Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTEK MAINTENANCE

ENGINE DIESEL

OLEH :

Nama : AHMAD IKBAL


No. Bp : 1901011054
Kelas : 3D
Jurusan : Teknik Mesin
Prodi : D3 Teknik Mesin
Dosen : DR. Maimuzar, ST.,MT

POLITEKNIK NEGERI PADANG


2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sehingga kita tetap dapat
menikmati setiap kehidupan yang kita lalui. Shalawat serta salam senantiasa penulis
do’akan agar tercurah sepenuhnya kepada tauladan kita yaitunya Rasulullah
Muhammad SAW sebagai pembawa berita gembira serta peringatan kepada manusia
agar manusia tidak tersesat dalam menjalani kehidupan yang mereka lalui. Laporan
ini penulis buat sebagai tugas seorang mahasiswa teknik mesin yang telah
menyelesaikan pratikumnya di Bengkel Maintenance yaitu Pratikum Pompa &
Kompresor.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak DR. Maimuzar, ST.,MT
sebagai instruktur yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis dan rekan-rekan kerja selama praktek berlangsung. Dan terima kasih juga
kepada teman-teman yang telah bekerja sama dengan baik sehingga dapat
menyelesaikan Pratikum Pompa & Kompresor dengan lancar.
Disatu sisi penulis sudah berusaha untuk membuat laporan ini sebaik mungkin,
namun disisi lain mungkin masih banyak kekurangan dan kelemahan dari laporan ini.
Karena itu penulis sangat mengharapkan sekali kritik dan saran yang membangun
untuk kesempurnaan laporan ini dimasa mendatang. Semoga laporan ini dapat
dipergunakan sebagai mana mestinya dan terima kasih.

Padang, 12 November 2021

Ahmad Ikbal
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………


DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….
1.2 Tujuan………………………………………………………………….
BAB 2 TEORI DASAR………………………………………………….
2.1 Mengenal Motor Diesel………………………………………………
2.2 Klasifikasi Motor Diesel ………………………………………………
2.2.1 Klasifikasi motor diesel berdasarkan langkah…………………
2.2.2 Klasifikasi motor diesel berdasarkan letak cylinder……………
2.2.3 Klasifikasi motor diesel berdasarkan arah putaran motor
Diesel……………………………………………………………….
2.2.4 Klasifikasi motor diesel berdasarkan lokasi camshaft …………
2.2.5 klasifikasi motor diesel berdasarkan besar putaran ……………
2.2.6 Klasifikasi motor diesel berdasarkan ruang bakar ……………
2.3 Prinsip Kerja Motor Diesel …………………………………………..
2.3.1 Prinsip kerja motor diesel 4 langkah………………..……………
2.3.2 Prinsip kerja motor diesel 2 langkah………………….…………
2.4 Sistem Penunjang Motor Diesel……………………………………..
BAB 3 PROSES PENGERJAAN………………………………………..
3.1 Alat Dan Bahan Yang Digunakan…………………………………….
3.2 Langkah Kerja…………………………………………………………
3.3 Penyetelan…………………………………………………………….
BAB 4 ANALISA…………………………………………………………
BAB 5 PENUTUP…………………………………………………………
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………..
5.2 Saran……………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di era globalisasi saat ini dan semakin pesatnya perkembangan tekhnologi
memacu tumbuh pesatnya perkembangan industri, seiring hal tersebut menyebabkan
terciptanya dunia kerja yang membutuhkan tenaga kerja yang terampil, profesional
dan berpengetahuan yang luas dibidangnya masing-masing. Pertumbuhan dunia
industri tidak terlepas dari dukungan peralatan-peralatan canggih yang sangat
membantu aktivitas produksi industri tersebut. Adapun peralatan-peralatan tersebut
diantaranya adalah Engine Diesel Hyundai. Maka dari itu butuh tenaga khusus yang
terampil dan berpengalaman luas untuk melakukan pengoperasian maupun perawatan
terhadap Engine Diesel Hyundai ini.
Dalam dunia perindustrian motor diesel banyak digunakan sebagai penggerak
mula dan penggerak genarator yang digunakan sebagai pembangkit listrik. Terdapat
berbagai macam merek, jenis dan ukuran mesin diesel yang digunakan dalam
industri. Sehingga motor diesel termasuk salah satu bagian yang sangat penting
didalamnya.
Untuk menjaga performa dari motor diesel selalu dalam kondisi optimal,
maka prosedur pengopersian dan pemeliharaannya harus berdasarkan pada Service
Manual.

I.2. Tujuan
Tujuan umum
- Untuk memenuhi dan melengkapi nilai mata kuliah praktikum bengkel di
Politeknik Universitas Andalas Padang.
- Sebagai pengembangan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti
perkuliahan secara teori maupun praktek.
Tujuan Khusus
- Agar mengetahui sistem-sistem yang terdapat pada Engine Diesel
Hyundai.
- Agar berpengetahuan dan dapat melakukan pengoperasian Engine Diesel
Hyundai sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh manufacture.
- Agar berpengetahuan dan dapat melakukan perawatan terhadap Engine
Diesel Hyundai sesuai dengan manual service yang dikeluarkan oleh
manufacture.
BAB II
TEORI DASAR

2.1. Mengenal Motor Diesel


Motor diesel ditemukan oleh DR. Rudolf Diesel pada tahun 1893. Dan sejak
tahun 1900 mulai digunakan secara luas didunia industri. Hingga saat ini motor diesel
banyak mengalami perkembangan, baik konstruksi maupun kontrolnya.
Motor diesel adalah salah satu jenis Internal Combustion Engine (motor
pembakaran dalam) dimana proses pembakaran terjadi di dalam silinder motor itu
sendiri. Gas panas hasil pembakaran langsung digunakan untuk kerja mekanis. Motor
diesel juga disebut Compression Ignition Engine (mesin penyalaan kompresi) karena
penyalaan bahan bakarnya dilakukan dengan menyemprotkan bahan bakar ke dalam
udara yang telah bertekanan dan bertemperatur tinggi, sebagai akibat dari proses
kompresi. Motor diesel banyak digunakan karena memiliki banyak keuntungan,
diantaranya adalah:

 Tenaganya besar per berat mesin


 Konsumsi bahan bakar sedikit dalam HP per jam
 Bahan bakar lebih murah
 Konstruksi mesinnya kuat dan tahan lama
 Kemungkinan terjadi kebakaran kecil
 Torsi yang dihasilkan lebih besar.
2.2. Klasifikasi Motor Diesel

Dalam perkembangannya yang pesat hingga saat ini. motor diesel telah
dikelompokkan ke dalam beberapa kelas dan tipe berdasarkan ciri – cirri tertentu,
antara lain:

2.2.1. Klasifikasi Motor Diesel Berdasarkan Langkah

Motor diesel berdasarkan langkah (stroke) dalam satu kali siklus kerja dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. 4 langkah (4 stroke)
Dalam motor 4 langkah untuk menghasilkan tenaga dibutuhkan dua kali
putaran poros engkol. Jadi piston melakukan empat kali langkah kerja yaitu, langkah
hisap, langkah kompresi, langkah kerja dan langkah buang.
b. 2 langkah (2 stroke)
Dalam motor dua langkah, dalam satu kali putaran poros engkol menghasilkan
satu kali kerja.

2.2.2. Klasifikasi Motor Diesel Berdasarkan Letak Cylinder


Motor diesel berdasarkan letak silindernya dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:
a. In-line type
Cylinder-cylinder disusun dalam garis lurus dimana gerakan pistonnya ke atas
dan ke bawah.
b. Vee type
Cylinder-cylinder disusun dalam satu garis di kedua sisi crankshaft dalam
bentuk V. biasanya digunakan untuk motor diesel bersilinder banyak (8,12 dan 16
cylinder), dengan derajat antara 50 0 – 900. Biasanya cara pemberian nomor pada
cylinder dimulai dari yang paling depan yaitu yang terjauh/ berlawanan dengan
flywheel.
2.2.3. Klasifikasi Motor Diesel Berdasarkan Arah Putaran Motor diesel
Klasifikasi berdasarkan arah putaran motor diesel adalah sebagai berikut:

a. SAE standart rotation ( berlawanan dengan arah jarum jam )


Standart putaran motor diesel, dapat dilihat dari belakang yaitu dari arah
flywheel ke arah depan.

b. opposite SAE rotation ( searah dengan arah jarum jam )


Arah putaran motor diesel searah dengan jarum jam, dan biasanya hanya
terdapat pada model tertentu, akan tetapi dengan mengatur beberapa komponen motor
diesel dapat merubah putaran berlawanan arah jarum jam menjadi searah jarum jam.

2.2.4. Klasifikasi Motor Diesel Berdasarkan Lokasi Camshaft


Klasifikasi motor diesel berdasarkan lokasi camshaft adalah sebagai berikut:

a. Cam in block (camshaft diletakkan di dalam Cylinder Block Motor Diesel).

Gambar 2.2 Cam in block


b. Overhead camshaft (camshaft terdapat pada cylinder head).

Gambar 2.3 Overhead camshaft

c. Outboard camshaft (camshaft diletakkan pada sisi cylinder block motor diesel)

Gambar 2.4 Outboard camshaft


2.2.5. Klasifikasi Motor Diesel Berdasarkan Besar Putaran

Klasifikasi motor diesel berdasarkan besar putaran yang dihasilkan adalah


sebagai berikut:
a. 350 rpm – 1000 rpm : motor diesel putaran rendah.
b. 1000 rpm – 1500 rpm : motor diesel putaran menengah
c. 1500 rpm – 2000 rpm : motor diesel diatas putaran menengah
d. 2000 rpm – 3500 rpm : motor diesel putaran tinggi

2.2.6. Klasifikasi Motor Diesel Berdasarkan Ruang Bakar


Klasifikasi motor diesel berdasarkan rancangan ruang bakar dapat dibedakan
menjadi:
a. Ruang Bakar Terbuka (Open Combustion Chamber)
Bentuk : sederhana, bahan bakar langsung disemprotkan kedalam ruang akar.
Perlu injector dengan tekanan semprot tinggi 180 – 300 Kg/cm 2, tekanan gas 60 –
100Kg/cm2, agar pengabutan yang dihasilkan baik dan mampu mendistribusikan
bahan bakar sehingga merata.

Gambar 2.5 Motor diesel dengan ruang bakar terbuka

b. Ruang bakar kamar depan (pre combustion chamber)


Bagus untuk RPM rendah. RB terbagi 2 yaitu RB kamar depan (30-40%
volume ruang bakar) + RB utama. Sebagian bahan bakar yang disemprotkan akan
terbakar di kamar depan. Tekanan naik dan tekanan ini merambat pada RB utama,
sehingga timbul pembakaran. Proses ini membantu pengabutan bahan bakar pada RB
dengan baik. Tekanan ijektor 85-140 kg/cm 2 (pentle nozzle), bahan bakar yang
terbakar 20% volume RB dan tekanan gas 50-60 kg/cm 2, bahan bakar yang dipakai 
15% lebih besar dari pada open combustion chamber.

Gambar 2.6 Jenis ruang bakar kamar depan

c. RB Turbulensi (kamar pusat)


Digunakan untuk rpm tinggi dan rendah. Pada jenis ini terjadi sirkulasi,
sehingga bahan bakar akan berputar dan percampuran akan merata. Tekanan semprot
85-100 kg/cm2. Type pintle nozzle. Tekanan gas 60 – 70 kg/cm2 dengan busi pijar.

Gambar 2.7 Ruang bakar turbulensi


d. RB Energi Cell / Lanova (rpm tinggi atau randah)
Ruang bakar lanova dibagi menjadi 2 yaitu, Ruang lanova besar dan kecil.
60% bahan bakar yang disemprotkan masuk ke dalam ruang lanova.yang bervolume
 10% ruang bakar. Proses penyalaan pertama terjadi di dalam ruang bakar utama,
sementara penyemprotan berlangsung, terjadi pambakaran di ruang lanova kecil.
Kenaikan tekanan yang terjadi menyebabkan bahan bakar yang belum terbakar
sempurna tersebut akan tersembur keluar dan menghasilkan percampuran yang lebih
efektif karena ruang bakar dibentuk untuk menghasilkan arus berputar. Dengan
demikian diharapkan terjadi pembakan yang lebih halus. Tekanan penyemprotan
adalah sekitar 125 - 130 kg/cm2.

Gambar 2.8 Ruang bakar energy cell lanova

2.2.7. Klasifikasi motor diesel berdasarkan cara pemasukan udara


Klasifikasi motor diesel berdasarkan cara pemasukan udara ke dalam
cylinder dapat dibedakan menjadi:

a. Motor diesel dengan sistem naturally aspirated (NA)


Udara masuk kedalam cylinder dengan secara alamiah
Gambar 2.9 Motor diesel naturally aspirated

b. Motor diesel dengan turbocharger (T)


Adalah cara pemasukan udara dengan cara di mampatkan oleh kompressor.

Gambar 2.10 Motor diesel turbocharger

c. Turbocharger & Aftercooler (TA)


Yaitu cara pemasukan udara ke dalam cylinder dengan cara di mampatkan dan
didinginkan sehingga udara yang masuk akan lebih padat dibandingkan motor
diesel dengan turbo charger.
Gambar 2.11 Turbocharger dengan aftercooler

2.3. Prinsip Kerja Motor Diesel

Ketika udara dikompresi suhunya akan meningkat (seperti dinyatakan oleh

Hukum Charles), mesin diesel menggunakan sifat ini untuk proses pembakaran.
Udara disedot ke dalam ruang bakar mesin diesel dan dikompresi oleh piston yang
merapat, jauh lebih tinggi dari rasio kompresi dari mesin bensin. Beberapa saat
sebelum piston pada posisi Titik Mati Atas (TMA) atau BTDC (Before Top Dead
Center), bahan bakar diesel disuntikkan ke ruang bakar dalam tekanan tinggi melalui
nozzle supaya bercampur dengan udara panas yang bertekanan tinggi. Hasil
pencampuran ini menyala dan membakar dengan cepat. Penyemprotan bahan bakar
ke ruang bakar mulai dilakukan saat piston mendekati (sangat dekat) TMA untuk
menghindari detonasi. Penyemprotan bahan bakar yang langsung ke ruang bakar di
atas piston dinamakan injeksi langsung (direct injection) sedangkan penyemprotan
bahan bakar kedalam ruang khusus yang berhubungan langsung dengan ruang bakar
utama dimana piston berada dinamakan injeksi tidak langsung (indirect injection).

Ledakan tertutup ini menyebabkan gas dalam ruang pembakaran


mengembang dengan cepat, mendorong piston ke bawah dan menghasilkan tenaga
linear. Batang penghubung (connecting rod) menyalurkan gerakan ini ke crankshaft
dan oleh crankshaft tenaga linear tadi diubah menjadi tenaga putar. Tenaga putar pada
ujung poros crankshaft dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Untuk meningkatkan kemampuan mesin diesel, umumnya ditambahkan komponen :

 Turbocharger atau supercharger untuk memperbanyak volume udara yang


masuk ruang bakar karena udara yang masuk ruang bakar didorong oleh
turbin pada turbo/supercharger.
 Intercooler untuk mendinginkan udara yang akan masuk ruang bakar. Udara
yang panas volumenya akan mengembang begitu juga sebaliknya, maka
dengan didinginkan bertujuan supaya udara yang menempati ruang bakar bisa
lebih banyak.

Mesin diesel sulit untuk hidup pada saat mesin dalam kondisi dingin. Beberapa
mesin menggunakan pemanas elektronik kecil yang disebut busi menyala (spark/glow
plug) di dalam silinder untuk memanaskan ruang bakar sebelum penyalaan mesin.
Lainnya menggunakan pemanas "resistive grid" dalam "intake manifold" untuk
menghangatkan udara masuk sampai mesin mencapai suhu operasi. Setelah mesin
beroperasi pembakaran bahan bakar dalam silinder dengan efektif memanaskan
mesin.

Dalam cuaca yang sangat dingin, bahan bakar diesel mengental dan meningkatkan
viscositas dan membentuk kristal lilin atau gel. Ini dapat mempengaruhi sistem bahan
bakar dari tanki sampai nozzle, membuat penyalaan mesin dalam cuaca dingin
menjadi sulit. Cara umum yang dipakai adalah untuk memanaskan penyaring bahan
bakar dan jalur bahan bakar secara elektronik.

Untuk aplikasi generator listrik, komponen penting dari mesin diesel adalah
governor, yang mengontrol suplai bahan bakar agar putaran mesin selalu para putaran
yang diinginkan. Apabila putaran mesin turun terlalu banyak kualitas listrik yang
dikeluarkan akan menurun sehingga peralatan listrik tidak dapat berkerja
sebagaimana mestinya, sedangkan apabila putaran mesin terlalu tinggi maka bisa
mengakibatkan over voltage yang bisa merusak peralatan listrik. Mesin diesel modern
menggunakan pengontrolan elektronik canggih mencapai tujuan ini melalui
elektronik kontrol modul (ECM) atau elektronik kontrol unit (ECU) - yang
merupakan "komputer" dalam mesin. ECM/ECU menerima sinyal kecepatan mesin
melalui sensor dan menggunakan algoritma dan mencari tabel kalibrasi yang
disimpan dalam ECM/ECU, dia mengontrol jumlah bahan bakar dan waktu melalui
aktuator elektronik atau hidrolik untuk mengatur kecepatan mesin.

2.3.1 Prinsip Kerja Motor Diesel Empat Langkah

Gambar 2.12 Siklus Kerja Motor Diesel 4-Langkah

1. Langkah Pemasukan Udara(Intake Stroke)


 Intake valve membuka dan exhaust valve tertutup
 Piston begerak dari TDC (TMA) ke BDC (TMB) dan udara bersih masuk ke
dalam cylinder.
2. Langkah Kompresi (Compression Stroke)
 Intake dan exhaust valve tertutup. Piston bergerak dari TMB ke TMA dan
udara bersih dikompresikan.
 Sesaat sebelum piston tiba di TMA, bahan bakar disemprotkan kedalam
cylinder, akibat panas udara yang dikompresikan (1000 F)
mencapai/melampaui titik nyala maka bahan bakar terbakar dengan
sendirinya, dan pada saat inilah proses pembakaran dimulai.
3. Langkah Usaha (Power Stroke)
 Intake dan exhaust valve terututup.
 Pada waktu terjadi proses pembakaran, temperatur didalam cylinder bisa
mencapai 1000 F.
 Energi panas yang terjadi, dengan tekanan tinggi lalu mendorong piston
bergerak dari TDC ke BDC. Pada peristiwa ini piston sedang melakukan
usaha.
4. Langkah Buang (Exhaust Stroke)
 Intake valve tertutup dan exhaust valve membuka.
 Piston begerak dari TMB ke TMA.
 Exhaust gas terdorong keluar dengan temperatur berkisar antara 600 F -
1000 F.

2.3.2 Prinsip Kerja Motor Diesel Dua Langkah


Gambar 2.13 siklus kerja motor diesel 2 – langkah

Sebuah siklus dua langkah diselesaikan dalam dua langkah, atau satu putaran
crankshaft, sedangkan siklus empat langkah memerlukan dua putaran. Perbedaan
utama antara motor diesel dua langkah dengan motor diesel empat langkah adalah
pada metode pengeluaran gas yang telah terbakar dan pengisian silinder dengan udara
segar. Dalam mesin dua langkah operasi ini dilakukan di dekat TMB (titik mati
bawah) oleh pompa atau penghembus udara terpisah.

Prinsip kerja motor diesel dua langkah adalah sebagai berikut:

1. Pengisian
Piston bergerak dari TMB ke TMA, saluran hisap terbuka dan udara masuk ke
ruang bakar sementara di lain pihak piston melakukan kompresi. Sebelum piston
sampai pada titik mati atas, bahan bakar disemprotkan ke dalam ruang bakar melalui
nozzle. Udara yang dikompresi bercampur dengan bahan bakar sehingga terbakar.
Hal ini mengakibatkan piston bergerak dari TMA ke TMB.

2. Kompresi
Piston bergerak dari TMB ke TMA dan terjadi kompresi karena kedua saluran
tertutup oleh piston. Gerakan naik piston menyebabkan udara terkompresi kemudian
disemprotkan bahan bakar sehingga terjadi pembakaran. Demikian siklus ini berulang
terus-menerus.

3. Ekspansi
Piston bergerak dari TMA ke TMB sebagai akibat ekspansi dan beberapa saat
kemudian saluran buang terbuka maka gas buang akan keluar bersamaan kemudian
itu udara dalam ruang bakar akan terdesak dan keluar untuk masuk ke ruang bakar.
Sering juga disebut sebagai langkah pembilasan.
2.4. Sistem Penunjang Motor Diesel
 Sistem bahan bakar
 Sistem pemasukan dan pengeluaran udara
 Sistem pelumasan
 Sistem pendinginan
BAB III
PROSES PENGERJAAN

3.1 Alat dan Bahan yang digunakan


a) 1 Unit Engine Stand ( Hyundai)

b) 1 Unit kunci kombinasi Ring dan Pas

c) Obeng + dan obeng –

d) Jangka Sorong

e) Kunci Shock Box

f) Palu Plastik

g) Palu Karet

h) Kompresor

i) Katrol

j) Kunci Moment

k) Tang

l) Pelumas

m) Oli Mesin

n) Solar

o) Kain Lap

p) Kabel
3.2 Langkah Kerja
1. Persiapan
a) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.

b) Gunakan pakaian praktek dasn peralatan keselamatan lainnya.

c) Bacalah dan fahami manual book engine tersebut.

d) Periksa kondisi mesin sebelum dibongkar.

e) Apabila mesin tersebut hidup, usahakan terlebih dahulu untuk dihidupkan


tujuannya untuk mendeteksi kemungkinan kerusakan.

2. Proses Pembongkaran
a. Kepala Silinder
 Lepaskan kabel-kabel kelistrikan yang berhubungan dengan mesin (kabel
baterai, system pengapian, system pengisian, dll).

 Keluarkan air pendingin yang ada dalam radiator dengan membuka saluran
pembuangannya.

 Buka cup kepala silinder dengna membuka dua buah baut penguncinya.

 Buka saluran masuk (intake manifold) dan saluran buang (exhause manifold)
dari bagian sisi samping kepala silinder.

 Buka baut-baut pengunci atau pengikat kepala silinder dengan blok silinder
secara bertahap dengan urutan yang benar, dimulai dengan membuka baut

o yang bagian luar berurut ke dalam dengan berpasangan.

 Angkat kepala silinder menggunakan kedua belah tangan .


o Jika sulit, gunakan tekanan yang ada pada silinder dengan memutar
poros engkol beberapa putaran.

 Tempatakan kepala silinder ditempat yang aman.

 Sebelum mengangkat kepala silinder dari blok silinder, mekanisme timing


belt telah dilepaskan.

b. Timing belt dan Pompa bahan bakar (fuel pump)

 Longgarkan baut pengikat (penyetel alternator) dan baut pengikat


dudukan alternator , sehingga alternator dapat digerakkan, lalu lepaskan
tali kipas dari dudukannya pada puli.

 Buka perangkat kipas pendingin dengan hati-hati.

 Buka puly yang ada pada poros engkol (kranksaft) dengan membuka
baut nya terlebih dahulu menggunakan kunci shock 18 mm, lalu
lepaskan puly mengunakan dua belah tangan dengan hati-hati atau
menggunakan treker apabila sulit dilepaskan.

 Buka cover timing belt dengan membuka baut-bautnya, sebelumnya


buka terlebih dahulu pan oli (carter).

 Buka timing belt bagian luar (A) terlebih dahulu dengan melonggarkan
baut penyetel timing belt tensioner.

 Selanjutnya lepaskan timing belt tensioner supaya belt lebih mudah


dilepaskan dari puly.

 Lepaskan timing belt dari puly dengan hati-hati, hindarkan cairan


minyak apapun mengenai timing belt tersebut.
 Kemudian lepas timing belt yang bagian dalam (B) dengan
melonggarkan baut penyetel timing belt tensioner bagian B.

 Selanjutnya lepaskan timing belt tensioner supaya belt lebih mudah


dilepaskan dari puly.

 Lepaskan timing belt dari puly dengan hati-hati, hindarkan cairan


minyak apapun mengenai timing belt tersebut, dan tempatkan timing
belt tersebut di tempat yang aman.

 Sebelum melepas timing belt, pstikan kita menepatkan tanda-tanda yang


terdapat pada puly (timing mark) tujuannya agar mudah dalam
pemeriksaan dan pengamatan serta memasang atau merangkai kembali.

 Setelah semua timing belt di buka, selanjutnya buka Pompa bahan bakar
(fuel pump) dan pompa air (water pump).

 Tempatkan komponen-komponen tersebut pada tempat yang aman.

c. Blok Silinder

 Buka bantalan depan poros input dengan SST (09303-35011).

 Buka roda gaya (flaywheel) dengan membuka baut pengikatnya, buka


juga plot ujung belakangnya.

 Buka rear plate, bell housing cover, oil seal case.

 Buka semua komponen yang menempel dan berhubungan dengan blok


silinder.

 Buka torak / piston dan connecting rod assembly dengan membuka


connecting rod cap. Buka mur (nut) nya menggunakan kunci shock 12
mm.
 Ketika membuka piston dan connecting rod assembly posisikan mur
bagian connecting rod cap yang akan dibuka berada dibagian luar atau
atas. Pekerjaan ini dilakukan secara berpasangan, 2 dengan 3 dan 1
dengan 4.

 Setelah connecting rod cap lepas dari dudukannya, dorong connecting


rod menggunakan dua belah jempol tangan, apabila sulit, dorong
menggunakan tangkai palu yang terbuat dari kayu dengan hati-hati.

 Tempatkan semua komponen yang dilepas tadi pada tempat yang aman.

 Setelah semua piston dan connecting rod assembly dikeluarkan dari


silinder, selanjutnya membongkar poros engkol (crankshaft).

 Buka bearing cap dengan membuka baut pengikatnya.

 Setelah semua bearing cap dibuka, angkat poros engkol (crankshaft)


dengan hati-hati dan tempatkan komponen tersebut pada tempat yang
aman.

Untuk proses pemasangan atau perakitan kembali, sesuai dengan langkah


pembongkaran, namun dimulai dari ahir pembongkaran.Yang terahir
dibongkar, dipasang pertama.
3.3 Penyetelan

a. Menentukan Top Kompresi

Untuk penyetelan katup, perhatikan saat piston pada top kompresi silinder 1,
seperti dalam table berikut.

Silinde Proses Posisi Katup


r Kerja IN EX
1 K T T
2 U T T
3 I BK T
4 B T BK

Keterangan:

K = Kompresi

U = Usaha

I = Isap

B = Buang

T = Tutup

BK = Buka

b. Menentukan katup-katup yang baik Disetel


Dari table diatas dapat dijelaskan katup-katup yang baik untuk disetel dan
yang tidak baik untuk disetel.

1. Silinder 1

Katup IN dan EX baik disetel karena katup-katupnya menutup rapat dan


celahnya maksimum.

2. Silinder 2

Katup IN baik disetel, tetapi katup EX nya tidak baik disetel meskipun
katupnya juga menutup. Hal ini disebabkan celah katup EX sudah mulai
menyempit untuk persiapan membuka katup buang.

3. Silinder 3

Katup IN silinder 3 tidak baik disetel karena dalam posisi membuka,


sehingga celah katupnya tidak ada. Katup EX silinder 3 baik untuk disetel.

4. Silinder 4

Katup-katup silinder 4 sebaiknya disetel pada posisi top kompresi


silinder 4 karena hasil penyetelannya akan lebih baik dan tepat. Demikian
juga dengan katup-katup yang lainnya yang belum disetel.
BAB IV
ANALISA

Setelah dilakukan pembongkaran dan pemeriksaan serta perawatan


(pemeriksaan secara visual dan pengukuran), dapat dianalisa bahwasannya Engine
Diesel Hyundai tersebut masih bisa dipakai. Komponen-komponen yang ada masih
berada dalam batas toleransi yang ditetapkan pabrik (manual book). Namun
demikian, ada beberapa komponen yang memang harus diganti karena sudah tidak
layak pakai dan sangat tidak aman bila dipakai, selain itu mesin menjadi tidak normal
apabila tidak diganti

Apabila kita menginginkan kondisi sebuah mesin bagus,perlu dilakukan


perawatan berkala dan itu semua juga dipengaruhi oleh stelan belt dan katup (valve).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Dengan adanya praktek, pengetahuan dan wawasan mahasiswa menjadi
bertambah.

2. Ketelitian dan kecermatan sangat dibutuhkan ketika praktek.

3. Kerja sama yang baik antara peserta praktek dengan instruktur sangat
diharapkan supaya praktek bisa berjalan dengan baik.

4. Setelah dilakukan pembongkaran, kemudian dilakukan pemeriksaan dan


perawatan (melihat secara visual dan pengukuran) Engine dalam kondisi layak
pakai, namun harus segera diganti peralatan atau komponen yang sudah aus.

5. Pengaliran arus listrik dari sumber arus dipengaruhi oleh kabel yang
digunakan.

5.2 Saran

1. Pergunakan alat sesuai fungsinya.

2. Pergunakan teknik pengencangan, pemasangan, pembongkaran yang telah


disarankan.

3. Patuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan.

4. Gunakan manual bool sebagai acuan dalam perawatan dan perbaikan Engine
tersebut.
5. Kepada yang berwenang menyediakan spartpart, supaya kebutuhan ketika
akan praktek sudah dipenuhi sebelum atau ketika praktek.

Anda mungkin juga menyukai