com
DOI: https://doi.org/10.24922/eot.v10i2.102356
Pariwisata merupakan salah satu industri di mengembangkan kegiatan pariwisata dapat dilakukan
Indonesia yang mempunyai peluang dan potensi dengan berbagai cara. Sebab Indonesia kaya akan
untuk berkembang karena keindahan dan kekayaan alam dan budaya mulai dari keindahan alam,
alamnya (Himawan, 2015). Pariwisata sendiri dapat keanekaragaman budaya, makanan, hingga sejarah.
menjadi salah satu sektor yang membantu Sehingga di Indonesia banyak bermunculan
pariwisata. Salah satu kegiatan pariwisata yang Dapat disimpulkan bahwa pemangku kepentingan adalah
kini menjadi perhatian masyarakat adalah sekelompok orang atau individu yang mempunyai
kegiatan Ekowisata. Kawasan ekowisata sudah kepentingan dalam mengembangkan suatu tujuan.
mulai merambah ke seluruh Indonesia. Berdasarkan observasi yang dilakukan
Ekowisata merupakan suatu bentuk perjalanan peneliti kepada salah satu narasumber yang
yang bertanggung jawab ke tempat-tempat terlibat dalam pengelolaan kawasan Jatiluwih
alami dan berkontribusi terhadap pelestarian yaitu Ibu Ayu Wulandari mengungkapkan bahwa
alam dan peningkatan kehidupan masyarakat terdapat permasalahan mendasar yang ada di
lokal. Ekowisata merupakan suatu konsep kawasan Jatiluwih. Ia mengungkapkan, ada
kegiatan wisata berbasis alam yang sekaligus permasalahan besar yang ada dalam
memberikan kontribusi terhadap pemeliharaan pengelolaan kawasan wisata Jatiluwih. Misalnya
dan pelestarian lingkungan hidup agar pengembangan objek wisata air terjun Yeh Hoo
lingkungan tetap terjaga dan asri. Salah satu di kawasan wisata yang belum mendapat
kawasan wisata yang memiliki banyak desa dukungan dari pemerintah terkait aksesibilitas.
wisata yang menyajikan daya tarik wisata Pengembangan kawasan ekowisata yang
berupa keindahan alam dan budaya adalah Bali. dilakukan pengelola di kawasan tersebut masih
Salah satu kawasan desa wisata di Bali yang juga mengalami permasalahan pada pengelolaan
masuk dalam ekowisata adalah Jatiluwih. sampah, penyediaan air bersih, dan
Jatiluwih merupakan kawasan desa wisata pemeliharaan kawasan hutan bambu yang
yang terkenal dengan sawah berundak yang dijadikan kawasan konservasi satwa liar.
tersusun rapi secara bertingkat atau sering juga Para pemangku kepentingan mempunyai
disebut terasering. Desa wisata ini mempunyai kepentingan dan peran yang berbeda-beda dalam
banyak potensi karena sangat menarik wisatawan suatu kawasan ekowisata. Oleh karena itu, perlu
dengan kondisi alam yang indah dan sejuk karena dipahami peran masing-masing pemangku
terletak di dataran tinggi. Kawasan ini kepentingan agar pengembangan kawasan ekowisata
dimanfaatkan masyarakat sebagai salah satu mata dapat dilakukan secara sistematis dan dapat mencapai
pencahariannya dengan menanam padi. Padi yang tujuan. Sehingga diperlukan solusi yaitu menganalisis
mereka tanam mempunyai kualitas yang sangat peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan
baik sehingga salah satu hasil beras merah menjadi agar dapat diidentifikasi, memaksimalkan tingkat
salah satu alasan mengapa Jatiluwih mendapat kinerja, serta terciptanya koordinasi dan kerjasama
penghargaan Situs Warisan Dunia UNESCO pada yang baik antar pemangku kepentingan. Kawasan
tahun 2012 sebagai budaya takbenda (Herawati, Jatiluwih memiliki pemangku kepentingan dengan
2015). Jatiluwih juga menjadi satu-satunya desa peran dan kepentingan berbeda-beda termasuk dalam
wisata yang mendapat penghargaan dari UNESCO. pengembangan kawasan ekowisata. Stakeholder yang
Keberadaan kawasan desa wisata harus mempunyai kepentingan dan peran berbeda-beda
didukung dengan pengembangan yang optimal agar mendukung berjalannya suatu kawasan wisata.
mampu menarik wisatawan. Hal ini harus melibatkan Sehingga suatu kawasan wisata yang ditata dalam
kolaborasi yang baik antar pemangku kepentingan aspek pengembangannya akan memperoleh hasil
agar pemasaran kawasan wisata tersebut bisa yang baik.
maksimal. Kawasan ekowisata yang dikembangkan Ketika seorang wisatawan memutuskan untuk
hendaknya memiliki pemangku kepentingan yang melakukan perjalanan wisata, maka mereka akan mencari
telah mengidentifikasi peran dan kontribusinya dalam tahu tentang daerah-daerah yang dapat memenuhi
pengembangan kawasan ekowisata. Dalam keinginannya dan mencari hal-hal baru. Faktor-faktor yang
mengembangkan kawasan ekowisata tentu diperlukan mempengaruhi suatu perjalanan wisata dapat menjadi fokus
partisipasi dan sinergi antar pemangku kepentingan. utama dalam pengembangan atraksi ekowisata. Sehingga
Menurut (Sulastri, 2017) pemangku kepentingan dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan daya tarik
adalah semua pihak baik secara individu maupun wisata. Ekowisata yang telah dikembangkan dengan baik
kelompok yang dapat memberikan kekuasaan dan dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Tujuan
atau mempengaruhi pengambilan keputusan untuk dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
mencapai suatu tujuan. Dia peran dan kepentingannya
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eot 154 e-ISSN 2407-392X. p-ISSN 2541-0857
E-Jurnal Pariwisata Vol.10. No.2. (2023): 153-162
pemangku kepentingan yang terlibat dalam Stakeholder adalah sekelompok orang atau
pengelolaan Jatiluwih, dan menentukan perseorangan yang mempunyai kepentingan terhadap
pembagian pemangku kepentingan suatu tempat seperti tempat wisata dan memberikan
berdasarkan 4 unsur pemangku kepentingan. perannya masing-masing agar kegiatan
Oleh karena itu penulis ingin mengangkat topik pengembangan kawasan ekowisata dapat berjalan
dengan pembahasan “Analisis Peran dengan baik dan sesuai dengan tujuan. Pembangunan
Stakeholder Dalam Pengembangan Ekowisata di pariwisata tidak terlepas dari intervensi pemangku
Kawasan Desa Wisata Jatiluwih Bali”. kepentingan. Menurut (Rahim, 2012), pengembangan
suatu destinasi pariwisata pada hakikatnya akan
TINJAUAN LITERATUR melibatkan lima pemangku kepentingan yang saling
terkait, yaitu pemerintah, swasta, media, akademisi,
dan masyarakat lokal. Setiap pemangku kepentingan
Ekowisata
mempunyai masukan dan peran yang berbeda-beda
Ekowisata merupakan salah satu kegiatan
dalam proses pengembangan destinasi. Oleh karena
wisata yang berbasis alam dan menjadikan suatu
itu, diperlukan pemahaman yang baik mengenai
kawasan ruang terbuka untuk kegiatan berwisata
perbedaan peran tersebut agar pengembangan
dengan tetap memperhatikan kelestarian alam dan
ekowisata dapat terlaksana dan terwujud.
lingkungan. Ekowisata merupakan suatu bentuk
kegiatan wisata yang bertanggung jawab terhadap
alam dan berkontribusi dalam melestarikan alam
Klasifikasi Pemangku Kepentingan
serta meningkatkan kesejahteraan penduduk
Pengelolaan kawasan ekowisata memerlukan
setempat (Kristiana, 2019). Menurut (Tisnawati et
pemangku kepentingan yang memberikan kekuasaan
al., 2019), ekowisata adalah jenis wisata yang
dan kepentingan yang beragam sehingga terdapat
menitikberatkan pada sumber daya alam dan
perbedaan terkait kepentingan, kapasitas dan
mengelolanya semaksimal mungkin untuk
kewenangan (Ardiansyah, 2021).
meminimalkan kerusakan lingkungan.
Menurut (Reed et al., 2009), menganalisis peran
Perlindungan terhadap alam menjadi fokus penting
pemangku kepentingan diawali dengan menggambarkan
dalam pengembangan kawasan ekowisata,
pemangku kepentingan dalam matriks dua-dua yang terbagi
sehingga dapat disimpulkan bahwa ekowisata
menjadi kepentingan atau kepentingan terhadap suatu
merupakan jenis wisata yang memanfaatkan alam
masalah dan kekuasaan (power) pemangku kepentingan
dan sumber daya sebagai nilai jualnya, namun
dalam menangani masalah tersebut. Kepentingan merupakan
tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup dan
seberapa besar daya tarik pemangku kepentingan dalam
mengusung konsep pembangunan berkelanjutan.
pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata, sedangkan
Dalam keputusan Menteri Dalam
kekuasaan adalah kekuasaan yang dimiliki oleh pemangku
Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang
kepentingan dalam mengambil kebijakan atau mempengaruhi
pengembangan ekowisata, terdapat 4
pengambilan keputusan. Dari pengelompokan pemangku
jenis ekowisata, yaitu ekowisata bahari,
kepentingan berdasarkan tingkat kekuasaan dan
ekowisata hutan, ekowisata pegunungan,
kepentingannya, ditemukan 4 jenis pemangku kepentingan,
ekowisata karst. Kawasan desa wisata
yaitu Subjek, Pemain Kunci, Kelompok, dan Penentu Konteks.
Jatiluwih termasuk dalam wisata
pegunungan karena desa ini dekat
dengan bukit Puun di Tabanan.
Matriks di atas menggambarkan kuadran jenis penelitian ini agar dapat mendeskripsikan dan
sumbu (X) yang mewakili kepentingan pemangku yang terlibat dalam pengembangan ekowisata di desa
kepentingan dan sumbu (Y) yang mewakili kekuasaan wisata Jatiluwih Bali.
yang diberikan pemangku kepentingan terhadap Pengumpulan data dalam penelitian ini
kawasan wisata. Pengelolaan data kuesioner akan adalah dengan melakukan observasi,
menentukan di mana poin dan posisi pemangku wawancara, dokumentasi, dan angket.
kepentingan yang terlibat dinilai dari tingkat Sehingga sumber data yang diperoleh
kekuasaan dan kepentingannya. Kuadran I (Subjek) meliputi sumber primer dan sekunder. Dalam
menggambarkan bahwa pemangku kepentingan yang pengisian kuesioner, peneliti menggunakan
terlibat mempunyai kepentingan yang tinggi, namun metode simple random sampling dimana
kekuasaan yang diberikan kecil. Kuadran II (Key Player) setiap unsur mempunyai kesempatan untuk
menggambarkan bahwa pemangku kepentingan yang berpartisipasi dalam pengisian kuesioner
terlibat mempunyai kekuasaan dan kepentingan yang yang akan dibagikan oleh peneliti (Arieska &
tinggi Kuadran III (Crowd) menggambarkan kekuasaan Herdiani, 2018). Dalam penyebaran kuisioner
dan kepentingan cenderung rendah, dan kuadran IV penelitian ini, peneliti menggunakan 45
(Context Setter) menggambarkan kekuasaan yang responden dari 15 unsur pemangku
diberikan pemangku kepentingan tinggi tetapi kepentingan yang mana peneliti memilih 3
kepentingan cenderung ke bawah. Pengelompokan orang per unsur yang dinilai peneliti memiliki
pemangku kepentingan berdasarkan kuadran tingkat ketertarikan yang tinggi terhadap
berfungsi untuk memetakan dan menilai hubungan pengelolaan kawasan ekowisata Jatiluwih.
antar pemangku kepentingan dan dimana posisi Peserta akan diminta menilai tingkat
Dalam penelitian ini yang menjadi objek aturan dan kebijakan, peran dan partisipasi,
penelitian adalah Kawasan Desa Wisata Jatiluwih kemampuan berinteraksi dan mempengaruhi,
dan subjek penelitiannya adalah para pemangku kewenangan dalam pengelolaan, dan kapasitas
kepentingan terhadap Jatiluwih. Jenis penelitian Dalam penelitian ini metode statistik yang
ini termasuk dalam penelitian deskriptif dengan digunakan adalah menganalisis matriks aktor-lingkage
pendekatan kuantitatif dan kuantitatif. Menurut pemangku kepentingan dengan membuat kuadran
(Sugiyono, 2018), penelitian kualitatif adalah kekuasaan dan kepentingan. Matriks keterkaitan aktor
penelitian yang bertujuan untuk memahami akan menyajikan empat kuadran dengan klasifikasi
fenomena yang dialami subjek dan berbeda meliputi subjek, penentu konteks, pemain
kunci, dan kerumunan. Itu
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eot 156 e-ISSN 2407-392X. p-ISSN 2541-0857
E-Jurnal Pariwisata Vol.10. No.2. (2023): 153-162
Data yang digunakan adalah jawaban kuisioner dari manajemen terdiri dari para manajer dan
para pemangku kepentingan yang mempunyai peran membawahi beberapa divisi.
dalam pengembangan ekowisata di Jatiluwih dengan
penilaian skala likerts 1-5. Hasil analisis akan Identifikasi Pemangku Kepentingan
membentuk matriks kepentingan dan kekuatan. Untuk mengetahui pemetaan dan klasifikasi
Matriks yang dihasilkan membentuk empat kuadran keterlibatan pemangku kepentingan dalam
yang membagi kategori masing-masing pemangku pengembangan ekowisata di kawasan Jatiluwih akan
kepentingan (Hudiyono & Fedora, 2019). Matriks yang dilakukan dengan cara identifikasi. Identifikasi
dihasilkan dikenal sebagai jaringan kepentingan pemangku kepentingan yang dilakukan peneliti adalah
kekuasaan (power-interest grid). dengan melakukan observasi terhadap objek
penelitian serta dengan melakukan wawancara
HASIL DAN DISKUSI kepada pihak-pihak yang dianggap oleh peneliti
mempunyai pengetahuan tinggi tentang kawasan
Desa Wisata Jatiluwih wisata tersebut. Identifikasi pemangku kepentingan
Jatiluwih merupakan salah satu kawasan diperoleh dari observasi peneliti di lokasi penelitian
ekowisata yang menyajikan keindahan alam dan didukung dengan pernyataan pengelola terdapat
berupa terasering atau persawahan, keindahan 15 pemangku kepentingan yang mempunyai
air terjun, dan hutan bambu. Jatiluwih kontribusi dalam pengelolaan kawasan Jatiluwih.
merupakan sebuah desa yang terletak di Pemangku kepentingan berasal dari pemerintah,
Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali, masyarakat lokal, kelompok tani, akademisi, media,
tepatnya di Banjar Soka. Pada tahun 1998, dan pihak swasta. Keberhasilan kerjasama suatu
kawasan Jatiluwih hanyalah sebuah kawasan kawasan wisata dalam membentuk kebijakan,
persawahan milik warga yang komunitasnya menyatukan visi dan misi, serta bersama-sama
disebut subak. Awalnya pemerintah Desa mengembangkan suatu kawasan wisata dipengaruhi
Jatiluwih melihat potensi keindahan persawahan oleh tingkat kepentingan dan pengaruh yang
untuk dijadikan objek wisata. Pada awal tahun diberikan oleh masing-masing pemangku kepentingan
2000, kawasan Jatiluwih dijadikan salah satu (Sulastri, 2017). Suatu kawasan wisata mempunyai
tempat wisata di Kabupaten Tabanan. Kawasan pemangku kepentingan dalam penyelenggaraannya
Jatiluwih terletak di desa Jatiluwih kecamatan yang mempunyai hubungan untuk merumuskan
Penebel sekitar 35 km dari kabupaten Tabanan. kebijakan dan prosedur operasional pengembangan
Kawasan Jatiluwih merupakan salah satu teras kawasan wisata. Stakeholder ini digolongkan menjadi
terbaik diantara 9 (sembilan) teras yang ada di 5 kelompok (Yahya & Indonesia, 2015), yaitu :
Indonesia. Jatiluwih menjadi salah satu kawasan
bertingkat yang mendapat penghargaan dari 1. Akademisi
UNESCO yaitu warisan budaya takbenda. 2. Dunia Usaha (Sektor Swasta)
3. Komunitas
Kawasan objek wisata Jatiluwih 4. Pemerintah
dibangun atas kerjasama pemerintah desa 5.Media
Jatiluwih dan pemerintah daerah Tabanan.
Secara administratif, status pengelolaan
kawasan Jatiluwih berada di bawah
Pemerintah Kabupaten Tabanan.
Berdasarkan keputusan Bupati Tabanan
Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Kawasan Pariwisata Daerah, maka
dibentuklah pengelolaan kawasan Jatiluwih.
Terbentuknya kepengurusan di kawasan
Jatiluwih disebabkan adanya pemisahan
pengelolaan desa wisata dengan kawasan
perbekel (desa) Jatiluwih. Operasional
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eot 157 e-ISSN 2407-392X. p-ISSN 2541-0857
E-Jurnal Pariwisata Vol.10. No.2. (2023): 153-162
Lingkungan Pengelolaan,
90(5), 1933–1949.
https://doi.org/10.1016/
j.jenvman.2009.01.001
Sugiyono, PD (2018).Metodologi
kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sulastri. (2017).Peran Pemangku Kepentingan Dalam
Pengelolaan Objek Wisata Kebun
Raya Massenrempulu Enrekang.
Tisnawati, E., Natalia, DAR, Ratrin-
ingsih, D., Putro, AR, Wirasmoyo,
W., & Brotoatmodjo, HP (2019).
Strategi Pengembangan Eko-
Wisata Berbasis Masyarakat di
Kampung Wisata Rejowinangun.
Inersia: Jurnal Teknik Sipil Dan
Arsitektur,15(1), 1–11.