Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan

Volume 21 Number 2 Article 2

10-31-2019

Budaya Organisasi dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan


Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
Meiryzka Widyarini
Pemerhati Ilmu Perpustakaan dan Kearsipan

Laksmi Laksmi
Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia,
Kota Depok, Indonesia

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jipk

Part of the Archival Science Commons, Collection Development and Management Commons, and the
Information Literacy Commons

Recommended Citation
Widyarini, Meiryzka and Laksmi, Laksmi (2019) "Budaya Organisasi dalam Berbagi Pengetahuan
Pustakawan Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia," Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan
dan Kearsipan: Vol. 21: No. 2, Article 2.
DOI: 10.7454/JIPK.v21i2.002
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jipk/vol21/iss2/2

This Article is brought to you for free and open access by the Facutly of Humanities at UI Scholars Hub. It has been
accepted for inclusion in Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan by an authorized editor of UI Scholars
Hub.
Widyarini and Laksmi: Budaya Organisasi dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementeria
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019

BUDAYA ORGANISASI DALAM BERBAGI PENGETAHUAN


PUSTAKAWAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Meiryzka Widyarini1, Laksmi2
1
Pemerhati Ilmu Perpustakaan dan Kearsipan
2
Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia,
Kota Depok, 16424, Indonesia

meiryzka.widyarini@ui.ac.id
laksmi@ui.ac.id

Abstrak

Penelitian ini membahas mengenai berbagi pengetahuan yang dilakukan oleh pustakawan Kementerian
Sekretariat Negara Republik Indonesia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan
berbagi pengetahuan antar pustakawan, dilihat dari faktor-faktor yang mendasari dan menghambat berbagi
pengetahuan. Terdapat lima faktor yang mendasari yaitu sifat pengetahuan, budaya lingkungan kerja, motivasi
untuk berbagi, kesempatan untuk berbagi dan sikap staf. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode studi kasus. Pengumpulan data yang dilakukan yaitu melalui wawancara mendalam, observasi
langsung, serta analisis dokumen terkait berbagi pengetahuan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pengetahuan yang dibagi sifatnya berupa tacit dan eksplisit. Adapun motivasi para pustakawan untuk
melakukan berbagi pengetahuan berasal dari dalam dan luar individu seperti penghargaan dan kedekatan
dengan orang lain. Organisasi memberikan kesempatan berbagi pengetahuan melalui sarana formal dan
informal, meskipun belum menjadi program yang terstruktur. Sementara itu, faktor yang paling dominan
dalam mendasari berbagi pengetahuan antar pustakawan yaitu sikap staf. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana
pustakawan senior rela membagikan pengetahuan yang mereka miliki kepada rekannya. Selain itu, hambatan
terbesarnya yaitu kurangnya dukungan dari manajemen atas yang belum menjadikan berbagi pengetahuan
sebagai sebuah budaya di dalam organisasi.

Kata kunci: Berbagi pengetahuan, perpustakaan khusus, budaya organisasi, manajemen pengetahuan, pustakawan.

Abstract

This research discusses about the practice of knowledge sharing among librarians of the Ministry of State
Secretariat Republic of Indonesia. This study aims to determine the implementation of knowledge sharing
among librarians and analyze it through factors and the barriers that influence knowledge sharing. The
factors that influence knowledge sharing between librarians such as nature of knowledge, work culture,
motivation to share, opportunity to share and attitude of staff. The researcher employed a qualitative research
design with a case study method. Data collection is through in-depth interviews, observation and analysis of
documents that related to knowledge sharing in the Ministry of State Secretariat’s Library. The study findings
revealed that the nature of knowledge consists of tacit and explicit. Related to motivation of librarians to
share knowledge, there are two types of motivation extrinsic and intrinsic. Organizations provide
opportunities to share knowledge in formal and informal, even though its still not become a systematic
program. Meanwhile, staff attitude is the most dominant factor in influence knowledge sharing process
among librarians. It was found by how senior librarians are willing to share the knowledge that they have

71
Jurn al Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan. Volume
21 Nomor 2, Oktober 2019. Halaman 71-83. "Budaya Organisasi
dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementerian Sekretariat
Negara Republik Indonesia / Meyrizka Widyarini; Laksmi" ISSN
Published
1411-0253 by / UI Scholars
E-ISSN Hub, 2019
2502-7409. Tersedia online pada http:// 1
jipk.ui.ac.id
Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan, Vol. 21, No. 2 [2019], Art. 2
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019

with others. Furthermore, lack of management support was identified as a barrier because knowledge sharing
still not become a culture of the organization.
Keywords: Knowledge Sharing, Special Libraries, organizational culture, knowledge management, librarians.

I. PENDAHULUAN pustakawannya memiliki kesempatan untuk


mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan diri
Berbagi pengetahuan adalah proses di mana
secara bersamaan seperti pendidikan dan pelatihan
individu atau karyawan dalam sebuah organisasi
(diklat), seminar, serta workshop. Hal tersebut
saling bertukar pengetahuan yang mereka miliki baik
dikarenakan adanya keterbatasan anggaran untuk
itu tacit maupun eksplisit untuk menciptakan
mengikuti pelatihan bagi pustakawannya. Selain itu
pengetahuan baru (Nonaka dalam Razmerita, 2016).
karena Perpustakaan Kementerian Sekretariat Negara
Pada dasarnya pengetahuan terbagi atas dua jenis
Republik Indonesia berada di bawah lembaga induk
yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit.
pusat, memiliki kewajiban untuk mengelola bagian
Sebagian besar pengetahuan tersimpan pada masing-
perpustakaan di istana negara yang tersebar di
masing kepala manusia yang mana termasuk ke
beberapa daerah di Indonesia.
dalam jenis pengetahuan tacit. Akan tetapi untuk
mengekspresikan pengetahuan tacit itu cukup sulit Terdapat dua penelitian terdahulu yang membahas
sehingga menjadi suatu tantangan tersendiri. terkait berbagi pengetahuan. Penelitian pertama
Pengetahuan tacit lebih sulit untuk diformulasikan ditulis oleh Ali Biranvand dan dua rekannya pada
daripada pengetahuan eksplisit, karena pengetahuan tahun 2015 dengan judul Knowledge Sharing among
tacit yaitu pengetahuan terbatinkan, sedangkan Librarians in Public Libraries of Fars Province, Iran.
pengetahuan eksplisit sudah termodifikasi dalam Tujuan penelitian ini mengetahui faktor apa saja yang
dokumen (Polayi dalam Nawawi, 2012). mempengaruhi berbagi pengetahuan antar
pustakawan di Perpustakaan Umum Provinsi Fars,
Agar pengetahuan tacit dapat berguna bagi suatu
Iran. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu faktor
organisasi maka pengetahuan tacit harus dipindahkan
kepercayaan merupakan faktor yang paling dominan
ke dalam bentuk yang mudah dikomunikasikan
dalam mempengaruhi proses berbagi pengetahuan
sehingga bisa dibagikan ke dalam organisasi. Adanya
antar pustakawan.
proses berbagi pengetahuan dapat dijadikan sebagai
solusi untuk membantu mengubah pengetahuan tacit Sementara itu penelitian serupa yang ditulis oleh
yang dimiliki seseorang menjadi pengetahuan Laila Naif Marouf pada tahun 2016 dengan berjudul
bersama. Perpustakaan sebagai organisasi nonprofit What motivates librarians to share knowledge Pada
yang bergerak di bidang informasi tentu memiliki penelitian ini ia meneliti pustakawan yang bekerja
berbagai informasi, segala jenis dan bentuk informasi pada tiga jenis perpustakaan berbeda yaitu
tersedia di perpustakaan yang dapat digunakan oleh Perpustakaan khusus, umum dan akademik. Tujuan
penggunanya. Adanya berbagi pengetahuan dapat dari penelitiannya ialah untuk mengetahui dampak
dimanfaatkan untuk memaksimalkan fungsi dari faktor sosial terhadap individu dari enam variabel
perpustakaan itu sendiri, tak terkecuali perpustakaan yaitu kekuatan ikatan, manfaat yang didapat,
khusus yang fungsi utamanya yaitu untuk imbalan, pengakuan, timbal balik, serta biaya atau
mendukung lembaga induknya seperti Perpustakaan kerugian yang didapat ketika berbagi pengetahuan.
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Biranvand, et
Selain itu, berbagi pengetahuan yang merupakan al. hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
bagian dari manajemen pengetahuan peranannya kekuatan ikatan dan timbal balik mempunyai dampak
diperlukan untuk mengembangkan pengetahuan yang yang positif terhadap berbagi pengetahuan.
dimiliki suatu organisasi, dengan cara menciptakan, Oleh karena itu berdasarkan apa yang telah
menangkap serta menggunakan pengetahuan itu diuraikan di atas mengenai penelitian terdahulu dan
kembali. permasalahan yang ditemukan di lapangan. Dalam
Berbagi pengetahuan menjadi urgensi tersendiri di penelitian ini penulis ingin membahas mengenai
dalam Perpustakaan Kementerian Sekretariat Negara berbagi pengetahuan yang dilakukan pustakawan
Republik Indonesia karena tidak semua Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia

72

https://scholarhub.ui.ac.id/jipk/vol21/iss2/2
DOI: 10.7454/JIPK.v21i2.002 2
Widyarini and Laksmi: Budaya Organisasi dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementeria
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019

yang merupakan perpustakaan di bawah naungan


instansi pemerintahan serta apa saja kendala yang
ditemui dalam pelaksanaan berbagi pengetahuan.

II. TINJAUAN LITERATUR


A. Berbagi Pengetahuan
Proses berbagi pengetahuan merupakan bagian
dari manajemen pengetahuan. Pengetahuan sendiri
terbagi menjadi dua jenis yaitu tacit dan eksplisit.
Pengetahuan tacit ialah pengetahuan yang terdapat
dalam pikiran setiap individu yang diperoleh dari
pengalaman individu tersebut. Adapun pengetahuan
eksplisit di pahami sebagai pengetahuan yang dapat
diekspresikan melalui kata-kata, angka serta
didokumentasikan dalam bentuk lain. Sehingga GAMBAR 1. KERANGKA KERJA PENELITIAN DASAR
pengetahuan eksplisit lebih mudah untuk
(SUMBER: KWNOLEDGE SHARING IN HIGHER EDUCATION INSTITUTIONS:
disampaikan kepada individu lain (Davenport dalam
Nurbaiti, 2013). PERSPECTIVE FROM MALAYSIA (2009)

The International Federation of Library 1) Sifat Pengetahuan


Associations mengatakan bahwa manajemen Nickols (2012) membagi pengetahuan menjadi
pengetahuan diperlukan bagi perpustakaan. Hal itu tiga kategori yaitu pengetahuan tacit, eksplisit dan
dibuktikan sejak tahun 2001 IFLA telah implisit. Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan
mengemukakan istilah manajemen pengetahuan di yang telah diartikulasikan dan biasanya digambarkan
kalangan pustakawan. Salah satu cara yang dapat dalam bentuk dokumen, tabel maupun diagram.
dilakukan untuk mengembangkan manajemen Sementara itu pengetahuan tacit ialah pengetahuan
pengelolaan pengetahuan yaitu dengan diskusi rutin yang tidak dapat diartikulasikan dan sulit untuk
antar anggota dan pengelola perpustakaan (IFLA, menggambarkannya. Adapun pengetahuan implisit
2015). Biranvand et al (2015) juga menyetujui yaitu sebuah pengetahuan yang dapat diartikulasikan
pentingnya berbagi pengetahuan dalam perpustakaan. tetapi belum pernah diketahui. Sifat pengetahuan juga
Hal ini dikarenakan perpustakaan diharapkan dapat berkaitan dengan nilai pengetahuan. Terdapat
memberikan informasi yang berkualitas tinggi pada beberapa pengetahuan yang dianggap memiliki nilai
pemustakanya, dan sangat mungkin untuk tercapai tinggi baik oleh individu maupun organisasi yaitu
apabila pustakawannya meningkatkan pengetahuan pada kegiatan penelitian dan
pengetahuannya. pengembangan karena dapat dikomersiilkan dan
memiliki nilai ilmiah.
B. Faktor yang Mendasari Berbagi Pengetahuan
2) Motivasi untuk Berbagi
Menurut Ipe dalam Sohail dan Daud (2009) ia Adapun Deci dan Ryan dalam Razmerita (2016)
membuat kerangka konseptual mengenai empat mengatakan bahwa motivasi individu berbagi
faktor utama yang dapat mempengaruhi kegiatan pengetahuan terbagi menjadi dua faktor yaitu
berbagi pengetahuan dalam organisasi yaitu sifat intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu sesuatu
pengetahuan, motivasi untuk berbagi, kesempatan hal yang datangnya dari diri sendiri dan biasanya
untuk berbagi dan lingkungan budaya kerja. memuaskan diri sendiri, seperti senang dapat
Kemudian dalam penelitiannya Heng mengadaptasi membantu yang lain. Sedangkan faktor ekstrinsik
kerangka tersebut dan menambahkan satu faktor menurut Cruz et al. (2009) apabila seorang individu
yaitu sikap staf (Heng dalam Sohail dan Daud, 2009). berpartisipasi dalam berbagi pengetahuan untuk
memperoleh pujian, insentif maupun tunjangan, dan
penghargaan.

73

Published by UI Scholars Hub, 2019 3


Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan, Vol. 21, No. 2 [2019], Art. 2
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019

3) Kesempatan untuk Berbagi kekuasaan) dan kurangnya waktu dalam berbagi


Pada dasarnya kesempatan untuk berbagi pengetahuan. Ia juga membagi faktor yang dapat
pengetahuan di dalam organisasi dapat bersifat menghambat berbagi pengetahuan menjadi tiga
formal maupun informal. Kesempatan formal seperti yaitu:
dalam kegiatan pelatihan, kerja tim secara terstruktur 1) Faktor individu
dan sistem berbasis teknologi yang memfasilitasi Menurut Wu & Lee dalam Potgieter & Radebe
kegiatan berbagi pengetahuan. Sedangkan (2017) mengatakan bahwa rasa percaya antar
kesempatan yang bersifat informal ialah kesempatan individu merupakan yang paling penting untuk
yang terkait dengan hubungan personal dan jaringan menentukan sukses atau tidaknya proses berbagi
sosial yang dapat memfasilitasi proses berbagi pengetahuan. Ketika antar karyawan atau individu
pengetahuan di dalam organisasi (Ipe dalam Sohail & saling percaya, maka berbagi pengetahuan dipandang
Daud, 2009). Ditambahkan oleh Yusup (2012) bahwa sebagai sebuah investasi yang dapat menghasilkan
berbagi pengetahuan tidak selalu dalam kegiatan keterbukaan antar individu dengan melibatkan
formal di sebuah organisasi. Pada saat santai pun pengetahuan satu sama lain. Selain itu kurangnya
proses dan kegiatan bisa terjadi, seperti di kafe saat motivasi juga dapat memberi pengaruh pada proses
makan siang, serta saat pagi hari sebelum masuk berbagi pengetahuan.
kerja.
2) Faktor Organisasi
4) Budaya Lingkungan Kerja Potgieter & Radebe (2017) mengatakan bahwa
Selain peranan individu, lingkungan kerja juga budaya organisasi yang tidak kondusif untuk proses
dapat mempengaruhi berbagi pengetahuan. Budaya berbagi pengetahuan, apabila norma-norma dan nilai-
lingkungan kerja yaitu budaya dari sub unit maupun nilai di dalam sebuah organisasi tidak mendukung
dari organisasi secara keseluruhan (De Long & Fahey kegiatan berbagi pengetahuan.
dalam Ugwu dan Onyancha, 2019). Budaya
organisasi dapat mempengaruhi berbagi 3) Faktor Teknologi
pengetahuan, sebab apabila sebuah organisasi sudah Mengacu pada Potgieter & Radebe (2017) yang
memiliki budaya berbagi pengetahuan maka para mengatakan bahwa hambatan yang paling
karyawannya akan lebih leluasa dalam mengganggu ketika berbagi pengetahuan di dalam
melakukannya. Hal tersebut dilakukan karena mereka dunia perpustakaan yaitu kurangnya atau bahkan
melihatnya sebagai sesuatu yang alami, bukan tidak adanya teknologi informasi juga dapat
sesuatu yang dipaksakan (McDermott & O’dell menghambat proses berbagi pengetahuan.
dalam Farooq, 2018). III. METODE PENELITIAN
5) Sikap staf Pada penelitian ini menggunakan pendekatan
Menurut Heng dalam Sohail dan Daud (2009) kualitatif dengan metode penelitian studi kasus.
mengatakan bahwa sikap staf berkaitan dengan Adapun untuk pemilihan informan menggunakan
perilaku staf yang berpengalaman akan dengan teknik purposive sampling. Kriteria informan untuk
senang hati membagikan pengetahuan yang dimiliki penelitian ini yaitu telah bekerja sebagai pustakawan
kepada staf yang lain. Meylasari dan Qamari (2017) fungsional di Perpustakaan Kementerian Sekretariat
menegaskan bahwa adanya kegiatan berbagi dalam Negara Republik Indonesia selama lebih dari 3 tahun,
organisasi hanya dapat terlaksana jika karyawan di memiliki latar belakang ilmu perpustakaan atau
dalamnya berkeinginan dan memiliki kesadaran pernah mengikuti diklat kepustakawanan, telah
untuk melakukan berbagi pengetahuan. Dalam diangkat menjadi pegawai negeri sipil dan sudah
penelitiannya De Vries et al. dalam Hooff et al. mengalami perubahan pada kepemimpinan
(2012) terdapat dua sikap staf yang positif terhadap sebelumnya. Dari kriteria di atas, didapatkan lima
berbagi pengetahuan yaitu kerelaan dan keinginan. informan dengan nama yang telah disamarkan,
C. Faktor Penghambat dalam Berbagi Pengetahuan ditunjukkan pada tabel 1.
Razmerita et al (2016) mengidentifikasi bahwa
faktor yang dapat mempengaruhi perilaku berbagi
pengetahuan, yaitu rasa takut (takut akan kritik, takut
kehilangan pekerjaan, takut menyerahkan

74

https://scholarhub.ui.ac.id/jipk/vol21/iss2/2
DOI: 10.7454/JIPK.v21i2.002 4
Widyarini and Laksmi: Budaya Organisasi dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementeria
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019

IV. PEMBAHASAN
TABEL 1. DATA INFORMAN Perpustakaan Kementerian Sekretariat Negara
Republik Indonesia secara struktural berada di bawah
Nama Lama Sekretariat Kementerian yang bertanggung jawab
Jabatan
Informan bekerja
secara langsung kepada presiden. Perpustakaan
Fifi Pustakawan Penyelia 35 tahun
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
Dila Pustakawan Madya 23 tahun sudah berdiri sejak tahun 1954. Setelah beberapa kali
Ratih Pustakawan Madya 14 tahun mengalami perpindahan pada struktur organisasi,
sejak tahun 2015 sesuai dengan Peraturan Menteri
Tita Pustakawan Muda 14 tahun Sekretaris Negara Republik Indonesia nomor 3
Caca Pustakawan Pelaksana 5 tahun Tahun 2015 bagian perpustakaan menjadi berada di
bawah Biro Tata Usaha.
Di dalam organisasi setiap divisinya mempunyai
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan cara masing-masing untuk mengomunikasikan
peneliti yaitu observasi partisipatif, wawancara pekerjaannya agar mencapai tujuan yang telah
mendalam dan analisis dokumen. Observasi disepakati. Begitu juga dengan Perpustakaan
Partisipatif dilakukan dengan cara mengamati proses Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
kegiatan berbagi pengetahuan yang dilakukan antar yang sudah melakukan kegiatan berbagi pengetahuan
pustakawan Kementerian Sekretariat Negara sejak dulu. Hal ini terlihat dari visi Perpustakaan
Republik Indonesia. Wawancara mendalam yaitu agar terwujudnya perpustakaan yang andal dan
dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan- akuntabel. Menurut KBBI kata ‘andal’ memiliki
pertanyaan secara langsung, serta peneliti dan pengertian dapat dipercaya, adapun kata ‘akuntabel’
informan dapat mendalami pertanyaan serta jawaban mendefinisikan sebagai sesuatu yang dapat
yang diberikan. Wawancara yang dilakukan dipertanggung jawabkan. Maksudnya yaitu agar
sebanyak satu hingga tiga kali pada setiap informan. perpustakaan dapat dijadikan sebagai tempat pertama
Teknik pengumpulan data lainnya yaitu analisis bagi penggunanya untuk memenuhi kebutuhan
dokumen terkait dengan kegiatan berbagi informasi.
pengetahuan seperti notulensi rapat, laporan kegiatan,
profil perpustakaan, rancangan kegiatan serta, Kaitan visi dengan berbagi pengetahuan yaitu
percakapan di dalam media WhatsApp. untuk mendapatkan informasi yang tepat guna maka
tidak terlepas dari pengelolanya yaitu sumber daya
Analisis data dilakukan dengan beberapa tahapan manusia (pustakawan). Oleh karena itu agar
yang pertama yaitu triangulasi data, proses yang terciptanya pustakawan yang berwawasan luas dan
dilakukan untuk teknik pemeriksaan keabsahan data. dapat diandalkan tentu saja tidak dapat diperoleh
Selanjutnya pembuatan catatan lapangan dengan melalui cara yang instan, melainkan perlu melalui
mengumpulkan data yang ditemukan di lapangan berbagai cara seperti mengikuti kegiatan yang
seperti hasil rekaman wawancara dan hasil observasi. mengembangkan kemampuan diri. Dengan adanya
Kemudian koding (coding) dalam proses ini berbagi pengetahuan para pustakawan dapat saling
melibatkan pengambilan data teks atau gambar yang membagikan pengetahuan serta pengalaman yang
dikumpulkan selama pengumpulan data termasuk dimiliki. Karena di dalam berbagi pengetahuan
segmentasi kalimat atau gambar ke dalam kategori. terjadi proses berbagi, diskusi, serta terciptanya
Tahapan terakhir dalam analisis data yaitu pengetahuan baru bagi setiap individu yang
interpretasi data yaitu memahami data secara melakukan berbagi pengetahuan.
menyeluruh dan mendalam, berdasarkan perspektif
atau teori tertentu. Kemudian hasil temuan disajikan A. Berbagi Pengetahuan di Perpustakaan
ke dalam bentuk laporan yang dilengkapi dengan Kementerian Sekretariat Negara Republik
pernyataan informan dari hasil wawancara maupun Indonesia
observasi di lapangan. Berbagi pengetahuan sangat dibutuhkan oleh
setiap organisasi. Hal ini dikarenakan pengetahuan
yang dimiliki antara satu individu dengan individu
lainnya mungkin berbeda. Sehingga tidak sedikit

75

Published by UI Scholars Hub, 2019 5


Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan, Vol. 21, No. 2 [2019], Art. 2
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019

organisasi yang meluangkan waktu hingga tugas, rapat progress apakah ada kendala yang
menyediakan fasilitas kepada karyawannya demi ditemui dalam persiapannya, hingga rapat evaluasi.
kelancaran pelakasanaan berbagi pengetahuan. Sebab Oleh sebab itu semakin banyak kegiatan yang akan
sudah banyak organisasi yang sadar akan manfaat diselenggarakan maka semakin tinggi juga frekuensi
yang di dapat dari berbagi pengetahuan. Begitu juga dilakukannya rapat dan bimtek. Hal ini dilakukan
dengan para pustakawan di Perpustakaan agar pustakawan lebih banyak mempunyai wadah
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia berdiskusi dan mengeluarkan pendapat untuk
yang juga sadar akan pentingnya berbagi menghindari miskomunikasi. Meskipun kegiatan
pengetahuan. Meskipun demikian belum ada rapat bukan dikhususkan untuk berbagi pengetahuan,
program atau wadah khusus yang dibuat secara tidak jarang para pustakawan saling membagikan ide
terstruktur untuk memfasilitasi kegiatan berbagi dan pendapatnya terkait bahasan rapat.
pengetahuan. Sementara itu untuk pelaksanaan bimtek biasanya
“Sarana untuk berbagi pengetahuan khusus mendatangkan pihak lain yang dianggap ahli untuk
kan belum ada ya. Biasanya berbagi memberikan bimbingan tentang hal-hal yang
pengetahuan yang dilakukan disini secara berhubungan dengan teknologi. Seperti ketika
implisit aja dan itu terbagi jadi dua ada yang pelaksanaan simulasi pengoperasian repository, para
formal dan informal. Kalau formal seperti pustakawan mengundang beberapa orang dari bagian
rapat rutin dengan atasan dan bimbingan infotek untuk berdiskusi bersama membahas
teknis. Sedangkan untuk informalnya itu mengenai repository yang masih dalam
diskusi antar pustakawan pada saat jam perkembangan.
kerja atau saat makan siang maupun 2) Praktik Berbagi Pengetahuan Informal
sarapan. Biasanya emang akan lebih terbuka Selain sarana berbagi pengetahuan secara formal,
pada saat diskusi informal karena engga Perpustakaan Kementerian Sekretariat Negara
tegang dan santai aja emang karena ingin Republik Indonesia juga melakukan berbagi
cerita. Selain itu juga kita sharing lewat grup pengetahuan secara informal. Terdapat perbedaan
WhatsApp.” (Wawancara Ratih, 20 Maret antara pelaksanaan berbagi pengetahuan secara
2019) formal dengan sarana berbagi pengetahuan informal.
Di dalam sarana formal seperti rapat rutin
Dari pernyataan Ratih dapat disimpulkan bahwa pustakawan tidak bisa secara leluasa berpendapat,
pelaksanaan berbagi pengetahuan di Perpustakaan suasana yang dibangun terkesan kaku dan seperti ada
batasan tersendiri. Sarana informal berbagi
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
pengetahuan antar pustakawan di Perpustakaan
dilakukan secara tersirat melalui dua sarana yaitu
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
formal dan informal. yaitu diskusi antar pustakawan secara langsung dan
1) Praktik Berbagi Pengetahuan Formal melalui grup WhatsApp.
Pada pelaksanaan berbagi pengetahuan secara
formal dapat berupa rapat rutin dan bimbingan teknis Pada saat berbagi pengetahuan secara informal,
(bimtek). Adapun pelaksanaannya diselenggarakan pustakawan yang terlibat dapat mengekspresikan
secara insidental atau disesuaikan dengan kebutuhan. pendapatnya secara santai dengan bahasan topik yang
Meskipun pada awal kepemimpinan Kepala beragam. Beberapa pustakawan menganggap bahwa
Perpustakaan yang sekarang sempat menjadwalkan pelaksanaan berbagi pengetahuan ketika pada saat
hari untuk penyelenggaraan rapat rutin, akan tetapi informal lebih efektif daripada formal. Hal tersebut
karena adanya kesibukan dan kegiatan lain jadi tidak dikarenakan sifat dari diskusi tidak kaku dan ringan
dilanjutkan lagi. Sehingga penyelenggaraan rapat sehingga para pustakawan dapat secara bebas
bersifat fleksibel yaitu menyesuaikan dengan situasi berekspresi ketika diskusi, serta penggunaan bahasa
dan kondisi pada saat akan dilaksanakannya rapat. sehari-hari dalam diskusi membuat topik bahasan
lebih mudah untuk dipahami. Alasan lain ialah karena
Karena rapat yang diadakan berdasarkan kegiatan pada saat diskusi tidak melibatkan atasan sehingga
dan kebutuhan tertentu. Hal ini menyebabkan menghapus rasa sungkan karena adanya jarak ke
bahasan rapat seputar kegiatan yang akan jabatan yang lebih tinggi.
diselenggarakan seperti rapat persiapan, pembagian

76

https://scholarhub.ui.ac.id/jipk/vol21/iss2/2
DOI: 10.7454/JIPK.v21i2.002 6
Widyarini and Laksmi: Budaya Organisasi dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementeria
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019

Selain mendapatkan pengetahuan baru, manfaat melaporkan dan mendapat informasi terbaru
lain yang di dapat dari berbagi pengetahuan secara meskipun sedang dalam kegiatan yang lain.
informal yaitu sebagai sarana untuk mempererat
B. Faktor yang Mempengaruhi Berbagi
hubungan antar pegawai atau yang biasa dikenal
Pengetahuan
dengan team building. Kegiatan yang dapat
mempererat hubungan antar pegawai juga dibenarkan Berbagi pengetahuan yang dilakukan oleh
oleh Ipe bahwa sarana informal digunakan untuk pustakawan Kementerian Sekretariat Negara
berinteraksi dengan orang lain, membantu seseorang Republik Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor
mengembangkan rasa hormat dan persahabatan, hal- sebagai berikut.
hal yang dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam 1) Sifat Pengetahuan
proses berbagi pengetahuan (Ipe dalam Sohail & Di Perpustakaan Kementerian Sekretariat Negara
Daud, 2009). Republik Indonesia pengetahuan yang dibagi dalam
Adanya keakraban dapat terbentuk karena sering proses berbagi pengetahuan bersifat tacit dan
terjadi interaksi tatap muka diantara pegawainya eksplisit. Jenis pengetahuan yang berbeda juga dapat
sehingga sangat memungkinkan untuk terbangunnya mempengaruhi proses berbagi pengetahuan seperti
kepercayaan antar individu. Terlebih tema yang jenis informasi yang dibagikan, cara
dibahas pada saat berbagi pengetahuan juga tidak membagikannya, pemilihan sumber informasi,
selalu tentang pekerjaan, tetapi juga pengalaman, hingga sarana dan media yang dipilih untuk berbagi
pendapat dan ide-ide. Hal ini juga didukung dari hasil pengetahuan.
temuan peneliti di lapangan. Pada saat itu terjadi Berdasarkan hasil wawancara dengan informan,
diskusi antar pustakawan mengenai resep masakan. pengetahuan tacit berupa pengalaman pustakawan
Oleh sebab itu, berbagi pengetahuan melalui sarana pada saat diklat atau seminar. Menurut Davenport
informal selain dapat mengembangkan pengetahuan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman
yang dimiliki individu juga dapat digunakan sebagai termasuk ke dalam jenis pengetahuan tacit karena
rekreasi terlebih dengan cara penyampaian informasi sifatnya sangat personal dan tidak bisa dirasakan
yang lebih santai. Adapun untuk waktu dan tempat orang lain (Davenport dalam Nurbaiti, 2013).
diselenggarakannya diskusi pustakawan tidak ada Adapun sarana yang dipilih dalam berbagi
jadwal secara khusus. Akan tetapi biasanya dilakukan pengetahuan tacit yaitu tatap muka.
sebelum jam kantor di mulai yaitu pada saat
Sedangkan untuk pengetahuan eksplisit yang
pustakawan menikmati sarapannya di meja kerja
dibagikan biasanya berupa notulen rapat maupun
masing-masing sambil membahas topik tertentu.
undangan kegiatan perpustakaan dari instansi lain.
Sarana berbagi pengetahuan informal lainnya Berbeda dengan pengetahuan tacit, pada pengetahuan
selain diskusi tatap muka yaitu diskusi melalui grup eksplisit pustakawan lebih memilih untuk
WhatsApp (WA). Grup WA dipilih sebagai sarana membagikan melalui grup WA. Hal ini dikarenakan
berbagi pengetahuan tidak formal karena lebih efisien pengetahuan eksplisit sudah dituangkan ke dalam
dan menghemat waktu. Adapun yang tergabung bentuk kata-kata atau dokumen sehingga lebih mudah
dalam grup WA yaitu Kepala Bagian Perpustakaan, untuk dibagikan. Adanya grup WA dapat
Kepala Subbagian, pustakawan dan staf mempermudah proses berbagi pengetahuan bagi para
perpustakaan. informasi yang dibagikan di dalam pustakawan tanpa terhalang jarak dan waktu.
grup WA beragam seperti acara seminar dan
Setelah diketahui bahwa jenis pengetahuan dapat
workshop dari perpustakaan instansi lain, kegiatan
mempengaruhi berbagi pengetahuan, adanya nilai
dan informasi terbaru yang berkaitan dengan
yang terkandung pada pengetahuan juga dapat
perpustakaan maupun lembaga induk, hingga
mempengaruhi berbagi pengetahuan. Pengetahuan
dijadikan sebagai instruksi Kepala Bagian kepada
akan bernilai tinggi jika dapat bermanfaat bagi
para staf. WA grup juga digunakan untuk koordinasi
organisasi seperti penemuan baru pada sebuah
dan komunikasi sehari-hari. Adanya WA dapat
penelitian. Oleh karena itu, pengetahuan tersebut
mempermudah pustakawan untuk saling
bernilai berharga dan dapat berdampak pada sifat
berkoordinasi, baik itu antar pustakawan maupun
posesif individu, sehingga ada keinginan untuk tidak
kepada atasan. Sehingga mereka dapat terus
membagikan pengetahuan yang mereka miliki
dengan yang lain (Ipe dalam Sohail & Daud, 2009).

77

Published by UI Scholars Hub, 2019 7


Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan, Vol. 21, No. 2 [2019], Art. 2
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019

Meskipun demikian di Perpustakaan Kementerian Selain itu faktor yang mendorong motivasi yaitu
Sekretariat Negara Republik Indonesia tidak faktor monetary yang mana berkaitan dengan adanya
dipengaruhi oleh nilai pengetahuan. Tidak ada harapan peningkatan kesejahteraan. Dapat diketahui
perbedaan dalam menyampaikan pengetahuan yang bahwa pada saat pelaksanaan berbagi pengetahuan
memiliki nilai tinggi maupun tidak terutama yang dilakukan oleh para pustakawan tidak ada
pengetahuan yang berkaitan dengan pekerjaan. hadiah, imbalan maupun penghargaan yang
diberikan. Sebab tidak ada aturan khusus yang
2) Motivasi untuk Berbagi
mengatur pelaksanaan berbagi pengetahuan.
Motivasi secara umum diartikan sebagai suatu
Sehingga para pustakawan tidak mendapat imbalan
kekuatan atau dorongan di dalam seseorang yang
atau upah jika telah melakukan kegiatan berbagi
menyebabkan kegigihan dari usaha yang diarahkan
pengetahuan.
pada tujuan maupun upaya sukarela. Begitu juga di
dalam proses berbagi pengetahuan di perpustakaan, Akan tetapi di dalam Peraturan Kepala
setiap pustakawan yang terlibat pasti memiliki Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 11
motivasi yang kuat untuk melakukannya. Jika tahun 2015 tentang petunjuk teknis jabatan
motivasi yang dimiliki pustakawan tidak cukup kuat, fungsional pustakawan dan angka kredit juga
maka mereka tidak akan mau untuk membagikan dikatakan bahwa pemberian konsultasi kepada
pengetahuan yang mereka miliki. Motivasi terbagi perorangan atau lembaga ada nilai angka kreditnya
menjadi dua yaitu motivasi yang datang dalam diri tersendiri, dengan syarat dilampirkan dengan hasil
sendiri dan dorongan yang datang dari luar individu konsultasi dan surat permintaan konsultasi.
tersebut (Deci dan Ryan dalam Razmerita, 2016). Sebagai pustakawan fungsional mereka dapat
Begitu juga dengan para pustakawan Kementerian meningkatkan angka kredit yang mana akan
Sekretariat Negara Republik Indonesia yang berpengaruh pada peningkatan jabatannya.
dorongan berbagi pengetahuannya berasal dari Keikutsertaan pustakawan dalam kegiatan untuk
intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan hasil meningkatkan keahliannya seperti seminar,
wawancara dengan beberapa informan, pustakawan lokakarya maupun konferensi di bidang
melakukan berbagi pengetahuan didasari oleh kepustakawanan di apresiasi dengan angka kredit.
keinginannya sendiri karena untuk memuaskan Selain faktor monetary, kedekatan dengan penerima
kesenangan dari dalam dirinya. Selain itu beberapa juga dapat menjadi salah satu faktor yang dapat
pustakawan juga pada dasarnya memang memiliki mempengaruhi pelaksanaan berbagi pengetahuan.
prinsip bahwa pengetahuan tidak akan berkembang 3) Kesempatan untuk Berbagi
jika tidak disebarkan kepada yang lainnya. Sehingga Kesempatan untuk berbagi berkaitan dengan
alasan tersebut menjadi salah satu dorongan bagi kesempatan yang diberikan oleh organisasi kepada
pustakawan untuk berbagi pengetahuan. karyawannya untuk melaksanakan berbagi
Adapun motivasi berbagi pengetahuan dari luar pengetahuan, seperti diberikan waktu khusus,
individu dapat berupa pujian dan penghargaan yang dilengkapi fasilitasnya, disediakan wadah tersendiri
didapat ketika melakukan berbagi pengetahuan maupun mengikutsertakan karyawan dalam program
karena merasa dihargai. Adanya apresiasi yang pelatihan atau workshop. Kesempatan untuk berbagi
diberikan atasan kepada staf bagi Dila dapat biasanya dibedakan menjadi dua yaitu formal dan
mempengaruhinya dalam berbagi pengetahuan. Ia informal. Begitupun dengan Perpustakaan
merasa lebih dihargai usahanya dalam berbagi Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
pengetahuan serta pada saat ia mengemukakan ide kesempatan berbaginya terdiri atas kesempatan
dan pendapat. Karena penghargaan tidak selalu formal dan informal. Adapun kesempatan untuk
berbentuk uang dan harta, terkadang ucapan selamat, berbagi secara formal seperti rapat rutin, bimbingan
terima kasih dan pujian juga bisa menjadi sesuatu teknis dan workshop. Meskipun bukan merupakan
yang berharga bagi individu. Dengan begitu ia merasa program yang dirancang khusus untuk berbagi
senang dan nyaman, sehingga memungkinkan ia pengetahuan tetapi pustakawan juga bisa saling
untuk berbagi pengetahuan lagi pada kesempatan berbagi pengetahuan dengan sesamanya pada
yang lain. kesempatan formal ini.

78

https://scholarhub.ui.ac.id/jipk/vol21/iss2/2
DOI: 10.7454/JIPK.v21i2.002 8
Widyarini and Laksmi: Budaya Organisasi dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementeria
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019

Perpustakaan juga setiap tahunnya yang dibawahi ngikutin budaya dan


menyelenggarakan beberapa kegiatan workshop kebiasaan yang ada aja.” (Wawancara Dila,
meskipun itu diperuntukkan bagi pengguna 8 Maret 2019)
perpustakaan dan biasanya pelatihannya bukan Dari pernyataan Dila dapat diketahui bahwa secara
berkaitan dengan kegiatan kepustakawanan seperti historis perpustakaan pernah menjadikan berbagi
workshop merajut dan pembuatan kopi. Akan tetapi pengetahuan yang terstruktur sebagai suatu kebiasaan
sebagai penyelenggara, pustakawan juga ketika masih berada di bawah Biro Infotek. Kegiatan
mendapatkan pengetahuan di luar dari pekerjaannya. rutin tersebut biasa dikenal dengan rapat umum,
Selain itu, organisasi juga memberikan dimana setiap bagian di bawah Biro Infotek
kesempatan kepada para pustakawan secara bebas berkumpul bersama dan secara bergantian
untuk mengembangkan keahliannya dengan membagikan pengetahuan, pengalaman, serta ide-ide
mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan yang dimiliki. Rapat umum dilakukan setiap minggu
oleh instansi lain. Akan tetapi karena adanya pada hari Rabu dan dihadiri oleh seluruh bagian yang
keterbatasan anggaran sehingga menyebabkan tidak berada di bawah Biro Infotek. Akan tetapi saat ini
semua pustakawan dapat mengikuti satu kegiatan perpustakaan dibawahi oleh Biro TU, sehingga
secara bersamaan. Biasanya dilakukan dengan cara perpustakaan tidak lagi melaksanakan kegiatan
bergilir agar semua pustakawan mendapat berbagi pengetahuan melalui sarana formal secara
kesempatan dan menghindari rasa ketidakadilan pada rutin. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan tugas
pustakawan. Akan tetapi pada pelaksanaan diklat dan fungsi antara Biro Infotek dan Biro TU,
pustakawan tidak dapat memilih ingin hadir atau perpustakaan yang merupakan bagian dari suatu Biro
tidak karena biasanya sudah ditentukan oleh Kepala hanya mengikuti kebiasaan yang ada pada Biro
Bagian disesuaikan dengan tema diklatnya. tersebut.
Sedangkan untuk yang informal berupa diskusi Hal ini didukung oleh pendapat McDermott &
antar pustakawan yang dilakukan pada saat makan O’dell dalam Farooq (2018) bahwa budaya organisasi
siang atau sebelum jam kerja di mulai maupun dapat mempengaruhi berbagi pengetahuan. Jika
melalui grup WA. Hal ini berkaitan dengan pendapat sebuah organisasi sudah memiliki budaya berbagi
Yusup (2012) yang mengatakan bahwa berbagi pengetahuan, para pegawainya akan membagikan ide
pengetahuan dapat terjadi kapan saja tidak selalu dan pengetahuan yang mereka miliki secara leluasa.
dalam kegiatan formal. Adanya kegiatan diskusi antar Sebab mereka melihatnya sebagai sesuatu yang
pustakawan ini dapat mengakrabkan antar alami, dan akan berbeda jika mereka tidak terbiasa
pustakawan karena pembawaannya yang tidak kaku dengan berbagi pengetahuan kemudian terpaksa
seperti pada saat rapat. Karena pelaksanaannya di untuk melakukannya.
lakukan pada jam istirahat sehingga dapat Oleh karena itu saat ini para pustakawan sedang
berpengaruh pada suasana hati para pelakunya karena mengembalikan kebiasaan berbagi pengetahuan
dalam diskusi mereka dapat bersantai dan menjauh melalui kegiatan sharing pustakawan yang recananya
sejenak dari penatnya pekerjaan. akan dilakukan secara rutin setiap minggunya.
4) Budaya lingkungan kerja Kegiatan sharing pustakawan merupakan suatu
Dalam berbagi pengetahuan selain individu, faktor kegiatan yang dikhususkan bagi para pustakawan
organisasi juga memiliki peran penting dalam untuk berbagi pengetahuan. Dengan dilakukannya
menentukan kesuksesan kegiatan berbagi kegiatan rutin ini harapkan nantinya akan menjadi
pengetahuan. Hal itu berlaku pada pelaksanaan suatu kebiasaan bukan lagi sesuatu yang dipaksakan.
berbagi pengetahuan yang dilakukan oleh para Adanya program berbagi pengetahuan tersendiri
pustakawan Kementerian Sekretariat Negara menjadikan pustakawan mempunyai ruang sendiri
Republik Indonesia. secara bebas untuk saling menceritakan pengalaman,
pekerjaan, atau hal-hal yang bersifat sensitif dan tidak
“Kalau untuk menerapkan berbagi mungkin disampaikan di dalam rapat bersama atasan,
pengetahuan seperti di Biro Infotek agak sulit karena adanya jarak antar jabatan.
ya. Karena Biro TU itu lebih ke pelayanan,
Meskipun kegiatan yang secara khusus dibuat
dan lingkungan kerjanya beda aja tidak
untuk berbagi pengetahuan baru dilaksanakan
seperti Biro Infotek. Jadi kita sebagai bagian beberapa kali dan masih dalam tahap penyesuaian,

79

Published by UI Scholars Hub, 2019 9


Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan, Vol. 21, No. 2 [2019], Art. 2
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019

bukan berarti selama ini para pustakawan tidak pustakawan tetap berbagi pengetahuan meskipun
melakukan berbagi pengetahuan. Para pustakawan tidak ada hadiah maupun penghargaan yang
tetap melakukannya melalui kegiatan-kegiatan secara diberikan oleh atasan dan organisasi. Selain kerelaan
tersirat, seperti pada saat rapat rutin, bimbingan staf senior, menurut Meylasari dan Qamari (2017)
teknis, serta diskusi informal antar pustakawan saat berbagi pengetahuan juga hanya dapat terlaksana jika
pagi hari sebelum mulai bekerja atau pada saat makan staf yang lain memiliki rasa keinginan dan kesadaran
siang di dalam maupun di luar kantor. yang tertanam dalam dirinya untuk berbagi
pengetahuan. Begitu juga dengan salah satu
5) Sikap Staf dalam Berbagi Pengetahuan
pustakawan Kementerian Sekretariat Negara
Di dalam organisasi sikap staf antara satu dengan
Republik Indonesia yang mengajak pustakawan lain
lainnya dapat menentukan proses berbagi
untuk melakukan sharing pustakawan secara formal
pengetahuan. Terutama staf senior yang secara
dan kemudian ditanggapi secara antusias oleh
sukarela membimbing dan membagikan pengetahuan
pustakawan lain. Seperti yang diketahui sebelumnya
yang ia miliki kepada juniornya. Hal ini dikarenakan
diskusi pustakawan biasa dilakukan secara spontan
staf senior memiliki pengalaman yang lebih banyak
dan tidak terjadwal, dan kegiatan ini merupakan hal
dari staf lain, sehingga dapat dijadikan sebagai
baru bagi para pustakawan
pedoman untuk mengembangkan keahlian dari staf
lainnya. Begitu juga dengan sikap staf senior di Pengetahuan yang dibagikan biasanya hal-hal
Perpustakaan Kementerian Sekretariat Negara yang berkaitan dengan pekerjaan. Semua
Republik Indonesia. diperlakukan sama jika sudah terlibat dalam berbagi
pengetahuan. Namun akan berbeda jika berkaitan
“Gaada perbedaan sih siapa aja yang nanya
dengan masalah pribadi, semua pustakawan saling
pasti dijawab, selama informasi yang saya menghargai dan menghormati sehingga untuk hal-hal
punya itu berguna buat yang lain terutama yang berkaitan dengan urusan pribadi satu sama lain
buat pekerjaan ya kenapa engga. Kadang- tahu batasan dan porsinya masing-masing. Biasanya
kadang juga saya suka diskusi dan cerita yang mengetahui urusan pribadi hanya untuk orang
pengalaman ke Caca yang baru empat tahun yang terdekat saja, karena itu bukan sesuatu
bergabung disini. Lagian kalau pengetahuan
C. Hambatan dalam Berbagi Pengetahuan
yang kita punya dibagikan, beban kerja kita
jadi lebih ringan. Kerjaan jadi cepet selesai Hambatan itu sendiri diartikan sebagai sesuatu
engga perlu kerja dua kali.” (Wawacara Fifi, yang menyebabkan proses berbagi pengetahuan tidak
11 Maret 2019) berjalan dengan lancar dan maksimal. Dari tiga faktor
Dari pernyataan Fifi dapat disimpulkan bahwa yang dapat menghambat berbagi pengetahuan di
meskipun ia merupakan pustakawan yang paling dunia perpustakaan (individu, organisasi, dan
lama bekerja di Perpustakaan Kementerian teknologi) menurut Razmerita et al (2016) hambatan
Sekretariat Negara Republik Indonesia, ia tidak yang paling dominan dalam pelaksanaan berbagi
keberatan jika harus membagikan pengetahuan yang pengetahuan di Perpustakaan Kementerian
dimiliki kepada yang lain. Sudah seharusnya sebagai Sekretariat Negara Republik Indonesia berada pada
senior Fifi membagikan pengetahuan yang dimiliki tingkat organisasi.
kepada yang lain, dan Fifi sudah melakukan hal Sebagai perpustakaan khusus yang berada di
tersebut dengan harapan pengalaman dan bawah naungan lembaga induk, perpustakaan
pengetahuan yang ia miliki bisa bermanfaat bagi beberapa kali mengalami perpindahan secara struktur
perpustakaan. Menurut Fifi sikap staf senior dalam organisasi. Hal ini tentu saja dapat merugikan
berbagi pengetahuan kepada juniornya memang tidak perpustakaan, karena tidak jarang harus beradaptasi
ada jarak, hal itu dikarenakan pustakawan senior ulang dengan budaya kerja yang ada di suatu Biro.
melibatkan juniornya jika berdiskusi. Hal tersebut Terutama terkait dengan berbagi pengetahuan yang
dilakukan agar pustakawan junior akan terbiasa pernah menjadi agenda rutin pada saat Perpustakaan
nantinya jika harus terlibat dalam rapat dan diskusi, Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
serta dapat menghapus jarak antara junior dan senior. masih berada di bawah Biro Infotek. Ketika
Pernyataan Fifi juga diperkuat oleh pernyataan perpustakaan tidak lagi berada di bawah Biro Infotek
Dila pada saat wawancara ia mengatakan bahwa para kegiatan rutin berbagi pengetahuan juga tidak
dilakukan lagi. Karena adanya perbedaan budaya

80

https://scholarhub.ui.ac.id/jipk/vol21/iss2/2
DOI: 10.7454/JIPK.v21i2.002 10
Widyarini and Laksmi: Budaya Organisasi dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementeria
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019

antara Biro yang dulu dengan yang sekarang Sekretariat Negara Republik Indonesia yaitu sifat
membawahi bagian perpustakaan. pengetahuan, motivasi untuk berbagi, kesempatan
Meskipun masih berada dalam satu organisasi, untuk berbagi, budaya lingkungan kerja dan sikap
bukan berarti setiap bironya memiliki budaya yang staf. Diketahui dari kelima faktor yang memiliki
sama. Hal ini diperkuat oleh De Long & Fahey (2000) pengaruh paling dominan pada pelaksanaan berbagi
mengatakan bahwa budaya lingkungan kerja seperti pengetahuan yaitu faktor sikap staf. Sebab, dengan
budaya subunit serta budaya organisasi secara tidak adanya aturan khusus dan wadah yang
keseluruhan dapat mempengaruhi proses berbagi disediakan, praktik berbagi pengetahuan tidak
pengetahuan. Oleh karena itu adanya perbedaan mungkin masih berlangsung hingga saat ini jika tidak
budaya lingkungan kerja antar Biro, menyebabkan didasari oleh kerelaan dan kesadaran pustakawan
bagian di bawahnya seperti perpustakaan juga dalam membagikan pengetahuan yang dimiliki
mengikuti budaya yang ada dan hal ini bisa menjadi kepada yang lainnya. Hal ini dikarenakan mereka
kendala dalam proses berbagi pengetahuan. tidak merasa berkewajiban dan memiliki tanggung
jawab untuk membagikan pengetahuan yang
Budaya lingkungan kerja juga dapat menjadi dimilikinya.
hambatan karena mempengaruhi kinerja karyawan
yang nantinya juga berdampak pada proses berbagi Kendala yang dihadapi pustakawan selama
pengetahuan. Hal ini dibuktikan oleh salah satu melakukan berbagi pengetahuan yaitu terdapat pada
pustakawan yang mengalami kesulitan dalam tingkat organisasi. Beberapa kali perubahan pada
meningkatkan pangkatnya, sebab adanya tuntutan struktur organisasi menyebabkan bagian
untuk selalu tersedia sebagai penanggung jawab perpustakaan harus beradaptasi lagi dengan budaya
keuangan. Sehingga ia jarang berada di Perpustakaan lingkungan kerja, sesuai dengan biro yang menaungi.
dan angka kredit yang harusnya bisa tercapai dalam Sebab kegiatan berbagi pengetahuan belum menjadi
waktu tertentu juga jadi terhambat. Seharusnya jika budaya pada Kementerian Sekretariat Negara
manajemen atas bisa memahami dan menjadikan Republik Indonesia dan masih menjadi budaya pada
berbagi pengetahuan sebagai budaya organisasi, unit tertentu, dalam hal ini perpustakaan dan Biro
maka akan berdampak positif terhadap Infotek. Sehingga jika terjadi perpindahan secara
perkembangan organisasi serta pada pegawainya. struktur organisasi menyebabkan perpustakaan harus
Sebab antar pustakawan maupun atasannya saling beradaptasi ulang dengan budaya lingkungan kerja,
berbagi pengetahuan, yang mengakibatkan pekerjaan gaya kepemimpinan manajemen atas yang berbeda
serta aturan-aturan yang harus dipatuhi. Akibatnya
akan terselesaikan secara efektif dan efisien.
banyak kegiatan yang pada mulanya sudah dilakukan
V. KESIMPULAN tapi tidak dilanjutkan lagi karena sudah tidak sesuai
Berdasarkan hasil penelitian ini, berbagi dengan budaya pada unit kerja dan adanya perbedaan
pengetahuan pustakawan Kementerian Sekretariat prioritas serta pandangan dari manajemen atas.
Negara Republik Indonesia dilaksanakan melalui dua Berdasarkan hasil penelitian, terdapat dua saran
sarana yaitu formal dan informal. Pada sarana formal yang dapat diberikan pada organisasi agar dapat
pustakawan secara tidak langsung berbagi memaksimalkan berbagi pengetahuan yang sudah
pengetahuan melalui rapat dan bimbingan teknis. dilaksanakan seperti diadakannya team building bagi
Sedangkan untuk sarana informal berupa diskusi para pustakawannya dan adanya dukungan dari
pustakawan dan melalui media WhatsApp. manajemen atas dan organisasi berupa pembuatan
Pelaksanaan berbagi pengetahuan secara formal program serta aturan tertulis terkait berbagi
dilakukan secara insidental disesuaikan dengan pengetahuan.
kebutuhan. Sementara itu untuk berbagi pengetahuan
Harapannya, dengan diadakannya team building
secara informal frekuensi pelaksanaannya jauh lebih
dapat mempererat hubungan antar individu. Hal ini
tinggi jika dibandingkan formal karena tidak
diperlukan agar terciptanya rasa percaya satu sama
membutuhkan sarana tempat dan tidak terhalang oleh
lain. Dengan terciptanya rasa percaya, maka seorang
jarak, dan dilakukannya ketika jam istirahat sehingga
akan lebih terbuka dan terhapusnya jarak serta rasa
sifatnya lebih santai.
takut yang timbul pada diri individu tersebut.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi Sehingga kegiatan berbagi pengetahuan dapat terus
berbagi pengetahuan di Perpustakaan Kementerian berlangsung dan menjadi kegiatan yang

81

Published by UI Scholars Hub, 2019 11


Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan, Vol. 21, No. 2 [2019], Art. 2
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019

berkelanjutan. Selain individu, dukungan dari https://remote-


organisasi juga diperlukan sebagai dorongan lib.ui.ac.id:2183/doi/full/10.1080/10572317.2016.117
eksternal agar individu lebih semangat dalam 6451
Memah, L., Pio, R. J., & Kaparang, S. G. (2017). Pengaruh
melakukannya. Terlebih jika dibuatkan program dan Knowledge Sharing Terhadap Kinerja Karyawan
kebijakan yang mengatur terkait pelaksanaan berbagi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
pengetahuan pada tingkat organisasi, tentu Utara. Jurnal Administrasi Bisnis.
pelaksanaan berbagi pengetahuan akan lebih terarah Meylasari, U. S., & Qamari, I. N. (2017). Faktor-faktor yang
dan konsisten karena mengacu pada aturan yang jelas. mempengaruhi knowledge sharing dalam
Oleh karena itu diperlukan pembuatan aturan tertulis implementasi e-learning. Jurnal Manajemen Bisnis, 8,
untuk dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan 238-263.
Nawawi, I. (2012). Manajemen Pengetahuan (Knowledge
kegiatan dan menerapkannya sebagai bagian dari Management). Bogor: Ghalia Indonesia.
pekerjaan. Sehingga, semua pustakawan merasa Nickols, F. (2012). The knowledge in knowledge management.
bertanggung jawab untuk berbagi pengetahuan Diambil kembali dari Distance Consulting:
karena itu merupakan bagian dari kewajibannya. https://www.nickols.us/Knowledge_in_KM.htm
Nurbaiti, A. Z., & Fatmawati, E. (2013). Implementasi
knowledge sharing terhadap kinerja pustakawan di
Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten
Sukoharjo. Jurnal Ilmu Perpustakaan, 2, 1-8. Dipetik
DAFTAR PUSTAKA Februari 15, 2019, dari ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jip
Badan Standardisansi Nasional. (2009). SNI 7496:2009 Razmerita, L., Kirchner, K., & Nielsen, P. (2016). What Factors
Perpustakaan Khusus Pemerintah Khusus Instansi Influence Knowledge Sharing in Organizations? A
Pemerintah. Jakarta: BSN. Diambil kembali dari Social Dilemma Perspective of Social Media
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/387/jbptunikompp Communication. Journal of Knowledge Management,
-gdl-ubudiyahse-19343-6-27467_sn-9.pdf 1225-1246.
Biranvand, A., Seif, M. H., & Khasseh, A. A. (2015). Rodin, R. (2013). Penerapan knowledge management di
Knowledge sharing among librarians in public Perpustakaan: Studi Kasus di Perpustakaan STAIN
libraries of Fars Province, Iran. Library Philosophy Curup. Khizanah Al-Hikmah, 1(1), 35-46. Dipetik
and Practice. Dipetik Maret 18, 2019, dari Maret 17, 2019, dari http://journal.uin-
http://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/1259/ alauddin.ac.id/index.php/khizanah-al-
Brčić, Ž. J., & Mihelič, K. K. (2015). Knowledge sharing hikmah/article/view/29/18
between different generations of employees: an Semertzaki, E. (2011). Special libraries as knowledge
example from Slovenia. Economic Research- management centres. Witney: Woodhead Publishing
Ekonomska Istraživanja, 28(1), 853-867. Dipetik Ltd. Dipetik April 2, 2019, dari
April 13, 2019 http://ebookcentral.proquest.com/lib/indonesiau-
De Long, D. W., & Fahey, L. (2000). Diagnosing cultural ebooks/detail.action?docID=1584433
barriers to knowledge management. Academy of Shabrina, V., & Silvianita, A. (2015). Factors analysis on
Management Executive, 14, 113-127. Dipetik April knowledge sharing at Telkom Economic and Business
12, 2019, dari School (TEBS) Telkom University Bandung. The 6th
https://www.researchgate.net/publication/230557514 Indonesia International Conference on Innovation,
_Diagnosing_Cultural_Barriers_to_Knowledge_Man Entrepreneurship and Small Business, 12 – 14 August
agement 2014 (hal. 198-206). Bandung: Procedia: Social and
Farooq, R. (2018). A conceptual model of knowledge sharing. Behavioral Sciences .
International Journal of Innovation Science, 10(2), Sohail, M. S., & Daud, S. (2009). Knowledge sharing in higher
238-260. Dipetik April 28, 2019 education institutions: Perspective from Malaysia.
Hooff, B. v., Schouten, A. P., & SImonovski, S. (2012). What VINE, 125-142. Dipetik April 13, 2019, dari
one feels and what one knows: the influence of https://www.emeraldinsight.com/doi/pdfplus/10.1108
emotions on attitudes and intentions towards /03055720910988841
knowledge sharing. Journal of Knowledge Supriatna, N. R. (2018). Bukan hanya tempat mencari
Management, 148-158. informasi, tetapi tempat berbagi pengetahuan: Studi
Ipe, M. (2003). Knowledge sharing in organizations: a kasus di Perpustakaan Chandra Widodo. Jurnal Ilmu
conceptual framework. Human Resource Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan, 20(2), 87-
Development Review, 2(4), 337-359. Dipetik Februari 95. Dipetik Maret 12, 2019, dari
3, 2019 http://jipk.ui.ac.id/index.php/jipk/article/view/117/24
Marouf, L. N. (2016). What motivates librarians to share Ugwu, C. I., & Onyancha, O. B. (2019). Organizational factors
knowledge? International Information & Library and knowledge management applications to user-
Review, 48(2). Dipetik Februari 25, 2019, dari centred services in federal university libraries in

82

https://scholarhub.ui.ac.id/jipk/vol21/iss2/2
DOI: 10.7454/JIPK.v21i2.002 12
Widyarini and Laksmi: Budaya Organisasi dalam Berbagi Pengetahuan Pustakawan Kementeria
JURNAL ILMU INFORMASI, PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN - VOLUME 21, NOMOR 2, OKTOBER 2019

Nigeria. Journal of librarianship and information Yusup, P. M. (2012). Perspektif manajemen pengetahuan
science, 275-288. Dipetik April 28, 2019 informasi, komunikasi, pendidikan dan perpustakaan.
Jakarta: Rajawali Pers.

83

Published by UI Scholars Hub, 2019 13

Anda mungkin juga menyukai