Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BIROKRASI

“BIROKRASI ALA PDIP”

DOSEN PENGAMPU : AFRINALDY RUSTAM, S.IP, M.Si

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 11

FACHRIZA SYAFIYAH (12170521633)

IMRO ATUN (12170520159)

TIA RAHMADANI (12170523860)

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TP.2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirah Allah SWT yang telah menganugerahkan
kepada kita, rahmat dan nikmatnya, yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan
kepada kita sehingga dengan itu semua kita dapat menjalankan segala aktifitas kita dalam
kehidupan sehari-hari.

Sholawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi besar
Muhammad SAW yang telah memperjuangkan Agama islam sehingga saat ini sampai kepada
kita semua seluruh umat muslim.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada bapak dosen atas segala
bimbingannya dan arahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok untuk
mata kuliah Birokrasi, dengan judul “Birokrasi ala PDIP”. Semoga amal ibadah bapak di
catat oleh Allah SWT sebagai amal jariyah yang pahalanya tiada terputus, amin.

Sebagai penulis tentunya masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
dengan harapan pembaca dapat memberi saran atau masukan agar lebih sempurna, semoga
makalah ini dapat memberikan bermanfaat bagi semua.

Pekanbaru, 07 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Sejarah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ................................................ 3

B. Visi dan Misi PDIP ......................................................................................................... 6

C. Keunggulan PDIP ........................................................................................................... 9

D. Kelemahan PDIP ............................................................................................................. 9

E. Implementasi Partai PDIP Dalam Birokrasi Politik...................................................... 10

F. Partisipasi PDIP Pada Pemilu di Indonesia .................................................................. 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 12

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12

B. Saran ............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

HASIL DOKUMENTASI KELOMPOK ............................................................................ 14

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam upaya mewujudkan cita-cita Nasional, PDI Perjuangan menganut


prinsip demokrasi yang menempatkan Kepemimpinan Pusat Partai sebagai sentral
gerakan suatu kepemimpinan yang dipimpin ideologi Pancasila 1 Juni 1945
kepemimpinan yang mengandung manajemen satu arah dan satu tujuan yaitu
masyarakat adil dan makmur, dan suatu kepemimpinan yang sesuai dengan
kepribadian bangsa yaitu gotong royong. Ketua Umum memiliki hak prerogatif untuk
menentukan demokrasi di dalam partai, yang membatasi dirinya sendiri dengan batas
berupa kepentingan rakyat yang sesuai dengan amanat Pancasila 1 Juni 1945 dan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Inilah yang menjadi
pembeda dalam konsep demokrasi yang dianut oleh PDI Perjuangan dengan konsep
demokrasi berdasarkan faham liberalisme atau fasisme.
PDI Perjuangan menetapkan diri untuk terus memperjuangkan kemerdekaan
yang utuh bagi Indonesia. Bukan hanya kemerdekaan politik, tapi kemerdekaan
ekonomi dan terus berjuang mempertahankan jati diri bangsa yang berbhineka dan
tetap tak kehilangan akar tradisinya. Karena itu, bagi PDI Perjuangan berada dalam
satu gerbong perjuangan bersama rakyat adalah tanggung jawab sejarah yang tidak
boleh dihilangkan. Setiap kader dituntut memahami rakyat, menghimpun semangat,
mengkonsolidasi kemauan, mengorganisir tindakan rakyat, mendidik dan menuntut
rakyat untuk membangun kesadaran politik, menanamkan keyakinan atas kemampuan
rakyat, mengolah semua tenaga rakyat dalam satu gerak politik, menggerakkan rakyat
untuk berjuang bersama, dan mengawal kerja politik ideologis yang membumi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu PDIP?


2. Apa Visi dan Misi PDIP?
3. Apa keunggulan dari PDIP?
4. Apa kelemahan PDIP?
5. Implementasi partai PDIP dalam birokrasi politik?
6. Bagaimana Partisipasi PDIP pada Pemilu di Indonesia?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu PDIP


2. Untuk mengetahui Visi dan Misi PDIP
3. Untuk mengetahui keunggulan dari PDIP
4. Untuk mengetahui kelemahan PDIP
5. Untuk mengetahui implementasi partai PDIP dalam birokrasi politik
6. Untuk mengetahui partisipasi PDIP pada pemilu di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)

Sejarah Partai PDIP tidak terlepas dengan Partai Nasional Indonesia yang
didirikan oleh Soekarno pada 1927. Kebijakan fusi partai politik pada masa order baru
dianggap sebagai awal mula terbentuknya PDIP. Anda dapat membaca sejarah PNI
(Partai Nasional Indonesia). Pada 27 Februari 1970, Soeharto mengundang pimpinan
lima partai politik, yaitu PNI (Partai Nasional Indonesia), Parkindo (Partai Kristen
Indonesia), Partai Katolik, IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia), dan
Murba. Selanjutnya pada 7 Maret 1970 di ruang kerja Wakil Ketua MPRS M. Siregar,
5 tokoh parpol tersebut kembali bertemu dalam rangka membicarakan
pengelompokkan partai. Pertemuan pun berlanjut pada 9 Maret 1970 dengan agenda
pokok untuk penyelesaian deklarasai atau pernyataan bersama. Pertemuan dengan
antara 5 partai politik dan Presiden Soeharto kembali dilakukan pada 12 Maret 1970.
Setelah melalui proses yang panjang, maka pada 10 Januari 1973 pukul 24.00
WIB, lima parpol sepakat melebur menjadi satu wadah bernama Partai Demokarsi
Indonesai (PDI) pada pertemuan di Kantor Sekretariat PNI di Jalan Salemba Raya 73
Jakarta. Deklarasi ini ditandatangani oleh wakil kelima partai, yaitu MH Isnaeni dan
Abdul Madjid (PNI), A. Wenas dan Sabam Sirait (Parkindo), Beng Mang Rey Say
dan FX Wignyosumarsono (Partai Katolik), S. Murbantoko R. J. Pakan dan Achmad
Sukarmadidjaja (Partai Murba), dan Drs. M. Sadri (IPKI).
Pertemuan pertama dilaksanakan sesudah fusi, yaitu musyawarah nasional
yang digelar pada 20-24 September 1973 di Jakarta. Tidak ada hasil signifikan yang
didapat dari pertemuan ini. Keinginan untuk melaksanakan kongres terus tertunda
akibat konflik internal yang terus bergejolak. Kongres PDI pun akhirnya bisa digerlar
pada 12-13 April 1976. Intervensi pemerintah sangat kuat pada kongres ini, sehingga
terpilihanya Sanusi Hardjadinata sebagai Ketua Umum DPP PDI secara aklamasi.
Susunan DPP disempurnakan atas kesepakatan antara MH Isnaeni dan Sunawar.

Kongres PDI terus berlanjut hingga Kongres PDI ke-IV, tetapi konflik dan
intervensi pemerintah masih terus berlanjut. Soerjadi kembali terpilih secara aklamasi
sebagai Ketua Umum PDI. Namun pada Kongres IV PDI di Medan, kericuhan terjadi

3
dengan adanya demonstrasi yang dipimpin Jacob Nuwa Wea yang mencoba
menerobos masuk ke area sidang Kongres. Akhirnya pemerntah mengambil alih
melalui Mendagri Yogie S. Memed dan mengusulkan membentuk caretaker. Rapat
formatur yang dipimpin Latief Pudjosakti (Ketua DPP PDI Jatim) pada tanggal 25-27
Agustus 1993 memutuskan susunan resmi caretaker DPP PDI.

Kegagalan Kongres IV PDI di Medan, memunculkan nama Megawatai


Soekarnoputri yang didukung warga PDI untuk menjadi ketua umum karena dianggap
sanggup menjadi tokoh pemersatu PDI. Pemerintah merasa khawatir dengan
fenomenan tersebut. Pemerintah mengadang langkah Megawati dengan menerbitkan
larangan mendukung pencalonan Megawati dalam Kongres Luar Biasa (KLB) yang
digelar pada 2-6 Desember 1993 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur.

Namun hasil yang diperoleh adalah sebaliknya, keinginan sebagian besar


peserta KLB untuk menjadikan Megawati sebagai Ketua Umum DPP PDI tidak dapat
dihalangi. Megawati pun dinyatakan sebagai Ketua Umum DPP PDI periode 1993-
1998 secara de facto. Pada Musyawarah Nasional (Munas) 22-23 Desember 1993 di
Jakarta, secara de jure Megawati Soekarnoputri dikukuhkan sebagai Ketua Umum
DPP PDI.

Konflik internal PDI tetap terjadi setelah berakhirnya Munas. Kelompok


Yusuf Merukh membentuk DPP PDI Reshuffle yang tidak diakui pemerintah, tetapi
aktivitasnya tidak pernah dilarang. Kelompok Soerjadi pun sangat gencar mencari
dukungan ke daerah-daerah untuk mendapatkan dukungan menggelar Kongres.
Sebanyak 16 orang anggota DPP PDI dari 28 pengurus berhasil dirangkul untuk
menggelar Kongres.

Meskipun mengalami penentangan, kelompok Fatimah Achmad yang


mendapatkan dukungan pemerintah tetap menyelenggarakan Kongres pada 22-23 Juni
1996 di Asrama Haji Medan dengan penjagaan sangat ketat dari aparat keamanan
lengkap dengan kendaraan panser. Warga PDI yang setia mendukung Megawati
berunjuk rasa besar-besaran pada 20 Juni 1996 dan berakhir bentrok dengan aparat.
Peristiwa ini dikenal dengan Peristiwa Gambir Berdarah.

4
Masa pendukung Megawati menolak keras hasil Kongres Medan, tetapi
pemerintah tetap mengakui hasil Kongres tersebut. Soeharto menerima 11 pengurus
DPP PDI Kongres Medan yang dipimpin Soerjadi (Ketua Umum) dan Buttu Hutapea
(Sekretaris Jenderal) pada 25 Juli 1996. Posisi Megawati pun semakin terpojok.

Akhirnya pada 27 Juli 1996, masa pendukung Megawati menggelar Mimbar


Demokrasi di halaman Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro. Kantor DPP PDI
didatangi ratusan orang berkaos merah yang bertujuan mengambil alih kantor DPP
PDI. Sejarah Partai PDIP tidak terlepas dari Peristiwa 27 Juli yang menelan banyak
korban jiwa.

Setelah peristiwa tersebut, Megawati beserta pengikut setianya tetap eksis


walaupun dengan berpindah-pindah kantor dan aktivitas yang dilakukan di bawah
pantauan pemerintah. Megawati pun menyatakan bahwa PDI di bawah pimpinannya
tidak ikut kampanye atas nama PDI. PDI di bawah kepemimpinan Soerjadi tetap
mengikuti Pemilu 1997. Namun hasil Pemilu menunjukkan kuatnya dukungan warga
PDI kepada Megawati, karena suara PDI merosot tajam sehingga hanya berhasil
meraih 11 kursi DPR.

Peristiwa reformasi tahun 1998 membawa angin segar bagi PDI Megawati.
Setelah lengsernya Soeharto, kepimpinan Megawati semakin kuat dan PDI di bawah
kepemimpinannya semakin berkibar. Tanggal 8-10 Oktober 1998, PDI Meagawati
menyelengarrakan Kongres V PDI di Denpasar, Bali. Megawati pun terpilih kembali
menjadi Ketua Umum DPP PDI periode 1998-2003 secara aklamasi.

Pemerintah masih tetap mengakui PDI di bawah kepemimpinan Soerjadi dan


Buttu Hutapea. Megawati pun mengubah nama PDI menjadi PDI perjuangan pada
tanggal 1 Februari 1999 supaya dapat mengikuti Pemilu 1999. Nama ini disahkan
oleh Notaris Rakhmat Syamsul Rizal dan kemudian dideklarasikan pada 14 Februari
1999 di Istora Senayan, Jakarta.

PDI Perjuangan melaksanakan Kongres I pada 27 Maret – 1 April 2000 di


Hotel Patra Jasa, Semarang, Jawa Tengah. Megawati ditetapkan sebagai Ketua Umum
DPP PDI Perjuangan periode 2000-2005 secara aklamasi tanpa pemilihan. Hingga
saat ini, kendali PDI Perjuangan tidak pernah terlepas dari peran Megawati. Pada

5
Kongres IV PDI Perjuangan di Bali tanggal 8-12 April 2015, sosok Megawati
kembali dikukuhkan sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan periode 2015-2020.

B. Visi dan Misi PDIP

Visi Partai adalah keadaan pada masa depan yang diidamkan oleh Partai, dan
oleh karena itu menjadi arah bagi perjuangan Partai.
Berdasarkan amanat pasal 6 Anggaran Dasar Partai PDI Perjuangan adalah:
1. Alat perjuangan guna membentuk dan membangun karakter bangsa berdasarkan
Pancasila 1 Juni 1945;
2. Alat perjuangan untuk melahirkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ber-
Ketuhanan, memiliki semangat sosio nasionalisme, dan sosio demokrasi (Tri
Sila);
3. Alat perjuangan untuk menentang segala bentuk individualisme dan untuk
menghidupkan jiwa dan semangat gotong royong dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Eka Sila);
4. Wadah komunikasi politik, mengembangkan dan memperkuat partisipasi politik
warga negara; dan
5. Wadah untuk membentuk kader bangsa yang berjiwa pelopor, dan memiliki
pemahaman, kemampuan menjabarkan dan melaksanakan ajaran Bung Karno
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

Misi Partai adalah muatan hidup yang diemban oleh partai, sekaligus menjadi
dasar pemikiran atas keberlangsungan eksistensi Partai, sebagaimana diamanatkan
dalam pasal 7,8, 9 dan 10 Anggaran Dasar Partai, yaitu :

Pasal 7 Partai mempunyai tujuan umum:

1. Mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana


dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dalam bentuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersemboyan Bhinneka
Tunggal Ika; dan

6
2. Berjuang mewujudkan Indonesia sejahtera berkeadilan sosial yang berdaulat di
bidang politik, berdiri di atas kaki sendiri di bidang ekonomi, dan Indonesia yang
berkepribadian dalam kebudayaan.
Pasal 8 Partai mempunyai tujuan khusus:

1. Membangun gerakan politik yang bersumber pada kekuatan rakyat untuk


mewujudkan kesejahteraan berkeadilan sosial;
2. Membangun semangat, mengkonsolidasi kemauan, mengorganisir tindakan dan
kekuatan rakyat, mendidik dan menuntun rakyat untuk membangun kesadaran
politik dan mengolah semua tenaga rakyat dalam satu gerakan politik untuk
mencapai kemerdekaan politik dan ekonomi;
3. Memperjuangkan hak rakyat atas politik, ekonomi, sosial dan budaya, terutama
demi pemenuhan kebutuhan absolut rakyat, yaitu kebutuhan material berupa
sandang, pangan, papan dan kebutuhan spiritual berupa kebudayaan, pendidikan
dan kesehatan;
4. Berjuang mendapatkan kekuasaan politik secara konstitusional sebagai alat untuk
mewujudkan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yaitu mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial; dan
5. Menggalang solidaritas dan membangun kerjasama internasional berdasarkan
spirit Dasa Sila Bandung dalam upaya mewujudkan cita-cita Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Tahun 1945.
Pasal 9 Partai mempunyai fungsi:

1. Mendidik dan mencerdaskan rakyat agar bertanggung jawab menggunakan hak


dan kewajibannya sebagai warga negara;
2. Melakukan rekrutmen anggota dan kader Partai untuk ditugaskan dalam struktural
Partai, LembagaLembaga Politik dan Lembaga-Lembaga Publik;
3. Membentuk kader Partai yang berjiwa pelopor, dan memiliki pemahaman,
kemampuan menjabarkan dan melaksanakan ajaran Bung Karno dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

7
4. Menghimpun, merumuskan, dan memperjuangkan aspirasi rakyat menjadi
kebijakan pemerintahan negara;
5. Menghimpun, membangun dan menggerakkan kekuatan rakyat guna membangun
dan mencapai cita-cita masyarakat Pancasila; dan
6. Membangun komunikasi politik berlandaskan hakekat dasar kehidupan berpolitik,
serta membangun partisipasi politik warga negara.
Pasal 10 Partai mempunyai tugas:

1. Mempertahankan dan mewujudkan cita-cita negara Proklamasi 17 Agustus 1945


di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. Mempertahankan, menyebarluaskan dan melaksanakan Pancasila sebagai dasar,
pandangan hidup, tujuan berbangsa dan bernegara;
3. menjabarkan, menyebarluaskan dan membumikan ajaran Bung Karno dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
4. Menghimpun dan memperjuangkan aspirasi rakyat berdasarkan ideologi Pancasila
1 Juni 1945 dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, serta
jalan TRISAKTI sebagai pedoman strategi dan tujuan kebijakan politik Partai;
5. Memperjuangkan kebijakan politik Partai menjadi kebijakan politik
penyelenggaraan Negara;
6. Mempersiapkan kader Partai sebagai petugas Partai dalam jabatan politik dan
jabatan publik;
7. Mempengaruhi dan mengawasi jalannya penyelenggaraan negara agar senantiasa
berdasarkan pada ideologi Pancasila 1 Juni 1945 dan Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945, serta jalan TRISAKTI sebagai pedoman strategi
dan tujuan kebijakan politik Partai demi terwujudnya pemerintahan yang kuat,
efektif, bersih dan berwibawa;
8. Sebagai poros kekuatan politik nasional wajib berperan aktif dalam
menghidupkan spirit Dasa Sila Bandung untuk membangun konsolidasi dan
solidaritas antar bangsa sebagai bentuk perlawanan terhadap liberalisme dan
individualisme.

8
C. Keunggulan PDIP

PDIP berhasil mencatat sejarah sebagai partai pemenang pemilu setelah era
reformasi sebanyak dua kali berturut-turut. Dengan capaian seperti ini, PDIP punya
modal besar untuk ikut kontestasi dalam pilpres 2024 mendatang, jika ambang batas
pencalonan presiden masih 20% sampai sekarang.
Salah satu keunggulan PDIP adalah klaim ideologi sebagai partai nasionalis
yang membuatnya populer di kalangan pemilih non-muslim. Sebagian besar partai
seperti PPP, PKS, PAN, dan Gerindra, bahkan PDIP mencoba mengeruk suara dari
kelompok muslim dalam pilpres 2019.
Di antara keunggulan tersebut, sebagai partai yang dikenal memiliki kepedulian
terhadap nasib orang kecil, PDI-P memiliki pendukung tersendiri yang sebagian besar
berasal dari kelas masyarakat menengah ke bawah. Keungulan lainnya, sebagai partai
yang dikenal mendukung semangat multikultural, bagi sebagian besar masyarakat
yang tidak menginginkan Indonesia terlalu konservatif apalagi menjadi negara
khilafah, PDI-P memiliki nilai plus tersendiri.
Faktor keunggulan selanjutnya, sebagai partai yang identik dengan figur Bung
Karno, PDI-P umumnya memiliki konstituen loyal, bahkan fanatik. di sejumlah
daerah, sudah bukan rahasia lagi jika PDI-P memiliki pendukung yang fanatik, yang
tidak peduli apapun yang terjadi, yang penting mereka adalah orang-orang yang
secara ideologis dan kultural merasa menjadi bagian dari keluarga besar Bung Karno.
Meski belum mampu sepenuhnya mengurai masalah di Indonesia, PDIP tetap
menjadi partai paling favorit pilihan masyarakat Indonesia selama dua periode. Baik
di pileg 2014 dan 2019, PDIP menjadi partai pemenang mengalahkan Partai Gerindra
dan Partai Golkar. PDIP berhasil mencatat sejarah sebagai partai pemenang pemilu
setelah era reformasi sebanyak dua kali berturut-turut. Dengan capaian seperti ini,
PDIP punya modal besar untuk ikut kontestasi dalam pilpres 2024 mendatang, jika
ambang batas pencalonan presiden masih 20 persen seperti sekarang.

D. Kelemahan PDIP

Kelemahan pada Partai Demokrat Indonesia Perjuangan (PDIP) terletak pada


masa kepemimpinan Megawati Soekarno Putri. Dimana kebijakan yang dibuat oleh
megawati saat menjabat masih menyisakan masalah yang belum usai. Seperti
diantaranya:

9
1. Outsourching kaum buruh yang sampai saat ini menyisakan sakit hati bagi orang
kecil
2. Kasus bantuan likuidasi bank indonesia (BLBI)
3. Penjualan indosat
4. Penjualan kapal tanker VLCC milik pertamina yang buntutnya pihak pertamina
harus menyewa dengan harga mahal
5. Penjualan asset yang dikelola BPPN ke pihak asing, dan banyak kelemahan lain.

E. Implementasi Partai PDIP Dalam Birokrasi Politik

1. Implementasi kebijakan
Menurut Van Meter dan Van Horn Implementasi kebijakan dipengaruhi adanya
komunikasi, sumber-sumber (sumber daya), kecenderungan/sikap dan struktur
birokrasi, standard dan sasaran kebijakan serta kondisi sosial ekonomi dan politik. 13
Secara spesifik Van Meter dan Van Horn lebih menekankan kepada kinerja kebijakan.
Selanjutnya Van Meter dan Van Horn dalam model implementasi kebijakannya juga
menganggap faktor komunikasi akan berpengaruh yaitu
komunikasi antar organisasi terkait serta kegiatan-kegiatan pelaksanaannya mencakup
antar hubungan dalam lingkungan sistem politik dengan kelompok-kelompok sasaran.
Van Meter mengharapkan semua pelaksana harus memahami apa yang diidealkan
oleh kebijakan yang implementasinya menjadi tanggung jawab mereka, organisasi
atasan mestinya mampu mengkondisikan organisasi bawahan atau pelaksana, karena
dalam implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi
lain, untuk itu diperlukan koordinasi dan kerjasama bagi keberhasilan suatu program.
Menurut Van Meter dan Van Horn, implementasi yang berhasil merupakan fungsi
dari kemampuan organisasi pelaksana Untuk melakukan apa yang diharapkan untuk
dikerjakan.

2. Partai Politik
Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir dimana para anggotanya
mempunyai orientasi, cita-cita, dan nilai-nilai yang sama. Tujuan kelimpok ini yaitu
memeperoleh kekuasaan poltik dan merebut politik dengan cara konstitusional untuk
melaksanakan kebijakannya.

10
Ada beberapa peran partai PDIP dalam meningkatkan sistem poltik yaitu
melakukan kampanye politik, seminar politik, diskusi politik, pendidikan politik
partai PDI Perjuangan ini di ajukan kepada kelompok profesi, baik yang sudah
terorganisir maupun yang belum terorganisir, dari kelompok masyarakat maupun
pedagang kecil, pengrajin sektor informal dan lain-lain.

F. Partisipasi PDIP Pada Pemilu di Indonesia

1. Pemilu 1999
Sejarah pemilu di indonesia menunjukkan bahwa PDI Perjuangan tampil
sebagai pemenang Pemilu 1999 dan berhasil menempatkan wakilnya di DPR
sebanyak 153 orang. Megawati terpilih sebagai Wakil Presiden mendampingi KH
Abdurahman Wahid yang terpilih dalam Sidang Paripurna MPR sebagai Presiden
Republik Indonesia ke-4.
2. Pemilu 2004
PDI-P medapat 109 kursi di Pemilu 2004. PDI-P menempati posisis ke-2
setelah mendapatkan suara sebanyak 21.026.629 suara.
3. Pemilu 2009
Pada Pemilu 2009, PDI-P mendapat posisi ketiga dalam perolehan suara serta
kursi di DPR. PDI-P mendapat 95 kursi (16,96%) di DPR dari hasil Pemilihan
Umum Anggota DPR 2009.
4. Pemilu 2014
PDI-P berhasil mendapat 109 kursi di DPR dan menempati posisi pertama.
Pada Pemilu 2014 ini pun, PDI-P berhasil mengantarkan pasangan Joko Widodo
dan Jusuf Kalla menjadi pasangan Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-
2019.
5. Pemilu 2019
Pada Pemilu 2019 mendatang PDI-P akan kembali berpartisipasi. Partai ini
mengusung pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin untuk pasangan Calon
Presiden dan Wakil Presiden.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Partai Demokrasi Indonesia (PDI) adalah salah satu partai politik di Indonesia
yang pernah menjadi kontestan pemilu. PDI didirikan pada tanggal 10 Januari 1973,
merupakan fusi (penggabungan) dari beberapa partai yaitu Partai Indonesia (PNI),
Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Partai Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan
Indonesia (IPKI) dan juga partai keagamaan, yakni Partai Kristen Indonesia
(Parkindo) dan Partai Katolik. Berfungsinya kelima partai politik tersebut memang
tidak lepas dari peranan pemerintah saat itu yang berupaya menjalankan agenda
politik memperkecil jumlah partai politik dengan alasan untuk lebih mudah
mengendalikan stabilitas politik. Sebagai Partai ideologis berasaskan Pancasila 1 Juni
1945, PDI Perjuangan berperan aktif dalam usaha-usaha untuk mencapai cita-cita
bersama. Untuk itu PDI Perjuangan berketetapan menjadi alat perjuangan dan
pengorganisasian rakyat. Sebagai alat rakyat PDI Perjuangan memiliki visi dan misi.
Setiap partai politik harus berperan aktif dalam melakukan rekrutmen terhadap orang-
orang yang berkualitas untuk dipilih menjadi kadernya dan diusung menjadi calegnya,
begitu juga dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang merupakan
salah satu partai politik yang besar dan berpengaruh di Indonesia.

B. Saran

Dengan ditulisnya makalah ini penulis berharap pembaca dapat mengetahui


dan memahami tentang birokrasi ala PDIP. Kemudian makalah ini juga diharapkan
dapat bermanfaat pula bagi penulis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Firmanzah. (2011). Mengelola Partai Politik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Anggota IKAPI di Jakarta

Gawar, 20013 Demokrasi dan Pemilu di Indonesia, Merdeka Barat Jakarta:Konstitusi Perss

Kusumaningsih, Asih. Sejarah Partai PDIP (Partai Demokrasi Indonesia perjuangan) di


akses dari https://sejarahlengkap.com/organisasi/sejarah-partai-pdip dikutip dari 7
oktober 2022

Nathaniel, Felix. Indonesia di Bawah PDIP: Apa Kabar Nasib Demokrasi dan Buruh? Di
akses dari https://tirto.id/indonesia-di-bawah-pdip-apa-kabar-nasib-demokrasi-dan-
buruh-ew7f dikutip dari 6 oktober 2022

13
HASIL DOKUMENTASI KELOMPOK

14

Anda mungkin juga menyukai