Anda di halaman 1dari 4

Kelompok : IV (Empat)

Prodi : Ilmu Falak


Nama : Nur Qomariyah
Nim : C06219024
Materi : Strategi Penanganan Perkara Perdata
Jawaban :-

Kasus Sengketa Pers


Pada awal tahun 2019 majalah koran bulanan Surabaya telah melakukan
wawancara kepada Haji Ryan terkait dengan persoalan tata kelola kota Surabaya,
dalam wawancara tersebut Haji Ryan menyampaikan banyak hal terkait dengan
persoalan tata kelola kota Surabaya. Namun pada keesokan harinya, dalam berita
yang di rilis koran bulanan Surabaya, Haji Ryan telah melihat bahwa produk pers
tersebut juga menuliskan apa yang tidak dirinya sampaikan dalam wawancara,
sehingga menganggap bahwa produk pers tersebut telah di tambah-tambahi dan
tidak murni merupakan pandangan dari Haji Ryan. Upaya hukum apakah yang dapat
dilakukan oleh Haji Dwi Ryan dalam menghadapi persoalan ini ?

1
Nur Qomariyah
Jl. Melati, Gg. 1C No. 11
Surabaya 36743

Surabaya, 27 April 2019


Nomor : 58/DP/Sby/IV/2019
Lampiran :-
Perihal : Legal Opinion

Kepada Yth.
Ketua Dewan Pers Surabaya
di-Tempat

LEGAL OPINION
No. 58/DP/Sby/IV/2019

Duduk Pekara
Pada awal tahun 2019 majalah koran bulanan Surabaya telah melakukan
wawancara kepada Haji Ryan terkait dengan persoalan tata kelola kota Surabaya,
dalam wawancara tersebut Haji Ryan menyampaikan banyak hal terkait dengan
persoalan tata kelola kota Surabaya. Namun pada keesokan harinya, dalam berita
yang di rilis koran bulanan Surabaya, Haji Ryan telah melihat bahwa produk pers
tersebut juga menuliskan apa yang tidak dirinya sampaikan dalam wawancara,
sehingga menganggap bahwa produk pers tersebut telah di tambah-tambahi dan
tidak murni merupakan pandangan dari Haji Ryan. Atas duduk perkara tersebut, Haji
Ryan berencana melaporkan perkara tersebut ke Dewan Pers Surabaya.

Dasar Hukum
Terkait dengan duduk perkara di atas, kami mencatat sejumlah praturan dalam Pasal 10
Peraturan Dewan Pers Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 tentang Pengesahan Surat Keputusan
Dewan Pers Nomor: 03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik menyatakan bahwa
“Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan
tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau
pemirsa”.

Pendapat Hukum
Tindakan yang dilakukan oleh redaktur majalah koran bulanan Surabaya terhadap Haji Ryan
merupakan tindakan yang merupakan tindakan yang meugikan bagi Haji Ryan dengan

2
menambahkan berita yang tidak sesuai dengan apa yang ia ucapkan dalam proses wawancara.
Sebagaimana Pasal 10 Peraturan Dewan Pers Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 tentang
Pengesahan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor: 03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik
Jurnalistik seyogyanya pihak redaktur melakukan pencabutan atau meralat berita yang telah
diterbitkan tersebut dengan disertai permintaan maaf, baik untuk pembaca maupun
narasumber.

Sebagimana yang tercantum dalam Undang-Undang No.40 Th. 1999 tentang Pers
menyatakan bahwa setiap orang memiliki hak jawab dan hak kkoreksi. Yang dimaksud
dengan hak Jawab adalah "Hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberkan
tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama
baiknya”, pernyataan ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (11) UU No.40 Th. 1999. Sedangkan
dalam Pasal 1 ayat (12) UU No.40 Th. 1999 menjelaskan bahwa hak koreksi merukan “Hak
setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh
pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain”. Dengan ini Haji Ryan memiliki hak
untuk memberikan sanggahan bahwa yang diberitakan pada saat itu telah dibubuhi dengan
opini dari pihak redaktur majalah koran bulanan Surabaya.

Apa yang telah disebutkan dalam Pasal 1 ayat (11) UU No.40 Th. 1999 di atas
berkesinambungan dengan Pasal 5 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Pers wajib melayani
Hak Jawab”. Apabila hak jawab dan pengaduan ke Dewan Pers tidak juga di indahkan maka
dalam Pasal 18 ayat (2) UU No.40 Th.1999 mengatakan bahwa “Prusahaan pers yang
melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 13 dipidana dengan pidana
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)”.

Terlepas dari itu semua, kami ingin memberikan informasi dalam LO ini, bahwa tindakan
yang dilakukan oleh pihak redaktur majalah koran bulanan Surabaya telah merugikan Haji
Ryan selaku narasumber dalam konteks wawancara awal tahun 2019 lalu. Kami beranggapan
bahwa perbatan ini mengandung problematika hukum karena berpotensi melanggar Pasal 10
Peraturan Dewan Pers Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 tentang Pengesahan Surat Keputusan
Dewan Pers Nomor: 03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik.
Kesimpulan
Kami menyimpukan bahwa terdapat cukup alasan dan dasar huum untuk melaporkan
perbuatan yang dilakukan oleh pihak redaktur majalah koran bulanan Surabaya. Selain

3
terdapat dasar hukum dalam Pasal 10 Peraturan Dewan Pers Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008
tentang Pengesahan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor: 03/SK-DP/III/2006 tentang Kode
Etik Jurnalistik, juga terdapat peraturan yang terdapat dalam Pasal 5 ayat (2) UU No.40 Th.
1999 yang mewajibkan untuk mengabulkan hak jawab. Dan kiranya peraturan ini tidak di
indahkan, bahwasannya Pasal 18 ayat (2) UU No.40 Th.1999 telah menyebutkan sanksi
terhadap pelanggaran tersebut.

Namun, kami tidak menyarankan hal ini dilakukan. Kecuali pihak redaktur majalah koran
bulanan Surabaya juga siap dengan konsekuensi yang ada. Kami menyarankan agar pihak
redaktur majalah koran bulanan Surabaya melakukan tindakan persuasif berupa pencabutan,
perbaikan, atau revisian terhadap berita yang telah publis menegenai tata kelola kota
Surabaya yang tidak sebutkan oleh Haji Ryan dalm proses wawancara pada awal
Tahun 2019 lalu, sebelum menempuh jalur hukum sebagai tindakan ultimum
remedium.

Terima Kasih
Advokad,

Nur Qomariyah
Nip. 342561786

Anda mungkin juga menyukai