Fatwa Kupi-Perlindungan Perempuan Dari Khitan
Fatwa Kupi-Perlindungan Perempuan Dari Khitan
211
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
1. TASHAWWUR (DESKRIPSI)
Organ kelamin laki-laki dan perempuan memiliki struktur anatomi
dan fungsi yang berbeda. Perempuan mengalami menstruasi mingguan
dengan dampak sakit (adzâ), hamil kurang lebih sembilan bulan,
melahirkan jam-jaman atau harian, nifas mingguan atau bulanan,
menyusui bayi selama 2 (dua) tahun, yang dampaknya adalah
melelahkan (kurhan), sakit dan lelah berlipat-lipat berturut-berturut
dan berulang-ulang (wahnan alâ wahnin). Dampak sakit (adzâ, kurhan
bahkan wahnan alâ wahnin) selama menjalankan peran reproduksi
khas perempuan ini bisa terjadi saat organ kelamin perempuan masih
dalam kondisi sempurna. Sementara laki-laki hanya mengeluarkan
sperma dalam durasi menitan dan berdampak nikmat. Perbedaan
fungsi reproduksi di atas menyebabkan perbedaan signifikan tindakan
pemotongan dan/atau pelukaan organ kelamin keduanya. Pada
laki-laki, tindakan pemotongan kulup laki-laki melancarkan fungsi
reproduksinya. Sebaliknya pada perempuan, tindakan yang sama
dapat memberikan dampak buruk bahkan bahaya.
Tindakan pemotongan dan pelukaan genitalia perempuan (P2GP)
yang membahayakan tanpa alasan medis alasan medis, terutama pada
klitoris, dapat merusak banyak jaringan syaraf dan pembuluh darah
sehingga bisa menyebabkan komplikasi segera dan komplikasi jangka
panjang (Fadli, 2020). Komplikasi segera bisa muncul dalam bentuk
nyeri hebat, pendarahan hebat, pembengkakan pada jaringan genitalia,
demam, infeksi, masalah berkemih, masalah penyembuhan luka,
perlukaan jaringan sekitar genitalia, syok hingga kematian. Komplikasi
jangka panjang bisa muncul dalam bentuk kerusakan jaringan genitalia
(nyeri kronis pada klitoris dan vulva), infeksi kronis organ genitalia,
masalah sistem reproduksi (infeksi nyeri panggul kronis), masalah
berkemih (nyeri berkemih, infeksi saluran kemih berulang), masalah
vagina (gatal, keputihan, bakterial vaginosis, dan infeksi lain), jaringan
parut dan keloid, masalah seksual (nyeri, berkurangnya kepuasan
seksual), peningkatan risiko bayi lahir dengan komplikasi (kelahiran
212
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
****
213
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
dan apa pun dari bambu (Halaqah Online "Pemotongan & Pelukaan
Genitalia Perempuan dalam Tinjauan Teologi dan Budaya", Alimat,
14 November 2020). Di Dumai Riau, seorang bidan yang disunat
saat kecil mengalami trauma fisik berat. Ia ketakutan ketika diajak
hubungan seksual oleh suami karena selalu merasakan nyeri sehingga
tidak pernah merasakan kenikmatan seksual (Komnas Perempuan
dan PSKK UGM, 2017). Di Lebak Banten, pada tahun 2008 bayi
perempuan berusia 1 tahun disunat oleh dukun bayi (paraji). Ia pun
mengalami pendarahan hebat di bagian klitorisnya dan segera dibawa
ke bidan praktik yang ternyata tidak mampu mengatasinya sehingga
dibawa ke Puskesmas. Bayi, akhirnya meninggal keesokan harinya
(Komnas Perempuan, 2017 dan Siti Fauziyah, 2017). Hady Maulanza
Sp.OG., seorang ahli kandungan asal Aceh yang buka praktik di
Jawa, memberikan kesaksian tentang adanya seorang pasien dengan
keluhan tidak bisa melakukan hubungan seksual. Setelah diperiksa
ternyata kondisi kelamin pasien tertutup di mana bagian labia (bibir
kelamin) dijahit dengan benang warna merah. Kondisi ini menurut
dokter dapat memicu infeksi sampai ke daerah rahim (Halaqah Online
#Seri 6 "Pencegahan Pemotongan dan Pelukaan Genitalia Perempuan
(P2GP), Jaringan KUPI, 30 Agustus 2021).
P2GP yang membahayakan tanpa alasan medis banyak pula
dialami oleh perempuan lain di wilayah yang berbeda. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 (riset terakhir yang menyertakan
khitan perempuan) menyebutkan bahwa 51,2% anak perempuan berusia
0-11 tahun dikhitan. Angka tertinggi terdapat di Provinsi Gorontalo
(83,7%) dan terendah di provinsi NTT (2,7%). Hasil penelitian lain
menunjukkan bahwa setidaknya 13,4 juta perempuan Indonesia yang
berusia 11 tahun ke bawah mengalami P2GP tanpa alasan medis. Angka
ini membawa Indonesia pada tahun 2016 menjadi negara terbesar
ketiga yang melakukan praktik P2GP tanpa alasan medis (ugm.ac.id,
2020). Riset selanjutnya menemukan dari 12.800 rumah tangga di
33 provinsi terdapat 55% anak perempuan usia 15-49 tahun yang
214
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
215
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
216
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
217
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
218
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
219
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
220
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
َ ُ ْ َ ُ ُ ْ َ ُ ُ َ ٰ َ ْ َّ َ َ
يٰٓايُّها ال ِذين امن ْوا ق ْوٓا انف َسك ْم َواه ِل ْيك ْم ن ًارا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluarga
mu dari api neraka.” (QS. at-Tahrîm (66): 6).
11) Perintah bagi laki-laki dan perempuan untuk saling menolong,
menjaga dan melindungi satu sama lain
ْ
َ ْ ْ ْ َ ْ َ ُ ْ ُ ٰ ْ ْ َ ُ ْ ْ
َوال ُمؤ ِمن ْون َوال ُمؤ ِمنت َبعض ُه ْم ا ْوِل َيا ُۤء َبع ٍضۘ َيأ ُم ُر ْون ِبال َمع ُر ْو ِف َو َين َه ْون
َ َ ٰ َّ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ٰ َّ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ْ ُ ْ َ
ٗ َ ّٰ وة َو ُيط ْي ُع ْو َن
ۗالل َو َر ُس ْوله ع ِن المنك ِر وي ِقيمون الصلوة ويؤتون الزك
ِ
221
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
َ َ َ ّٰ َّ ُ ّٰ ُ ُ ُ َ ْ َ َ َ ٰۤ ُ
زْ ٌز ح ِك ْي ٌم
الل ع ِ ي ِ اول ِٕىك سيرحمهم الل
ۗان
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, mereka
saling menjadi penolong satu sama lain. Mereka bahu-membahu
memerintahkan kebaikan, mencegah kemungkaran, mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan taat pada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. at-Taubah (9): 71).
12) Perintah untuk berkonsultasi kepada ahlinya.
َ ْ َُ َْ َ ْ ُْ ُ ْ ْ ّ َ َْ ُ َ
ْ ْ
ِ فس َٔـلوٓا اهل
ۙالذك ِر ِان كنتم لا تعلمون
“Bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika
kalian tidak mengetahui.” (QS. an-Nahl (16): 43).
13) Perintah bersikap adil pada semua pihak
ْ ُ َ َْ ْ َ ََْ ْ َ
ْ َ ُ ُّ َ ْ َ ْ َ ُ ٰ َ َ ُ َّ َ ْ َ َ
ْ ْ ْ َ
ۘام ان تعتدوا ِ ولا يج ِرمنكم شنان قو ٍم ان صدوكم ع ِن المس ِج ِد الحر
ْ َّ َ ّ ْ َ َ ْ ُ َ َ َ َ
َ او ُن ْوا َع َلى ْالا ْثم َوال ُع ْد َوان
َ ّٰ ۖوَّات ُقوا
ۗالل َ الت ْق ٰوىۖ َو َلا َت َعوتعاونوا على ال ِب ِر و
ِ ِ ِ
َ ْ ُ ْ َ َ ّٰ َّ
ابِ ِان الل ش ِديد ال ِع
ق
“Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka
menghalang-halangimu dari Masjidil Haram, mendorongmu
berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-me
nolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-
Nya.” (QS. al-Mâ`idah (5): 2).
14) Perintah agar menggunakan wewenang dengan adil
َّ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ٰٓ ٰ ٰ َ ْ ُّ َ ُ ْ َ ْ ُ ُ ُ ْ َ َ ّٰ َّ
اس ِ الن ن ي ب م ت م ك ح اذ ِا و ۙا ه ل
ِ ه ا ى ل اِ ِ ۞ ِان الل يأمركم ان تؤدوا الام
ت ن
ً َ َ َ ّٰ َّ ُ ُ َّ َ ّٰ َّ ْ َْ ُ َْ ْ َ
الل كان َس ِم ْيعا ۢ َب ِص ْي ًرا الل ِن ِعما َي ِعظك ْم ِب ٖهۗ ِان ان تحك ُم ْوا ِبالعد ِلۗ ِان
“Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kalian) apabila
222
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
b. Nash Hadîts
1) Larangan membahayakan diri sendiri dan orang lain
َ َ
َض َرر َ َ ّٰ ّٰ َ ُ َ َّ َ ّ َ ْ َ ْ َ ْ َ
ِ ازن ِى أن رسول
«لا: قال-الل صلى الل عليه وسلم ِ ِ عن يحيى الم
َ
.»َولا ِض َر َار
“Rasulullah Saw bersabda: “Tidak boleh membahayakan diri
sendiri dan meletakkan orang lain dalam bahaya.” (Muwaththa’
Mâlik, no. 1435; Sunan Ibn Mâjah, no. 2430 dan 2431; Musnad
Ahmad, no. 2912 dan 2322).
2) Perintah untuk selalu berbuat untuk kebaikan perempuan
َ َ ّٰ ّٰ َ
ُ َ
ْاست ْوصوا:الل صلى الل عليه وسلم أنه قال
ِ ول سُ َع ْن َع ْمرو ْبن الأ ْح َوص َر
ِ ِ ِ ِ
َ
َ َ َ ْ ً ْ َ َّ ُ ْ َ ُ َ ُ
َ ْ َ ْ َّ ُ َ َّ َ ً ْ َ
َْ َ ْ
ان ليس تم ِلكون ِمنهن شيئا غير ذ ِلك َ َّ ب
ٍ النس ِاء خيرا ف ِإنما هن ِعندكم عو ِ ِ
223
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
224
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
225
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
c. Aqwâl al-‘Ulamâ`
1) Tujuan syariat Islam (maqâshid asy-syarî’ah) adalah perlindungan
jiwa, akal, harta, agama, keluarga, termasuk organ kelamin
الضرر يزال
“Bahaya harus dihilangkan.” (as-Suyuthi, 1983: 83).
226
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
227
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
ان حكم الشرع فى الختان لا يخضع لنص منقول وإنما يخضع فى
الذكروالأنثى لقاعدة شرعية عامة وهي أن ايلام الحي لا يجوز شرعا إلا
فإن ختان البنات لم يكن،ولا نقل عنه أحد من أهل العلم قاطبة
وهو أسوتنا يبين المسلك القويم في تلك القضية كما إنه لم،المدينة
228
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
الأنثى ليس ما لدينا يدعو إليه وإلى تحتمه لا شرعا ولا خلقا ولا طبا
“Realitasnya, masalah perilaku positif dan negatif perempuan
itu kembali pada akhlak, lingkungan, didikan dan pengawasan
yang baik (bukan disebabkan oleh khitan atau tidak khitan).
Berdasarkan itu, maka menjadi jelas bahwasanya tidak ada alasan
229
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
إن قضية ختان الأنثى ليست قضية دينية تعبدية فى أصلها وإنما هي
230
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
231
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
وبالتالي فإن محاربة هذه العادة هو،مع مقاصد الشرع ومصالح الخلق
"لاضرر:الحاق الضرر بالانسان كما قال الرسول صلى اهلل عليه وسلم
232
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
3. ISTIDLÂL (ANALISIS)
P2GP (Pemotongan dan/atau Pelukaan Genitalia Perempuan)
adalah prosedur pemotongan organ kelamin perempuan, baik sebagian
atau keseluruhan atau dalam bentuk apa pun yang melukai organ
kelamin perempuan dengan alasan di luar medis. Meskipun definisi
P2GP hanya meliputi tindakan dengan alasan di luar medis, namun
233
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
234
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
235
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
236
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
237
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
agar selalu berbuat baik pada perempuan (Sunan Ibn Mâjah, no.
1924), merawat dan melindungi bayi perempuan dari segala bahaya
(Shahîh al-Bukhâri, no. 6061), perintah untuk selalu menyayangi
anak-anak kecil (Sunan Turmudzî, no. 2043), dan perintah umum
untuk tidak menyakiti manusia (Musnad Ahmad, no. 22837).
Tindakan P2GP yang membahayakan tanpa alasan medis juga
bertentangan dengan perintah Rasulullah Saw untuk meniadakan
segala bahaya dari diri sendiri (dlarar) dan orang lain (dhirâr)
(Muwaththa’ Mialik, no. 1435; Sunan Ibn Mâjah, no. 2430 dan 2431;
Musnad Ahmad, no. 2912 dan 2322), karena ia bisa membahayakan
fungsi reproduksi perempuan menjadi semakin sakit.
Membiarkan dampak buruk apalagi bahaya dalam tindakan
P2GP tanpa alasan medis juga bertentangan dengan tujuan syari’at
Islam (maqâshid syarî’ah), terutama menjaga jiwa (hifdh an-nafs)
karena bisa menyebabkan trauma psikis secara berkepanjangan,
bahkan bisa menyebabkan pendarahan hebat yang mengantarkan
pada kematian; menjaga akal (hifdh al-‘aqli) karena membenarkannya
berarti menentang pengetahuan yang telah terbukti secara ilmiah;
menjaga martabat (hifdh al-‘irdl) karena merusak organ kelamin
perempuan sebagai organ vital reproduksinya (hifdh al-budl’) sebagai
manusia; dan menjaga keturunan (hifdh an-nasl) karena berpotensi
bahkan telah terbukti merusak sistem reproduksi perempuan sebagai
organ penting dalam melahirkan keturunan.
P2GP yang membahayakan tanpa alasan medis juga bertentangan
dengan kaidah fiqh bahwa bahaya itu harus dihilangkan ()الضرريزال.
Sementara kekhawatiran atas bahaya tidak terkendalinya hasrat
seksual perempuan tidak bisa diatasi dengan tindakan P2GP tanpa
alasan medis yang nyata membahayakan (bahaya tidak bisa diatasi
dengan bahaya yang lain, )الضرر لا يزال بالضرر. Apalagi kekhawatiran
tersebut bersifat asumtif, sedangkan bahaya P2GP bersifat pasti
sehingga (Sesuatu yang meyakinkan tidak bisa dihapus oleh sesuatu
ّ َّ َُ َ ْ
yang masih asumtif, ك َ
ِ )الي ِقين لا يزال ِبالش.
238
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
239
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
yakni di wilayah yang saat ini disebut Timur Tengah sekitar 4000
SM. Pendapat lain menyebutkan khitan perempuan telah dilakukan
hampir 2000 tahun sebelum Islam. Jumhur ulama sepakat bahwa
praktik khitan perempuan berasal dari tradisi masa lalu (al-atsar
al-qadîmah) yang telah berlangsung secara turun-temurun dalam
kurun waktu yang sangat panjang di berbagai belahan dunia, jauh
sebelum Islam muncul (Abu Surur and Rajab, 2017).
Dalil-dalil yang digunakan untuk melegitimasi kebaikan khitan
perempuan yang membahayakan tanpa alasan medis juga tidak kuat.
Ayat tentang perlunya mengikuti millah Ibrahim As adalah berkaitan
dengan tauhid dan haji, tidak terkait dengan khitan perempuan.
Demikian pula hadits-hadits tentang khitan perempuan tidak satu
pun sanadnya bisa diikuti sebagaimana pendapat Ibnu Mundzir
yang dikutip oleh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam at-Talkhîs al-Kabîr.
Pendapat ini juga dipegang oleh Sayyid Sabiq dalam Fiqh as-Sunnah.
Menurut Asy-Syaukani dalam Nayl al-Authâr, hadits tentang
Ummu Athiyah sebagai dukun sunat dari aspek sanadnya adalah
lemah, karena al-Bukhari, Ibn ‘Adiy dan ath-Thabrani, sebagaimana
dikutip Imam Asy-Syaukani, menilai periwayatnya, yaitu Za’idah
ibn Abi ar-Raqad, sebagai periwayat yang haditsnya tidak diterima
(munkar al-hadîts). Selain itu, tidak ada yang meriwayatkan hadits
ini dari Anas kecuali Tsabit, dan tidak ada yang meriwayatkan dari
Tsabit kecuali Za’idah, dan tidak ada dari Za’idah kecuali Muhammad
ibn Salam.
Adapun dari aspek matan, hadits ini mengandung pesan pe
ngurangan bertahap praktik khitan perempuan yang telah berlangsung
lama di Madinah. Hal ini diindikasikan oleh tidak adanya riwayat
tentang khitannya istri dan putri-putri Rasulullah Saw sebagai
mana diungkapkan oleh al-Muwafi dalam Khitân al-Inâts bayn
al-Masyrû’iyyah wal Hadhr dan Ali Jum’ah dalam al-Bayân li mâ
Yusyghil al-Adzhan. Hadits-hadits tentang khitan perempuan menurut
Syams al-Haq Abady dalam Aun al-Ma’bûd diriwayatkan melalui
240
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
241
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
orang yang tidak dapat dijadikan hujjah (lâ yuhtajju bih). Demikian
pula dengan Ibn Hajar dan adz-Dzahabi menilai Hajjaj sebagai
seorang yang jujur tetapi banyak salah dan melakukan penyamaran/
menyembunyikan sesuatu (shadûq katsîr al-khatha’ wa at-tadlîs).
Makna makrûmah dalam hadits tersebut menurut al-Qaradhawi
dalam Fatâwâ Mu’âshirah adalah sesuatu yang dianggap baik menurut
tradisi dan sesungguhnya tidak ada teks syari’at yang mewajibkan
atau mensunnahkan. Mahmud Syaltut dalam al-Fatâwâ menegaskan
hal yang sama, bahwa khitan perempuan hanyalah tradisi yang
dipandang baik (makrûmah) oleh sebuah masyarakat di suatu tempat
dan masa tertentu, yang tidak selalu relevan di tempat dan masa lain.
Perkembangan ini ditunjukkan oleh adanya perbedaan pandangan
ulama tentang hukum khitan perempuan. Perkembangan ilmu penge
tahuan medis modern menunjukkan bahwa khitan perempuan tanpa
alasan adalah tindakan yang membahayakan sehingga tidak lagi bisa
dipandang makrûmah. Berdasarkan perkembangan pengetahuan di
bidang medis ini menjadi dasar fatwa Negeri Perlis Malaysia bahwa
khitan perempuan yang makrûmah hanyalah yang punya alasan medis.
Muhammad Syahat al-Jundi, salah seorang anggota Lembaga
Majma al-Buhûts al-Islâmiyah, menegaskan mengenai pandangan
lembaganya bahwa khitan perempuan tidak diperintahkan oleh
syara’ dan tidak pula ditetapkan kebenarannya baik dalam Al-Qur’an
maupun hadits. Syekh Ali Jum’ah, Mufti ad-Diyâr al-Mishriyah
(2003-2013), dalam al-Bayân li Mâ Yusyghilu al-Adzhan menegaskan
bahwa khitan perempuan bukanlah masalah keagamaan yang bersifat
ta’abbudi (harus diikut sebagai ibadah), melainkan tradisi medis
yang diwariskan dari generasi ke generasi sesuatu pengetahuan
pada saat itu.
Mempertimbangkan dampak buruk bahkan bahaya khitan
perempuan yang membahayakan tanpa alasan medis dan lemahnya
dalil-dalil yang menjadi dasar perintahnya, maka beberapa organisasi
atau lembaga Islam telah mengeluarkan sikap yang tegas sebagai berikut:
242
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
243
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
244
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
245
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
246
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
5. REKOMENDASI
1. Individu:
1) Mengedukasi diri dan lingkungan dengan pengetahuan-
pengetahuan tentang dampak buruk dan bahaya P2GP tanpa
alasan medis dari sumber-sumber yang terpercaya;
2) Berpartisipasi aktif dalam pencegahan praktik P2GP yang
membahayakan tanpa alasan medis sesuai dengan kapasitas
profesi dan kewenangan masing-masing;
2. Keluarga:
1) Mengedukasi anggota keluarga tentang dampak buruk bahaya
tindakan P2GP tanpa alasan medis;
2) Tidak melakukan tindakan P2GP yang membahayakan tanpa
alasan medis dalam lingkungan keluarga;
3) Bagi keluarga yang merayakan tasyakuran kelahiran bayi
perempuan, menstruasi pertama, dan fase kehidupan
perempuan lainnya, mengisinya dengan pendidikan kesehatan
247
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
3. Masyarakat:
1) Tidak melakukan P2GP yang membahayakan tanpa alasan
medis;
2) Tidak meminta pelayanan P2GP tanpa alasan medis kepada
tenaga medis apalagi kepada tenaga non-medis;
3) Melakukan sosialisasi dampak buruk dan bahaya P2GP tanpa
alasan medis;
4) Tidak melakukan pembiaran terhadap terjadinya P2GP yang
membahayakan tanpa alasan medis, termasuk memberikan
perlindungan kepada anak perempuan yang akan menjadi
korban;
5) Mengadvokasi para tokoh masyarakat agar ikut menyosialisasi
kan sikap dan pandangan keagamaan KUPI tentang per
lindungan perempuan dari bahaya P2GP tanpa alasan medis;
6) Tidak melakukan stigmatisasi bagi perempuan yang tidak
melakukannya.
4. Tenaga Medis:
1) Melakukan sosialisasi dan edukasi tentang dampak buruk
dan bahaya P2GP dari sudut pandang kesehatan;
2) Tidak melakukan tindakan apa pun yang berdampak buruk pada
genitalia perempuan meski tanpa pelukaan dan pemotongan;
3) Tidak menganjurkan, menawarkan, melayani, membiarkan,
apalagi mengambil keuntungan dari praktik P2GP yang
membahayakan tanpa alasan medis;
248
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
6. Pemerintah:
1) Menyosialisasikan bahaya P2GP tanpa alasan medis sesuai
dengan kewenangannya, termasuk pada kegiatan bimbingan
perkawinan bagi calon pengantin di KUA;
2) Membuat kebijakan pencegahan tindakan P2GP yang mem
bahayakan tanpa alasan medis dan aturan perundang-
undangan bersama anggota legislatif;
3) Menertibkan tenaga medis agar tidak melakukan malpraktik
berupa pelayanan P2GP tanpa alasan medis;
4) Mencabut izin praktik tenaga medis yang melayani P2GP
tanpa alasan medis;
249
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
8. Lembaga pendidikan:
1) Melakukan penelitian terkait P2GP serta perbedaan khitan
laki-laki dan perempuan untuk dijadikan landasan dalam
peninjauan (review) kurikulum dan pengabdian pada
masyarakat;
2) Melakukan sosialisasi dampak buruk dan bahaya P2GP tanpa
alasan medis di lingkungan lembaga pendidikan;
3) Memasukkan dampak buruk dan bahaya P2GP tanpa alasan
medis dalam kurikulum pendidikan bidang kedokteran,
kebidanan, dan keperawatan;
4) Mengintegrasikan pembelajaran tentang dampak buruk dan
bahaya P2GP tanpa alasan medis pada kurikulum pendidikan
kesehatan reproduksi lintas jenjang.
9. Media:
1) Membekali jurnalis dengan informasi tentang dampak buruk
dan bahaya P2GP tanpa alasan medis;
2) Tidak membingkai berita perihal P2GP sebagai tindakan
yang positif;
3) Melakukan sosialisasi dan edukasi publik mengenai bahaya
P2GP tanpa alasan medis, baik melalui media cetak maupun
elektronik;
250
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
6. MARÂJI’ (REFERENSI)
Al-Qur’ân al-Karîm
‘Allam, Syawqi Ibrahim. 2022. Hukm Khitân al-Inâts wa al-Musâ’adah
‘alâ Fi’lih. Fatwa online yang dikeluarkan oleh Lembaga
Fatwa Mesir (Dâr al-Iftâ al-Mishriyyah) pada tanggal 15 Mei
2022. Detail fatwa dapat ditemukan di link: https://www.
dar-alifta.org/ar/fatawa/17380/-فعله-على-والمساعدة-الإناث-ختان-حكم
إبرا-شوقي-الدكتور-الأستاذ.
Abu Dawud, Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani. 2000. Sunan Abî
Dâwud. Kairo: al-Maknaz al-Islamy.
Abu Surur, Jamal and Ahmad Rajab. 2017. Khitân al-Inâts bayn
al-Malghûth ‘Ilmiyyan wa al-Multabas Fiqhiyyah. Cairo:
UNICEF.
Ad-Damardasy, Muhammad. 2017. “Muhammad Syahat al-Jundi:
Khitân al-Inâts Harâm Syar’an” Vetogate, 3 Nopember 2017
(dapat diakses di: https://www.vetogate.com/2938969).
Al-‘Azhim Abady, Muhammad Syams al-Haqq. tt. Aun al-Ma'bûd
Syarh Sunan Abî Dâwud. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Al-Anshari, Zakaria ibn Muhammad. 1999. Ghâyah al-Wushûl fî
Syarh Lubb al-Ushûl. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Al-Bukhari, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail. 2000. Shahîh al-
Bukhâri. Kairo: al-Maknaz al-Islami.
al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad. 1971. Syifia
al-Ghalîl. Baghdad: Mathaba’ah al-Irsyad.
al-Munazhamah al-‘Alamiyyah li-Khirrijji al-Azhar. 2014. Bahtsun Dâr
al-Iftâ Hawla Khitân al-Inâts. Diterbitkan pada tanggal 04
Agustus 2014. Dapat ditemukan di link: https://azhargraduates.
org/ar/news_archive1.aspx?id=1083.
Al-Qaradhawi, Yusuf. 2006. “Al-hukm asy-Syar’i fî khitân al-inâts”,
makalah disampaikan dalam: Mu’tamar al-‘Ulamâ` al-‘Alâmi
251
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
252
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
253
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
254
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
7. MULHAQÂT (LAMPIRAN)
a. Sikap resmi al-Azhar asy-Syarif dalam Korannya sendiri “Jarîdat
Shaut al-Azhâr” (18 Juli 2020):
ٔ ٔ
لقد تبني لالزهر الرشيف من خالل ما قرره اهل الفقه والطب املوثوق
ً ٔ ٔ
رضارا كبرية تلحق شخصية الفتاة بشلك اعم بهم وبعلمهم ان للختان ا
بما ينعكس سلبا ىلع،وتوثر ىلع حياتها االرسية بعد الزواج بشلك خاص ٔ
ٔ ٔ
السالمية باالزهر الرشيف ٕ وبناء عليه قرر جممع ابلحوث ا.املجتمع بارسه
ٔ
بعد ان تدارس موضوع اخلتان من اكفة جوانبه الفقهية الصحيحة
ٔ ٔ ٔ
ان اخلتان لم ترد فيه اوامر رشعية2008 فربير28 وبإمجاع اعضائه جبلسة
255
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
ٔ ٓ
صحيحة وثابتة ال بالقران وال ىف السنة ،وانه جمرد اعدة انترشت ىف ٕاطار
فهم غري صحيح لدلين ،وثبت رضرها وخطرها ىلع صحة الفتيات وفق ما
ٔ ٔ ٔ
كشفت عنه املمارسات الىت ازعجت املجتمع يف االونة االخرية .واستقر
ٔ ٔ ٔ
الراي الرشيع والطيب ىلع ان ختان االنىث من العادات الضارة اليت ال يدل
ً ٔ
حمظورا ويكون ىلع مرشوعيتها سند صحيح او ديلل ،وبذلك يكون
ٕايقاع العقاب ىلع من يزواهل أ ً
مرا جائ ًزا ً
رشع.
b. Penjelasan detail mengenai fatwa para ulama Mesir mengenai
pengharaman khitan perempuan (terbit tanggal 04 Agustus 2014,
bisa ditemukan di alamat link berikut: https://azhargraduates.
org/ar/news_archive1.aspx?id=1083).
حتريم ختان اإلناث يف هذا العرص هو القول الصواب اذلي يتفق مع
مقاصد الرشع ومصالح اخللق ،وباتلايل فإن حماربة هذه العادة هو تطبيق
أمني ملراد اهلل تعاىل يف خلقه ،وباإلضافة إىل أن ممارسة هذه العادة خمالفة
للرشيعة اإلسالمية فيه خمالفة كذلك للقانون ،والسيع يف القضاء عليها
نوع من األمر باملعروف وانليه عن املنكر ،وبيان ذلك يف اتلفصيل اتلايل:
256
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
ولك هذه انلقول تبني أنها اعدة وليست عبادة أي أن قضية ختان
اإلناث ليست قضية دينية تعبدية يف أصلها ،ولكنها قضية ترجع
إىل املوروث الطيب والعادات واتلقايلد االجتماعية .ويكيف يف
ذلك أن نعلم أن انليب صىل اهلل عليه وآهل وسلم لم خينت بناته الكرام
عليهن السالم ،بينما ورد عنه ختان احلسن واحلسني عليهما السالم.
ومن أشهر األحاديث املروية يف ختان اإلناث :حديث أم عطية ،وقد رواه
اإلمام أبو داود يف "سننه" ( ،)4/497وقال بعد أن رواه" :ليس هو بالقوي،
وقد روي مرسال ،وحممد بن حسان جمهول ،وهذا احلديث ضعيف".
ولفظ أيب داود يف رواية هذا احلديث" :ال تنهيك" ،وهو مروي أيضا من
طرق أخرى ضعيفة بلفظ" :إذا خفضت ـ أو إذا ختنت ـ فال تنهيك" ،رواه
ابليهيق يف السنن الكربي ويف شعب اإليمان ،وابن منده ،وابن عساكر يف
تاريخ دمشق ،ويه وإن اكنت لكها روايات ضعيفة إال أن جمموعها تشري
إىل أن ذلك ـ ىلع فرض صحته عن انليب صىل اهلل عليه وآهل وسلم ـ لم
يكن أمرا باخلتان بوجه من الوجوه وال حكما بمرشوعيته ،بل هو أقرب
257
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
إىل اتلوجيه انلبوي الكريم اذلي حيذر من أرضار ممارسة هذه العادة اعىل
الوجه اذلي اكنت تمارس عليه ،وانليه عن اتلجاوز فيها ،وليس فيه أي
تعرض لألمر بها أو مرشوعيتها من قريب أو بعيد.
ً
وصغريا ،وأمر بمزيد ً
كبريا وقد جاء اإلسالم باحرتام حقوق اإلنسان
االعتناء باألطفال واإلحسان إيلهم وخاصة اإلناث ،حىت جعل انليب
حائال ًً
مانعا بني املسلم وبني صىل اهلل عليه وآهل وسلم اإلحسان إيلهن
ً
عذاب انلار ،فقال" :من ييل من هذه ابلنات شيئا فأحسن إيلهن كن هل
سرتا من انلار" متفق عليه من حديث اعئشة ريض اهلل عنها ،وفهم ذلك
علماء املسلمني وطبقوه أسىم تطبيق حىت اكن من قواعدهم اليت كونت
مناهج تفكريهم الفقيه" :أن األنوثة عجز دائم يستوجب الراعية ً
أبدا"،
ً
مربرا خلرق وال يسوغ نلا أن جنعل سوء الفهم هلذه األحاديث الضعيفة
ً
القواعد الفقهية اللكية واألصول الرشعية املتفق عليها ،وسببا يف اتلعدي
ىلع حرمة اإلناث يف أمر ثبت رضره عليهن للعام واخلاص.
وأما احلديث الصحيح اذلي جاء فيه قول انليب صىل اهلل عليه وآهل
وسلم" :إذا جلس بني شعبها إالربع ومس اخلتان اخلتان فقد وجب
الغسل" رواه مسلم ،ويف رواية" :إذا اتلىق اخلتانان فقد وجب الغسل"،
ويف رواية" :إذا جاوز اخلتان اخلتان وجب الغسل" ،فاملقصود باخلتان
يف احلديث :موضع اخلنت ،واحلديث يتلكم عن ما يوجب الغسل من
اللقاء بني الزوجني ،وقد بني فيه انليب صىل اهلل عليه وآهل وسلم أن
الغسل جيب إذا تالمس املوضعان الذلان يعرفهما انلاس حبصول اخلتان
فيهما ،سواء أكان اخلتان حاصال فعال أم ال ،وهذا نوع من الكناية
انلبوية اليت بلغت الغاية يف حسن األدب وسمو العبارة يف اتلعبري عن
األعضاء اليت يكين عنها ويستيح من اتلرصيح بها ،فهو مسوق بليان
احلد اذلي جيب فيه الغسل من اجلنابة ،وليس فيه كالم عن حكم
اخلتان ،ومن املقرر يف علم األصول كما عرب اإلمام الشافيع ريض اهلل
258
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
وقبل أن يصدر قرار وزارة الصحة األول بمنع إجراء عملية اخلتان لإلناث
سنة 1959م ،قبل ذلك بنحو ثماين سنني ،أرسل معايل وزير الصحة املرصي
يف سنة 1951م إىل فضيلة العالمة الشيخ /حممود شلتوت ،عضو هيئة كبار
العلماء ،وأستاذ الرشيعة باألزهر الرشيف (واإلمام األكرب فيما بعد) يسأهل
عن قضية اخلتان ،وخاصة ختان اإلناث ،فيجيبه جبواب يف 28/5/1951م
ينرشه يف جملة األزهر جمدل 23عدد املحرم سنة 1371ـهيف صفحة ،21
ويقول بكل وضوح" :والرشيعة تقرر مبدأ اعما ،وهو أنه مىت ثبت بطريق
ابلحث ادلقيق ال بطريق اآلراء الوقتية اليت تلىق تلبية لزنعة خاصة أو
فسادا خلقيًا ،وجب ًً
رشع رضرا صحيًا ،أو
ً جماراة قوم معينني أن يف أمر ما
منع ذلك العمل؛ ً
دفعا للرضر أو الفساد ،وإىل أن يثبت ذلك يف ختان األنىث
فإن األمر فيه ىلع ما درج عليه انلاس وتعودوه فيه ظل الرشيعة اإلسالمية
وعلم رجال الرشيعة من عهد انلبوة إىل يومنا هذا ،وهو أن ختانها مكرمة،
وليس واجبًا ،وال سنة.
259
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
نفيسا بعد ذلك ،لكن فيما نقلناه قاعدة مهمة تمثل ً ً
كالما ثم تكلم
عقل الفقيه املسلم املتمكن من فقهه .وقصة هذا أنه يف شهر مايو من
ً
ذات السنة أصدر جملة ادلكتور ملحقا حول ختان ابلنات ،سألت فيه
طائفة من األطباء عن رأيهم وما ينصحون به يف هذا املوضوع ،فأمجعت
لكمتهم ىلع عدم رضورة ختان ابلنات ،وأشاروا إىل الرضر اذلي قد ينجم
عن هذه العملية ،ولكنهم ـ واحلق يقال ـ أبدوا ذلك ىلع سبيل الرأي،
وجماراة احلضارة ،وليس ىلع سبيل املعلومة الطبية املؤكدة.
ويف جملة لواء اإلسالم يف عددها األول من السنة اخلامسة الصادر يف شهر
يونيو سنة 1951م (رمضان 1370ـه) قامت املجلة بعمل استطالع لكبار
العلماء ،فقال الشيخ إبراهيم محروش عضو مجاعة كبار العلماء ،ورئيس
جلنة الفتوى باألزهر ،وبعد كالم طويل يتعلق بسقف املعارف الشائع،
واذلي يرتد إىل أمور دنيانا ،كما أمرنا انليب صىل اهلل عليه وآهل وسلم يف
قوهل " :أنتم أعلم بأمور دنياكم"" :جيوز هلا ترك اخلتان ،ولكنها يف هذه
احلالة لم تقم باملكرمة ،فإذا أريد تقرير املنع من ختان املرأة فال أن يعلم
ً
إرضارا بها حىت يمكن القول بطريق صحيح أن العلم يثبت أن يف ختانها
باملنع".
ويقول األستاذ عبد الوهاب خالف ،أستاذ الرشيعة بكلية احلقوق ،بعد
كالم طويل" :اذلي جيب ىلع األطباء أن يوسعوا دائرة االستقراء ،وأن ال
حيكموا بأن ختان ابلنت ضار بناء ىلع حاالت فردية ،وأن يقارنوا من
الوجهة الصحيحة بني من ختنت ومن لم ختنت ،فإذا تم هذا االستقراء
واكنت انلتيجة أن ختان ابلنت ضار بها ورأوا منعه فهذا املنع ال يعارض
ً
إمجاع لفقهاء املسلمني" .ويقول حممد بك ابلنا ،وهو نصا يف ادلين ،وال
ً
من كبار العلماء أيضا ،بعد كالم طويل أشار فيه إىل اختالف األطباء،
ثم قال" :فإذا اشرتك يف ذلك عدد أكرب ىلع انلحو اذلي أبديته ـ أعين ىلع
هيئة مؤتمرـ اكن ابلحث أتم وأوىف ،واخلالصة أن املسلمني باخليار من
260
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
انلاحية ادلينية ،وأن األمر مرتوك للمصلحة ،وجيب أن يبحث حبثا اكفيا
بمعرفة اخلرباء".
ويف املجدل 2من جملة األزهر ،يف عددها العارش الصادر يف شوال سنة
1372ـهاملوافق 11يونيو سنة 1953م ،يتلكم الشيخ حممد عرفة ،رئيس حترير
املجلة وعضو هيئة كبار العلماء ،فيقول" :والعلم يرى أنه يرض باحلياة
الزوجية ،ويؤدي إىل انتشار املخدرات بني الرجال ،فإذا ثبت لك ذلك فأمره
سهل جدا ،فليس ىلع من لم ختنت من انلاس من بأس ،ومن اختتنت
فيجب أال ينهك هذا العضو منها ،وإذا منع يف مرص كما منع يف بعض
ابلالد اإلسالمية كرتكيا وبالب املغرب فال باس .واهلل املوفق للصواب".
261
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
العبارة ،ولو استدلوا به الستدلو به ىلع أنها ليس من الرشيعة يف يشء ،وهو
احلديث اذلي رواه أمحد وابليهيق" :اخلتان سنة للرجال ،مكرمة للنساء".
واملعارف الطبية أخذت يف اتلطور والرصد للحاالت وابلحث ادلقيق
حىت استقرت اآلن ىلع الرضر ابلليغ خلتان اإلناث فيما هو إمجاع بني
املتخصصني يف هذا الشأن ،والطبيب اذلي خيالف هذا اإلمجاع تراه غري
متخصص فيه ،وتراه يتلكم بطريقة غري سليمة ،وقد تتعلق بأمر آخر غري
ً
متحرجا أو غري العلم من ثقافة سائدة أو ظن أن الرشيعة تأمر به فيكون
ذلك.
واملنهج اإلساليم يرشدنا إىل احرتام املعرفة وما من اهلل به ىلع اإلنسان من
علم ،ويأمرنا باحرتام السلف وتعظيمهم .ولكن هذا ال يستلزم األخذ
بكل مسائلهم حىت لو تغري واقعها ،بل يقتىض االهتداء بمناهجهم يف فهم
الرشع ،حيث قاموا بواجبهم ىلع منهج عليم رصني يتفق مع ما أذن اهلل
هلم من معرفة ،ومن هنا جاء كالمنا عن أن اخلتان أربعة أنواع :انلوع
األول منه يتم فيه نوع من القطع أي اجلرح وليس االستئصال ،واألنواع
ً
قديما، األخرى يتم فيها االستئصال ،وأن انلوع األول هو اذلي أقره األطباء
واملطلع ىلع كتب سلفنا الصالح يتبني حقيقة ذلك ،وأن انلوع األول هو
جمرد إحداث جرح يف جدلة تكون يف أىلع الفرج دون استئصال هذه
262
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
اجلدلة :قال املاوردي" :هو قطع جدلة تكون يف أىلع افرج :اكنلواة أو
كعرف ادليك ،قطع هذه اجلدلة املستعلية دون استئصاهلا" انتىه من فتح
ابلاري (.)10/340
وقال انلووي يف "املجموع" (" :)3/148هو قطع أدىن جزء من اجلدلة اليت
يف أىلع الفرج" .يقول ادلكتور حممد هيثم اخلياط" :هذه اجلدلة يف الشرتيح
تسىم (قلفة ابلظر) ،فإذا اكنت يه املقصودة بالقطع ،واكن انلهج منهيا
عنه ،فإن قطع أي يشء ولو قليل ً
جدا من ابلظر نفسه يدخل يف حد
حتريم انلهك ويأثم فاعله .وواضح أن القطع ليس معناه االستئصال،
كما ذكر املاوردي حبق ،فحىت هذه اجلليدة ال تستأصل وإنما يقتطع منها.
وأنظر إىل قول اإلمام انلووي (قطع أدىن جزء من اجلدلة) فليت شعري
أي جراح اتلجميل هذا اذلي يستطيع ذلك؟" ا ـهنقال عن كتاب "احلكم
الرشيع يف ختان اذلكور واإلناث" لدلكتور /حممد لطيف الصباغ :ص.12
ومن هنا يتبني أن املراد من كالمهم هو القطع ومعناه الشق وليس
االستئصال ،وهو ما يدل عليه احلديث الضعيف "أشيم وال تنهيك" ،وهذا
حيتاج إىل جراح جتميل متخصص يف مسألة أصبحت يف عرصنا احلارض
ً
رشع ،وأن بمالبساته ضارة ىلع اجلسم البرشي قطعا ،دون حاجة إيلها
األنواع اثلالثة اتلايلة للنوع األول إنما يه عدوان يستوجب القصاص
أو ادلية ،وأن ادلية فيها تصل إىل دية انلفس ،يف حني أن انلوع األول وهو
أخفها إنما هو من العادات املرتبطة باملعارف الطبية.
263
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
لألنىث مما أمجع الفقهاء ىلع أنه انتهاك جلسدها وهتك حلرمتها ،ويه
درجات اخلتان اثلالث اتلايلة لدلرجة األوىل ،ويعرب الفقهاء عن ذلك
بقوهلم" :حتريم احلرام حرام" ،وقوهلم ":ما ال يتم الواجب إال به فهو
واجب" ،وقوهلم":درء املفاسد مقدم ىلع جلب املصالح" ،فكيف واخلتان
يف درجاته لكها قد أمجع األطباء يف هذا العرص ىلع مفاسده وأرضاره.
يقول ادلكتور /حممد سليم العوا ،يف رساتله "ختان ابلنات ليس سنة وال
مكرمة"" :نص الفقهاء ىلع أن يف قطع الشفرين (وهما اللحمان املحيطان
بموضوع اجلماع) ادلية اكملة ،وادلية عقوبة ملن يدفعها وتعويض ملن
يستحقها ،وعللوا ذلك بأنه بهذين الشفرين (يقع االتلذاذ باجلماع) ،فلك
فوات هلذا االتلذاذ أو بعض منه يوجب هذه العقوبة اتلعويضية ،ومنع
سببه جائز ً
قطعا ،بل هو أوىل من انتظار وقوعه ثم حماولة تعليله أو حتليله".
ويذكر األطباء أن هلذا اخلتان مضاعفات سيئة منها:
.1أنه نوع من التشوية اذلي يرتك ً
آثارا سيئة ىلع املرأة ،اكلشعور
باألكتئاب ،واتلوتر العصيب ،والقلق انلفيس.
.2أنه يضعف انلاحية اجلنسية ،وهذا يؤثر يف إفساد احلياة الزوجية يف
املستقبل ،ويقيم صعوبة كربى أمام األرواء اجلنيس للفتاة.
.3أنه يؤدي إىل اتللوث ودخول اجلراثيم إىل حوض املرأة ،وقد يؤدي
إىل مرض الفتاة ،وإصابتها باتلهابات ،وإنسداد قنوات فالوب ،وربما
أدى إىل حصول نزيف حاد بعد العملية ،وقد يؤدي إىل موت الفتاة.
وحيث أمجع األطباء املتخصصون أهل الفن الكرباء وأطبقت لكمتهم
ىلع رضر هذا الفعل فقد وجب القول بمنعه وحتريمه وجتريمه ،وليس
يف ذلك جتريم لسنة تركها نلا املصطىف صىل اهلل عليه وآهل وسلم كما
يديع بعضهم .ويزداد اتلحريم عندما جند أن هذه العادة تمارس
ً
حراما لوجب بطريقة مؤذية ضارة ،حبيث لو لم يكن ختان اإلناث
حتريمه سدا لذلريعة املفضية إىل األذى والرضر.
264
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
ومن لك ذلك يتبني أنه جيب ىلع األطباء أن يعلنوا احلقائق اليت قد توصل
إيلها بابلحث ،وباملؤتمرات العلميةن وبالقرارات اليت توصلت إيلها
منظمة الصحة العاملية ،وبما قد أطبق عليها األطباء املتخصصون يف هذا
ً
إمجاع بعلم يقيين ،كما طالب علماء الرشيعة منذ الشأن اآلن ،حبيث صار
أكرث من نصف قرن ،ريض اهلل تعاىل عنهم وأرضاهم.
وحنن إذ نتبع ما تيقن منه الطب ،واستقرت عليه اللكمة ،فنحن نتبع هؤالء
العلماء اذلين أصلوا نلا األصول وتركونا ىلع املحجة ابليضاء ،واحلمد هلل
رب العاملني .ويعرتض بعضهم أن بعض علماء الرشيعة الكبار ـ اكلشيخ
جاد احلق عيل جاد احلق ،والشيخ عطية صقر رمحهما اهلل وبارك فيهما ويف
علمهما ـ يف سنينا املتأخرة أصدروا الفتاوى بأنه سنة أو واجب ،وأقول
بكل ثقة :إن ذلك منهم اكن استمرارا ىلع املنهج اذلي يرفض حمض اآلراء
واتلقليد لآلخرين ،وأن نرتك شيئًا من مؤروثنا من أجل هذه اآلراء أو
الرغبات أو ذلك اتلقليد ،أما لو اطلع أي منهم ىلع تلك األحباث املتاكثرة
وهذا االتفاق اذلي أطبق عليه فأنهم يرجعون إيله كما علمونا .فاألمر يف
اغية الوضوح .وإنما اكن استمرار هذه العادة عند عدم ظهور رضرها ،أما
وقد ظهر رضرها وقرره أهل الطب وأمجعوا عليه فمنعها حينئذ واجب؛
حيث أقر ذلك منظمة الصحة العاملية ،يف تقريرها سنة 2000م ،وجرمت
هذه العادة الضارة ،ويه منظمة حمايدة وعلمية موثوق بها ،فحدوث
ً
األرضار منها أصبح يقينيا؛ الختالف املالبس وضيقها ،وانتشار اسايلب
احلياة احلديثة ورسعتها ،وتلوث ابليئة ،واختالف الغذاء واهلواء ونمط
قطعا ،بل واختالف حتمل اجلسد احلياة ،وتقدم الطب اذلي أثبت الرضر ً
البرشي للجراحات وحنو ذلك.
وملا أحال كبار العلماء األمر إىل األطباء ،وجزم األطباء برضرها ،أصبح
من الالزم القول بتحريمها .فصدر بيان دار اإلفتاء املرصية بتحريم
اخلتان ،ودار اإلفتاء يه املرجعية الرسمية املنوط بها إصدار الفتاوى
265
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
كما صدر بيان جممع ابلحوث اإلسالمية يف شأن مسألة "ختان اإلناث"،
وذلك جبلسته بتاريخ 28/6/2007م ،ونصه" :يف ضوء اجلدل املثار
حول ختان اإلناث ،وموقف الرشيعة اإلسالمية منه ،ويف ضوء ما
مؤخرا من وفاة إحدى بناتنا املسلمات نتيجة ممارسة هذه العادة ً وقع
اليت ينسبها ابلعض خطأ إىل تعايلم اإلسالم ،ناقش جممع ابلحوث
اإلسالمية املسألة من جانبها الفقيه والصيح ،وأمجع أعضاؤه ىلع أن
اتلحقيق العليم يكشف يف جالء عن أنه ال اصل من أصول الترشيع
ً
مطلوبا بأي وجه اإلساليم أو أحاكمه اجلزئية جيعل هذه العادة ً
أمرا
من وجوه الطلب ،وإنما يه اعدة ضارة انترشت واستقرت يف عدد
قليل من املجتمعات املسلمة ،وقد ثبت رضرها وخطرها ىلع صحة
الفتيات ىلع انلحو اذلي كشفت عنه املمارسات يف الفرتة األخرية.
ذللك وجد املجلس من واجبه أن ينبه إىل هذه احلقيقة العلمية والصحية،
وإىل رضورة تنظيم محلة إرشادية وإعالمية حتذر املواطنني من ممارسة هذه
العادة الضارة".اـه .كما انعقد "مؤتمر العلماء العاليم حنو حظر انتهاك
جسد املرأة" يف األول واثلاين من ذي القعدة 1427ـهاملوافق -22/11/2006
23م يف رحاب األزهر ،وألىق فيه عدد من ابلحوث ،وبعد مناقشات السادة
العلماء واألطباء واملتخصصني واملهتمني من مؤسسات املجتمع املدين يف
مرص وأوربا وأفريقيا توصل املؤتمر إىل ما ييل:
.1كرم اهلل اإلنسان فقال تعاىل( :ولقد كرمنا بين آدم) فحرم االعتداء
عليه أيا اكن وضعه االجتمايعً ،
ذكرا أم أنىث.
266
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
267
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
إبقاء خلق اهلل تعاىل ىلع ما خلقه وعدم تغيريه) يكون ختان املرأة أو
خفاضها بقطع جزء من جسمها بغري مسوغ يوجبهً :
أمرا غري مأذون به
حمظورا ً
رشع" .ويقول ادلكتور /حممد لطيف الصباغ يف رساتله اليت ألفها ً أو
يف هذا الشأن :ص (" :)14/8األحاديث الواردة فيه لم يصح منها شيئ يدل
ىلع الوجوب" ،ثم يقول بعد أن رسد بعض األرضار الصحية اليت ذكرها
األطباء للختان":إذا حتققت هذه األخطار من جراء ختان األنىث لم يعد
ً
مقبوال ً
رشع بالنسبة للفتاة؛ ألنه لم يصح فيه يشء عن رسول هذا اخلتان
اهلل صىل اهلل عليه وآهل وسلم ،وفيه من األخطار ما ذكرنا ،ورسول اهلل
صىل اهلل عليه وآهل وسلم يقرر فيما صح عنه أنه "ال رضر وال رضار" وهذا
احلديث لكية من لكيات هذا ادلين احلنيف".
ويذهب ادلكتور /سليم العوا إىل أن حكم الرشع يف ختان األنىث أنه ال
واجب ،وال سنة ،وال مكرمة؛ لضعف مجيع ما ورد يف ذلك ،بل هو اعدة،
رضرا ً
ً
حمضا ،وقد أوجب الفقهاء إذا فاتت يسببه ـ ىلع وهو اعدة ضارة
ما جيري اآلن يف بالدنا يف مجيع حاالت اخلتان ـ متعة املرأة بلقاء الرجل
أوجبوا فيه القصاص أو ادلية ،ويقول" :وهكذا يتبني أن السنة الصحيحة
ال حجة فيها ىلع مرشوعية ختان اإلناث ،وأن ما حيتج به من أحاديث
اخلتان لكها ضعيفة ال يستفاد منها حكم رشيع ،وأن األمر ال يعدو أن
يكون اعدة من العادات ،ترك اإلسالم للزمن وتلقدم العلم الطيب أمر
تهذيبها أو إبطاهلا" .السابق :ص( ،)31إىل غريهم من العلماء وابلاحثني
ممن يضيق املقام عن تتبعهم.
وىلع اذلين يعاندون يف هذا أن يتقوا اهلل سبحانه وتعاىل ،وأن يعلموا أن
الفتوى تتصل حبقيقة الواقع ،وأن موضوع اخلتان قد تغري وأصبحت هل
مضار كثرية :جسدية ونفسية؛ مما يستوجب معه القول حبرمته واالتفاق
ىلع ذلك ،دون تفرقة لللكمة واختالف ال مربر هل ،فيجب أن تطبق لكمة
العلماء الرشعيني ىلع حتريم هذه الفعلة؛ حيث إننا نصحنا الفقهاء
268
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
269
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
فيها األطباء وغري األطباء؛ ألن اجلهاز اتلناسيل لألنىث يف شلكه الطبييع
اذلي خلقه اهلل تعاىل عليه ليس ً
مرضا ،وال هو سبب ملرض ،وال يسبب
ً
أملا من أي نوع يستديع تدخال جراحيًا ،ومن هنا فإن املساس اجلرايح
بهذا اجلهاز الفطري احلساس ،ىلع أية صورة اكن اخلتان عليها ،ال يعد
ً ً
ـ يف صحيح القانون ـ عالجا ملرض ،أو كشفا عن داء ،أو ختفيفا أللم
قائم ،أو ً
منعا أللم متوقع؛ مما تباح اجلراحة يسببه ،فيكون اإلجراء اجلرايح
وواقعا حتت طائلة اتلحريم" .وقد صدر حكم املحكمة ً املذكور غري مباح
اإلدارية العليا لسنة 1997م ردا ىلع ادلعوى اليت أقيمت إللغاء هذا القرار،
وجاء نص احلكم اكتلايل:
ً
تأسيسا ىلع أن "قضت املحكمة بتأييد هذا القررا ورفضت طلب إلغائه؛
ً ً
مقررا طبقا ألحاكم الرشيعة اإلسالمية؛ ختان اإلناث ال يعترب حقا شخصيًا
إذ لم يرد به نص يف القرآن الكريم أو حكم قاطع اثلبوت أو ادلاللة
يف السنة انلبوية ،وبذلك بتخضع عملية ختان اإلناث ألحاكم قانون
العقوبات اليت حتظر املساس جبسم اإلنسان إال لرضورة طبية ،وأن قرار
وزير الصحة لم خيرج عن هذه القاعدة والزتم بها ،ومن ثم ال حاجة لصدور
قانون بهذه القواعد العامة املقررة .وبهذا الحكم أصبح من املحظور ىلع
اجلميع إجراء عملية اخلتان لإلناث ،حىت لو ثبت موافقة األنىث أو أويلاء
أمورها ىلع ذلك ،إال لو اكنت هناك رضورة طبية إلجراء هذه العملية
بناء عل ىقرار من مدير قسم أمراض النساء بإحدى املستشفيات ،وإال ً
تعرض املخالفون للعقوبات اجلنائية واإلدارية اتلأديبية" .وذكرت املحكمة
يف حيثيات حكمها ما نصه" :وخلصت حمكمة القضاء اإلداري إىل أن
املستفاد من استعراض اآلراء الفقهية املتقدمة أن الرشيعة اإلسالمية لم
ً
فاصال أو ً
نصا قطعيًا يوجب ختان اإلناث أو حيظره ،ومن ثم ً
حكما تتضمن
فإن األحاكم اليت وردت يف هذا ال شأن لكها ظنية ،وحيث إن الطب أيضاً
لم جيمع ىلع رأي واحد؛ وإنما ذهب ابلعض إىل أن ختان اإلناث حيقق
مصلحة طبية ،بينما ذهب ابلعض اآلخر إىل أنه يلحق بهن أشد األرضار
270
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
انلفسية والطبية ،وحيث إن لويل األمر أن ينظم األمور اليت لم يرد فيها
نص رشيع قطيع يف كتاب اهلل أو سنة رسول اهلل صىل اهلل عليه وآهل وسلم
ولم يرد فيها إمجاع ،وكذلك املسائل اخلالفية اليت لم يستقر فيها الفقه
ىلع رأي واحد ،وبصفة اعمة مجيع املسائل اليت جيوز فيها االجتهاد ،وأن
ً ً
مسلك ويل األمر يف ذلك ليس مطلقا ،وإنما جيب أن يكون مستهدفا
بتنظيمه تلك املسائل حتقيق مصلحة اعمة للناس أو رفع رضر عنهم بما
حكما قطعيًا".
ً ال يناهض نصا رشعيا وال يعاند
ً
وجاء قرار املحكمة بأنه :ال يمكن اعتبار قرار الوزير خمالفا لدلستور،
و"طاملا أن اخلتان عمل جرايح خلت أحاكم الرشيعة اإلسالمية من حكم
يوجبه ،فاألصل اال يتم بغري قصد العالج؛ فاجلراحة أيا اكنت طبيعتها
ً
وجسامتها اليت جتري دون توافر سبب اإلباحة برشوطه اكملة تعترب فعال
ً ً ً ً
الزتاما باألصل العام اذلي يقوم عليه حق اإلنسان رشع وقانونا؛ حمرما
يف سالمة جسمه وجتريم لك فعل لم يبحه املرشع يؤدي إىل املساس بهذه
السالمة".
واكن أول نص رسيم صدر يف مرص حول ختان اإلناث هو القرار الوزاري
ً
رقم 74لعام 1959م ،ويتضمن هذا القرار يف مادته األوىل كشفا بأسماء
ً
15عضوا من رجال ادلين والطب املسلمني ،من بينهم جلنة مكونة من
وكيل وزارة الصحة مصطىف عبد اخلالق ،ومفيت ادليار املرصية حسن
ً
مأمون ،ومفيت ادليار املرصية سابقا حسنني حممد خملوف ،وجاء يف املادة
اثلانية أن تلك اللجنة قررت ما ييل:
ً
أنه يرحم بتاتا ىلع غري األطباء القيام بعملية اخلتان ،وأن يكون اخلتان
جزئيًا ال لكيًا ،ملن أراد .منع عملية اخلتان بوحدات وزارة الصحة؛
ألسباب صحية واجتماعية ونفسية .غري مرصح لدلايات املرخصات
بالقيام بأي عمل جرايح ،ومنها ختان اإلناث .اخلتان بالطريقة املتبعة
اآلن هل رضر صيح ونفيس ىلع اإلناث سواء قبل الزواج أو بعده .وأما
271
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
ما يزعم من أن هذه احلملة هلا منطلقات عدائية لإلسالم أو أنها عملية
جلهات أجنبية فإن هذا الزعم ال حقيقة هل إال يف وهم صاحبه ،وال جيوز
للعاقل أن يتهم غريه بالعمالة أو يزايد ىلع وطنيته ملجرد أنه خيتلف
معه يف الرأي ،فكيف إذا اكن هذا الرأي قد ظهر صوابه للعام واخلاص،
وهذا من األسايلب املبتذلة اليت ننأى بكل منصف عنها ،واملنظمة
اليت رتبت ملؤتمر (حظر انتهاك جسد املرأة) ال صلة هلا بايلهودية ،وقد
علمنا اإلسالم العدل يف احلكم ىلع انلاس ونهانا عن املجازفة أو ريم
اتلهم من غري تثبت ،وأمرنا باإلنصاف حىت مع خصومنا فقال تعاىل( :يا
أيها اذلين آمنوا كونوا قوامني هلل شهداء بالقسط وال جيرمنكم شنآن
قوم ىلع أال تعدلوا أعدلوا هو أقرب للتقوى واتقوا اهلل إن اهلل خبري بما
تعملون) (املائدة.)8:
ويف انلهاية ننبه إىل أن هذا ادلين هو لكمة اهلل األخرية إىل العاملني،
وليس هو نلا وحدنا ،وال يقترص ىلع سقفنا املعريف وحده ،بل خاطب
مجيعا ،فهو صالح للك زمان وللك ماكن وللك األشخاص ً اهلل به عباده
ويف لك األحوال ،بل وللك سقف معريف يمكن أن يصل إيله البرش،
وحنن مأمورون أن نبلغ اإلسالم كما أنزهل اهلل تعاىل وأراده؛ ظنيًا يف
ظنية وقطعيا يف قطعية ،وأن نعلم انلاس كيف حيبون ربهم سبحانه
وتعاىل بما أنعم عليهم من صنوف العلم وفنون املعرفة اليت جتلب هلم
انلفع وتدفع عنهم الرض ،فاإلسالم أوسع منا ومن مذاهبنا ومن بيئاتنا
ومن تقايلدنا واعداتنا ،وما قد يصلح نلا قد ال يصلح بالرضورة لغرينا،
فكيف وقد أصبح األمر ال يصلح نلا وال لغرينا ،فال جيوز نلا حينئذ
أن نكون حجابًا بني اخللق واخلالق ،وال أن جنعل أنفسنا سببًا يف فتنة
انلاس عن قبول اإلسالم ونرش تعايلمه ،وال أن نقف حجر عرثة أمام
العلوم واملعارف اليت يأذن بها اهلل تعاىل للبرش حينًا بعد حني ،إما بسوء
الفهم أو سوء اتلرصف .واهلل سبحانه وتعاىل أعلم.
272
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DARI BAHAYA PEMOTONGAN
DAN PELUKAAN GENITALIA PEREMPUAN (P2GP) TANPA ALASAN MEDIS
273
HASIL MUSYAWARAH KEAGAMAAN
KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) KE-2
274