atas pars profundi, pars superficialis, dan pars subcutanea (Heylings et al.,
2018).
Anatomi Usus
halus
Terbentang dari pilorus hingga caecum. Pada neonatus panjangnya 275 cm sementara pada
dewasa dapat mencapai 5-7 m.
Duodenum
Berbentuk seperti huruf C. Terletak di dekat caput pankreas, di atas umbilikus.
Panjangnya 20-25 cm dan memiliki lumen paling besar. Duodenum terbagi menjadi 4
bagian, antara lain pars superior, pars descendens, pars inferior dan pars ascendens. Pars
superior et descendens termasuk ke dalam kelompok foregut. Pars inferior hingga ileum
termasuk ke dalam kelompok midgut.
13
Muhammad Alfan Hassan Kamal
Jejunum
2⁄5 bagian proximal. Diameternya lebih besar dan dindingnya lebih tebal dibandingkan
ileum. Plica circulare banyak dan menonjol.
Ileum
3⁄5 bagian distal. Diameternya lebih kecil dan dindingnya lebih tipis dibandingkan
jejunum. Plica circulares sedikit dan kurang menonjol. Bermuara di colon.
Vaskularisasi
Inervasi
Histologi
Mukosa
Muscularis
Terdiri dari otot sirkuler dan otot longitudinal, serta memiliki plexusauerbach untuk
peristalsis
14
Muhammad Alfan Hassan Kamal
Fisiologi
Perpindahan cairan: Dua pertiga H20 tubuh terdapat di cairan intrasel (CIS). Sisa sepertiganya
terdapat di cairan ekstrasel (CES) yang terdistribusi antaraplasma (20% CES)
dancairaninterstisium (80% CES)
Biokimia
Proses pencernaan karbohidrat
15
Muhammad Alfan Hassan Kamal
Sumber:
Saladin KS, McFarland RK, Gan CA, dan Cushman HS 2018. Essentials of Anatomy and
Physiology Second Edition. McGraw-Hill Education, New York hal. 560
dr. Tjokorda Istri Anom Saturti,SpPD DALAM RANGKA MENJALANI
KEPANITERAAN KLINIK MADYA PENYAKIT
DALAM.FAKULTASKEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA RSUP SANGLAH
: 2017
Drake RL, Vogl AW, dan Mitchell AWM 2018. Gray’s Basic Anatomy second ed. Elsevier,
Philadelphia hal. 581
4. Bagaimana pathogenesis dan patofisiologi hingga timbul tanda dan gejala pada kasus?
16
Muhammad Alfan Hassan Kamal
ekstrak alergen, serum kuda, zat diagnostik, bisa (venom), produk darah, anestetikum lokal, makanan, enzim,
hormon, dan lain-lain. Antibiotik dapat berupa penisilin dan derivatnya, basitrasin, neomisin, tetrasiklin,
sterptomisin, sulfonamid. Ekstrak alergen dapat berupa rumput-rumputan atau jamur, serum ATS, ADS, dan
anti bisa ular. Produk darah seperti gamaglobulin dan kriopresipitat dapat menyebabkan alergi. Makanan yang
dapat menjadi penyebab alergi diantaranya susu sapi, kerang, kacang-kacangan, ikan, telur, dan udang
Sumber: Mutiara Medika Vol. 9 No. 1:63-68, Januari 2009 Terapi Antibodi IgE pada Rinitis Alerg
6. Bagaimana tatalaksana pada kasus sesuai kompetensi dokter umum?
- Lakukan ABCD:
A→jaga saluran napas, pada kasus normal B→pemberian oksigen
Penatalaksanaan rinitis alergi yang disebabkan alergi makanan terdiri dari dua hal utama, yaitu
menghindari makanan penyebab atau terapi diet (avoidance)
Pada terapi diet terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu adanya prosedur
diagnostik yang menkonfirmasi keterlibatan makanan tersebut dengan keluhan penderita, dan
adanya kemungkinan makanan atau kelompok makanan tersebut dapat dihindari sepenuhnya oleh
penderita.
terapi farmakologis
berdasarkan penelitian pada penderita rinitis dengan alergi makanan, oral disodium
cromoglycate (DSCG) dengan dosis 100-200mg setiap 4 jam sehari dapat memberikan proteksi
signifikan terhadap immediate nasal response(83%) dan late nasal response(79%).
Penggunaan DSCG secara topikal dapat berguna dan sebagai tambahan dapat diberikan
kortikosteroid topikal dan dekongestan topikal bila DSCG oral tidak dapat mengurangi simtom
hidung.
Terapi tambahan dapat diberikan untuk mengontrol secara optimal keluhan penderita. Obat-
obat yang sering dipakai meliputi antihistamin, antikolinergik atau alfasimpatomimetik seperti
penatalaksanaan rinitis alergi pada umumnya.
Allergen Immunotherapy
Prinsip imunoterapi mendominasi dalam prinsip tatalaksana alergi makanan. Imunoterapi yang dilakukan
berdasarkan hubungan dengan alergen spesifik dilakukan dengan dasar teori yaitu dengan melakukan
peningkatan paparan secara gradual seorang penderita dengan alergen yang spesifik, maka diharapkan akan
terjadi suatu proses desensitisasi atau diharapkan akan terjadi suatu peningkatan toleransi terhadap alergen
tersebut.10
18
Muhammad Alfan Hassan Kamal
Efek imunologis yang terjadi setelah pemberian imunoterapi adalah sebagai berikut10:
1. Antibodi penghalang Imunoterapi akan menginduksi IgG spesifik alergen (IgG4) yang berperan sebagai antibodi
penghalang yang berkompetisi dengan IgE untuk berikatan dengan alergen. Sejumlah studi mengemukakan bahwa
terbukti ada hubungan antara pengurangan gejala alergi dengan jumlah IgG serum. Peningkatan IgG4 berhubungan
dengn inhibisi ikatan antara IgE dengan reseptor sehingga menekan aktivasi basofil.10,11
2. Penurunan IgE
Respons Th 2 terhadap alergen akan dihambat dan menginduksi respons Th 1 dengan peningkatan interferon dan IL-
12. Perubahan fungsi ini akan mempengaruhi produksi IgE, pematangan populasi sel, pelepasan mediator oleh sel mast
dan basofil. Akhirnya penurunan IgE akan menurunkan respons alergi.
19
Muhammad Alfan Hassan Kamal
20
Muhammad Alfan Hassan Kamal
Justice: mendistribusikan keuntungan dan kerugian → dokter memberikan edukasi terkait penyakit
serta kekurangan dan kelebihan penanganan tersebut, menganalisis faktor risiko lain seperti stress
psikologis dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pasien
Daftar Pustaka
1. Frederic H. Martini, Fundamental of Anatomy & Physiology, 7th ed. United States of America.
Pearson Benyamin Cummings, 2006
2. Guyton & Hall, Textbook of Medical Physiology, 11th ed. Philadelphia, Pensylvania. Elsevier
Saunders, 2006
3. Abbas AK, Lichtman A, Pillav S. Basic immunology : functions and disorders of the immune system. 5th
Ed. Missouri, Elsevier. 2016
4. Mitchell AL. Anaphylaxis, Acute Allergic Reactions, and Angioedema, dalam : Cydulka RK et al
(editors) Tintinalli’s Emergency Medicine Manual. 8th Ed. New York Mc Graw Hill. 2018
21