Anda di halaman 1dari 2

Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Makna dari kata ‘menuntun’ yaitu mendampingi dan mengantarkan murid mencapai
mimpinya. Pendidikan itu hanya bisa menuntun. Namun faedahnya bagi hidup tumbuhnya
anak sangat besar. Peran menuntun sesuai dengan sistem among yaitu menebalkan laku anak
dengan kekuatan konteks diri anak dan sosiokultural, sehingga selamat dan bahagia sebagai
manusia dan anggota masyarakat. Menuntun dapat dilakukan dengan tiga semboyan Ki Hajar
Dewantara yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
Murid harus merasakan pendidikan yang memerdekakan. Makna dari “merdeka” yaitu lahir
batinnya tidak terperintah, dapat menegakkan dirinya artinya dapat berdiri di atas kekuatan
sendiri, mengatur perikehidupannya dengan tertib, termasuk mengatur tertibnya perhubungan
dengan kemerdekaan orang lain. Pada dasarnya kodrat anak adalah bermain karena pikiran,
perasaan, kemauan, tenaga (Cipta-Karsa-Karya-Pekerti) sudah ada pada diri anak. Permainan
dapat menjadi bagian pembelajaran di sekolah. Bermain merupakan cara belajar yang
bermakna dan menyenangkan.
Sebagai pendidik kita harus melaksanakan pendidikan yang berpihak pada murid/
menghamba pada murid, yang artinya pendidikan berorientasi pada murid, sehingga murid
memiliki budi pekerti yang luhur. Budi pekerti merupakan perpaduan harmonis antara gerak,
pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat.
Menurut Ki Hajar Dewantara dengan mempelajari seni berfaedah untuk kecerdasan jiwa
anak-anak dapat menghaluskan serta memperdalam gerak-gerik jiwa, yang akhirnya
memperbaiki sifat budi pekerti anak. Anak bukan tabularasa (kertas kosong) yang bisa
digambar sesuai keinginan orang dewasa. Anak lahir dengan kekuatan kodrat yang masih
samar-samar. Guru dapat menuntun untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat
memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya. Anak diibaratkan sebagai benih
padi sedangkan guru dianalogikan sebagai petani. Petani dapat menuntun dan merawat
tumbuhnya padi, memperbaiki kondisi tanah, memberi pupuk dan air. Seperti itulah guru
dalam menuntun tumbuh kembang siswa dengan menyiapkan lingkungan belajar,
memberikan pengetahuan dan mengasah budi pekertinya.

Pendidikan yang Memerdekakan menurut pemikir-pemikir yang selaras dengan pemikiran


KHD

Metode Frobel mengutamakan permainan anak-anak, namun pada proses pembelajarannya


anak masih terperintah.
Metode Montessori, mementingkan pelajaran panca indera, anak diberi kemerdekaan yang
luas, permainan tidak dipentingkan. Perintah atau paksaan pendidik mungkin bertentangan
dengan tuntutan jiwa dan jasmani anak sehingga menghambat pertumbuhan. Anak-anak
jangan diberi pengajaran, tapi tuntunan. Guru adalah penuntun yang mengamati anak secara
individual.
Taman Siswa memakai kedua metode yaitu Metode Montessori dan Frobel dalam
menentukan pemahaman pendidikan yang memerdekakan anak. Metode bermain sambil
belajar benar-benar diterapkan di Taman Siswa. Sehingga pembelajaran yang bermakna dan
menyenangkan sangat terasa. Anak-anak bahagia dan mendapat pengetahuan baru. Taman
Siswa percaya bahwa segala tingkah laku dan kehidupan anak sudah diisi oleh Sang Maha
Among (Pemelihara) dengan segala alat-alat yang bersifat mendidik si anak.
Kaitan filosofi dan prinsip pendidikan yang memerdekakan dengan tujuan pendidikan untuk
membentuk profil Pelajar Pancasila

Filosofi dan prinsip pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak- anak, agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat selaras dengan tujuan pendidikan untuk
membentuk Profil Pelajar Pancasila. Dalam hal ini diharapkan murid mempunyai jiwa seperti
Profil Pelajar Pancasila, yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong-royong, kreatif, bernalar kritis, dan
mandiri.

Anda mungkin juga menyukai