Anda di halaman 1dari 7

Islammu Pintu Hatiku

Islammu Pintu Hatiku

Disusun oleh:
Miftahul Jannah
Kelas: XII Mipa 3
Guru Pembimbing: Ernida S.Pd

SMA Negeri Unggul Aceh Timur


Tahun Ajaran 2019/2020
Namaku Mifta Haraini kerap dipanggil Mifta. Harai merupakan gabungan dari nama
kedua orang tuaku, Hadi dan Raini. Usiaku mulai menginjak 23 tahun. Aku termasuk salah
satu lulusan S1 teknik sipil di ITS (Institut Teknologi Bandung). Selagi menunggu beasiswa S2
ke Inggris, aku menjadi dosen di Fakultas Teknik Sipil di ITS tempat pendidikan S1 ku itu.
Walaupun sudah gagal dua kali mendapatkan beasiswa ke Inggris, serta mendapat gelar
Doktor di sana. Impianku ini terinspirasi dari kedua orang tuaku.
Aku memiliki dua orang adik laki-laki bernama Rio yang sedang menempuh pendidikan
semester tiga teknik elektro di Universitas Indonesia, dan Rendy yang juga baru menenpati
kursi perkuliahan di Universitas Teknologi Bandung jurusan teknik sipil. Ibuku adalah lulusan
S2 Psikologi di Belanda dan sempat menjadi dosen juga di sana, namun sekarang ibu lebih
memilih menjadi ibu rumah tangga dan mebuka usaha batik di Surabaya yang tidak jauh dari
rumah kami. Sedangkan ayah adalah seorang pengusaha yang harus bolak-balik
antarnegara.
Hari ini merupakan hari dimana pengumuman beasiswa untuk jurusan teknik ke Inggris di
umumkan. Aku sudah tidak sabra lagi, tepat pukul 11.00 aku langsung membuka web
pengumumanya diponselku. Betapa hancurnya hatiku, sudah ketiga kalinya aku mengikuti
seleksi dan tidak lulus. Aku berusaha menenangkan diri dengan menuju mushalla,
mengambil wudhu dan melakukan shalat wudhu, kucurahkan segala isi hatiku kepada Maha
Kuasa.
Setelah merasa tenang aku kembali menuju ruanganku. Ditengan perjalanan menuju
ruangan, aku dihampiri oleh pak Rahmat yang merupakan dosen dari teknik pertambangan.
Pak Rahmat berkata “ Bukankah Kau mengharapkan beasiswa?”.
“Tentu pak”jawab ku.”
“Jika kau beminat di aula utama ada tes seleksi besiswa s2 untuk jurusan tenik ke Taiwan.
Kau bisa langsung mendaftarkan diri disana! Mereka meminta lima orang dari kampus kita,
tapi sampai sekarang yang mendaftar baru ada tiga peserta. Mereka akan menerima
pendaftaran dan seleksi samapai pukul 15.00.” Tutur Pak Rahmat.
“tapi Pak saya menginginkan beasiswa S2 ke Inggris.”. bantahku.
“Coba kamu pertimbangkan lagi! Masa, yang mendaftar dari kampus kita hanya tiga orang?
Itukan peluang yang bagus lho untukmu untuk mendapat beasiswa”. Balas Pak Rahmat.
“Baik pak, akan saya pertimbangkan dulu. Terima kasih banyak ya pa katas infonya” Balas
ku.
“sama-sama” balasnya sambal meninggalkan ku.
Pikiranku menjadi tak karuan memikirkan beasiswa ini, aku sangat bingung. Aku
menginginkan beasiswa ke Inggris, tapi sudah tiga kali aku mengikuti seleksi dan tidak lulus.
Namun aku juga memikirkan apa yang dikatakan Pak Rahmat tadi. Saat jam makan siang,
sekitar pukul 12.30, aku segera pulang kerumah dan menceritakan semua kejadian tadi
kepada ibuku.
“Daftar saja besiswa ke Taiwan itu, mana tahu kamu mendapatkan jodoh disana, mana tahu
ibu bisa mendapatkan menantu yang tampan dan putih nanti”. Tutur ibu yang terlalu
demam menonton drama korea.
“Ada-ada saja Ibu ini” balasku sambil tersenyum dan mengernyitkan dahi.
“Kamu kan sudah berkali kali gagal mengikuti tes beasiswa ke Inggris, gak ada salahnya jika
kamu mengambil beasiswa ke Taiwan, mungkin inilah takdirmu Mifta.” Balas ibu.
Kemudian aku menghampiri ayah di ruang keluarga, dan ayah mengatakan, “ Ambil saja
beasiswanya!”. Kebetulan hari ini ayah tidak kerja.
Akhirnya setelah Shalat Zuhur pukul 14.00 aku kembali ke kampus. Sebenarnya aku tidak
ada kelas siang ini. Ku maksudkan kedatangan ku ke kampus untuk medaftar beasiswa ke
Taiwan itu. Sampai di kampus aku langsung menuju aula utama, ternyata disana sudah
bertambah lima siswa lagi. Aku lngsung mendaftrakan diri. Setengah jam kemudian nama ku
dipanggil untuk segera melakukan tes wawancara dan tes lainnya. 30 menit berlangsung
untuk tes akademik dan 15 menit untuk wawancara. Kulihat ada tiga dosen dari Taiwan yang
akan mengujiku.
Lima menit kemudian namaku dipanggil oleh para dosen dari Taiwan yang mangujiku
tadi. Mr. Fang Lang langsung mengucapkan selamat kepadaku. Aku sangat terkejut.
“Apakah saya benar-benar lulus Mister?, Tanyaku.
“ ya, tentu saja, kenapa tidak. Kami sudah menilai ternyata semua tes yang kamu ikuti
memperoleh nilai yang sangat bagus, dan kami sangat terpukau dangan hasil wawancaramu
tadi. Terutama saya yang langsung mewawancaraimu, semua jawabanmu sangat menarik”.
Ujar Mr. Fang Lang.
“ Besok kamu sudah bisa langsung berangkat ke Taiwan!” Ujar Mr. Fang Lie.
“Terima kasih banyak, Mister”. Balasku senang.
Betapa senangnya aku, namun masih ada sepucuk pertanyaan dibenakku “Bagaimana
dengan beasiswa S2 ku ke Inggris?” karena, itu keinginanku dari sejak lama. Mungkin sudah
takdirku. seperti apa yang dikatakan oleh ibu. Setelah selesai, aku langsung menjumpai
teman-teman dari kampus ku yang lulus dan membuat janji, berkumpul langsung di
Bandara. Kemudian aku segera pulang ke rumah dan memberi tahu kedua orang tua ku.
Mereka turut bahagia mendengar kelulusan ku.
Rio dan Rendy adikku tiba dirumah sore ini, karena mengetaui, besok aku akan terbang
ke Taiwan. Ini adalah untuk pertama kalinya aku pergi sangat jauh dari keluargaku. Aku
muali mempersiapkan barang- barang yang perlukan untuk kepentinganku di Taiwan.
Malam ini kami sekeluarga menghabiskan waakktu di ruang keluarga ditemani hidangan sop
buah buatam ibu. Sop buah buatan ibu memang yang paling terbaik rasanya bagiku, ayah,
Rio dan Rendy.
Keesokan harinya, karena mengingat penerbanganku ke Taipe pukul 09.00. Sehingga
pada pukul delpan pagi aku segera meminta izin kepada orang tua untuk pamit. Ibu
tersenyum dibalik air matanya yang harus berpisah denganku, sedangkan ayah memberi
senyuman semangat kepadaku dan berkata “Belajarlah dengan benar nak. Jangan
kecewakan kami. Kami bangga mempunyai anak sepertimu.” tutur ayah. Mereka
memelukku dengaan erat. Aku mulai menuju bandara Juanda Surabaya mengnggunakan
mobil diantar oleh Rio dan Rendy. “Kau belajarlah dengan rajin Rio, agar impiaanmu mu
menjadi SeO di sebuah perusaan tercapai. Randy juga giatkan lagi pendidikanmu!” tutur ku
sambil melihat kedua adikku. “Tentu saja kak”balas mereka. “Kakak titip ayah dan
Ibunya”,Tambahku. Kami pasti aka nn merindukanmu. “Jaga dirimu baik-baik kak”, cetus
Rio. Kami pun bepelukan dan menitikkan beberapa butir air mata. Para penumpng
dipersilahkan masuk, karena lima menit lagi penerbangan ke Taipe, Taiwan akan dilakukan.
Kami bepisah sambil membaikan tangan bersama senyum pemberi semangat dari Rio dan
Rendy, adik-adikku. Aku segera menuju ruang tunggu yang disana sudah ada beberapa
teman dari kampusku yang tujuannnya sama dengan ku. Selanjutnya suara penguman untuk
kebeangkatan ke Taiwan. Kami segera menuju pesawat yang kami tumpangi. Tiba-tiba aku
merasa agak gugup, ini pertama kalinya aku keTaiwan.
Sekitar satu jam penerbangan, akhirnya kami tiba di bandara Taipe Taiwan Taoyuan.
Turun dari pesawat, aku melihat seorang putra ku tebak, usianya dibawah usiaku
memegang kertas kami menuju tempat tinggal kami. Dalam perjalanan, aku merasakan
suasana yang masih asri, tidak banyak mobil atau kendaraan berasap yang lalu lalang seperti
di Inddonesia. Warga Taiwan lebih banyak mengunakan sepeda sebagai alat tranportasi
mereka. Pemandangan kota yang dihiasi gedung-gedung tinggi dan cantik membuatku
semakin berimajinasi, jiwa teknikku bangkit.

Tiba di Kota Taipe, kami para mahasiswa ditempatkan di asrama yang dekat dengan
NSTUT (National Taiwan University of Science and Technology) universitas yang kami tuju.
Kebetulan aku sekamar dengan Mira yang merupakan jurusah teknik sipil yang berasal dari
ITS juga. Kami segera membereskan barang-barang kami. Setelah itu kami menyantap
makan malam yang sudah kami pesan dari resengan toran Halal terdekat.

Keesokan harinya, walaupun asrama yang kami tempati dekat dengan asrama, tetapi kita
harus menggunakan sepeda ke NSTUT. Karena jalannya agak berliku dan kita
membutuhkannya untuk pergi ke sumber penelitian yang menjadi tugas riset yang diberikan
dosen. Ini merupakan pagi pertamaku di Taiwan. Tak pernah terbayang kalau aku ternyata
bisa berada di Taipe. Walaupun akun tidak bisa bahasa Mandarin, karena aku sering ikut
ayah bekerja keluar negeri membuat aku bisa berkomunikasi dengan Bahasa inggris,
ditambah lagi dengan SMP dan SMA.

Pukul 06.30 aku bersama sepedaku beranjak dari asrama menuju NSTUT. Menggunakan
rok biru, baju putih dan jelbab agak sedikit bermotif. Cuaca sangat mendung pagi itu, tapi
aku tidak peduli “Ini hari pertamaku, tidak ada alasan jika aku tidak pergi ke kampus” bisik
hatiku. Aku mengayuh sepeda agak sedikit cepat, tepat dibelokan tak sengaja aku menabrak
Pria Kami saling bertatapan , lalu harus ku memecahkan tatapan itu, kami bukan muhrim.
Ternyata kemeja biru muda dan celana hitam yang dipakainya kotor terkena lumpur dan
gerimisnya hujan. Pria itu berparas puti dan tampan. Aku merasa bersalah kerena telah
menabraknya, ditambah lagi dengan pakaiannya yang telah ku kotori. Aku segera meminta
maaf dengan rasa bersalah.

“Pak Maaf ya, ini salah saya!” ucapku.

“Tidak apa-apa. Saya juga kurang berhati-hati.” Balasnya.

“ Tapi pakaian bapak jadi kotor. Boleh saya bersihkan sebagai permintaan maaf saya?”
Tanyaku masih dalam rasa bersalah”

“Tidak masalah. Kamu juga akan terlambat nanti”. Balasnya lagi.

“Maaf ya pak sekali lagi” sahutku.

“Oke. Sahutnya dengan senyuman ramah dan segera meninggalkan ku.

Pria itu sangat tampan, gumamku. Aku pun melanjutkan perjalananku ke NSTUT. Sampai
ke NSTUT aku memakirkan sepeda ku di parkiran yang sangat teratur rapi walupun tidak
adapenjaganya. Aku menuju gedung teknik sipil. Menaiki lift ke lantai 11, menuju ruang 103.
Tiba di lantai 11 aku bertemu dengan pria yang ku tabrak tadi, bajunya sangat kotor. Dia
menuju arah ruang 103 ju ga.

“Bukankah bapak yang ku tabrak tadi?” tanyaku.

“ Ya, kenapa? Jangan tertawa”, Godanya. Bukankah kamu bilang tadi pagi kamu mau
membersihkan pakaianku?, tanyanya jengkel.

“Iya pak” jawabku.

“kalau begitu tunggu sebentar” kata pria itu menyuruhku menunggu didepan ruangan 111.

Tidak lama kemudian dia keluar dengan pakaian berwarna biru muda dengan celana hitam
yang sangat mempesona. “ ini pakaiannya”.

“Akan saya cuci, besok saya kembalikan ke bapak”. Balasku.

Aku langsung menuju kelasku, aku mulai memiliki teman Taiwan bernama Suong lie.
Tidak lama berbincang, sekitar 15 menit dosen teknik sipil kami pun tiba di kelas. Betapa
terkejutnya aku, ternyata pria tadi adalah dosen ku. Namanya Do kyungsoo, terkenal
disiplin, sangat tegas dan kiler. Banyak mahasiswi yang tergila-gila padanya walaupun ia
terkenal sangat kiler. Tugas yang ia berikan pun tidak tanggung-tanggung. Kami diberi tugas
merancang sebuah bangunan menggunakan miniature serta menjelaskan desain interior
dari bangunan tersebut. Alhamdulillah, Prof Do sepertinya menyukai dan tertarik dengan
karya ku. Setelah kelas berakhir, pukul 13.00 aku segera membereskan barang-barangku.
Prof Do menyruhku menjumpainya di ruangannya.
Aku mengetuk pintu ruangan Prof Do. Terdengar kata “ masuk!”. Terlihat prof Do sedang
dimejanya yang terdapat banyak kertas dan sebuah foto seorang wanita yang ku taksir
umurnya tidak jauh dari usiaku sekitar dua puluh delapananlah. Ruangan itu lumayn luas
dan dihiasi dengan miniature-miniatur dan piala yang di peroleh oleh Prof DO. Kemudian
Prof Do mempersilahkan ku duduk di hadapannya.

“ Ya Prof, ada apa prof memanggil saya?” tanyaku bingung.

“Benarkah kamu mahasiswa Indonesia yang mrndapat beasiswa dari NSTUT ini?” Tanyanya.

“Benar Prof” balasku.

“saya sangat tertarik dengan hasil kerjamu tadi, dan menurut info yang saya dapat
tentangmu, saya sangat mengapresiasikanmu. Dan saya igin menawarkanmu untuk menjadi
anggota di laboratoriumku, kebetulan aku belum mendapatkan asisten untuk membantuku
menyelesaikan riset-riset di Lab. Saya akan memberi gaji untukmu. Tetapi kamu juga harus
mengikuti sebuah tes seleksi sesuai dengan prosedur ”. Usul Prof Do.

“Baik Prof, saya terima tawarannya. Kapan seleksinya bisa saya ikuti?” Tanya ku semangat
walaupun perutku suadah mulai keroncongan.

“Setelah makan siang, pukul 14.00 kamu bisa menunggu saya di laboratorium, kita akan
melaksanakan tes disana”. Balas Prof Do

“Baik Prof setelah makan siang, saya akan menunggumu disana. Terima kasih banyak Prof
atas tawarannya. Ini sangat membantuku”. Balasku .

Aku bergegas menuju Mushalla di NSTUT, dan melaksanakan shalat Zuhur. Kemudian aku
menuju restaurant halal yang dekat dengan NSTUT. Setelah Makan siang aku kembali
menuju NSTUT dan menuju Laboratorium Teknik, tidak lama menunggu profesor Do datang
membawa beberapa kertas dan menyerahkannya pada ku untuk ku selesaikan dalam waktu
satu jam. Kertas itu berisi soal-soal yang harus kukerjakan, soal termauk soal hots yang
langsung menuju ke penerapan dalam kehidupan.

“Bagus sekali Mifta, saya sangat menyukainya. Mulai sekarang kamu sudah boleh bergabung
sebagai anggota lab, lebih tepatnya menjadi asisten saya.” Kata Prof Do.

“Mulai kapan saya bisa langsung bekerja?” tanyaku.

“Mulai besok pagi kamu sudah bisa stay di lab. Kecuali saat jam kuliahmu, kamu wajib
mengerjakan berbagai tugas riset di lab selama tiga bulan tanpa mengeluh, sudah tiga orang
mengundurkan diri sebagai asisten saya.”Tuturnya.

“ Baiklah Prof, akan saya laksanakan” Balasku balik.”

"

Anda mungkin juga menyukai