Anda di halaman 1dari 3

HAK ASASI DI NEGARA INGGRIS

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


kewarganegaraan

Dosen Pengampu:
Ofa Ch Pudin, M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 1

BELA SITI SABILA NIM.C0105.23.109


DINDA SITI G NIM.C0105.23.110
YULINDA SALSABILA S NIM.C0105.23.112
AMELIA JUWITA R NIM.C.0105.23.113
ISMI FAUZIAH NIM.C0105.23.114.
ASRI SALSABILA NIM.C0105.23.116
EKSA AWALIA NIM.C0105.23.117
IMAM ABDULLAH NIM.C0105.23.118
SUCI WULANDARI NIM.C0105.23.120
DELIA SRI A NIM.C0105.23.122
DEDE RIANI NIM.C0105.23.121
ILHAM NAZWA NIM.C0105.23.124
IRFA AMALINA S NIM.C0105.23.126.
NOVIARANTI NIM.C0105.23.204
RIDWAN HIDAYAT NIM.C0105.23.230
.

PENDIDIKAN NERS TK.1-D


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
2023/2024
HAK ASASI MANUSIA DI INGGRIS
Di Inggris, hak asasi manusia dijamin oleh berbagai sumber hukum, termasuk common law, undang-
undang seperti Magna Carta, Bill of Rights 1689, dan Human Rights Act 1998, serta keanggotaan
dalam Dewan Eropa dan hukum internasional.
Meskipun proses kodifikasi hak asasi manusia masih relatif baru, Inggris memiliki salah satu tradisi
hak asasi manusia tertua di dunia. Sebelum adopsi Undang-Undang Hak Asasi Manusia tahun 1998
dan Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia, dasar hak asasi manusia telah ada dalam hukum
Inggris selama berabad-abad. Magna Carta 1215, misalnya, menegaskan hak-hak seperti persidangan
yang adil dan larangan atas penahanan yang sewenang-wenang.
Pada abad ke-17 dan ke-18, gagasan tentang hak asasi manusia semakin ditekankan, seperti yang
tercermin dalam Petisi Hak 1628 dan Bill of Rights 1689. Filsuf seperti John Locke juga berkontribusi
dalam memperkuat gagasan bahwa hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada setiap individu.
Pada abad ke-20, Inggris berperan dalam pembentukan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948.
Inggris juga berkontribusi dalam pembentukan Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia pada
tahun 1950.
Undang-Undang Hak Asasi Manusia tahun 1998 menjadi langkah penting dalam memperkuat
perlindungan hak asasi manusia di Inggris dengan memasukkan Konvensi Eropa tentang Hak Asasi
Manusia ke dalam hukum domestik. Hal ini memungkinkan warga untuk membawa kasus hak asasi
manusia langsung ke pengadilan Inggris.
Hak-hak yang dilindungi oleh undang-undang tersebut meliputi hak-hak seperti kehidupan, tidak
disiksa, kebebasan berekspresi, dan hak atas perlakuan yang adil di pengadilan. Selain itu, Inggris
juga menjamin hak-hak sosial dan ekonomi melalui undang-undangnya.
Pemerintah Inggris juga telah menunjuk duta besar hak asasi manusia pertama pada tahun 2019 untuk
mempromosikan pekerjaan Inggris di Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan secara internasional.
Meskipun demikian, ada perdebatan dan kekhawatiran terkait dengan langkah-langkah baru, seperti
rencana untuk memperluas cakupan Undang-Undang Ketertiban Umum yang dianggap oleh beberapa
pihak sebagai upaya otoriter yang berpotensi menghambat hak-hak demonstrasi damai.
Inggris sering dianggap sebagai pelopor dalam perjuangan untuk hak asasi manusia. Peristiwa
pertama yang menandai kemenangan hak asasi terjadi di Inggris, ditandai dengan berbagai dokumen
kenegaraan yang berhasil disusun dan disahkan. Berikut adalah beberapa dokumen penting tersebut:
A. Magna Carta
Pada awal abad ke-12, Raja Richard yang dikenal adil digantikan oleh Raja John Lackland
yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat dan bangsawan. Tindakan sewenang-
wenang Raja John menyebabkan ketidakpuasan bangsawan, yang pada akhirnya berhasil
membujuknya untuk membuat perjanjian yang dikenal sebagai Magna Carta atau Piagam
Agung.

Magna Carta disusun pada 15 Juni 1215, dengan prinsip dasar yang membatasi kekuasaan
raja dan menekankan pentingnya hak asasi manusia di atas kedaulatan raja. Dokumen ini
menegaskan bahwa tidak seorang pun dari warga negara merdeka dapat ditahan, dirampas
harta kekayaannya, diasingkan, atau kehilangan hak-haknya tanpa pertimbangan hukum yang
adil. Magna Carta menjadi lambang perlindungan hak asasi karena menegaskan bahwa
hukum berada di atas kekuasaan raja.
Isi Magna Carta mencakup:
a. Jaminan kemerdekaan, hak, dan kebebasan Gereja Inggris dari campur tangan raja.
b. Jaminan hak-hak bagi penduduk bebas, termasuk perlindungan dari tindakan sewenang-
wenang.
c. Pembatasan kekuasaan petugas keamanan dan pemungut pajak.
d. Penegakan prinsip bahwa seseorang tidak dapat dituntut tanpa bukti dan saksi yang sah.
e. Perlindungan terhadap penahanan atau pengadilan yang tidak adil bagi mereka yang
bukan budak.
f. Komitmen untuk memperbaiki kesalahan jika seseorang ditahan tanpa perlindungan
hukum yang adil.

B. Petition of Rights
Petition of Rights adalah dokumen yang diajukan oleh para bangsawan kepada raja di
hadapan parlemen pada tahun 1628. Dokumen ini berisi pertanyaan mengenai hak-hak rakyat
beserta jaminannya. Isinya secara umum menuntut hak-hak sebagai berikut:
a. Persetujuan harus diperoleh sebelum pemerintah memungut pajak dan pungutan
istimewa.
b. Warga negara tidak boleh dipaksa menerima tentara di rumah mereka.
c. Tentara tidak boleh menggunakan kekerasan dalam keadaan damai.

C. Habeas Corpus Act


Habeas Corpus Act adalah undang-undang yang mengatur penahanan seseorang,
diperkenalkan pada tahun 1679. Isi undang-undang ini meliputi:
a. Setiap orang yang ditahan harus segera diperiksa dalam waktu 2 hari setelah penahanan.
b. Alasan penahanan harus disertai bukti yang sah menurut hukum.

D. Bill of Rights
Bill of Rights adalah undang-undang yang diterima oleh Parlemen Inggris pada tahun 1689.
Isinya mencakup:
a. Kebebasan dalam memilih anggota parlemen.
b. Kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat.
c. Persetujuan parlemen diperlukan untuk pajak, undang-undang, dan pembentukan tentara
tetap.
d. Hak warga negara untuk memilih agama mereka sendiri.
e. Parlemen memiliki kekuasaan untuk mengubah keputusan raja.

SUMBER :
https://www.academia.edu/31592139/Hak_Asasi_Manusia_di_Inggris
https://en.wikipedia.org/wiki/Human_rights_in_the_United_Kingdom

Anda mungkin juga menyukai