Budaya Organisasi Dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementeria
Budaya Organisasi Dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementeria
10-31-2019
Laksmi Laksmi
Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia,
Kota Depok, Indonesia
Part of the Archival Science Commons, Collection Development and Management Commons, and the
Information Literacy Commons
Recommended Citation
Widyarini, Meiryzka and Laksmi, Laksmi (2019) "Budaya Organisasi dalam Berbagi Pengetahuan
Pustakawan Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia," Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan
dan Kearsipan: Vol. 21: No. 2, Article 2.
DOI: 10.7454/JIPK.v21i2.002
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jipk/vol21/iss2/2
This Article is brought to you for free and open access by the Facutly of Humanities at UI Scholars Hub. It has been
accepted for inclusion in Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan by an authorized editor of UI Scholars
Hub.
Widyarini and Laksmi: Budaya Organisasi dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementeria
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019
meiryzka.widyarini@ui.ac.id
laksmi@ui.ac.id
Abstrak
Penelitian ini membahas mengenai berbagi pengetahuan yang dilakukan oleh pustakawan Kementerian
Sekretariat Negara Republik Indonesia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan
berbagi pengetahuan antar pustakawan, dilihat dari faktor-faktor yang mendasari dan menghambat berbagi
pengetahuan. Terdapat lima faktor yang mendasari yaitu sifat pengetahuan, budaya lingkungan kerja, motivasi
untuk berbagi, kesempatan untuk berbagi dan sikap staf. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode studi kasus. Pengumpulan data yang dilakukan yaitu melalui wawancara mendalam, observasi
langsung, serta analisis dokumen terkait berbagi pengetahuan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pengetahuan yang dibagi sifatnya berupa tacit dan eksplisit. Adapun motivasi para pustakawan untuk
melakukan berbagi pengetahuan berasal dari dalam dan luar individu seperti penghargaan dan kedekatan
dengan orang lain. Organisasi memberikan kesempatan berbagi pengetahuan melalui sarana formal dan
informal, meskipun belum menjadi program yang terstruktur. Sementara itu, faktor yang paling dominan
dalam mendasari berbagi pengetahuan antar pustakawan yaitu sikap staf. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana
pustakawan senior rela membagikan pengetahuan yang mereka miliki kepada rekannya. Selain itu, hambatan
terbesarnya yaitu kurangnya dukungan dari manajemen atas yang belum menjadikan berbagi pengetahuan
sebagai sebuah budaya di dalam organisasi.
Kata kunci: Berbagi pengetahuan, perpustakaan khusus, budaya organisasi, manajemen pengetahuan, pustakawan.
Abstract
This research discusses about the practice of knowledge sharing among librarians of the Ministry of State
Secretariat Republic of Indonesia. This study aims to determine the implementation of knowledge sharing
among librarians and analyze it through factors and the barriers that influence knowledge sharing. The
factors that influence knowledge sharing between librarians such as nature of knowledge, work culture,
motivation to share, opportunity to share and attitude of staff. The researcher employed a qualitative research
design with a case study method. Data collection is through in-depth interviews, observation and analysis of
documents that related to knowledge sharing in the Ministry of State Secretariat’s Library. The study findings
revealed that the nature of knowledge consists of tacit and explicit. Related to motivation of librarians to
share knowledge, there are two types of motivation extrinsic and intrinsic. Organizations provide
opportunities to share knowledge in formal and informal, even though its still not become a systematic
program. Meanwhile, staff attitude is the most dominant factor in influence knowledge sharing process
among librarians. It was found by how senior librarians are willing to share the knowledge that they have
71
Jurn al Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan. Volume
21 Nomor 2, Oktober 2019. Halaman 71-83. "Budaya Organisasi
dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementerian Sekretariat
Negara Republik Indonesia / Meyrizka Widyarini; Laksmi" ISSN
Published
1411-0253 by / UI Scholars
E-ISSN Hub, 2019
2502-7409. Tersedia online pada http:// 1
jipk.ui.ac.id
Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan, Vol. 21, No. 2 [2019], Art. 2
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019
with others. Furthermore, lack of management support was identified as a barrier because knowledge sharing
still not become a culture of the organization.
Keywords: Knowledge Sharing, Special Libraries, organizational culture, knowledge management, librarians.
72
https://scholarhub.ui.ac.id/jipk/vol21/iss2/2
DOI: 10.7454/JIPK.v21i2.002 2
Widyarini and Laksmi: Budaya Organisasi dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementeria
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019
73
74
https://scholarhub.ui.ac.id/jipk/vol21/iss2/2
DOI: 10.7454/JIPK.v21i2.002 4
Widyarini and Laksmi: Budaya Organisasi dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementeria
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019
IV. PEMBAHASAN
TABEL 1. DATA INFORMAN Perpustakaan Kementerian Sekretariat Negara
Republik Indonesia secara struktural berada di bawah
Nama Lama Sekretariat Kementerian yang bertanggung jawab
Jabatan
Informan bekerja
secara langsung kepada presiden. Perpustakaan
Fifi Pustakawan Penyelia 35 tahun
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
Dila Pustakawan Madya 23 tahun sudah berdiri sejak tahun 1954. Setelah beberapa kali
Ratih Pustakawan Madya 14 tahun mengalami perpindahan pada struktur organisasi,
sejak tahun 2015 sesuai dengan Peraturan Menteri
Tita Pustakawan Muda 14 tahun Sekretaris Negara Republik Indonesia nomor 3
Caca Pustakawan Pelaksana 5 tahun Tahun 2015 bagian perpustakaan menjadi berada di
bawah Biro Tata Usaha.
Di dalam organisasi setiap divisinya mempunyai
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan cara masing-masing untuk mengomunikasikan
peneliti yaitu observasi partisipatif, wawancara pekerjaannya agar mencapai tujuan yang telah
mendalam dan analisis dokumen. Observasi disepakati. Begitu juga dengan Perpustakaan
Partisipatif dilakukan dengan cara mengamati proses Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
kegiatan berbagi pengetahuan yang dilakukan antar yang sudah melakukan kegiatan berbagi pengetahuan
pustakawan Kementerian Sekretariat Negara sejak dulu. Hal ini terlihat dari visi Perpustakaan
Republik Indonesia. Wawancara mendalam yaitu agar terwujudnya perpustakaan yang andal dan
dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan- akuntabel. Menurut KBBI kata ‘andal’ memiliki
pertanyaan secara langsung, serta peneliti dan pengertian dapat dipercaya, adapun kata ‘akuntabel’
informan dapat mendalami pertanyaan serta jawaban mendefinisikan sebagai sesuatu yang dapat
yang diberikan. Wawancara yang dilakukan dipertanggung jawabkan. Maksudnya yaitu agar
sebanyak satu hingga tiga kali pada setiap informan. perpustakaan dapat dijadikan sebagai tempat pertama
Teknik pengumpulan data lainnya yaitu analisis bagi penggunanya untuk memenuhi kebutuhan
dokumen terkait dengan kegiatan berbagi informasi.
pengetahuan seperti notulensi rapat, laporan kegiatan,
profil perpustakaan, rancangan kegiatan serta, Kaitan visi dengan berbagi pengetahuan yaitu
percakapan di dalam media WhatsApp. untuk mendapatkan informasi yang tepat guna maka
tidak terlepas dari pengelolanya yaitu sumber daya
Analisis data dilakukan dengan beberapa tahapan manusia (pustakawan). Oleh karena itu agar
yang pertama yaitu triangulasi data, proses yang terciptanya pustakawan yang berwawasan luas dan
dilakukan untuk teknik pemeriksaan keabsahan data. dapat diandalkan tentu saja tidak dapat diperoleh
Selanjutnya pembuatan catatan lapangan dengan melalui cara yang instan, melainkan perlu melalui
mengumpulkan data yang ditemukan di lapangan berbagai cara seperti mengikuti kegiatan yang
seperti hasil rekaman wawancara dan hasil observasi. mengembangkan kemampuan diri. Dengan adanya
Kemudian koding (coding) dalam proses ini berbagi pengetahuan para pustakawan dapat saling
melibatkan pengambilan data teks atau gambar yang membagikan pengetahuan serta pengalaman yang
dikumpulkan selama pengumpulan data termasuk dimiliki. Karena di dalam berbagi pengetahuan
segmentasi kalimat atau gambar ke dalam kategori. terjadi proses berbagi, diskusi, serta terciptanya
Tahapan terakhir dalam analisis data yaitu pengetahuan baru bagi setiap individu yang
interpretasi data yaitu memahami data secara melakukan berbagi pengetahuan.
menyeluruh dan mendalam, berdasarkan perspektif
atau teori tertentu. Kemudian hasil temuan disajikan A. Berbagi Pengetahuan di Perpustakaan
ke dalam bentuk laporan yang dilengkapi dengan Kementerian Sekretariat Negara Republik
pernyataan informan dari hasil wawancara maupun Indonesia
observasi di lapangan. Berbagi pengetahuan sangat dibutuhkan oleh
setiap organisasi. Hal ini dikarenakan pengetahuan
yang dimiliki antara satu individu dengan individu
lainnya mungkin berbeda. Sehingga tidak sedikit
75
organisasi yang meluangkan waktu hingga tugas, rapat progress apakah ada kendala yang
menyediakan fasilitas kepada karyawannya demi ditemui dalam persiapannya, hingga rapat evaluasi.
kelancaran pelakasanaan berbagi pengetahuan. Sebab Oleh sebab itu semakin banyak kegiatan yang akan
sudah banyak organisasi yang sadar akan manfaat diselenggarakan maka semakin tinggi juga frekuensi
yang di dapat dari berbagi pengetahuan. Begitu juga dilakukannya rapat dan bimtek. Hal ini dilakukan
dengan para pustakawan di Perpustakaan agar pustakawan lebih banyak mempunyai wadah
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia berdiskusi dan mengeluarkan pendapat untuk
yang juga sadar akan pentingnya berbagi menghindari miskomunikasi. Meskipun kegiatan
pengetahuan. Meskipun demikian belum ada rapat bukan dikhususkan untuk berbagi pengetahuan,
program atau wadah khusus yang dibuat secara tidak jarang para pustakawan saling membagikan ide
terstruktur untuk memfasilitasi kegiatan berbagi dan pendapatnya terkait bahasan rapat.
pengetahuan. Sementara itu untuk pelaksanaan bimtek biasanya
“Sarana untuk berbagi pengetahuan khusus mendatangkan pihak lain yang dianggap ahli untuk
kan belum ada ya. Biasanya berbagi memberikan bimbingan tentang hal-hal yang
pengetahuan yang dilakukan disini secara berhubungan dengan teknologi. Seperti ketika
implisit aja dan itu terbagi jadi dua ada yang pelaksanaan simulasi pengoperasian repository, para
formal dan informal. Kalau formal seperti pustakawan mengundang beberapa orang dari bagian
rapat rutin dengan atasan dan bimbingan infotek untuk berdiskusi bersama membahas
teknis. Sedangkan untuk informalnya itu mengenai repository yang masih dalam
diskusi antar pustakawan pada saat jam perkembangan.
kerja atau saat makan siang maupun 2) Praktik Berbagi Pengetahuan Informal
sarapan. Biasanya emang akan lebih terbuka Selain sarana berbagi pengetahuan secara formal,
pada saat diskusi informal karena engga Perpustakaan Kementerian Sekretariat Negara
tegang dan santai aja emang karena ingin Republik Indonesia juga melakukan berbagi
cerita. Selain itu juga kita sharing lewat grup pengetahuan secara informal. Terdapat perbedaan
WhatsApp.” (Wawancara Ratih, 20 Maret antara pelaksanaan berbagi pengetahuan secara
2019) formal dengan sarana berbagi pengetahuan informal.
Di dalam sarana formal seperti rapat rutin
Dari pernyataan Ratih dapat disimpulkan bahwa pustakawan tidak bisa secara leluasa berpendapat,
pelaksanaan berbagi pengetahuan di Perpustakaan suasana yang dibangun terkesan kaku dan seperti ada
batasan tersendiri. Sarana informal berbagi
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
pengetahuan antar pustakawan di Perpustakaan
dilakukan secara tersirat melalui dua sarana yaitu
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
formal dan informal. yaitu diskusi antar pustakawan secara langsung dan
1) Praktik Berbagi Pengetahuan Formal melalui grup WhatsApp.
Pada pelaksanaan berbagi pengetahuan secara
formal dapat berupa rapat rutin dan bimbingan teknis Pada saat berbagi pengetahuan secara informal,
(bimtek). Adapun pelaksanaannya diselenggarakan pustakawan yang terlibat dapat mengekspresikan
secara insidental atau disesuaikan dengan kebutuhan. pendapatnya secara santai dengan bahasan topik yang
Meskipun pada awal kepemimpinan Kepala beragam. Beberapa pustakawan menganggap bahwa
Perpustakaan yang sekarang sempat menjadwalkan pelaksanaan berbagi pengetahuan ketika pada saat
hari untuk penyelenggaraan rapat rutin, akan tetapi informal lebih efektif daripada formal. Hal tersebut
karena adanya kesibukan dan kegiatan lain jadi tidak dikarenakan sifat dari diskusi tidak kaku dan ringan
dilanjutkan lagi. Sehingga penyelenggaraan rapat sehingga para pustakawan dapat secara bebas
bersifat fleksibel yaitu menyesuaikan dengan situasi berekspresi ketika diskusi, serta penggunaan bahasa
dan kondisi pada saat akan dilaksanakannya rapat. sehari-hari dalam diskusi membuat topik bahasan
lebih mudah untuk dipahami. Alasan lain ialah karena
Karena rapat yang diadakan berdasarkan kegiatan pada saat diskusi tidak melibatkan atasan sehingga
dan kebutuhan tertentu. Hal ini menyebabkan menghapus rasa sungkan karena adanya jarak ke
bahasan rapat seputar kegiatan yang akan jabatan yang lebih tinggi.
diselenggarakan seperti rapat persiapan, pembagian
76
https://scholarhub.ui.ac.id/jipk/vol21/iss2/2
DOI: 10.7454/JIPK.v21i2.002 6
Widyarini and Laksmi: Budaya Organisasi dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementeria
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019
Selain mendapatkan pengetahuan baru, manfaat melaporkan dan mendapat informasi terbaru
lain yang di dapat dari berbagi pengetahuan secara meskipun sedang dalam kegiatan yang lain.
informal yaitu sebagai sarana untuk mempererat
B. Faktor yang Mempengaruhi Berbagi
hubungan antar pegawai atau yang biasa dikenal
Pengetahuan
dengan team building. Kegiatan yang dapat
mempererat hubungan antar pegawai juga dibenarkan Berbagi pengetahuan yang dilakukan oleh
oleh Ipe bahwa sarana informal digunakan untuk pustakawan Kementerian Sekretariat Negara
berinteraksi dengan orang lain, membantu seseorang Republik Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor
mengembangkan rasa hormat dan persahabatan, hal- sebagai berikut.
hal yang dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam 1) Sifat Pengetahuan
proses berbagi pengetahuan (Ipe dalam Sohail & Di Perpustakaan Kementerian Sekretariat Negara
Daud, 2009). Republik Indonesia pengetahuan yang dibagi dalam
Adanya keakraban dapat terbentuk karena sering proses berbagi pengetahuan bersifat tacit dan
terjadi interaksi tatap muka diantara pegawainya eksplisit. Jenis pengetahuan yang berbeda juga dapat
sehingga sangat memungkinkan untuk terbangunnya mempengaruhi proses berbagi pengetahuan seperti
kepercayaan antar individu. Terlebih tema yang jenis informasi yang dibagikan, cara
dibahas pada saat berbagi pengetahuan juga tidak membagikannya, pemilihan sumber informasi,
selalu tentang pekerjaan, tetapi juga pengalaman, hingga sarana dan media yang dipilih untuk berbagi
pendapat dan ide-ide. Hal ini juga didukung dari hasil pengetahuan.
temuan peneliti di lapangan. Pada saat itu terjadi Berdasarkan hasil wawancara dengan informan,
diskusi antar pustakawan mengenai resep masakan. pengetahuan tacit berupa pengalaman pustakawan
Oleh sebab itu, berbagi pengetahuan melalui sarana pada saat diklat atau seminar. Menurut Davenport
informal selain dapat mengembangkan pengetahuan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman
yang dimiliki individu juga dapat digunakan sebagai termasuk ke dalam jenis pengetahuan tacit karena
rekreasi terlebih dengan cara penyampaian informasi sifatnya sangat personal dan tidak bisa dirasakan
yang lebih santai. Adapun untuk waktu dan tempat orang lain (Davenport dalam Nurbaiti, 2013).
diselenggarakannya diskusi pustakawan tidak ada Adapun sarana yang dipilih dalam berbagi
jadwal secara khusus. Akan tetapi biasanya dilakukan pengetahuan tacit yaitu tatap muka.
sebelum jam kantor di mulai yaitu pada saat
Sedangkan untuk pengetahuan eksplisit yang
pustakawan menikmati sarapannya di meja kerja
dibagikan biasanya berupa notulen rapat maupun
masing-masing sambil membahas topik tertentu.
undangan kegiatan perpustakaan dari instansi lain.
Sarana berbagi pengetahuan informal lainnya Berbeda dengan pengetahuan tacit, pada pengetahuan
selain diskusi tatap muka yaitu diskusi melalui grup eksplisit pustakawan lebih memilih untuk
WhatsApp (WA). Grup WA dipilih sebagai sarana membagikan melalui grup WA. Hal ini dikarenakan
berbagi pengetahuan tidak formal karena lebih efisien pengetahuan eksplisit sudah dituangkan ke dalam
dan menghemat waktu. Adapun yang tergabung bentuk kata-kata atau dokumen sehingga lebih mudah
dalam grup WA yaitu Kepala Bagian Perpustakaan, untuk dibagikan. Adanya grup WA dapat
Kepala Subbagian, pustakawan dan staf mempermudah proses berbagi pengetahuan bagi para
perpustakaan. informasi yang dibagikan di dalam pustakawan tanpa terhalang jarak dan waktu.
grup WA beragam seperti acara seminar dan
Setelah diketahui bahwa jenis pengetahuan dapat
workshop dari perpustakaan instansi lain, kegiatan
mempengaruhi berbagi pengetahuan, adanya nilai
dan informasi terbaru yang berkaitan dengan
yang terkandung pada pengetahuan juga dapat
perpustakaan maupun lembaga induk, hingga
mempengaruhi berbagi pengetahuan. Pengetahuan
dijadikan sebagai instruksi Kepala Bagian kepada
akan bernilai tinggi jika dapat bermanfaat bagi
para staf. WA grup juga digunakan untuk koordinasi
organisasi seperti penemuan baru pada sebuah
dan komunikasi sehari-hari. Adanya WA dapat
penelitian. Oleh karena itu, pengetahuan tersebut
mempermudah pustakawan untuk saling
bernilai berharga dan dapat berdampak pada sifat
berkoordinasi, baik itu antar pustakawan maupun
posesif individu, sehingga ada keinginan untuk tidak
kepada atasan. Sehingga mereka dapat terus
membagikan pengetahuan yang mereka miliki
dengan yang lain (Ipe dalam Sohail & Daud, 2009).
77
Meskipun demikian di Perpustakaan Kementerian Selain itu faktor yang mendorong motivasi yaitu
Sekretariat Negara Republik Indonesia tidak faktor monetary yang mana berkaitan dengan adanya
dipengaruhi oleh nilai pengetahuan. Tidak ada harapan peningkatan kesejahteraan. Dapat diketahui
perbedaan dalam menyampaikan pengetahuan yang bahwa pada saat pelaksanaan berbagi pengetahuan
memiliki nilai tinggi maupun tidak terutama yang dilakukan oleh para pustakawan tidak ada
pengetahuan yang berkaitan dengan pekerjaan. hadiah, imbalan maupun penghargaan yang
diberikan. Sebab tidak ada aturan khusus yang
2) Motivasi untuk Berbagi
mengatur pelaksanaan berbagi pengetahuan.
Motivasi secara umum diartikan sebagai suatu
Sehingga para pustakawan tidak mendapat imbalan
kekuatan atau dorongan di dalam seseorang yang
atau upah jika telah melakukan kegiatan berbagi
menyebabkan kegigihan dari usaha yang diarahkan
pengetahuan.
pada tujuan maupun upaya sukarela. Begitu juga di
dalam proses berbagi pengetahuan di perpustakaan, Akan tetapi di dalam Peraturan Kepala
setiap pustakawan yang terlibat pasti memiliki Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 11
motivasi yang kuat untuk melakukannya. Jika tahun 2015 tentang petunjuk teknis jabatan
motivasi yang dimiliki pustakawan tidak cukup kuat, fungsional pustakawan dan angka kredit juga
maka mereka tidak akan mau untuk membagikan dikatakan bahwa pemberian konsultasi kepada
pengetahuan yang mereka miliki. Motivasi terbagi perorangan atau lembaga ada nilai angka kreditnya
menjadi dua yaitu motivasi yang datang dalam diri tersendiri, dengan syarat dilampirkan dengan hasil
sendiri dan dorongan yang datang dari luar individu konsultasi dan surat permintaan konsultasi.
tersebut (Deci dan Ryan dalam Razmerita, 2016). Sebagai pustakawan fungsional mereka dapat
Begitu juga dengan para pustakawan Kementerian meningkatkan angka kredit yang mana akan
Sekretariat Negara Republik Indonesia yang berpengaruh pada peningkatan jabatannya.
dorongan berbagi pengetahuannya berasal dari Keikutsertaan pustakawan dalam kegiatan untuk
intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan hasil meningkatkan keahliannya seperti seminar,
wawancara dengan beberapa informan, pustakawan lokakarya maupun konferensi di bidang
melakukan berbagi pengetahuan didasari oleh kepustakawanan di apresiasi dengan angka kredit.
keinginannya sendiri karena untuk memuaskan Selain faktor monetary, kedekatan dengan penerima
kesenangan dari dalam dirinya. Selain itu beberapa juga dapat menjadi salah satu faktor yang dapat
pustakawan juga pada dasarnya memang memiliki mempengaruhi pelaksanaan berbagi pengetahuan.
prinsip bahwa pengetahuan tidak akan berkembang 3) Kesempatan untuk Berbagi
jika tidak disebarkan kepada yang lainnya. Sehingga Kesempatan untuk berbagi berkaitan dengan
alasan tersebut menjadi salah satu dorongan bagi kesempatan yang diberikan oleh organisasi kepada
pustakawan untuk berbagi pengetahuan. karyawannya untuk melaksanakan berbagi
Adapun motivasi berbagi pengetahuan dari luar pengetahuan, seperti diberikan waktu khusus,
individu dapat berupa pujian dan penghargaan yang dilengkapi fasilitasnya, disediakan wadah tersendiri
didapat ketika melakukan berbagi pengetahuan maupun mengikutsertakan karyawan dalam program
karena merasa dihargai. Adanya apresiasi yang pelatihan atau workshop. Kesempatan untuk berbagi
diberikan atasan kepada staf bagi Dila dapat biasanya dibedakan menjadi dua yaitu formal dan
mempengaruhinya dalam berbagi pengetahuan. Ia informal. Begitupun dengan Perpustakaan
merasa lebih dihargai usahanya dalam berbagi Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
pengetahuan serta pada saat ia mengemukakan ide kesempatan berbaginya terdiri atas kesempatan
dan pendapat. Karena penghargaan tidak selalu formal dan informal. Adapun kesempatan untuk
berbentuk uang dan harta, terkadang ucapan selamat, berbagi secara formal seperti rapat rutin, bimbingan
terima kasih dan pujian juga bisa menjadi sesuatu teknis dan workshop. Meskipun bukan merupakan
yang berharga bagi individu. Dengan begitu ia merasa program yang dirancang khusus untuk berbagi
senang dan nyaman, sehingga memungkinkan ia pengetahuan tetapi pustakawan juga bisa saling
untuk berbagi pengetahuan lagi pada kesempatan berbagi pengetahuan dengan sesamanya pada
yang lain. kesempatan formal ini.
78
https://scholarhub.ui.ac.id/jipk/vol21/iss2/2
DOI: 10.7454/JIPK.v21i2.002 8
Widyarini and Laksmi: Budaya Organisasi dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementeria
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019
79
bukan berarti selama ini para pustakawan tidak pustakawan tetap berbagi pengetahuan meskipun
melakukan berbagi pengetahuan. Para pustakawan tidak ada hadiah maupun penghargaan yang
tetap melakukannya melalui kegiatan-kegiatan secara diberikan oleh atasan dan organisasi. Selain kerelaan
tersirat, seperti pada saat rapat rutin, bimbingan staf senior, menurut Meylasari dan Qamari (2017)
teknis, serta diskusi informal antar pustakawan saat berbagi pengetahuan juga hanya dapat terlaksana jika
pagi hari sebelum mulai bekerja atau pada saat makan staf yang lain memiliki rasa keinginan dan kesadaran
siang di dalam maupun di luar kantor. yang tertanam dalam dirinya untuk berbagi
pengetahuan. Begitu juga dengan salah satu
5) Sikap Staf dalam Berbagi Pengetahuan
pustakawan Kementerian Sekretariat Negara
Di dalam organisasi sikap staf antara satu dengan
Republik Indonesia yang mengajak pustakawan lain
lainnya dapat menentukan proses berbagi
untuk melakukan sharing pustakawan secara formal
pengetahuan. Terutama staf senior yang secara
dan kemudian ditanggapi secara antusias oleh
sukarela membimbing dan membagikan pengetahuan
pustakawan lain. Seperti yang diketahui sebelumnya
yang ia miliki kepada juniornya. Hal ini dikarenakan
diskusi pustakawan biasa dilakukan secara spontan
staf senior memiliki pengalaman yang lebih banyak
dan tidak terjadwal, dan kegiatan ini merupakan hal
dari staf lain, sehingga dapat dijadikan sebagai
baru bagi para pustakawan
pedoman untuk mengembangkan keahlian dari staf
lainnya. Begitu juga dengan sikap staf senior di Pengetahuan yang dibagikan biasanya hal-hal
Perpustakaan Kementerian Sekretariat Negara yang berkaitan dengan pekerjaan. Semua
Republik Indonesia. diperlakukan sama jika sudah terlibat dalam berbagi
pengetahuan. Namun akan berbeda jika berkaitan
“Gaada perbedaan sih siapa aja yang nanya
dengan masalah pribadi, semua pustakawan saling
pasti dijawab, selama informasi yang saya menghargai dan menghormati sehingga untuk hal-hal
punya itu berguna buat yang lain terutama yang berkaitan dengan urusan pribadi satu sama lain
buat pekerjaan ya kenapa engga. Kadang- tahu batasan dan porsinya masing-masing. Biasanya
kadang juga saya suka diskusi dan cerita yang mengetahui urusan pribadi hanya untuk orang
pengalaman ke Caca yang baru empat tahun yang terdekat saja, karena itu bukan sesuatu
bergabung disini. Lagian kalau pengetahuan
C. Hambatan dalam Berbagi Pengetahuan
yang kita punya dibagikan, beban kerja kita
jadi lebih ringan. Kerjaan jadi cepet selesai Hambatan itu sendiri diartikan sebagai sesuatu
engga perlu kerja dua kali.” (Wawacara Fifi, yang menyebabkan proses berbagi pengetahuan tidak
11 Maret 2019) berjalan dengan lancar dan maksimal. Dari tiga faktor
Dari pernyataan Fifi dapat disimpulkan bahwa yang dapat menghambat berbagi pengetahuan di
meskipun ia merupakan pustakawan yang paling dunia perpustakaan (individu, organisasi, dan
lama bekerja di Perpustakaan Kementerian teknologi) menurut Razmerita et al (2016) hambatan
Sekretariat Negara Republik Indonesia, ia tidak yang paling dominan dalam pelaksanaan berbagi
keberatan jika harus membagikan pengetahuan yang pengetahuan di Perpustakaan Kementerian
dimiliki kepada yang lain. Sudah seharusnya sebagai Sekretariat Negara Republik Indonesia berada pada
senior Fifi membagikan pengetahuan yang dimiliki tingkat organisasi.
kepada yang lain, dan Fifi sudah melakukan hal Sebagai perpustakaan khusus yang berada di
tersebut dengan harapan pengalaman dan bawah naungan lembaga induk, perpustakaan
pengetahuan yang ia miliki bisa bermanfaat bagi beberapa kali mengalami perpindahan secara struktur
perpustakaan. Menurut Fifi sikap staf senior dalam organisasi. Hal ini tentu saja dapat merugikan
berbagi pengetahuan kepada juniornya memang tidak perpustakaan, karena tidak jarang harus beradaptasi
ada jarak, hal itu dikarenakan pustakawan senior ulang dengan budaya kerja yang ada di suatu Biro.
melibatkan juniornya jika berdiskusi. Hal tersebut Terutama terkait dengan berbagi pengetahuan yang
dilakukan agar pustakawan junior akan terbiasa pernah menjadi agenda rutin pada saat Perpustakaan
nantinya jika harus terlibat dalam rapat dan diskusi, Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
serta dapat menghapus jarak antara junior dan senior. masih berada di bawah Biro Infotek. Ketika
Pernyataan Fifi juga diperkuat oleh pernyataan perpustakaan tidak lagi berada di bawah Biro Infotek
Dila pada saat wawancara ia mengatakan bahwa para kegiatan rutin berbagi pengetahuan juga tidak
dilakukan lagi. Karena adanya perbedaan budaya
80
https://scholarhub.ui.ac.id/jipk/vol21/iss2/2
DOI: 10.7454/JIPK.v21i2.002 10
Widyarini and Laksmi: Budaya Organisasi dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementeria
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019
antara Biro yang dulu dengan yang sekarang Sekretariat Negara Republik Indonesia yaitu sifat
membawahi bagian perpustakaan. pengetahuan, motivasi untuk berbagi, kesempatan
Meskipun masih berada dalam satu organisasi, untuk berbagi, budaya lingkungan kerja dan sikap
bukan berarti setiap bironya memiliki budaya yang staf. Diketahui dari kelima faktor yang memiliki
sama. Hal ini diperkuat oleh De Long & Fahey (2000) pengaruh paling dominan pada pelaksanaan berbagi
mengatakan bahwa budaya lingkungan kerja seperti pengetahuan yaitu faktor sikap staf. Sebab, dengan
budaya subunit serta budaya organisasi secara tidak adanya aturan khusus dan wadah yang
keseluruhan dapat mempengaruhi proses berbagi disediakan, praktik berbagi pengetahuan tidak
pengetahuan. Oleh karena itu adanya perbedaan mungkin masih berlangsung hingga saat ini jika tidak
budaya lingkungan kerja antar Biro, menyebabkan didasari oleh kerelaan dan kesadaran pustakawan
bagian di bawahnya seperti perpustakaan juga dalam membagikan pengetahuan yang dimiliki
mengikuti budaya yang ada dan hal ini bisa menjadi kepada yang lainnya. Hal ini dikarenakan mereka
kendala dalam proses berbagi pengetahuan. tidak merasa berkewajiban dan memiliki tanggung
jawab untuk membagikan pengetahuan yang
Budaya lingkungan kerja juga dapat menjadi dimilikinya.
hambatan karena mempengaruhi kinerja karyawan
yang nantinya juga berdampak pada proses berbagi Kendala yang dihadapi pustakawan selama
pengetahuan. Hal ini dibuktikan oleh salah satu melakukan berbagi pengetahuan yaitu terdapat pada
pustakawan yang mengalami kesulitan dalam tingkat organisasi. Beberapa kali perubahan pada
meningkatkan pangkatnya, sebab adanya tuntutan struktur organisasi menyebabkan bagian
untuk selalu tersedia sebagai penanggung jawab perpustakaan harus beradaptasi lagi dengan budaya
keuangan. Sehingga ia jarang berada di Perpustakaan lingkungan kerja, sesuai dengan biro yang menaungi.
dan angka kredit yang harusnya bisa tercapai dalam Sebab kegiatan berbagi pengetahuan belum menjadi
waktu tertentu juga jadi terhambat. Seharusnya jika budaya pada Kementerian Sekretariat Negara
manajemen atas bisa memahami dan menjadikan Republik Indonesia dan masih menjadi budaya pada
berbagi pengetahuan sebagai budaya organisasi, unit tertentu, dalam hal ini perpustakaan dan Biro
maka akan berdampak positif terhadap Infotek. Sehingga jika terjadi perpindahan secara
perkembangan organisasi serta pada pegawainya. struktur organisasi menyebabkan perpustakaan harus
Sebab antar pustakawan maupun atasannya saling beradaptasi ulang dengan budaya lingkungan kerja,
berbagi pengetahuan, yang mengakibatkan pekerjaan gaya kepemimpinan manajemen atas yang berbeda
serta aturan-aturan yang harus dipatuhi. Akibatnya
akan terselesaikan secara efektif dan efisien.
banyak kegiatan yang pada mulanya sudah dilakukan
V. KESIMPULAN tapi tidak dilanjutkan lagi karena sudah tidak sesuai
Berdasarkan hasil penelitian ini, berbagi dengan budaya pada unit kerja dan adanya perbedaan
pengetahuan pustakawan Kementerian Sekretariat prioritas serta pandangan dari manajemen atas.
Negara Republik Indonesia dilaksanakan melalui dua Berdasarkan hasil penelitian, terdapat dua saran
sarana yaitu formal dan informal. Pada sarana formal yang dapat diberikan pada organisasi agar dapat
pustakawan secara tidak langsung berbagi memaksimalkan berbagi pengetahuan yang sudah
pengetahuan melalui rapat dan bimbingan teknis. dilaksanakan seperti diadakannya team building bagi
Sedangkan untuk sarana informal berupa diskusi para pustakawannya dan adanya dukungan dari
pustakawan dan melalui media WhatsApp. manajemen atas dan organisasi berupa pembuatan
Pelaksanaan berbagi pengetahuan secara formal program serta aturan tertulis terkait berbagi
dilakukan secara insidental disesuaikan dengan pengetahuan.
kebutuhan. Sementara itu untuk berbagi pengetahuan
Harapannya, dengan diadakannya team building
secara informal frekuensi pelaksanaannya jauh lebih
dapat mempererat hubungan antar individu. Hal ini
tinggi jika dibandingkan formal karena tidak
diperlukan agar terciptanya rasa percaya satu sama
membutuhkan sarana tempat dan tidak terhalang oleh
lain. Dengan terciptanya rasa percaya, maka seorang
jarak, dan dilakukannya ketika jam istirahat sehingga
akan lebih terbuka dan terhapusnya jarak serta rasa
sifatnya lebih santai.
takut yang timbul pada diri individu tersebut.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi Sehingga kegiatan berbagi pengetahuan dapat terus
berbagi pengetahuan di Perpustakaan Kementerian berlangsung dan menjadi kegiatan yang
81
82
https://scholarhub.ui.ac.id/jipk/vol21/iss2/2
DOI: 10.7454/JIPK.v21i2.002 12
Widyarini and Laksmi: Budaya Organisasi dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementeria
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019
Nigeria. Journal of librarianship and information Yusup, P. M. (2012). Perspektif manajemen pengetahuan
science, 275-288. Dipetik April 28, 2019 informasi, komunikasi, pendidikan dan perpustakaan.
Jakarta: Rajawali Pers.
83