Anda di halaman 1dari 10

DEPARTMENT of ARCHITECTURE

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BERPIKIR PERANCANGAN
ARCHITECTURE DESIGN PROGRAMMING
MODEL WALTER MOLESKI
ALAN DARMA SAPUTRA
15512205

RAFI’ FARHAN FAHRURROZI


15512072

M. ALMAS ADRIAN
15512063

M. RANDI HIMAWAN
15512114
“Program must consider the physical, psychological, so-
ciological and cultural attributes of the users”

“Pemrograman merupakan bagian dari proses desain atau posisi pemrograman


merupakan awalkegiatan atau system dari suatu proses perancangan arsitektur”
Dasar-dasar Pemrograman Model Moleski

Walter H. Moleski menggunakan sekuen aktivitas empat fase oleh


klien, arsitek dan programer yang bekerja secara bersama di terjemah-
kan dan dijadwalkan reviewnya. Pemrogramannya ditindak-lanjuti oleh pro-
gramer pada fase rancangan dalam bentuk konsultasi dan evaluasi bersa-
ma dengan klien dan arsitek selama proses perancangan berlangsung.

Moleski menambahkan fase evaluasi pada model pemrogramannya yang


dilaksanakan setelah rancangan diselesaikan dan setelah fasilitas diba-
ngun. Fase evaluasi ini guna mengukur keefektivan baik program mau-
pun rancangan dan memastikan apakah fasilitas tersebut memuas-
kan dalam kegunaan dan sesuai dengan maksud yang hendak dicapai.

Moleski menyarankan agar fase evaluasi tersebut keduanya dilaksanakan


segera setelah pembangunan selesai dan setelah dua tahun penghuni-
an. Fase - fase pemrograman yang dipergunakan oleh Moleski adalah:
AWARENESS
Fase identifikasi permasalahan, isu - isu, dan tujuan yang meliputi :

- mengidentifikasi partisipan dan perannya dalam pemro-


graman

- mereview laporan latar belakang yang diberikan oleh


klien

- mengatur interview secara tak langsung dengan mereka


yang terpilih untuk mengetahui dengan pasti :

- sifat dasar dan image (organisasi) klien

- fungsi organisas dan proses komunikasi

- kepuasanpada fasilitas yang tengah ditempati

- permasalahan ketidakefisiennan dan ketidakberfungsian

- mereview proyek yang mirip

- area permasalahan dibuat garis besamya untuk investi-


gasi lebih lanjut
DIAGNOSIS
Fase mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan data ;

1. mengumpulkan data melalui :


- wawancara terstruktur dengan personil kunci
- observasi sistematik terhadap area terpilih
- kuisoner terperinci untuk para pengguna

2. menganalisa data untuk menentukan dan mendokumentasikan :


- kegiatan, karakteristik pengguna, hubungan, letak dan citra
- isu permasalahan dan kebutuhan klien,

3. mengorganisasikan untuk menemukan dan membangun konsep


untuk menemukan dan membangun konsep untuk pemecahan mas-
alah dan memenuhi kebutuhan klien.
R E V I E W (1)
1. Mendiskusikan pra-pernyataan
masalah dan konsep solusi
bersama klien (perwakilan)
dan perancang

2. Memilih konsep -konsep menu-


ju fase selanjutnya

STRATEGY
Fase merumuskan kriteria performansi ;

1. mengorganisasi kebutuhnn rancangan yang khusus yang ditemu-


kan pada rancangan

2. mengembangkan rekomendasi karakteristik yang mewadahi pola


aktivitas dan setting pengguna yang meliputi:

- karakteistik spasial
- kondisi fisik
- atribut simbolis
- pengaturan ruang
R E V I E W (2)
- bertemu dengan perwakilan perancang untuk nendiskusikan program
yang direkomendasikan

- menyepakati program

- menetapkan tujuah arsitektural dari fasilitas

ACTION
merupakan fase tindak-lanjut keputusan yang telah diambil ;

- berkonsultasi dengan arsitek tentang tujuan program dan kemungkinan


revisi

- mengevaluasi racangan berkaitan dengan kepuasan berdasar kriteria

- mendiskusikan keputusan rancangan bersama klien dan arsitek


Kelebihan dan kekurangan pemrograman Walter
Moleski

1. Kelebihan
• Setiap fase memiliki informasi yang cukup kompleks.
• Setiap sekuen fase saling merespon dengan adanya fase interview.
• Isu – isu yang didapat di lapangan lebih runut secara procedural.
• Terdapat pendekatan secara interaktif, sehingga pada proses pemro-
graman dan perancangan terdapat timbal balik pada fase review.
• Mengedepankan kualitas.

2. Kekurangan
• Secara procedural, proses pemrograman ini cukup panjang dan rumit.
• Memakan biaya yang lebih dan kurang efektif karena fase evaluasi dilak-
sanakan setelah 2 tahun masa pembangunan.
• Kuantitas bangunan yang dihasilkan lebih sedikit.
KESIMPULAN
Dilihat dari ciri-ciri dan cara pandang Walter Moleski, maka dapat disimpul-
kan bahwa metode pemrograman Moleski sangat berhubungan erat dengan
klien. Dari proses awal hingga akhir melibatkan klien dengan menggali infor-
masi-informasi yang dimiliki dan diinginkan oleh klien. Sehingga proses ini
lebih mengedepankan kualitas dibanding kuantitas. Maka dari itu metode ini
cocok diterapkan saat perancang akan membangun sebuah bangunan yang
sifatnya lebih pribadi, seperti rumah tinggal.

Sebagai contoh pada kasus perencanaan perumahan, meskipun antara pe-


rumahan satu dengan perumahan lainnya berbeda fasadnya, maupun letak
tatanan ruangnya, namun mereka mempunyai tatanan ruang dan fungsi-fung-
si ruang yang sama antara perumahan yang satu dengan yang lainnya. Ban-
gunan ini sangat sesuai menggunakan metode pemrograman Moleski dalam
perancangannya. Karena model Moleski pada tahap awareness memiliki tu-
juan mereview proyek yang mirip. Jadi disini arsitek tidak mendesain bangu-
nan ataupun melakukan peracangan baru lagi tetapi membangun bangunan
dengan pemrograman baru namun menggunakan tatanan yang sudah ada
dan dengan mereview bangunan itu.

Anda mungkin juga menyukai