Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL JOURNAL REPORT

MK. PEMBELAJARAN IPA SD


PRODI PGSD 2021

Skor Nilai :

Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa Sekoh Dasar

DISUSUN OLEH :

NAMA : MONICA TRI LESTARI PUTRI TOGATOROP


NIM : 1203111127
KELAS : F PGSD 2020
DOSEN : SUYIT RATNO, S.Pd., M.Pd
MATA KULIAH : PEMBELAJARAN IPA SD

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
April 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan Critical Jurnal Review ini
dapat diselesaikan. Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah
Pembelajaran IPA SD dengan judul " Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa Sekolah
Dasar”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Suyit Ratno, S.Pd., M.Pd. sebagai
dosen mata kuliah ini yang senantiasa membimbing kami. Tak lupa juga ucapan terima
kasih kami sampaikan kepada orang tua dan para sahabat atas terselesaikannya tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kami harapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tugas ini. Penulis berharap Critical Jurnal Review ini dapat bermanfaat bagi
semua orang.

Medan, 23 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................................4
A. Rasionalisasi (Latar Belakang) Pentingnya CJR..................................................................4
B. Tujuan Penulisan Critical Journal Review (CJR).................................................................4
C. Manfaat Penulisan Critical Journal Review (CJR)...............................................................4
D. Identitas Artikel dan Jurnal yang direview...........................................................................5
BAB II. RINGKASAN ISI ARTIKEL............................................................................................6
A. Ringkasan Jurnal 1................................................................................................................6
B. Ringkasan Jurnal 2................................................................................................................8
BAB III. PEMBAHASAN/ANALISIS.........................................................................................11
A. Pembahasan Isi Journal.......................................................................................................11
B. Kelebihan dan Kekurangan.................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................13
A. Kesimpulan.........................................................................................................................13
B. Saran...................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
LAMPIRAN..................................................................................................................................15
BAB I. PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi (Latar Belakang) Pentingnya CJR
Sering kali kita bingung memilih referensi jurnal untuk kita baca dan pahami. Terkadang
kita memilih satu jurnal, namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari segi analisis
bahasa, pembahasan tentang ilmu pendidikan.
Oleh karena itu, penulis membuat Critical Jurnal Review ini untuk mempermudah
pembaca dalam memilih referensi jurnal, terkhusus pada pokok bahasan tentang ilmu
pendidikan dan memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang kelebihan dan
kekurangan jurnal yang dipilih
B. Tujuan Penulisan Critical Journal Review (CJR)
Mengkritik Jurnal (critical journal report) ini dibuat sebagai salah satu referensi ilmu yang
bermanfaat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam mengetahui
kelebihan dan kekurangan suatu jurnal, menjadi bahan pertimbangan, dan juga menyelesaikan
salah satu tugas individu mata kuliah Pembelajaran Matematika SD.
C. Manfaat Penulisan Critical Journal Review (CJR)
 Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dan sebuah jumal atau
hasil karya tulis ilmiah lainnya secara ringkas.
 Mengetahui kelebihan dan kelemahan jurnal yang dikritik.
 Mengetahui latar belakang dan alasan jurnal tersebut dibuat.
 Mengetahui kualitas jumal dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang
sama atau penulis lainnya.
D. Identitas Artikel dan Jurnal yang direview
NO Identitas Artikel Jurnal 1 Jurnal 2
1. Judul Artikel Pengaruh Model Pengembangan Modul
Pembelajaran Tipe Word Pembelajaran IPA Berbasis
Square Berbasis Kearifan Lokal Kelas Tinggi
Kearifan Lokal terhadap di Sekolah Dasa
Kompetensi Pengetahuan
IPA

2. Nama Jurnal International Journal of Jurnal Basicedu


Elementary Education.
3. Edisi Terbit 2019 2021
4. Pengarang I Kt.Agus Suartika Mareta Widiya
Artikel I kt.Ardana Eka Lokaria
I Wyn.Wiarta Sepriyaningsih
5. Kota Terbit Bali,Indonesia Lubuklinggau, Indonesia
7. Nomor ISSN P-ISSN: 2579-7158 SSN 2580-3735 (Media Cetak)
E-ISSN: 2549-6050 ISSN 2580-1147 (Media Online)
8. Alamat Situs https:// https://jbasic.org/index.php/
ejournal.undiksha.ac.id/ basicedu
index.php/IJEE
BAB II. RINGKASAN ISI ARTIKEL
A. Ringkasan Jurnal 1
a. Pendahuluan
Pada era globalisasi seperti sekarang ini manusia dituntut untuk selalu mengikuti
kemajuan.kemajuan ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Kemajuan tersebut tidak bisa
dihindari, melainkan harus berani menatap dan menyambutnya, bahkan masuk kedalam
pelukannya tanpa harus kehilangan jati diri. Jati diri bangsa seperti ini harus dibina sejak dini
dan berlanjut sepanjang hayat melalui pendidikan formal dan informal. Pendidikan memiliki
peranan yang sangat penting terhadap perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Dengan
pendidikan yang baik maka akan tercipta sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Oleh
karena itu, peningkatan kualitas pendidikan adalah tindakan yang secara terus menerus harus
dilakukan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Menurut Arni (2014) Keinginan semua
guru adalah menjadi guru profesional, tetapi untuk meraihnya tidaklah mudah. Butuh
pembelajaran dan usaha yang serius. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan kualitas manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung
jawab professional setiap guru. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan
kepada siswa di kelas tetapi dituntut untuk meningkatkan kemampuan guna mendapatkan dan
mengelola informasi yang sesuai dengan kebutuhan profesinya.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dinyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Dunia pendidikan
tidak terlepas dari proses pembelajaran. Belajar bukan merupakan suatu hasil atautujuan
melainkan suatu proses. Belajar bukan hanya mengingat melainkan mengalami. Hasil belajar
bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan (Hamalik, 2011). Dari
penjelasan tersebut diharapkan dalam suatu pembelajaran individu dapat melalui proses belajar
secara bermakna sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kebermaknaan suatu proses
pembelajaran dapat tercapai apabila konsep baru atau informasi baru dapat dikaitkan dengan
konsep-konsep yang sudah ada. Agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik perlu
adanya suatu pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
Kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan. Berhasil
dan tidaknya sebuah pendidikan sangat bergantung dengan kurikulum yang digunakan. Oleh
karena itu, pemerintah perlu mengembangkan dan menyempurnakan kurikulum yang sudah ada
menjadi lebih baik lagi. Kurikulum pembelajaran yang berlaku di Indonesia saat ini adalah
Kurikulum 2013. Fadlillah (2014:16) menyebutkan bahwa “Kurikulum 2013 adalah sebuah
kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft
skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan”. Kurikulum 2013
merupakan pengembangan dan penyempurnaan kurikulum yang sudah ada sebelumnya. Selain
itu, pembelajaran dalam Kurikulum 2013 lebih bersifat tematik integratif dalam beberapa mata
pelajaran dan menggunakan pendekatan saintifik. Beberapa mata pelajaran yang terintegrasi
dalam Kurikulum 2013, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Seni Budaya dan Prakarya
(SBdP), Bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Menurut Pindo (2018)IPA merupakan mata pelajaran yang sangat
penting untuk dipelajari di tingkat SD, sebab membahas tentang peristiwaperistiwa yang terjadi
di alam dan dekat dengan kehidupan peserta didik tersebut. Pendidikan IPA di sekolah dasar
juga diharapkan dapat menjadi wahana peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-
hari. Proses pembelajaran IPA harus menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung
oleh peserta didik untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar, yang pada akhirnya mereka menemukan sendiri konsep materi pelajaran yang sedang
dipelajarinya. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang
terintegrasi dalam Kurikulum 2013, termasuk pada jenjang sekolah dasar. IPA sebagai disiplin
ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat Pendidikan IPA menjadi sangat penting.
Menurut Susanto (2015:167) “Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam
semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran serta menggunakan prosedur, dan
dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan”.
IPA sangat penting diberikan kepada siswa SD, karena melalui mata pelajaran ini
siswa diajarkan untuk lebih mengenal tentang alam serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di
alam (Samatowa, 2011). Muatan materi IPA di SD seyogyanya dapat memupuk rasa ingin tahu
siswa secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya
dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah.
Pendidikan IPA pada tingkat dasar akan dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada
seluruh proses pendidikan yang terjadi pada siswa. Ini disebabkan karena siswa SD
kesehariannya selalu berhadapan dengan alam yang merupakan objek dari pendidikan IPA.
Pembelajaran IPA akan lebih bermakna apabila dalam proses pembelajaran selalu dikaitkan
dengan keadaan di lingkungan siswa. Dalam penelitian Muriana (2014) juga disebutkan bahwa
proses pembelajaran di sekolah dasar memerlukan kiat atau metode tertentu agar materi lebih
mudah dipahami siswa. Ini berarti bahwa apabila muatan materi pelajaran IPA diajarkan
dengan cara yang tepat, maka akan menjadi suatu mata pelajaran yang menarik bagi siswa.
Berkaitan dengan hal ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut, diantaranya
penggunaan model pembelajaran yang belum inovatif serta kurangnya pengaitan proses
pembelajaran dengan kondisi di lingkungan sekitar siswa, khususnya nilainilai kearifan lokal.
Selain itu, pemanfaatan media dalam proses pembelajaran masih jarang dipergunakan yang
menyebabkan siswa kurang terlibat secara aktif dan cenderung merasa bosan dalam mengikuti
proses pembelajaran sehingga siswa kurang memahami materi pelajaran yang diberikan oleh
guru. Setelah melakukan refleksi bersama guru, dirasakan oleh guru bahwa guru perlu
menentukan strategi, pendekatan, model maupun media yang inovatif dengan cara
memanfaatkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kearifan lokal di lingkungan sekitar siswa
agar proses pembelajaran menjadi lebih optimal. Dengan kondisi ini, guru membutuhkan
kinerja yang lebih dalam meningkatkan pemahaman dan semangat siswa di dalam proses
pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran harus mampu menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki
oleh siswa dengan materi pelajaran IPA yang akan diajarkan. Oleh karena itu, dalam kegiatan
pembelajaran diperlukan adanya model pembelajaran yang tepat dalam membelajarkan siswa.
Sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang dihadapi oleh guru
SD di Gugus Dewi Sartika, peneliti mencoba menerapkan strategi pembelajaran untuk
mengoptimalkan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Strategi tersebut adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Word Square berbasis kearifan lokal. Model pembelajaran Word
Square adalah “model yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian
dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban” (Kurniasih dan Sani, 2017:97). Proses
pembelajaran dengan menggunakan model Word Square dapat mendorong pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran, menciptakan suasana yang menyenangkan karena pembelajaran
berupa permainan. Menurut Herwandannu (2018) model pembelajaran kooperatif merupakan
jenis belajar yang dilakukan secara bentuk kelompok kecil dalam pembelajaran dengan tujuan
agar siswa mampu berkerja sama dengan anggota kelompok lainnya. Model pembelajaran
Word Square merupakan model yang bertujuan untuk melatih ketelitian dan kritis dalam
menentukan jawaban. Menurut Putri (2017) model pembelajaran Word Square termasuk salah
satu model pembelajaran yang memudahkan guru serta siswa dalam penerapannya ketika
proses pembelajarannya. Selain itu, tidak terlalu banyak memotong waktu yang sudah
ditentukan. Penggunaan model pembelajaran Word Square mampu memberikan hasil belajar
siswa yang lebih maksimal dibandingkan dengan modelmodel pembelajaran yang lain. Model
pembelajaran kooperatif tipe Word Square yang awalnya berdiri sendiri akan disisipkan dengan
nilai-nilai kearifan lokal yang ada di lingkungan sekitar siswa. Wikantiyoso (2009:7)
menyebutkan, kearifan lokal merupakan perilaku positif manusia dalam berhubungan dengan
alam dan lingkungan sekitarnya, yang dapat bersumber dari nilai agama adat istiadat, petuah
nenek moyang atau budaya setempat, yang terbangun secara alamiah dalam suatu komunitas
masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
b. Deskripsi Isi

Model pembelajaran kooperatif tipe Word Square berbasis kearifan lokal merupakan model
pembelajaran yang memadukan kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dan kejelian dalam
mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Word Square berbasis kearifan lokal dapat mendorong pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran, melatih siswa untuk disiplin, merangsang siswa untuk berpikir secara efektif,
bersikap kritis dan teliti, serta dapat menciptakan suasana yang menyenangkan karena pembelajaran berupa
permainan.
Dalam proses pembelajaran juga dikaitkan dengan nilai-nilai kearifan lokal yang ada di lingkungan
sekitar siswa khususnya konsep Tri Hita Karana sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Hasil
temuan pada penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang disampaikan oleh Sukandheni
(2014) yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Word Square berbasis lingkungan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar IPA pada kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar
Timur Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian lain yang memiliki kesaman dengan penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2017) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
hasil belajar Bahasa Indonesia antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Word Square dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan Tahun Pelajaran
2016/2017.
Selain itu penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sumayasa (2016) yang
menunjukan bahwa model pembelajaran Word Square berbasis kearifan lokal catur marga dengan assesment
portofolio berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD semester II di
Gugus I Kecamatan Sukasada Tahun Pelajaran 2015/2016. Melalui penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaraan kooperatif tipe Word Square berbasis kearifan lokal berpengaruh terhadap
kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika Kecamatan Denpasar Timur Tahun
Pelajaran 2017/2018.
c. Hasil

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang diperoleh, disarankan kepada guru agar lebih kreatif dan
inovatif untuk memfasilitasi siswa dalam pembelajaran berupa sumber belajar dan kesempatan besar kepada
siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Word Squareberbasis
kearifan lokal sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Selain itu,
kepala sekolah hendaknya dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pendukung sumber belajar guru
untuk menunjang pembelajaran sehingga siswa semakin termotivasi untuk belajar sehingga kepala sekolah
mampu meningkatkan mutu sekolah melalui peningkatan kualitas dan hasil belajar siswa. Kepada peneliti
lain disarankan agar dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai kajian penelitian relevan sebagai
penunjang penelitian selanjutnya dengan kajian yang lebih luas dan mendalam mengenai model pembelajaran
kooperatif tipe Word Square berbasis kearifan lokal dalam kaitannya dengan hasil belajar baik kompetensi
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.
B. Ringkasan Jurnal 2
a. Pendahuluan
Deklarasi World Health Organization (WHO) pada 30 Januari 2020 tentang hadirnya
pandemi covid-19 dari China (Sohrabi et al. 2020), telah memaksa adopsi pengajaran secara
online (Bryson et al. 2020), transformasi secara global (Oyedotun 2020) dan mengganggu pola
pendidikan regular (Essa et al. 2020). Beberapa negara di dunia menggunakan metode
pembelajaran dengan cara menggabungkan antara pembelajaran secara tatap muka dengan
pembelajaran melalui online yang mandiri, interaktif, kolaboratif atau dikenal dengan
pembelajaran campuran (Adedoyin and Soykan 2020; Amir et al. 2020). Pemangku
kepentingan dan pendidik di Indonesia menjadikan pendidikan lebih dinamis sesuai
perkembangan revolusi industri 4.0 yaitu mengikuti perubahan sistem pembelajaran yang
sesuai dengan keadaan di lingkungan sekolah (Ramadhani and Umam 2019), guru juga
diberikan kesempatan untuk merancang teori pembelajaran dengan pola blended learning
(Jowsey et al. 2020).
Siswa dan guru sangat bergantung pada internet yang kuat dan terus stabil (Jowsey et al.
2020). Oleh sebab itu, proses pembelajaran diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan sesuai
dengan karakteristik peserta didik. Proses pembelajaran dalam model pembelajaran tematik
diartikan sebagai interaksi antara peserta didik dengan peserta didik, anatara peserta didik
dengan sumber belajarnya serta antara peserta didik dengan pendidik. Dalam model
pembelajaran ini pula, proses pembelajaran lebih ditekankan pada keterlibatan peserta didik
secara aktif. Kegiatan mengajar membuat guru harus menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan. Beberapa permasalahan adalah guru dan siswa hanya menggunakan bahan ajar
yang disediakan oleh sekolah, seperti buku pegangan tematik dan buku LKS. Padahal
pembelajaran tematik menuntut adanya pemanfaatan berbagai sumber, media, dan bahan ajar
yang bervariasi untuk mendukung proses pembelajaran. Kendala lain juga dialami siswa yakni
dalam mempelajari buku pelajaran (buku pegangan siswa dan LKS).
Di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 120 Rejang Lebong Provinsi Bengkulu kegiatan belajar
mengajar dilakukan secara campuran, ada tatap muka dan ada secara online. Kondisi yang
dipaparkan di atas tidak jauh berbeda dengan kondisi pelaksanaan pembelajaran tematik di SD
Negeri 120 Rejang Lebong. Berdasarkan hasil Observasi awal yang diperoleh melalui
wawancara dengan guru Kelas tinggi, ternyata guru mengalami kesulitan dalam menyesuaikan
diri terhadap materi pelajaran yang terdapat dalam buku pegangan. Guru menilai bahwa muatan
pembelajaran dalam buku pegangan terlalu banyak dan cukup berat untuk diselesaikan dalam
kurun waktu yang telah ditargetkan. Dari aspek pemanfaatan bahan ajar, guru dan siswa hanya
menggunakan buku pegangan (buku guru, buku siswa, LKS) sebagai bahan ajar satu-satunya.
Tidak tersedianya penunjang bahan ajar lain untuk siswa menyebabkan wawasan dan
pengetahuan siswa tentang materi hanya sebatas pengetahuan yang terdapat di buku pegangan.
Padahal, siswa dituntut memiliki kemampuan belajar yang lebih, baik dalam aspek inteligensi
maupun kreatifitas. Diperparah dengan kondisi belajar mengajar di masa pandemi Covid-19
dimana siswa belajar secara mandiri dari rumah. Maka sangat diperlukan bahan ajar yang dapat
membantu siswa belajar dari rumah dengan memanfaatkan potensi alam yang ada di sekitar
tempat tinggal siswa.

Salah satu materi di sekolah dasar yang berperan penting dan dianggap cukup sulit yakni
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains (Jannah et al. 2021). Sangat diperlukan
upaya untuk menjadikan pembelajaran IPA lebih diminati oleh peserta didik maka pembelajaran
IPA dalam kelas tidak bisa dipisahkan dari pengalaman dan lingkungan sehari-hari peserta didik.
Materi pelajaran yang disesuaikan dengan keadaan sekitar tempat tinggal akan memudahkan
siswa dalam memahaminya. Terlebih untuk siswa usia sekolah dasar yang cara berpikirnya masih
dalam tahap operasional konkret. Siswa SD akan lebih mudah memahami pelajaran apabila
penjelasan materi sudah dikenal ataupun sudah dekat dengan diri siswa. Kearifan lokal merupakan
identitas sebuah daerah. Mengacu pada pernyataan tersebut dan hasil observasi di SDN 120
Rejang Lebong, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengembangan bahan ajar IPA berbasis
kearifan lokal di SDN mengetahui tingkat kevalidan, tingkat kepraktisan dan efektifitas
pengembangan modul pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal di SD Negeri 120 Rejang
Lebong”.1
b. Deskripsi Isi
Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan salah satu bidang studi yang
diajarkan di Sekolah Dasar. IPA diajarkan di SD mulai dari kelas 1 sampai kelas 6, yang tiap
kelas memiliki Kompetensi Dasar (KD) tersendiri untuk diajarkan kepada peserta didik. Secara
umum pembelajaran IPA di SD ditujukan untuk membelajarkan siswa dalam memahami alam
di sekitar, meliputi benda-benda alam dan buatan manusia serta konsep-konsep IPA di
dalamnya. Pada penelitian difokuskan pada kelas tinggi (yaitu kelas 4 dan 5). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa modul pembelajaran yang dikembangkan telah melalui serangkaian tahap
pengembangan dan telah divalidasi oleh para ahli dibidangnya serta telah diujicobakan.
Validasi digunakan untuk menunjukkan adanya tingkat kevalidan suatu media.
Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: proses belajar
mengajar, kurikulum, kebijakan pendidikan, fasilitas pendidikan dan infrastruktur, serta
Sumber Daya Manusia bagi pendidik (Rusmaini 2018). Salah satu yang menunjang dalam
proses pembelajaran adalah modul. Modul dalam pembelajaran merupakan rangkaian sistem
kegiatan pembelajaran tematik berbasis kurikulum disesuaikan dengan kompetensi yang akan
siswa berprestasi (Shinta 2014).
Keuntungan dari modul dirancang untuk digunakan oleh siswa belajar karena datang
dengan sendirinya, jadi dengan siswa modul tidak harus bergantung pada guru untuk dapat
mencapai apa yang diharapkan kompetensi dengan kegiatan belajar. (Anggraini & Sukardi,
2015, hal.289) yang menyatakan bahwa bahan ajar dalam bentuk modul yang dirancang untuk
membantu guru dalam memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan
fisik melalui interaksi antara siswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan pembelajaran lainnya
sumber daya dalam rangka mencapai kompetensi yang diharapkan (Sangid and Muhib 2019).

c. Hasil

Dalam pembelajaran Ilmi Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah Dasar (SD) memiliki berbagi
keterkaitan dalam setiap komponen kompetensi dasar dan membentuk tema pelajaran. Dan
pembelajaran IPA yang demikian membuat pola pembelajaran menjadi lebih bermakna, efisien
dan sangat efektif. Akan tetapi pola pembelajaran tersebut tidak terlepas dari adanya bahan
penunjang yang digunakan dalam pembelajaran. Salah satunya menggunakan modul
pembelajaran IPA berbasis kearifan local. Modul ini sangat penting karena siswa bisa
mengikuti proses pembelajaran dari berbagai sumber dan lingkungan secara mandiri, dengan
diikuti petunjuk-petunjuk yang jelas dari modul tersebut. Modul berbasis kearifan lokal ini
mengkaitkan materi pembelajaran IPA SD dengan kondisi yang berhubungan langsung dengan
lingkungannya
BAB III. PEMBAHASAN/ANALISIS

A. Pembahasan Isi Journal


Jurnal 1 Jurnal 2
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui
mengetahui perbedaan yang pengembangan,
signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelayakan dan respon
antara kelompok siswa yang peserta didik serta
dibelajarkan melalui model pembelajaran pendidik terhadap modul
tipe Word Square berbasis pembelajaran IPA
kearifan lokal dan kelompok siswa yang berbasis
dibelajarkan melalui kearifan lokal Kelas tinggi
pembelajaran konvensional siswa kelas di SD Negeri 120 Rejang
V SD Gugus Dewi Sartika Lebong.
Kecamatan Denpasar Timur Tahun
Pelajaran 2017/2018

Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini Guru Kelas Tinggi


seluruh siswa kelas V SD Negeri di Gugus
Dewi Sartika Kecamatan
Denpasar Timur sebanyak 328 orang yang
tersebar menjadi 9 kelas.
Sampel penelitian adalah siswa kelas VA
SDN 3 Kesiman sebagai
kelompok eksperimen sebanyak 40 orang
dan siswa kelas VB SDN 10
Kesiman sebagai kelompok kontrol
sebanyak 42 orang yang diperoleh
dengan teknik random sampling.
Assesment Data 40 orang dan siswa kelas VB SDN 10 (1) lembar validasi modul
Kesiman sebagai kelompok kontrol berbasis kearifan lokal
sebanyak 42 orang yang diperoleh yaitu terdiri dari lembar
dengan teknik random sampling. validasi materi, lembar
validasi media dan lembar
validasi bahasa, dan yang
akan
menjadi validatornya adalah
3 orang dosen yang sesuai
bidang ilmu; (2) lembar
kepraktisan modul berbasis
kearifan lokal. Lembar ini
berfungsi untuk mengetahui
kepraktisan dari rancangan
modul yang telah valid; (3)
lembar keefektifan modul
berbasis kearifan lokal.
Metode Penelitian Deskriptif kuantitatif metode Research and
Development (R&D).
Langkah l Observasi awal yang
 Berdasarkan karakteristik diperoleh melalui
Penelitian wawancara dengan guru
populasi dan tidak bisa dilakukannya
Kelas tinggi,
pengacakan individu, maka dalam
ternyata guru mengalami
penelitian ini, sampel dari
kesulitan dalam
populasi diambil denganrandom sampling
menyesuaikan diri
yang dirandom kelasnya
terhadap materi pelajaran
 Pengambilan sampel dilakukan dengan yang terdapat dalam
diundi secara acak. Berdasarkan hasil buku pegangan. Guru
pengundian maka yang menjadi kelas menilai bahwa muatan
eksperimen adalah kelas V A SD Negeri 3 pembelajaran dalam buku
Kesiman dengan jumlah pegangan terlalu banyak
40 siswa dan yang menjadi kelas kontrol dan cukup
adalah kelas V B SD Negeri 10 Kesiman berat untuk diselesaikan
dengan jumlah 42 siswa. dalam kurun waktu yang
Metode pengumpulan data dalam telah ditargetkan. Dari
penelitian ini menggunakan metode tes. aspek pemanfaatan bahan
Data yang dikumpulkan ajar, guru
dalam penelitian ini adalah data dan siswa hanya
kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas menggunakan buku
V SD Gugus Dewi Sartika pegangan (buku guru,
Kecamatan Denpasar Timur tahun ajaran buku siswa, LKS) sebagai
2017/2018. Tes yang digunakan untuk bahan ajar satu-satunya.
mengukur kompetensi Tidak tersedianya
pengetahuan IPA berupa tes objektif dalam penunjang bahan ajar lain
bentuk pilihan ganda biasa yang meliputi 4 untuk siswa menyebabkan
pilihan jawaban (a, wawasan dan
b, c atau d). Setiap item diberikan skor 1 pengetahuan siswa
bila siswa menjawab dengan benar tentang materi hanya
(jawaban disesuaikan dengan sebatas pengetahuan
kunci jawaban) dan skor 0 bila siswa yang terdapat di buku
menjawab salah. pegangan. Padahal, siswa
dituntut memiliki
 sebelum memberikan soal tes penguasaan kemampuan belajar yang
kompetensi pengetahuan IPA kepada lebih, baik dalam aspek
kelompok inteligensi maupun
eksperimen dan kelompok kontrol, kreatifitas. Diperparah
sebelumnya soal terlebih dahulu divalidasi dengan kondisi
secara teoritis dengan belajar mengajar di masa
menggunakan kisi-kisi serta pandemi Covid-19 dimana
dikonsultasikan pada ahli.Kemudian tes siswa belajar secara
diujicobakan kepada responden mandiri dari rumah. Maka
sebanyak 42 orang siswa. sangat
diperlukan bahan ajar
yang dapat membantu
siswa belajar dari rumah
dengan memanfaatkan
potensi alam
yang ada di sekitar tempat
tinggal siswa.
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil post-test terhadap 40 orang Kualitas pendidikan
siswa di kelas eksperimen pada siswa kelas V A dipengaruhi oleh beberapa
di faktor, antara lain: proses
SD Negeri 3 Kesiman Gugus Dewi Sartika belajar mengajar, kurikulum,
Kecamatan Denpasar Timur Tahun Pelajaran kebijakan pendidikan,
2017/2018 yang di fasilitas pendidikan dan
belajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe infrastruktur, serta Sumber
Word Square berbasis kearifan lokal, Daya Manusia bagi pendidik
menunjukan bahwa (Rusmaini 2018). Salah satu
nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 93 yang menunjang dalam
dan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah proses pembelajaran adalah
40. modul. Modul dalam
Berdasarkan sebaran data tersebut maka pembelajaran merupakan
diperoleh rata-rata (mean) sebesar 73,70 yang rangkaian sistem kegiatan
termasuk kriteria pembelajaran tematik
cukup setelah dikonversikan ke dalam PAP berbasis kurikulum
skala lima dengan varians 162,42 dan standar disesuaikan
deviasi 12,74. dengan kompetensi yang
akan siswa berprestasi
(Shinta 2014). Keuntungan
dari modul dirancang untuk
digunakan oleh siswa
belajar karena datang
dengan sendirinya, jadi
dengan siswa modul tidak
harus
bergantung pada guru untuk
dapat mencapai apa yang
diharapkan kompetensi
dengan kegiatan belajar.
(Anggraini & Sukardi, 2015,
hal.289) yang menyatakan
bahwa bahan ajar dalam
bentuk modul yang
dirancang untuk membantu
guru dalam memberikan
pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental
dan
fisik melalui interaksi antara
siswa, siswa dengan guru,
lingkungan, dan
pembelajaran lainnya
sumber daya
dalam rangka mencapai
kompetensi yang
diharapkan (Sangid and
Muhib 2019)
kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data Berdasarkan hasil
kompetensi pengetahuan IPA penelitian pengembangan
diperoleh thitung= 3,434 modul pembelajaran IPA
sedangkan berbasis kearifan lokal
nilai ttabel pada taraf dapat
signifikan 5% dengan derajat disimpulkan bahwa
kebebasan (dk = 40 + 42 – 2 = penelitian pengembangan
80) adalah 2,000. Karena ini menghasilkan modul
thitung> ttabel (3,434 > 2,000) pembelajaran yang valid
maka H0 yang berbunyi tidak dan praktis
terdapat perbedaan yang dan efektif
signifikan kompetensi
pengetahuan IPA kelompok
siswa yang dibelajarkan
melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Word
Square berbasis kearifan lokal
dan kelompok siswa yang
dibelajarkan melalui
pembelajaran konvensional
pada siswa kelas V SD Gugus
Dewi Sartika Kecamatan
Denpasar Timur Tahun
Pelajaran 2017/2018
ditolak dan Ha yang berbunyi
terdapat perbedaan yang
signifikan kompetensi
pengetahuan IPA kelompok
siswa yang dibelajarkan
melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Word Square
berbasis kearifan lokal
dan kelompok siswa yang
dibelajarkan melalui
pembelajaran konvensional
pada siswa kelas V SD Gugus
Dewi Sartika Kecamatan
Denpasar Timur Tahun
Pelajaran 2017/2018 diterima.
Nilai rata-rata
kompetensi pengetahuan IPA
kelompok eksperimen
( =73,70) lebih dari rata-rata
kompetensi
pengetahuan IPA kelompok
kontrol ( =63,07). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan
yang signifikan kompetensi
pengetahuan IPA kelompok
siswa yang dibelajarkan
melalui model
pembelajaran kooperatif tipe
Word Square berbasis kearifan
lokal dan kelompok siswa
yang dibelajarkan
melalui pembelajaran
konvensional pada siswa kelas
V SD Gugus Dewi Sartika
Kecamatan Denpasar
Timur Tahun Pelajaran
2017/2018

B. Kelebihan dan Kekurangan


1. Dari aspek ruang lingkup isi artikel :
Kedua jurnal yang direview sudah memiliki ruang lingkup yang bagus dari segi isi
jurnal. Jurnal 1 berisikan informasi yang singkat, padat dan tepat. Sedangkan jurnal 2
berisikan informasi yang lebih rinci.
2. Dari aspek tata bahasa :
Kedua jurnal yang direview menggunakan tata bahasa baku yang baik dan benar.
Informasi yang disampaikan dalam kedua jurnal ini mudah di mengerti.
PENUTUP

A. Kesimpulan
IPA sangat penting diberikan kepada siswa SD, karena melalui mata pelajaran ini siswa
diajarkan untuk lebih mengenal tentang alam serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
(Samatowa, 2011). Muatan materi IPA di SD seyogyanya dapat memupuk rasa ingin tahu siswa
secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan
mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. Pendidikan
IPA pada tingkat dasar akan dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada seluruh proses
pendidikan yang terjadi pada siswa. Ini disebabkan karena siswa SD kesehariannya selalu
berhadapan dengan alam yang merupakan objek dari pendidikan IPA. Pembelajaran IPA akan
lebih bermakna apabila dalam proses pembelajaran selalu dikaitkan dengan keadaan di
lingkungan siswa. Dalam penelitian Muriana juga disebutkan bahwa proses pembelajaran di
sekolah dasar memerlukan kiat atau metode tertentu agar materi lebih mudah dipahami siswa.
Ini berarti bahwa apabila muatan materi pelajaran IPA diajarkan dengan cara yang tepat, maka
akan menjadi suatu mata pelajaran yang menarik bagi siswa.
Berkaitan dengan hal ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut,
diantaranya penggunaan model pembelajaran yang belum inovatif serta kurangnya pengaitan
proses pembelajaran dengan kondisi di lingkungan sekitar siswa, khususnya nilainilai kearifan
lokal. Selain itu, pemanfaatan media dalam proses pembelajaran masih jarang dipergunakan
yang menyebabkan siswa kurang terlibat secara aktif dan cenderung merasa bosan dalam
mengikuti proses pembelajaran sehingga siswa kurang memahami materi pelajaran yang
diberikan oleh guru. Setelah melakukan refleksi bersama guru, dirasakan oleh guru bahwa guru
perlu menentukan strategi, pendekatan, model maupun media yang inovatif dengan cara
memanfaatkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kearifan lokal di lingkungan sekitar siswa
agar proses pembelajaran menjadi lebih optimal. Dengan kondisi ini, guru membutuhkan
kinerja yang lebih dalam meningkatkan pemahaman dan semangat siswa di dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan hasil review jurnal yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan Untuk itu peran guru
dalam proses pembelajaran khususnya IPA dalam pengembangan modul pembelajaran IPA berbasis
kearifan lokal dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan ini menghasilkan modul
pembelajaran yang valid dan praktis dan efisien serta da baiknya guru terus berusaha untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengajar .
DAFTAR PUSTAKA

Agus Suartika,dkk. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Tipe Word Square Berbasis
Kearifan Lokal terhadap Kompetensi Pengetahuan IPA.International Journal of
Elementary Education. 3(1)

Mareta Widiya,dkk. 2021. Pengembangan Modul Pembelajaran IOAnberbasis Kearifan


lokal di kelas tinggi sekolah Dasar. Jurnal basicedu.5(5)
LAMPIRAN
Cover Jurnal

Jurnal 1 Jurnal 2
Halaman Judul dan Penerbit

Jurnal 1 Jurnal 2

Daftar Isi

Jurnal 1 Jurnal 2
Isi Artikel

Jurnal 1 Jurnal 2

Anda mungkin juga menyukai