Anda di halaman 1dari 10

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

E-Jurnal Pariwisata Vol.10. No.2. (2023): 153-162

Analisis Peran Stakeholder dalam Pengembangan Ekowisata


Di Kawasan Desa Wisata Jatiluwih Bali

Yuvie Martadina*, Imam Ardiansyah

Program Studi Perhotelan & Pariwisata Universitas Bunda Mulia

* Penulis yang sesuai:ayubangka3@gmail.com

DOI: https://doi.org/10.24922/eot.v10i2.102356

Info Artikel Abstrak


Dikirim: Jatiluwih merupakan salah satu destinasi wisata di Bali. Pengembangan kawasan
12 Junith2023 ekowisata Jatiluwih tentunya memerlukan partisipasi dan sinergi antar pemangku
Diterima: kepentingan. Hal ini berguna untuk memperoleh tujuan dan hasil pengelolaan
20 Septemberth2023 kawasan yang baik. Dalam pengembangan dan pengelolaan Jatiluwih, pemangku
Diterbitkan: kepentingan yang terlibat di dalamnya dinilai belum maksimal. Tujuan dari penelitian
30 Septemberth2023 ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peran dan kepentingan pemangku
kepentingan dalam pengembangan ekowisata di Jatiluwih. Metode penelitian ini
adalah metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis pemangku
kepentingan menggunakan grid matriks kekuasaan-kepentingan. Jumlah partisipan
pada penelitian ini sebanyak 45 partisipan. Berdasarkan hasil penelitian dan
observasi lapangan yang dilakukan peneliti, diketahui terdapat 15 pemangku
kepentingan yang terbagi dalam empat kuadran. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah terdapat 3 subyek pemangku kepentingan yaitu agen perjalanan, wisatawan,
dan masyarakat lokal. 6 kelompok pemain kunci tersebut adalah Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dinas Pariwisata Bali, Pemerintah Kabupaten
Tabanan, Pemerintah Desa Jatiluwih, Pengelola objek wisata Jatiluwih, dan Subak
Jatiluwih. 3 kelompok penentu konteks adalah akomodasi, restoran, dan pemangku
adat, dan 3 kelompok massa adalah akademisi, Puskesmas Jatiluwih, dan media.
Saran kepada 15 pemangku kepentingan di Jatiluwih adalah hendaknya
meningkatkan kolaborasi dan kerja sama untuk mempererat hubungan antara satu
sama lain sehingga dapat mengembangkan kawasan wisata menjadi kawasan wisata
yang terkoordinasi, indah, dan rapi, dengan tetap mengedepankan keberlanjutan
pariwisata.

Kata kunci: ekowisata; pemangku kepentingan; desa wisata; Jatiluwih;


teras padi.

PERKENALAN sumber penghidupan masyarakat sekitar jika


pariwisata dikembangkan dengan baik dan benar.

Latar belakang Keberagaman yang dimiliki Indonesia untuk

Pariwisata merupakan salah satu industri di mengembangkan kegiatan pariwisata dapat dilakukan

Indonesia yang mempunyai peluang dan potensi dengan berbagai cara. Sebab Indonesia kaya akan

untuk berkembang karena keindahan dan kekayaan alam dan budaya mulai dari keindahan alam,

alamnya (Himawan, 2015). Pariwisata sendiri dapat keanekaragaman budaya, makanan, hingga sejarah.

menjadi salah satu sektor yang membantu Sehingga di Indonesia banyak bermunculan

perekonomian Indonesia dan juga menjadi a pemikiran-pemikiran yang berkembang beragam

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eot 153 e-ISSN 2407-392X. p-ISSN 2541-0857


E-Jurnal Pariwisata Vol.10. No.2. (2023): 153-162

pariwisata. Salah satu kegiatan pariwisata yang Dapat disimpulkan bahwa pemangku kepentingan adalah
kini menjadi perhatian masyarakat adalah sekelompok orang atau individu yang mempunyai
kegiatan Ekowisata. Kawasan ekowisata sudah kepentingan dalam mengembangkan suatu tujuan.
mulai merambah ke seluruh Indonesia. Berdasarkan observasi yang dilakukan
Ekowisata merupakan suatu bentuk perjalanan peneliti kepada salah satu narasumber yang
yang bertanggung jawab ke tempat-tempat terlibat dalam pengelolaan kawasan Jatiluwih
alami dan berkontribusi terhadap pelestarian yaitu Ibu Ayu Wulandari mengungkapkan bahwa
alam dan peningkatan kehidupan masyarakat terdapat permasalahan mendasar yang ada di
lokal. Ekowisata merupakan suatu konsep kawasan Jatiluwih. Ia mengungkapkan, ada
kegiatan wisata berbasis alam yang sekaligus permasalahan besar yang ada dalam
memberikan kontribusi terhadap pemeliharaan pengelolaan kawasan wisata Jatiluwih. Misalnya
dan pelestarian lingkungan hidup agar pengembangan objek wisata air terjun Yeh Hoo
lingkungan tetap terjaga dan asri. Salah satu di kawasan wisata yang belum mendapat
kawasan wisata yang memiliki banyak desa dukungan dari pemerintah terkait aksesibilitas.
wisata yang menyajikan daya tarik wisata Pengembangan kawasan ekowisata yang
berupa keindahan alam dan budaya adalah Bali. dilakukan pengelola di kawasan tersebut masih
Salah satu kawasan desa wisata di Bali yang juga mengalami permasalahan pada pengelolaan
masuk dalam ekowisata adalah Jatiluwih. sampah, penyediaan air bersih, dan
Jatiluwih merupakan kawasan desa wisata pemeliharaan kawasan hutan bambu yang
yang terkenal dengan sawah berundak yang dijadikan kawasan konservasi satwa liar.
tersusun rapi secara bertingkat atau sering juga Para pemangku kepentingan mempunyai
disebut terasering. Desa wisata ini mempunyai kepentingan dan peran yang berbeda-beda dalam
banyak potensi karena sangat menarik wisatawan suatu kawasan ekowisata. Oleh karena itu, perlu
dengan kondisi alam yang indah dan sejuk karena dipahami peran masing-masing pemangku
terletak di dataran tinggi. Kawasan ini kepentingan agar pengembangan kawasan ekowisata
dimanfaatkan masyarakat sebagai salah satu mata dapat dilakukan secara sistematis dan dapat mencapai
pencahariannya dengan menanam padi. Padi yang tujuan. Sehingga diperlukan solusi yaitu menganalisis
mereka tanam mempunyai kualitas yang sangat peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan
baik sehingga salah satu hasil beras merah menjadi agar dapat diidentifikasi, memaksimalkan tingkat
salah satu alasan mengapa Jatiluwih mendapat kinerja, serta terciptanya koordinasi dan kerjasama
penghargaan Situs Warisan Dunia UNESCO pada yang baik antar pemangku kepentingan. Kawasan
tahun 2012 sebagai budaya takbenda (Herawati, Jatiluwih memiliki pemangku kepentingan dengan
2015). Jatiluwih juga menjadi satu-satunya desa peran dan kepentingan berbeda-beda termasuk dalam
wisata yang mendapat penghargaan dari UNESCO. pengembangan kawasan ekowisata. Stakeholder yang
Keberadaan kawasan desa wisata harus mempunyai kepentingan dan peran berbeda-beda
didukung dengan pengembangan yang optimal agar mendukung berjalannya suatu kawasan wisata.
mampu menarik wisatawan. Hal ini harus melibatkan Sehingga suatu kawasan wisata yang ditata dalam
kolaborasi yang baik antar pemangku kepentingan aspek pengembangannya akan memperoleh hasil
agar pemasaran kawasan wisata tersebut bisa yang baik.
maksimal. Kawasan ekowisata yang dikembangkan Ketika seorang wisatawan memutuskan untuk
hendaknya memiliki pemangku kepentingan yang melakukan perjalanan wisata, maka mereka akan mencari
telah mengidentifikasi peran dan kontribusinya dalam tahu tentang daerah-daerah yang dapat memenuhi
pengembangan kawasan ekowisata. Dalam keinginannya dan mencari hal-hal baru. Faktor-faktor yang
mengembangkan kawasan ekowisata tentu diperlukan mempengaruhi suatu perjalanan wisata dapat menjadi fokus
partisipasi dan sinergi antar pemangku kepentingan. utama dalam pengembangan atraksi ekowisata. Sehingga
Menurut (Sulastri, 2017) pemangku kepentingan dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan daya tarik
adalah semua pihak baik secara individu maupun wisata. Ekowisata yang telah dikembangkan dengan baik
kelompok yang dapat memberikan kekuasaan dan dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Tujuan
atau mempengaruhi pengambilan keputusan untuk dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
mencapai suatu tujuan. Dia peran dan kepentingannya
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eot 154 e-ISSN 2407-392X. p-ISSN 2541-0857
E-Jurnal Pariwisata Vol.10. No.2. (2023): 153-162

pemangku kepentingan yang terlibat dalam Stakeholder adalah sekelompok orang atau
pengelolaan Jatiluwih, dan menentukan perseorangan yang mempunyai kepentingan terhadap
pembagian pemangku kepentingan suatu tempat seperti tempat wisata dan memberikan
berdasarkan 4 unsur pemangku kepentingan. perannya masing-masing agar kegiatan
Oleh karena itu penulis ingin mengangkat topik pengembangan kawasan ekowisata dapat berjalan
dengan pembahasan “Analisis Peran dengan baik dan sesuai dengan tujuan. Pembangunan
Stakeholder Dalam Pengembangan Ekowisata di pariwisata tidak terlepas dari intervensi pemangku
Kawasan Desa Wisata Jatiluwih Bali”. kepentingan. Menurut (Rahim, 2012), pengembangan
suatu destinasi pariwisata pada hakikatnya akan
TINJAUAN LITERATUR melibatkan lima pemangku kepentingan yang saling
terkait, yaitu pemerintah, swasta, media, akademisi,
dan masyarakat lokal. Setiap pemangku kepentingan
Ekowisata
mempunyai masukan dan peran yang berbeda-beda
Ekowisata merupakan salah satu kegiatan
dalam proses pengembangan destinasi. Oleh karena
wisata yang berbasis alam dan menjadikan suatu
itu, diperlukan pemahaman yang baik mengenai
kawasan ruang terbuka untuk kegiatan berwisata
perbedaan peran tersebut agar pengembangan
dengan tetap memperhatikan kelestarian alam dan
ekowisata dapat terlaksana dan terwujud.
lingkungan. Ekowisata merupakan suatu bentuk
kegiatan wisata yang bertanggung jawab terhadap
alam dan berkontribusi dalam melestarikan alam
Klasifikasi Pemangku Kepentingan
serta meningkatkan kesejahteraan penduduk
Pengelolaan kawasan ekowisata memerlukan
setempat (Kristiana, 2019). Menurut (Tisnawati et
pemangku kepentingan yang memberikan kekuasaan
al., 2019), ekowisata adalah jenis wisata yang
dan kepentingan yang beragam sehingga terdapat
menitikberatkan pada sumber daya alam dan
perbedaan terkait kepentingan, kapasitas dan
mengelolanya semaksimal mungkin untuk
kewenangan (Ardiansyah, 2021).
meminimalkan kerusakan lingkungan.
Menurut (Reed et al., 2009), menganalisis peran
Perlindungan terhadap alam menjadi fokus penting
pemangku kepentingan diawali dengan menggambarkan
dalam pengembangan kawasan ekowisata,
pemangku kepentingan dalam matriks dua-dua yang terbagi
sehingga dapat disimpulkan bahwa ekowisata
menjadi kepentingan atau kepentingan terhadap suatu
merupakan jenis wisata yang memanfaatkan alam
masalah dan kekuasaan (power) pemangku kepentingan
dan sumber daya sebagai nilai jualnya, namun
dalam menangani masalah tersebut. Kepentingan merupakan
tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup dan
seberapa besar daya tarik pemangku kepentingan dalam
mengusung konsep pembangunan berkelanjutan.
pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata, sedangkan
Dalam keputusan Menteri Dalam
kekuasaan adalah kekuasaan yang dimiliki oleh pemangku
Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang
kepentingan dalam mengambil kebijakan atau mempengaruhi
pengembangan ekowisata, terdapat 4
pengambilan keputusan. Dari pengelompokan pemangku
jenis ekowisata, yaitu ekowisata bahari,
kepentingan berdasarkan tingkat kekuasaan dan
ekowisata hutan, ekowisata pegunungan,
kepentingannya, ditemukan 4 jenis pemangku kepentingan,
ekowisata karst. Kawasan desa wisata
yaitu Subjek, Pemain Kunci, Kelompok, dan Penentu Konteks.
Jatiluwih termasuk dalam wisata
pegunungan karena desa ini dekat
dengan bukit Puun di Tabanan.

Definisi Pemangku Kepentingan


Stakeholder merupakan pihak yang
dapat mempengaruhi dengan keputusan yang
diambil. Dapat diartikan sebagai individu,
kelompok, atau lembaga yang mempunyai
kepedulian dan hasil kegiatannya (Widodo et al.,
2018). Dapat disimpulkan bahwa pengertian a

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eot 155 e-ISSN 2407-392X. p-ISSN 2541-0857


E-Jurnal Pariwisata Vol.10. No.2. (2023): 153-162

gambarkan dalam bentuk kata dan bahasa. Metode


analisis deskriptif kualitatif menggunakan data yang
berisi fakta empiris untuk menggambarkan kapasitas
pemangku kepentingan dalam pengelolaan ekowisata.
Sedangkan penelitian deskriptif kuantitatif yang
digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengukur seberapa besar kekuasaan dan
kepentingan antar pemangku kepentingan
berdasarkan penilaian lima instrumen dari masing-

Gambar 1.Grid Matriks Kekuasaan-Kepentingan masing pemangku kepentingan yang mempunyai

Sumber : (Reed dkk., 2009) kepentingan dan kekuasaan terhadap pengelolaan


kawasan ekowisata Jatiluwih. Peneliti menggunakan

Matriks di atas menggambarkan kuadran jenis penelitian ini agar dapat mendeskripsikan dan

masing-masing pemangku kepentingan. Terdapat mengidentifikasi secara jelas pemangku kepentingan

sumbu (X) yang mewakili kepentingan pemangku yang terlibat dalam pengembangan ekowisata di desa

kepentingan dan sumbu (Y) yang mewakili kekuasaan wisata Jatiluwih Bali.

yang diberikan pemangku kepentingan terhadap Pengumpulan data dalam penelitian ini
kawasan wisata. Pengelolaan data kuesioner akan adalah dengan melakukan observasi,
menentukan di mana poin dan posisi pemangku wawancara, dokumentasi, dan angket.
kepentingan yang terlibat dinilai dari tingkat Sehingga sumber data yang diperoleh
kekuasaan dan kepentingannya. Kuadran I (Subjek) meliputi sumber primer dan sekunder. Dalam
menggambarkan bahwa pemangku kepentingan yang pengisian kuesioner, peneliti menggunakan
terlibat mempunyai kepentingan yang tinggi, namun metode simple random sampling dimana
kekuasaan yang diberikan kecil. Kuadran II (Key Player) setiap unsur mempunyai kesempatan untuk
menggambarkan bahwa pemangku kepentingan yang berpartisipasi dalam pengisian kuesioner
terlibat mempunyai kekuasaan dan kepentingan yang yang akan dibagikan oleh peneliti (Arieska &
tinggi Kuadran III (Crowd) menggambarkan kekuasaan Herdiani, 2018). Dalam penyebaran kuisioner
dan kepentingan cenderung rendah, dan kuadran IV penelitian ini, peneliti menggunakan 45
(Context Setter) menggambarkan kekuasaan yang responden dari 15 unsur pemangku
diberikan pemangku kepentingan tinggi tetapi kepentingan yang mana peneliti memilih 3
kepentingan cenderung ke bawah. Pengelompokan orang per unsur yang dinilai peneliti memiliki
pemangku kepentingan berdasarkan kuadran tingkat ketertarikan yang tinggi terhadap
berfungsi untuk memetakan dan menilai hubungan pengelolaan kawasan ekowisata Jatiluwih.
antar pemangku kepentingan dan dimana posisi Peserta akan diminta menilai tingkat

kuadran masing-masing pemangku kepentingan kepentingan pemangku kepentingan dari aspek

terkait dengan pengelolaan kawasan Jatiluwih. keterlibatan pemangku kepentingan, manfaat


pengelolaan kawasan, sumber daya yang
METODE disediakan, prioritas pengelolaan, ketergantungan
sumber daya. Serta tingkat pengaruh dari aspek

Dalam penelitian ini yang menjadi objek aturan dan kebijakan, peran dan partisipasi,

penelitian adalah Kawasan Desa Wisata Jatiluwih kemampuan berinteraksi dan mempengaruhi,

dan subjek penelitiannya adalah para pemangku kewenangan dalam pengelolaan, dan kapasitas

kepentingan yang mempunyai kekuasaan dan sumber daya yang disediakan.

kepentingan terhadap Jatiluwih. Jenis penelitian Dalam penelitian ini metode statistik yang

ini termasuk dalam penelitian deskriptif dengan digunakan adalah menganalisis matriks aktor-lingkage

pendekatan kuantitatif dan kuantitatif. Menurut pemangku kepentingan dengan membuat kuadran

(Sugiyono, 2018), penelitian kualitatif adalah kekuasaan dan kepentingan. Matriks keterkaitan aktor

penelitian yang bertujuan untuk memahami akan menyajikan empat kuadran dengan klasifikasi

fenomena yang dialami subjek dan berbeda meliputi subjek, penentu konteks, pemain
kunci, dan kerumunan. Itu
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eot 156 e-ISSN 2407-392X. p-ISSN 2541-0857
E-Jurnal Pariwisata Vol.10. No.2. (2023): 153-162

Data yang digunakan adalah jawaban kuisioner dari manajemen terdiri dari para manajer dan
para pemangku kepentingan yang mempunyai peran membawahi beberapa divisi.
dalam pengembangan ekowisata di Jatiluwih dengan
penilaian skala likerts 1-5. Hasil analisis akan Identifikasi Pemangku Kepentingan
membentuk matriks kepentingan dan kekuatan. Untuk mengetahui pemetaan dan klasifikasi
Matriks yang dihasilkan membentuk empat kuadran keterlibatan pemangku kepentingan dalam
yang membagi kategori masing-masing pemangku pengembangan ekowisata di kawasan Jatiluwih akan
kepentingan (Hudiyono & Fedora, 2019). Matriks yang dilakukan dengan cara identifikasi. Identifikasi
dihasilkan dikenal sebagai jaringan kepentingan pemangku kepentingan yang dilakukan peneliti adalah
kekuasaan (power-interest grid). dengan melakukan observasi terhadap objek
penelitian serta dengan melakukan wawancara
HASIL DAN DISKUSI kepada pihak-pihak yang dianggap oleh peneliti
mempunyai pengetahuan tinggi tentang kawasan
Desa Wisata Jatiluwih wisata tersebut. Identifikasi pemangku kepentingan
Jatiluwih merupakan salah satu kawasan diperoleh dari observasi peneliti di lokasi penelitian
ekowisata yang menyajikan keindahan alam dan didukung dengan pernyataan pengelola terdapat
berupa terasering atau persawahan, keindahan 15 pemangku kepentingan yang mempunyai
air terjun, dan hutan bambu. Jatiluwih kontribusi dalam pengelolaan kawasan Jatiluwih.
merupakan sebuah desa yang terletak di Pemangku kepentingan berasal dari pemerintah,
Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali, masyarakat lokal, kelompok tani, akademisi, media,
tepatnya di Banjar Soka. Pada tahun 1998, dan pihak swasta. Keberhasilan kerjasama suatu
kawasan Jatiluwih hanyalah sebuah kawasan kawasan wisata dalam membentuk kebijakan,
persawahan milik warga yang komunitasnya menyatukan visi dan misi, serta bersama-sama
disebut subak. Awalnya pemerintah Desa mengembangkan suatu kawasan wisata dipengaruhi
Jatiluwih melihat potensi keindahan persawahan oleh tingkat kepentingan dan pengaruh yang
untuk dijadikan objek wisata. Pada awal tahun diberikan oleh masing-masing pemangku kepentingan
2000, kawasan Jatiluwih dijadikan salah satu (Sulastri, 2017). Suatu kawasan wisata mempunyai
tempat wisata di Kabupaten Tabanan. Kawasan pemangku kepentingan dalam penyelenggaraannya
Jatiluwih terletak di desa Jatiluwih kecamatan yang mempunyai hubungan untuk merumuskan
Penebel sekitar 35 km dari kabupaten Tabanan. kebijakan dan prosedur operasional pengembangan
Kawasan Jatiluwih merupakan salah satu teras kawasan wisata. Stakeholder ini digolongkan menjadi
terbaik diantara 9 (sembilan) teras yang ada di 5 kelompok (Yahya & Indonesia, 2015), yaitu :
Indonesia. Jatiluwih menjadi salah satu kawasan
bertingkat yang mendapat penghargaan dari 1. Akademisi
UNESCO yaitu warisan budaya takbenda. 2. Dunia Usaha (Sektor Swasta)
3. Komunitas
Kawasan objek wisata Jatiluwih 4. Pemerintah
dibangun atas kerjasama pemerintah desa 5.Media
Jatiluwih dan pemerintah daerah Tabanan.
Secara administratif, status pengelolaan
kawasan Jatiluwih berada di bawah
Pemerintah Kabupaten Tabanan.
Berdasarkan keputusan Bupati Tabanan
Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Kawasan Pariwisata Daerah, maka
dibentuklah pengelolaan kawasan Jatiluwih.
Terbentuknya kepengurusan di kawasan
Jatiluwih disebabkan adanya pemisahan
pengelolaan desa wisata dengan kawasan
perbekel (desa) Jatiluwih. Operasional
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eot 157 e-ISSN 2407-392X. p-ISSN 2541-0857
E-Jurnal Pariwisata Vol.10. No.2. (2023): 153-162

Tabel 1.Identifikasi Pemangku Kepentingan di Hasil pernyataan yang diberikan


Desa Wisata Jatiluwih kepada wisatawan sehingga tingkat minat
diperoleh dari penjumlahan X1-X5 dan dibagi
Pemangku kepentingan Pemangku kepentingan 1-5 sehingga diperoleh rata-rata tingkat minat
Klasifikasi masing-masing pemangku kepentingan.
1. Kementerian Pariwisata dan Demikian pula hasil tingkat daya
Ekonomi Kreatif pengoperasian data primer sama dengan
2. Dinas Pariwisata Bali tingkat kepentingan yaitu P1-P5. Data pada
3. Pemerintah Kabupaten tabel di bawah ini menunjukkan tinggi
Memerintah-
Tabanan rendahnya kekuasaan dan kepentingan antar
ment
4. Pemerintah Desa pemangku kepentingan di kawasan Jatiluwih.
Jatiluwih
5. Komunitas Jatiluwih Meja 2.Nilai hasil kepentingan Stake-
Pusat kesehatan
pemegang
6. Pengurus DTW
Jatiluwih
Minat
Menegaskan-
7. Subak Jatiluwih Mempertaruhkan-
usia
pemegang
Masyarakat 8. Pemangku Adat S X1 X2 X3 X4 X5 X
9. Agen Perjalanan 1 55444 4,38
10. Pelancong
2 44445 4,33
3 55544 4,57
11. Umum 4 55445 4,64
Bisnis 12. Akomodasi 5 33444 3,68
(Pribadi
6 55545 4,7
Sektor) 13. Restoran/Rumah Makan
7 55445 4,67
14. Akademik (Universitas
Akademisi 8 44444 3,94
& Peneliti)
9 44445 4,3
15. Media Nasional & Media
Media 10 54444 4,3
Lokal
11 55434 4,36
Sumber : Data Primer yang diolah dengan cara Re-
12 45444 4,1
pencari (2023) 13 44344 3,9
14 33334 3,27
Tingkat Kekuasaan-Kepentingan Pemangku Kepentingan
15 53333 3,3
Meninjau identifikasi pemangku Sumber : Data Primer yang diolah dengan cara Re-
kepentingan, langkah selanjutnya adalah pencari (2023)
memetakan tingkat kekuasaan dan kepentingan
pemangku kepentingan dengan membuat matriks. Dari tabel diatas terlihat bahwa
Pembuatan matriks ini dengan memberikan pemangku kepentingan yang mempunyai skor
pernyataan kepada informan dan dinyatakan kepentingan terbesar adalah Pengelola Daya
dalam skala kuantitatif (skor). Penilaian yang Tarik Wisata dengan nilai 4,7 dan Subak Jatiluwih
diberikan kepada informan yang mencakup skor dengan nilai 4,67. Hasil penilaian karena pihak
kekuatan dan minat sebanyak lima pernyataan pengelola bertanggung jawab terhadap
yang digunakan pada setiap kategori. Pada kawasan wisata Jatiluwih dan mengatur seluruh
kategori Minat terdapat (1) Keterlibatan, (2) operasional yang ada di Jatiluwih. Sedangkan
Ketergantungan, (3) Peran dan Tugas, (4) Manfaat, Subak Jatiluwih merupakan kelompok tani yang
(5) Minat. Serta pada kategori kekuasaan terdapat bertanggung jawab terhadap kelestarian
(1) Kemampuan bernegosiasi atau mempengaruhi, kawasan terasering yang merupakan salah satu
(2) Posisi dan peran, (3) Dukungan SDM, (4) daya tarik wisata di kawasan Jatiluwih. Tabel di
Kemampuan pendanaan dan pengelolaan, (5) atas juga menunjukkan pemangku kepentingan
Hubungan interaktif dengan pemangku dengan skor minat terendah
kepentingan lainnya (Nurkhalis et al., 2018).
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eot 158 e-ISSN 2407-392X. p-ISSN 2541-0857
E-Jurnal Pariwisata Vol.10. No.2. (2023): 153-162

dalam pengelolaan ekowisata kawasan Klasifikasi Pemangku Kepentingan


Jatiluwih adalah akademisi dengan nilai 3,27. Klasifikasi pemangku kepentingan
Skor yang diperoleh para akademisi merupakan pemetaan posisi masing-masing
menunjukkan bahwa kepentingan pihak-pihak pemangku kepentingan sesuai dengan pembuatan
tersebut cenderung kecil, yaitu hanya tertarik matriks power-interest grid. Pemetaan pemangku
pada tujuan penelitian dan kajian. kepentingan pada matriks ini dengan cara
mentabulasikan kategori kekuasaan pada sumbu X
Tabel 3.Nilai hasil kekuatan Pasak- matriks, dan kategori kepentingan pada sumbu Y
pemegang matriks. Hasil tingkat kekuasaan dan kepentingan
Mempertaruhkan Kekuatan Rata-rata yang telah diperoleh sebelumnya akan dimasukkan
pemegang P1 P2 P3 P4 P5 P ke dalam perhitungan matriks dan diperoleh
1 44444 4,08 kuadran masing-masing pemangku kepentingan
2 54444 4,26 yang setara dengan tingkat kepentingan dan
3 44545 4,33 kekuasaan terhadap kontribusi di kawasan
4 54544 4,52 Jatiluwih.
5 34224 3,04 Mengacu pada hasil tabel di atas, maka
6 55454 4,57 hasil pemetaan pemangku kepentingan pada
7 55525 4,34
matriks jaringan kepentingan listrik adalah sebagai
8 44335 3,92
berikut.
9 33335 3,48
10 33334 3,22
11 33323 2,95
12 44425 3,78
13 44524 3,87
14 33223 2,65
15 33223 2,55
Sumber : Data Primer yang diolah dengan cara Re-
pencari (2023)

Tabel diatas juga menyajikan tingkat skor


kekuatan yang diberikan oleh masing-masing
pemangku kepentingan yang dinilai oleh
informan yang memperoleh hasil tertinggi yaitu
Gambar 2. Grid matriks Power-Interest
Pengelola Daya Tarik Wisata Jatiluwih dengan
Sumber : Hasil Output SPSS Ver. 25
skor 4,57 dan Pemerintah Desa Jatiluwih dengan
skor 4,54. Hal ini menunjukkan bahwa kedua
Diolah oleh Peneliti (2023)
pemangku kepentingan ini memberikan
Berdasarkan gambar matriks di atas,
kekuatan yang sangat tinggi dalam memberikan
klasifikasi pemangku kepentingan adalah sebagai
kontribusi terhadap pengembangan dan
berikut. 1. Subyek (Kuadran I)
pengelolaan kawasan Jatiluwih menjadi salah
Pada gambar di atas, pemangku kepentingan
satu kawasan wisata yang lebih berkembang
yang mempunyai ketertarikan tinggi terhadap
dan mampu bersaing dengan kompetitor.
kawasan Jatiluwih namun memberikan kekuatan yang
Sedangkan skor daya terkecilnya adalah media
cenderung rendah adalah Travel Agent, Wisatawan,
dengan skor 2,55. Sebab, kekuatan langsung
dan Komunitas. Masyarakat lokal cenderung memiliki
media relatif kecil karena hanya melakukan
daya yang rendah karena belum memaksimalkan
promosi dan tidak berkontribusi lebih. Media
pemberdayaan sumber daya manusia yang
tidak mengikuti proses pengelolaan,
berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata.
pelaksanaan, pendanaan, dan pengembangan
Namun dengan dukungan dan bimbingan para pelaku
kawasan ekowisata Jatiluwih.
utama, diharapkan dapat meningkatkan kreativitas
masyarakat setempat
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eot 159 e-ISSN 2407-392X. p-ISSN 2541-0857
E-Jurnal Pariwisata Vol.10. No.2. (2023): 153-162

masyarakat agar dapat berkontribusi Pemangku kepentingan pada kuadran ini


lebih dalam pengembangan ekowisata di mempunyai kekuasaan dan kepentingan yang kecil
Jatiluwih. terhadap pengelolaan kawasan wisata. Stakeholder
yang masuk dalam kategori ini adalah Puskesmas
2. Pemain Kunci (Kuadran II) Jatiluwih, media, dan akademisi. Meski kontribusi
Pemain kunci adalah kelompok pemangku para pemangku kepentingan tersebut cenderung
kepentingan yang mempunyai kekuasaan dan rendah, namun keberadaan mereka sangat
kepentingan tinggi terhadap pengelolaan kawasan dibutuhkan sebagai pengkaji suatu kawasan
wisata. Pada kuadran di atas, pemain kunci di wisata. Sebab, masyarakat turut berkontribusi
kawasan Jatiluwih adalah Kementerian Pariwisata dalam pengelolaan kawasan wisata meski tidak ikut
dan Ekonomi Kreatif, Dinas Pariwisata Bali, serta secara langsung.
Pemerintah Kabupaten Tabanan, Pemerintah Desa
Jatiluwih, Pengurus DTW Jatiluwih, dan Subak KESIMPULAN
Jatiluwih. Pemangku kepentingan pada kuadran ini
mempunyai kendali terhadap pengelolaan dan Berdasarkan hasil penelitian dan
pengembangan kawasan wisata. Keberadaan para observasi lapangan yang dilakukan peneliti,
pemangku kepentingan tersebut sangat ditemukan terdapat 15 pemangku
berpengaruh dalam mencapai tujuan suatu kepentingan yang mempunyai keterikatan
kawasan wisata dan membantu meningkatkan dalam pengelolaan kawasan Jatiluwih yang
taraf hidup masyarakat setempat. terdiri dari pemerintah, masyarakat,
akademisi, media, dan swasta. Meninjau
3. Context Setter (Kuadran III) Context setter pembagian posisi pemangku kepentingan
merupakan pengklasifikasian pemangku berdasarkan pembuatan matriks pemangku
kepentingan yang mempunyai tingkat kepentingan jaringan kepentingan listrik yang
kekuasaan yang besar namun tingkat mengacu pada tingkat kekuatan dan
kepentingannya cenderung kecil. Pemetaan kepentingan, diperoleh bahwa pemangku
pada konteks setter diperoleh hasil, yaitu kepentingan dengan skor kepentingan
pemangku kepentingan adat, penyedia terbesar adalah Pengelolaan Daya Tarik
akomodasi, dan restoran. Pemangku adat di Wisata dengan nilai 4,7 dan Subak Jatiluwih
kawasan Jatiluwih mempunyai kekuasaan yang dengan nilai 4,67 sedangkan pemangku
tinggi dalam pertimbangan kebijakan di kepentingan yang paling rendah nilainya
dalamnya, karena setiap acara dan kegiatan adalah akademisi dengan nilai 3,27. Untuk
yang akan diselenggarakan harus mendapatkan aspek kekuatan atau power diperoleh skor
persetujuan dan izin dari pemangku adat di desa tertinggi yaitu Pengelolaan Daya Tarik Wisata
Jatiluwih dan Gunung Sari. Namun minat Jatiluwih dengan skor 4,57 dan Pemerintah
pemangku adat terhadap pengelolaan kawasan Desa Jatiluwih dengan skor 4,54 sedangkan
wisata cenderung kecil. Untuk akomodasi dan skor kekuatan terkecil adalah media dengan
restoran, dilihat dari keberadaannya di kawasan skor 2,55.
Jatiluwih mempunyai kekuasaan yang tinggi Meninjau hasil pemetaan pemangku
terhadap pengelolaan kawasan ini. Hal ini kepentingan ke dalam 4 elemen pembagian
mengacu pada meningkatnya tingkat penjualan matriks pemangku kepentingan diperoleh
akomodasi dan restoran, juga akan terjadi hasil. Subyek terdiri dari 3 kelompok, yaitu
peningkatan pembayaran pajak dan sewa lahan Travel Agent, Tourist, Local Community. Key
yang akan dibayarkan kepada pihak Player terdiri dari 6 kelompok yaitu
manajemen. Biaya tersebut akan digunakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
sebagai dana pengembangan kawasan Jatiluwih. Kreatif, Dinas Pariwisata, Pemerintah
Kabupaten Tabanan, Pemerintah Desa
4. Kerumunan (Kuadran IV) Jatiluwih, Pengelola Daya Tarik Wisata
Kuadran terakhir dalam klasifikasi Jatiluwih, dan Subak Jatiluwih. Context
pemangku kepentingan adalah crowd. Setter terdiri dari 3 kelompok, yaitu Adat
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eot 160 e-ISSN 2407-392X. p-ISSN 2541-0857
E-Jurnal Pariwisata Vol.10. No.2. (2023): 153-162

Stakeholder, Pihak Swasta yaitu REFERENSI


penyedia akomodasi dan restoran.
Massa terdiri dari 3 kelompok yaitu Ardiansyah, I. (2021). Analisis Kepentingan-
Puskesmas Jatiluwih, Akademisi, dan pemegang dalam Pengembangan
Media. Ekowisata di Taman Wisata Alam
Hasil dari pembagian atau pemetaan Gunung Pancar Kabupaten Bogor.
pemangku kepentingan diatas diharapkan dapat Eduturisma,6(1), 1–8.
memudahkan antar pemangku kepentingan
Arieska, PK, & Herdiani, N. (2018).
dalam menjalin kerjasama terkait strategi
Pemilihan teknik sampling
pengembangan dan penataan kawasan
berdasarkan perhitungan
ekowisata di Jatiluwih dan mengacu pada
efisiensi relatif.Jurnal Statistika
tanggung jawab dan kewajiban masing-masing
Universitas Muhammadiyah
pemangku kepentingan. Oleh karena itu,
Semarang, 6(2).
dengan strategi pengembangan yang memiliki
tujuan yang sama akan meningkatkan proses Herawati, N. (2015). Pengembangan Pari-
pengembangan ekowisata di kawasan Jatiluwih. wisata Berkelanjutan Berbasis
Subak Sebagai Bagian Warisan
PENGAKUAN Budaya Dunia UNESCO di Desa
Manesta Kabupaten Tabanan.
Pujian dan terima kasih saya panjatkan melompat,2(1), 79–103.
kepada Buddha Gautama, Guru Agung yang Himawan, H. (2015). E-pariwisata: Antara
telah memberikan saya berkah, kesehatan, konsep dan implementasi dalam
materi, dan orang-orang baik yang mengelilingi mendukung industri pariwisata
saya selama penelitian ini. Tanpa berkat-berkat Indonesia.Seminar Nasional
tersebut saya tidak akan dapat menyelesaikan Informatika (SEMNASIF),1(5).
makalah ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan penelitian dan makalah ini, Kristiana, Y. (2019).Buku Ajar Studi
Ekowisata. Publikasikan lebih dalam.
saya mendapat dukungan yang besar dari keluarga saya
baik secara materi maupun non materi. Saya juga Nurkhalis, N., Arief, H., & Sunarminto, T.
mengucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas (2018). Analisis Pemangku
Pariwisata Tabanan yang telah meluangkan waktunya Kepentingan Dalam Pengembangan
memberikan informasi untuk melengkapi data saya. Ekowisata di Hutan Adat Ammatoa
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Kajang Sulawesi Selatan.Jurnal
Bapak Imam Ardiansyah, S.ST.Par,. MMPar selaku Pariwisata, 5(2), 107–119.
pembimbing dalam menyelesaikan penelitian ini. Tak lupa https://doi.org/10.31311/par.v5i2.
kami ucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat dan 3811
orang-orang terdekat yang telah mendukung dan
Rahim, F. (2012). Pedoman Pokdarwis.Ya-
memberikan doanya demi kelancaran penelitian ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya saya
karta: Direktur Jenderal
ucapkan kepada Pengelola Objek Wisata
Pengembangan Destinasi
Jatiluwih, Masyarakat Desa Jatiluwih, Kepala
Pariwisata Kementrian Pariwisata
Desa Jatiluwih, Bapak Bupati Tabanan, dan
Dan Ekonomi Kreatif.
masih banyak lagi pihak-pihak yang telah Reed, MS, Graves, A., Dandy, N.,
membantu terselesaikannya penelitian ini. Anumerta, H., Hubacek, K., Morris, J.,
Penelitian ini tidak akan sempurna Prell, C., Quinn, CH, & Stringer, LC
apabila tidak ada intervensi dan bantuan dari (2009). Siapa yang ikut dan mengapa?
pihak-pihak tersebut. Penulis menyadari Tipologi metode analisis pemangku
kekurangan dalam penelitian ini. Kritik dan kepentingan untuk pengelolaan
saran penulis harapkan dapat menjadi sumber daya alam.Jurnal dari
masukan bagi penelitian selanjutnya.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eot 161 e-ISSN 2407-392X. p-ISSN 2541-0857
E-Jurnal Pariwisata Vol.10. No.2. (2023): 153-162

Lingkungan Pengelolaan,
90(5), 1933–1949.
https://doi.org/10.1016/
j.jenvman.2009.01.001
Sugiyono, PD (2018).Metodologi
kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sulastri. (2017).Peran Pemangku Kepentingan Dalam
Pengelolaan Objek Wisata Kebun
Raya Massenrempulu Enrekang.
Tisnawati, E., Natalia, DAR, Ratrin-
ingsih, D., Putro, AR, Wirasmoyo,
W., & Brotoatmodjo, HP (2019).
Strategi Pengembangan Eko-
Wisata Berbasis Masyarakat di
Kampung Wisata Rejowinangun.
Inersia: Jurnal Teknik Sipil Dan
Arsitektur,15(1), 1–11.

Widodo, ML, Soekmadi, R., & Arifin, H.


S.(2018). Analisis Stakeholder
Dalam Pengembangan Ekowisata
Di Taman Nasional Betung
Kerihun Kabupaten Kapuas Hulu.
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya
Alam Dan Lingkungan (Jurnal
Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan),8(1), 55–61.
https://doi.org/10.29244/jpsl.8.1.5
5-61
Yahya, A., & Indonesia, MPR (2015).
Pariwisata cerdas.Konferensi
Nasional Inovasi TIK Untuk
Indonesia Cerdas.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eot 162 e-ISSN 2407-392X. p-ISSN 2541-0857

Anda mungkin juga menyukai