Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN STUDI KASUS

PERMASALAHAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DALAM MATERI


MAIL MERGE PADA PESERTA DIDIK DI KELAS X
SMK MA’ARIF NU 1 CILONGOK

Diajukan untuk memenuhi Komponen Uji Tertulis


Mahasiswa PPG Dalam Jabatan

Disusun Oleh :

ROBI USMAN
NIM. 23103160145

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN


BIDANG STUDI INFOMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2024
A. Deskripsi Studi Kasus
Selama melaksanakan praktik pengalaman lapangan di sekolah, saya menemukan
beberapa kasus dalam praktikum Informatika khususnya pada materi Mail Merge. Pertama
rendahnya minat peserta didik dalam berliterasi terutama pada saat evaluasi, yaitu
sulitnya peserta didik diajak untuk perfikir kritis dan lebih suka mendengarkan jawaban
langsung dari guru tanpa mau berusaha sendiri dalam menyelesaikan persoalan yang
mengacu pada analisis masalah pada soal. Kedua masih rendahnya minat belajar peserta
didik, yaitu kurangnya keaktifan dan partisipasi peserta didik saat pembelajaran dengan
metode diskusi kelompok. Diskusi terasa membosankan karena peserta didik takut
mengungkapkan pendapatnya, diskusi berjalan tidak seimbang karena salah satu
peserta didik terlalu mendominasi jalannya diskusi.
Dari kasus tersebut, perlu dikaji lebih lanjut karena akan berdampak pada
perencanaan tindak lanjut pembelajaran. Topik ini juga akan membantu saya dalam
meningkatkan kemampuan menerapkan model, metode, dan media pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik dan materi, dan pemanfaatan media teknologi
yang tepat.

B. Analisis Situasi
Analisis yang dilakukan pada saat pembuatan perancangan pembelajaran adalah
belum adanya pengetahuan awal terkait karakteristik peserta didik. Evaluasi yang saya
lakukan adalah dengan melakukan observasi mengamati bagaimana kebiasaan peserta
didik dalam pembelajaran dan mencari tahu respon peserta didik terhadap pembelajaran
yang dilakukan guru dengan model sebelumnya. Kegiatan tersebut membantu saya dalam
merancang dan merencanakan pembelajaran yang akan datang.
Untuk mengatasi kemampuan berfikir kritis peserta didik maka perlu penerapan
metode diskusi kelompok dalam meningkatkan kemampuan berfikir kritis. Selain itu
memanfaatkan media pembelajaran berbasis microsite sebagai media pembelajaran
berbasis teknologi dan informasi yang dapat di akses dari manapun dan kapanpun.
Tujuan yang ingin di capai adalah upaya meningkatkan kemampuan berfikir kritis
melalui penerapan metode pembelajaran diskusi kelompok dengan memanfaatkan media
pembelajaran berbasis microsite pada materi fitur lanjut aplikasi perkantoran (mail
merge) agar lebih baik.
Adapun berbagai tantangan dalam penerapan model pembelajaran dengan metode
pembelajaran diskusi kelompok meliputi:
1. Kelebihan: Mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dan menganalisis
informasi. Peserta didik dapat merumuskan argumen, mendukung pendapat
mereka, dan merespons argumen orang lain.
2. Kekurangan: Beberapa peserta didik mungkin cenderung mendominasi diskusi.
Peserta didik yang lain merasa kurang nyaman atau enggan berbicara. Hal ini dapat
menyebabkan ketidaksetaraan partisipasi. Tantangan selanjutnya adalah pada saat
menerapkan pembelajaran berbasis teknologi beberapa peserta didik tidak bisa
mengakses google form karena terkendala sinyal internet dan jaringan wi-fi
sekolah tidak sampai ke kelas.
3. Mitigasi: Menentukan peran dan tanggung jawab masing-masing peserta didik
dalam diskusi. Memanfaatkan media microsite sebagai media pembelajaran yang
di gunakan.
C. Alternatif Solusi
Langkah nyata yang dilakukan untuk mengatasi tantangan dalam kegiatan
pembelajaran adalah peran aktif dari guru maupun peserta didik, yang meliputi :
1. Guru menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan
menggunakan metode pembelajaran diskusi kelompok
2. Guru menyusun perangkat pembelajaran secara lengkap seperti modul ajar yang
sesuai dengan materi yang akan di ajarkan. Selain itu juga guru menyiapkan bahan
ajar, media ajar, video tutorial, LKPD, dan asesmen yang di kemas ke dalam web
microsite yaitu https://s.id/elementik. Dengan memanfaatkan media pembelajaran
berbasis microsite pada materi fitur lanjut aplikasi perkantoran (mail merge)
peserta didik dapat mengaksesnya dimanapun dan kapanpun tanpa terikat oleh
waktu dan tempat.
3. Membangun kepercayaan diri terhadap peserta didik dengan membuat kesepakatan
bersama peserta didik untuk tidak baperan dalam diskusi untuk bisa menciptakan
lingkungan yang nyaman dan mendukung di kelas maupun di ruang lab. komputer
4. Guru bersama peserta didik melaksanakan pembelajaran dengan metode diskusi
kelompok dengan langkah sebagai berikut :
a. Persiapan
- Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
- Menentukan materi diskusi
- Menetapkan masalah yang akan dibahas
- Menyiapkan sarana prasarana untuk pelaksanaan diskusi, misalnya
ruang lab. komputer atau kelas dengan segala fasilitasnya
b. Pelaksanaan
- Memeriksa kesiapan sarana prasarana untuk pelaksanaan diskusi, karena
dapat mempengaruhi kelancaran diskusi
- Memberikan pengarahan awal sebelum dilaksanakannya diskusi
- Melaksanakan diskusi sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan
- Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengeluarkan ide maupun gagasan dalam berdiskusi
- Guru menjadi fasilitator, dan peserta didik sebagai pusat dalam kegiatan
belajar
c. Penutup
- Peserta didik membuat evaluasi
- Guru dan Peserta didik mereview jalannya diskusi sebagai umpan balik
untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya
5. Merefleksi hasil pembelajaran

D. Evaluasi
Dampak dari langkah nyata yang telah saya lakukan adalah pembelajaran di
kelas/lab. komputer menjadi lebih terstruktur, hal ini dikarenakan penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning dengan menggunakan metode pembelajaran diskusi
kelompok mudah diterapkan dan mudah dipahami oleh peserta didik. Mereka dengan
cepat dapat mengkondisikan kelompoknya pada saat diskusi kelompok. Peserta didik
lebih antusias dalam pembelajaran, hal ini dapat dilihat pada saat assasmen dengan
membuka tautan di web microsite https://s.id/elementik dengan bantuan smartphone
yang peserta didik bawa. Peserta didik juha menjadi lebih memahami manfaat
smartphone dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan media teknologi juga
memudahkan guru dalam kegiatan evaluasi karena hasil evaluasi langsung dapat dilihat
tanpa harus menunggu waktu yang lama untuk mengoreksinya. Pemilihan model
pembelajaran Problem Based Learning menggunakan metode pembelajaran diskusi
kelompok, dan pemanfaatan teknologi sebagai medianya terbukti dapat meningkatkan
antusias dan semangat belajar peserta didik yang dapat mempengaruhi kemampuan
berfikir kritis peserta didik menjadi lebih baik dan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai