Anda di halaman 1dari 17

HASIL KEPUTUSAN BAHTSUL MASA'IL FMPP XXI SE JAWA-MADURA

Bagikan
 03 Juni 2010 jam 11:42
DALAM RANGKA PERINGATAN SATU ABAD PP. LIRBOYO
02-03 jUNI 2010

KOMISI - A

MUSHOHIH
KH. A. Yasin Asmuni
KH. Atho’illah S. Anwar
KH. Muhibbul Aman
KH. Firjaun Barlaman
K. Anang Darunnaja
H. Agus Sobich Al-Muayyad
KH. Fahim Rauyani
Agus HM. Sonhaji

PERUMUS
Agus Syamsul Mu'in
Bpk. Abdul Mannan
Bpk. Saiful Anwar
Bpk. Sunandi Zubaidi
Bpk. Abdulloh Mahrus
Bpk. Abdul Wahab
Bpk. M. Anas
Bpk. Bisyri Musthofa
Bpk. Ali Saudi

MODERATOR
Bpk. M. Ayman Al-Akiti

NOTULEN
Bpk. Achid Yasin
Bpk. Mudzakir
Bpk. Zaimul Abror

MEMUTUSKAN

1. PRO-KONTRA RUU PERKAWINAN

Deskripsi
Diantara daftar Program Legislasi Nasional (PROLEGNAS) tahun 2010 ini,
Kementrian Agama berencana mengesahkan beberapa draft Rancangan Undang-
Undang (RUU) Hukum Materiil Peradilan Agama Bidang Perkawinan, yang meliputi
ketentuan nikah sirri (perkawinan di bawah tangan), nikah mut’ah (kawin kontrak),
poligami dan thalaq (cerai). Beberapa pasal dalam draft RUU tersebut juga memuat
ketentuan pidana kurungan mulai 6 bulan hingga 3 tahun, serta denda mulai Rp 6 juta
hingga Rp 12 juta. Misalnya pada:
-Pasal 143, barang siapa melangsungkan perkawinan tidak di hadapan pejabat
pencatat nikah, didenda paling banyak Rp 6 juta atau kurungan paling lama 6 bulan;
-Pasal 144, melakukan perkawinan mut’ah diancam pidana paling lama 3 tahun
penjara dan perkawinannya batal demi hukum;
-Pasal 145, melangsungkan perkawinan dengan istri kedua, ketiga dan keempat tanpa
izin dari pengadilan, dipidana denda paling banyak Rp 6 juta atau kurungan paling
lama 6 bulan;
-Pasal 146, menceraikan istri tidak di depan pengadilan didenda paling banyak Rp 6
juta atau hukuman 6 bulan penjara;
-Pasal 147, menghamili perempuan yang belum nikah dan ia menolak mengawini,
dipidana paling lama 3 bulan penjara.

Draft RUU tersebut dimaksudkan sebagai wujud perlindungan akibat buruk pada
pihak-pihak yang menjadi korban. Misalnya nikah sirri, kawin kontrak dan poligami
dipandang banyak merugikan perempuan dan sering disalahgunakan menjadi
perzinahan terselubung yang dimanfaatkan sebagai media singgahan pemuasan dan
pelampiasan seks tanpa tanggung jawab, yang berakibat istri dan anak-anak terlantar,
tidak ada pengakuan dari istri pertama dll. RUU ini juga diharapkan akan
mempermudah istri atau anak memperoleh haknya secara hukum positif, seperti hak
warisan, hak perwalian, tunjangan kesehatan, pembuatan KTP atau paspor dll.

Kendati demikian, khusus RUU nikah sirri dan poligami tersebut mendapat respon
penolakan keras dari berbagai kalangan, karena disamping dinilai menyudutkan dan
mempersulit amaliah umat Islam, RUU tersebut juga dikhawatirkan justru akan
mengobsesi seseorang memilih melakukan zina ketimbang harus menikah. Lebih dari
itu, pemidanaan dengan denda dan atau hukuman penjara terhadap perkawinan tanpa
dokumentasi itu dinilai sangat berlebihan, karena praktek nikah sirri sebenarnya
hanya merupakan pelanggaran administratif keperdataan, yaitu melanggar Pasal 2 UU
Nomor 1 tentang Perkawinan, bukan bentuk pelanggaran pidana sehingga tidak
proporsional jika harus dikriminalisasi.

Pertanyaan
a. Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, dapatkah dibenarkan peberlakuan
pasal nikah sirri dan poligami di atas?
b. Bagaimana hukum pemidanaan pelanggaran UU nikah sirri dan poligami di atas?
c. Jika pemerintah benar-benar memberlakukan, bagaimana konsekuensi hukum
perkawinan atau perceraian yang melanggar pasal nikah sirri dan poligami di atas?

Sa'il: PP. Langitan & Panitia

Jawaban
a. UU Perkawinan sesuai yang termaktub dalam KHI yang membatasi pernikahan sirri
dengan tidak mengabsahkannya, tidak dapat dibenarkan karena memvonis batal
pernikahan yang sudah absah secara syar'i.
b. Gugur
c. Gugur

Referensi
1. Al-Fiqh Al-Islami, vol. 9 hal. 6674
2. Bughyah al-Mustarsyidin hal. 271
3. At Tasyri' al-Jana'i, vol. 1, hal. 254
4. Al Fiqh al-Islami, vol. 9 hal. 339

2. ARISAN SEDULURAN

Deskripsi
Sebuah perusahaan kecil, CV. ARISAN SEDULURAN menawarkan program arisan
dengan ketentuan:
-Arisan dengan hasil undian mendapatkan Honda Revo seharga Rp. 14.000.000;
-Peserta satu group arisan minimal 30 orang;
-Undian dilakukan 1 bulan sekali selama 24 bulan;
-Iuran pada bulan pertama sebesar Rp. 1.000.000 dan bulan berikutnya sebesar Rp.
500.000;
-Peserta yang namanya keluar saat undian, berhak mendapat Honda Revo dan tidak
berkewajiban menyetorkan iuran di bulan-bulan berikutnya;
-Enam peserta yang tidak keluar namanya dalam 24 kali putaran undian, akan
otomatis mendapatkan Honda Revo di akhir periode.

Melihat minat dan antusiasme masyarakat yang cukup tinggi (khususnya di daerah
Indramayu) mengikuti model arisan ini, pihak CV. ARISAN SEDULURAN berusaha
mengembangkan programnya dengan menawarkan hasil undian yang cukup variatif,
seperti HP, peralatan elektronik, rumah tangga dll., namun tetap dengan ketentuan
yang sama dan juga membatasi jumlah minimal peserta.

Sekilas, arisan model seperti ini adalah bisnis nekat yang hanya akan merugikan pihak
CV. Namun kenyataannya, dari kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan, bahkan
pihak CV. dapat meraup keuntungan yang tidak sedikit. Keuntungan pihak CV ini
bisa diperoleh dengan pembelian Honda Revo langsung dari distributor Honda dengan
sistem paket kredit, yakni 30 unit motor bonus 3 motor, plus potongan harga normal.
Atau, pihak CV akan memutar uang yang diterima dari iuran peserta untuk modal
usaha, didepositokan di bank dll., sehingga pihak CV tetap memperoleh untung dari
program arisan ini.

Praktek lain yang hampir mirip dengan model ARISAN SEDULURAN ini adalah
arisan yang diadakan dalam sebuah jam’iyyah. Hanya saja yang membedakan, iuran
ini dilabeli atau lebih pasnya diatasnamakan sedekah, dan peserta yang namanya
keluar saat undian berhak mendapatkan kesempatan umrah.

Pertanyaan
a. Termasuk akad apa transaksi antara pihak CV dengan peserta arisan di atas? Dan
bagaimana hukumnya?

Sa'il: Kelas III Aliyah MHM 201

Jawaban
Ada dua kemungkinan:
-Akad jual beli yang tidak sah karena ketidakjelasan harga, bentuk barang, dan pelaku
akad (peserta yang memperoleh honda Revo.
-Dan atau akad qardlu yang hukumnya juga tidak sah bila ketentuan mendapatkan
honda Revo disebutkan dalam akad.
Catatan:
-Praktek di atas dapat direalisasikan dengan solusi: peserta ketika menyerahkan uang
kepada penyelenggara dimaksudkan menghutangi kemudian ketika undian keluar dan
mendapatkan honda Revo dilakukan akad istibdal, yakni hutang yang diterima diganti
dengan sepeda Revo, maka hukumnya sah.
-Bila ada ketentuan berupa peserta yang tidak bisa melanjutkan atau berhenti arisan
uang yang disetorkan akan hangus, maka di samping akad qardlunya tidak sah juga
tidak ada solusi untuk mengesahkannya.

Referensi
1. Al-Qulyubi vol. II hlm. 321
2. I'anatuth Thalibin vol. III hlm. 65
3. I'anatuth Thalibin vol. III hlm. 52
4. Bughyatul Mustarsyidin 132
5. Al-Fatawa Al-Fiqhiyyah Al-Kubra vol. II hlm. 280

Pertanyaan
b. Kalau tidak diperbolehkan, apa kewajiban bagi pihak CV yang telah memanfaatkan
uang iuran peserta, dan kewajiban peserta yang telah mendapatkan Honda Revo?
Jawaban :

Bagi kedua belah pihak (CV dan peserta arisan) harus mengembalikan barang yang
telah diterima.

Referensi
1. Al-Bujairami al-Khatib vol. 3, hal. 13-14
2. Hasyiyah Jamal vol. 3, hal. 377

Pertanyaan
c. Bagaimana hukum mengikuti arisan seperti dalam sebuah jam’iyyah dengan hadiah
umrah?

Jawaban :
Diperinci:
-Apabila saat menyerahkan uang tersebut penyumbang semata-mata bermaksud untuk
mendapatkan undian hadiah umroh, maka tergolong qimar (judi) meskipun dibungkus
sedekah, sebagaimana SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah).
-Apabila saat menyerahkan bermaksud sedekah meskipun disertai harapan
mendapatkan hadiah umrah, maka tidak diperbolehkan jika biaya umrah diambil dari
uang sumbangan yang terkumpul karena menggunakan uang sedekah tidak
semestinya.

Referensi
1. Tuhfah al-Muhtaj vol. 6, hal. 309
2. Hasyiyah al-Qalyubi vol. 6, hal. 206
3. Fatawi wa Masyurat (Dr. Romdlon Buthi) vol. 2, hal. 49.
4. Al-Majmu' Syarhul Muhadzab, vol. 15, hal. 370.

3. VALIDITAS JADUAL SHALAT ABADI


Diskripsi
Sebagaimana kerap kita lihat di dinding-dinding masjid, mushalla atau tempat-tempat
ibadah lain terdapat JADUAL SHALAT ABADI. Label "JADUAL SHALAT
ABADI" yang tertera tak jarang mengobsesi masyarakat awam untuk begitu saja
menyakini bahwa waktu shalat tidak pernah mengalami perubahan sepanjang masa,
dan cenderung enggan melakukan akurasi dan koreksi dengan waktu yang
sebenarnya, sehingga menjadikan jadual tersebut sebagai acuan dan pakem dalam
menentukan waktu shalat. Di samping itu, memang tidak semua orang memiliki
pengetahuan memadai dengan teori penentuan dan perubahan waktu shalat ini.
Padahal jika ditilik melalui ilmu astronomi, perubahan waktu senantiasa berlangsung
dari hari ke hari dan tahun ke tahun. Sehingga hampir bisa dikatakan bahwa waktu
shalat tidak ada yang tidak berubah lebih-lebih abadi.

Pertanyaan
a. Sejauh mana validitas JADUAL SHALAT ABADI digunakan acuan menentukan
waktu shalat?
b. Adakah kewajiban melakukan koreksi untuk akurasi waktu shalat, dan tiap kapan?

Sa'il: Mutakharrijin MHM 2009

Jawaban
a. Sejauh jadual waktu tersebut dibuat berdasarkan kaidah-kaidah ilmu falak yang
ditetapkan dalam kitab-kitab falak mu'tabar dan tidak bertentangan dengan waktu
shalat yang ditentukan oleh syara'.
b. Tidak wajib

Referensi
1. Syarh Bughyatul Mustarsyidin vol. 2 hal. 23,33,40
2. As-Syarwani vol. 1 hal. 500

KOMISI B

MUSHOHHIH
K. Nurul Huda A.
KH. Azizi Hasbulloh
K. Ali Mushthofa Sa’id
Agus M. Yasin EMKA
K. Suhaeri Badrus
KH. Imam Syuhada’

PERUMUS
Agus Ibrahim A. Hafidz
Agus Abdurrozzaq Sholeh
Agus Hanif A. Ghofur
Bpk. Munir Akromin
Bpk. H. Rohmatulloh
Bpk. Ghufron Makshum
Bpk. A. Walid Fauzi
Bpk. Dinul Qoyyim
Bpk. Abdulloh Mahrus
Bpk. Maksum

MODERATOR
Bpk. Ma'rifatus S.

NOTULEN
Bpk. Saifuddin
Bpk. Abd. Kholiq Duely
Bpk. Abd. Kafi

MEMUTUSKAN:

4. AKKBB MENGGUGAT UU PENODAAN AGAMA

Deskripsi
Setelah kampanye mendukung Ahmadiyah gagal dilakukan oleh sejumlah LSM yang
tergabung dalam kelompok Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan
Berkeyakinan (AKKBB) melalui jalur politik jalanan dan penggunaan jasa
premanisme serta eksploitasi media massa, beberapa bulan terakhir AKKBB kembali
berulah dengan memanfaatkan Mahkamah Konstitusi (MK). Melalaui nomor perkara
140/PUU-VII/2009 kelompok ini mengajukan permohonan judicial review (uji
materi) UU 1/PNPS/1965 dan Pasal 156 a KUHP yang lebih dikenal dengan UU
Pencegahan Penyalahgunaan atau Penodaan Agama, agar dihapuskan.

UU Pasal 1/PNPS/1965 itu menyatakan: “Setiap orang dilarang dengan sengaja di


muka umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum untuk
melakukan penafsiran tentang suatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan
kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan agama itu,
penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu”.

Sedangkan KUHP Pasal 156 a itu berbunyi: “Ancaman pidana selama-lamanya lima
tahun penjara bagi mereka yang mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan:
[a]. yang pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap
suatu agama yang dianut di Indonesia; [b]. dengan maksud agar supaya orang tidak
menganut agama apapun yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Lebih dari 40 tahun UU Penodaan atau Penistaan Agama ini terbukti sangat penting
dan efektif untuk mencegah dan menyeret berbagai aliran sesat dan meyimpang ke
proses hukum untuk diadili. Berbagai kemunculan sekte sesat dan menyimpang
seperti Ahmadiyah, Nabi Palsu, Ahmad Musadik, Lia Eden dengan agama
Salamullahnya, Surga Aden dan beberapa aliran menyimpang lainnya, dapat
diperingati melalui SKB (Surat Keputusan Bersama), bisa dilarang melalui SK Kepala
Daerah, serta bisa dihukum penjara dan dicegah eksistensinya berdasarkan UU
tersebut.

Namun menurut kelompok AKKBB, ketentuan dalam UU tersebut dinilai


deskriminatif, tidak senafas dan bertentangan dengan semangat kebebasan
berkeyakinan dan beragama yang dijamin UU Pasal 29 ayat 2 dan 28E, dan
bertentangan dengan HAM yang dijamin dalam Pasal 22 dan 8 No. 39 tahun 1999.
Pasal-pasal dalam UU Penodaan dan Penistaan Agama itu kerap dipakai senjata
kelompok mainstream untuk menindas paham keagamaan kelompok minoritas yang
dianggap telah menodai agama tertentu. Misalnya insiden tragis di Monas awal bulan
Juni 2008 lalu, dengan menggunakan pasal-pasal ini beberapa umat Islam berupaya
memberhangus Ahmadiyah karena dianggap telah menodai dan menghina Islam
dengan mempercayai nabi baru setelah nabi Muhammad saw.

Perjuangan kelompok AKKBB itu harus kandas setelah pada tanggal 19 April 2010
lalu, MK memutuskan menolak permohonan judicial review UU itu, dan menyatakan
UU tersebut tetap konstitusional. Penolakan ini karena MK menilai dalil-dalil
pemohon tidak beralasan hukum. Di samping itu, MK berdalih negara memang
memiliki otoritas untuk mengatur masyarakat. Jika ada konflik, maka yang bisa
memberikan paksaan untuk mengatur adalah negara.

Pertanyaan
a. Dalam perspektif fiqh, apakah UU Penodaan Agama tersebut bertentangan dengan
kebebasan berkeyakinan dan HAM?
b. Demi pertimbangan dan alasan kebebasan akidah, keadilan dan HAM, serta untuk
memberikan solusi atas fakta-fakta kekerasan yang dialami kelompok agama atau
keyakinan minoritas, dapatkah dibenarkan wacana atau gugatan kelompok AKKBB
menghapus UU tersebut?
c. Sejauh manakah jaminan dan perlindungan yang diberikan Islam terhadap
kebebasan berkeyakinan dan HAM?

Sa'il: Panitia & PP. Langitan

Jawaban
a. Tidak bertentangan dengan kebebasan berkeyakinan atau HAM versi Islam, karena
kebebasan tersebut tetap dibatasi dengan perilaku yang tidak menyinggung atau
menyakiti (idlrar) akidah lain serta tetap menjaga kemurnian ajaran dan akidahnya
sendiri.
b. Tidak dapat dibenarkan karena:
-UU tersebut tidak bertentangan dengan kebebasan akidah atau HAM versi Islam.
-Fakta anarkhisme tersebut tidak bisa dikatakan sebagai ekses dari UU Penodaan
agama, melainkan karena perilaku kolompok yang tidak patuh hukum.
-Penghapusan UU tersebut justru akan membuka potensi terhadap penodaan agama.
c. Segala perilaku yang tidak idlrar (mengganggu) pihak lain dan tidak bertentangan
dengan ajaran dan akidah yang diyakininya.

Referensi
1. ِAt-Tasyri’ al-Jina’i juz 1 hal. 31-42
2. Al fiqhul Islamy Juz 8 Hal. 6209
3. Is’adurrofiq juz 2 hal. 119
4. Tafsir Qurthubi juz 1 hal. 1985
5. Tafsir Qurthubi juz 1 hal. 2407-2408
6. Tafsir Ar-Rozi juz 3 hal. 454
7. Ihya Ulumiddin juz 2 hal. 327
8. Qurrotul ‘ain Bifatawi Isma’il Zein hlm. 199-212
9. Hasyiah Al-Jamal juz 4 hal. 280
5. SMS MERESAHKAN

Deskripsi
"Tanzilal 'azizir rahim litundzira qauman ma undzira aba'uhum fahum la yu'minun".
Krm ayat surat Yasin ini mnimal ke-10 org, insya Allah 2 jam kmdian kmu akn
mndngar kbar baik n mndptkan kbhgiaan. Dmi Allah ini amanah dr Habib Muh bin
Hasan Al-Athas Pekalongan. Mhn jgn dihpus sblm disbrkan ke-10 org. Jk tdk, kmu
akn mndptkan ssuatu yg tdk diinginkn".

Begitulah diantara kalimat SMS gelap yang belakangan marak tersebar di pemilik
hand phone. SMS seperti ini banyak menimbulkan keresahan, karena di samping
menjanjikan kejutan-kejutan atau kebahagiaan tak terduga, juga menimbulkan
ketakutan-ketakutan psikologis karena dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat keramat
seperti Rasulullah saw., wali, habib, kyai, ayat-ayat Al-Qur'an dll. Fenomena seperti
ini menyebabkan banyak masyarakat yang tergoda dengan iming-iming atau khawatir
dengan ancaman-ancaman dalam SMS, sehingga memilih bespekulasi mencari
keuntungan atau mencari selamat dengan menuruti perintah dalam SMS tersebut
untuk menyebarkan kembali.

Pertanyaan
a. Bagaimana hukum mempercayai janji-janji atau ancaman-ancaman bagi penerima
SMS seperti dalam deskripsi?
b. Bagaimana hukum menyebarkan kembali SMS tersebut?

Sa'il: PP. HM Ceria

Jawaban
a. Haram, karena termasuk membenarkan sesuatu yang ghaib yang tidak ada dasarnya
baik secara adat, akal atau syariat.
b. Haram, karena menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya dan
berpotensi menimbulkan keresahan masyarakat.

Referensi
1. Buraiqah Mahmudiyyah juz 1 hal. 274
2. Anwar Al Buruq juz 4 hal. 263
3. Al Fatawi Al Haditsiyyah juz 1 hal. 469
4. Fath Al Bari juz 1 Hal. 80
5. Faidl al Qadir juz 6 hal. 30
6. Fath Al ‘Aly juz 1 hal. 209
7. Buraiqah Mahmudiyyah juz 3 hal. 124
8. Faidl al Qadir juz 5 hal. 2
9. Az Zawajir “aniqtirafil Kaba-ir juz 2 hal. 169- 176
10. Al Fiqh Al Islami juz 4 hal. 388

6. MEMPELAI WANITA TURUT HADIR DALAM AKAD NIKAH

Deskripsi
Dalam formulasi fiqh munakahah, dapat dijumpai aturan pihak yang wajib hadir saat
prosesi ijab-qabul akad nikah berlangsung. Yaitu pihak wali calon istri, pihak calon
suami dan saksi. Namun seperti fenomena akad nikah yang lazim kita saksikan,
prosesi ijab-qabul juga diwarnai dengan kehadiran banyak orang yang umumnya laki-
laki untuk berpartisipasi menyaksikan berlangsungnya akad yang sakral ini. Di
samping itu, tidak jarang mempelai wanita juga turut dihadirkan di majlis akad nikah
di tengah-tengah hadirin dan duduk berdampingan dengan mempelai pria, bahkan ada
juga yang ditutupi dengan satu kerudung berdua (ikhtilath).

Pertanyaan
a. Bagaimana hukum mempelai wanita turut hadir di majlis akad nikah seperti dalam
deskripsi?
b. Jika tidak diperbolehkan, apakah kemunkaran di majlis seperti itu dapat
menghilangkan sifat adil wali dan saksi nikah yang hadir?

Sa'il: Panitia

Jawaban
a. Haram, kecuali tidak menimbulkan fitnah
b. Tidak sampai menggugurkan, kecuali disertai perbuatan yang dapat menyebabkan
dosa besar, seperti mengabaikan ikhtilath dan an nadhrul muharram pada prosesi akad
nikah atau perbuatan tersebut dilakukan oleh figur yang menjadi panutan.

Referensi
1. Hasyiyyah Al-Jamal juz 4 hal. 124
2. I’anatuththolibin juz 1 hal. 313
3. Al Majmu’ juz 4 hal. 434
4. I’anatuththolibin juz 3 hal. 305
5. Ihya’ Ulumiddin juz 2 hal. 160
6. Hasyiyyah Al-Jamal juz 4 hal. 138
7. Al Mausu’ah Al-Fiqhiyyah juz 2 hal. 291
8. Ihya’ Ulumiddin juz 3 hal. 136
9. I’anatuththolibin juz 4 hal. 323
10. Al-Hawi al-Kabir juz 7 hal. 87
11. Asnal Mathalib juz 4 hal. 343
12. Az-Zawajir juz 1 hal. 337

7. CINCIN NIKAH BERDARAH

Deskripsi
Janji cinta sehidup semati diikrarkan oleh putra pengusaha dan politisi, Aburizal
Bakrie, Anindra Ardiansyah Bakrie alias Ardie Bakrie dengan pemain sinetron Prianti
Nur Ramadhani alias Nia Ramadhani dalam akad nikah yang dilangsungkan di Hotel
Mulia Jakarta, Kamis 1 April 2010. Pernikahan ini bisa dibilang sebagai pernikahan
termewah tahun ini. Pasalnya, pesta yang dilangsungkan mulai siraman, akad nikah,
hingga dua kali resepsi ini, konon menelan biaya milyaran rupiah.

Namun yang menjadi special dari pernikahan ini adalah cincin nikah yang dipesan
dari Bangkok, Thailand. "Yang paling spesial itu adalah cincin nikah, dipesan dari
Thailand", kata Ardie. "Ini adalah ide kita berdua. Warna merah yang ada di cincin ini
adalah darah kita berdua. Jadi ibaratnya di dunia, kita ini sudah jadi satu. Dari pada
hanya berlian, mending seperti ini karena ada maknanya", lanjutnya.
Pertanyaan
a. Bagaimana menyatukan darah dalam cincin nikah sebagai simbol pernyataan
bersatunya dua jiwa dalam cinta sebagaimana dalam deskripsi?

Sa'il: PP. HM Antara

Jawaban
a. Haram karena termasuk tadlammukh bin najis (memanfaatkan najis) yang tidak
dima’fu dan tidak ada gharadl shahih (kepentingan yang ditolerir syara’) sehingga
menyebabkan tadlyi’ al-maal (menyia-nyiakan harta).
Referensi
1. I’anatuththolibin juz I hal. 102-102
2. Hasyiyah Qulyuby wa ‘amira juz I hal. 204
3. Nihayah az-Zain juz I hal.45

8. PLURALISME AGAMA

Deskripsi
Tidak semua umat beragama sepakat menyatakan ada kebenaran lain di luar
agamanya. Ajaran kitab suci masing-masing agama selalu mengarahkan umatnya
meyakini bahwa agamanya yang paling benar. Doktrin dan keyakinan seperti ini tidak
jarang kemudian menumbuhkan sikap intoleransi antar akidah atau antar kelompok
yang berbeda dan memicu konflik serta tindakan anarkhisme publik. Kesadaran
terhadap dampak-dampak negatif dari sikap intoleransi ini, kemudian dimengerti
betapa dibutuhkan sebuah interaksi tanpa konflik dan sikap toleran yang bisa
menerima, menghargai dan menghormati perbedaan, mengakui eksistensi orang lain
dan mendukung keragaman ciptaan Tuhan. Dari gagasan dan ide-ide inilah kemudian
mengobsesi paham pluralisme agama menjadi issu yang dikampanyekan.

Dalam memaknai istilah pluralisme agama, sejauh ini terdapat dua pengertian.
Pertama, pluralisme dalam arti non asimilasi, yakni paham yang menekankan adanya
sikap penerimaan, pengakuan dan penghargaan terhadap perbedaan identitas agama
tanpa meyakini kebenaran akidah lain, demi menciptakan kerukunan antar umat
beragama. Kedua, pluralisme dalam arti asimilasi, yaitu suatu pandangan bahwa
agama seseorang bukanlah satu-satunya sumber yang eksklusif bagi kebenaran,
sehingga dalam agama-agama lain pun dapat ditemukan nilai-nilai kebenaran. Dari
pengertian kedua inilah kemudian muncul ungkapan-ungkapan, "semua agama adalah
sama", "kebenaran bersifat relatif" dan "tidak boleh mengklaim agamanya yang benar
dan yang lain salah".

Dari dua pengertian pluralisme agama tersebut, menuntut sikap yang bukan hanya
sekedar mengakui dan menghargai keberagaman akidah, namun juga mengharuskan
adanya KESETARAAN hak dan kewajiban sosial serta ruang gerak aktivitas
keagamaan bagi setiap pemeluk agama, melarang praktek deskriminasi, monopoli,
dominasi dan menomorduakan kelompok atau penganut agama apapun.

Pertimbangan
-Sebuah hadits menyatakan: ‫اإلسالم يعلو وال يعلى عليه‬
-Seperti dimaklumi, rumusan fiqh siyasi hazanah klasik cenderung menempatkan non-
Muslim (kafir dzimmi, mu'ahad dan musta'man) sebagai masyarakat "kelas dua".
-Dalam konteks keIndonesiaan, Islam tidak benar-benar absolut berkuasa secara
politik.

Pertanyaan
a. Dalam konteks Islam keIndonesiaan, dapatkah dibenarkan ide pluralisme yang
mengharuskan adanya KESETARAAN hak dan kewajiban sosial serta ruang gerak
aktivitas keagamaan bagi setiap pemeluk agama?
b. Bagaimana hukum seseorang yang menyatakan, "semua agama adalah sama",
"kebenaran bersifat relatif" dan "tidak boleh mengklaim agamanya yang benar dan
yang lain salah"?

Sa'il: Mutakharrijin MHM 2007

Jawaban
a. Pada dasarnya ide kesetaraan sebagaimana tuntutan dari paham pluralisme tersebut
tidak dapat dibenarkan kecuali dalam keadaan darurat dengan mengedepankan prinsip
dar’ul mafâsid muqaddamun alâ jalbil mashâlih.
b. Belum terbahas

Referensi
1. Qurrotul ‘ain bifatawi Isma’il Zein hal. 199-212
2. Qurrotul ‘ain bifatawi al-Kurdy hal. 211-212
3. Hasyiah Al Jamal juz 4 hal. 280

KOMISI - C

MUSHAHIH
K. M. Masruhan
K. Ahmad Asyhar
K. M. Muhlis Dimyati
KH. Syafrijalla Subadar
Agus H. Djazuli M. Ma’mun
Agus H. Abdurrohman Al Kautsar
Agus H. Abdus Salam
Agus Bahrul Huda

PERUMUS
K. Moh Sa’dulloh
Ust. Asnawi Ridlwan
Ust. H. Ach Adibuddin
Ust. Anang Muhsin
Ust. M. Mahsus IZ
Ust. M. Nur Mufid
Ust. Abdulloh Mahrus
Ust. Fauzi Hamzah

MODERATOR
Fahurrozi Rozak
NOTULEN
M. Ardik Nurrohman
Anas Zamrozi

MEMUTUSKAN

9. ETIKA DEMONSTRASI

Deskripsi
Dalam negara demokrasi, demonstrasi damai adalah aktifitas legal untuk mengkritik
kebijakan pemerintah yang dinilai tidak populer atau guna menyuarakan aspirasi
rakyat. Kendati demikian, sebagai negara yang beradab, demonstrasi tentunya harus
dilakukan dengan aksi-aksi yang memiliki nilai etik kepatutan bangsa Indonesia.
Seperti demonstrasi yang bertepatan dengan 100 hari kinerja kabinet SBY jilid II yang
diwarnai dengan aksi kerbau bertuliskan "Si BuYa" / "Si leBaY" serta menginjak-
injak gambar SBY-Budiono di Bundaran HI tanggal 28 Januari 2010 lalu.

Menurut pihak demonstran, pesan yang hendak didemonstrasikan melalui "Si BuYa"
ini adalah kritik terhadap kenerja kabinet SBY yang dinilai berbadan besar, gemuk,
namun lamban dan pemalas mirip kerbau, khususnya dalam penanganan kasus Bank
Century, dan tidak menyinggung pihak manapun secara individu. Namun SBY sangat
menyayangkan aksi itu karena dianggap tidak mengindahkan norma-norma
kepantasan, bahkan ia merespon aksi itu lebih sebagai kritik terhadap anatomi
pribadinya, sehingga ia merasa tidak nyaman sampai-sampai harus bersikap "lebay"
dengan curhat dan berkeluh-kesah di hadapan anggota sidang. Di samping itu, para
pendukung SBY menilai aksi massa seperti itu sudah di luar kepatutan demonstrasi,
karena disamping tidak menghormati kepala negara sebagai simbol negara, aksi itu
juga dikhawatirkan dapat merusak citra Indonesia di mata Internasional.

Sementara penilaian pihak lain, respon SBY itu mencerminkan sikap pemimpin
paranoid yang alergi dengan kritik. Sebagai pemimpin, tidak seharusnya sempit dada
dan hanya sibuk dengan bentuk fisik kerbau yang diajak demo mengkritik
kepemimpinannya itu, melainkan lebih terfokus pada pesan yang disampaikan para
demonstran. Bahkan ada yang menyatakan, seharusnya SBY bangga jika dianalogikan
dengan kerbau, karena dalam mitologi China, kerbau dipersepsikan sebagai hewan
yang paling tangguh dan pekerja keras.

Pertanyaan
a. Dalam aktifitas demonstrasi, sejauh manakah Islam mengatur etika kepatutannya?

Sa'il: Panitia

Jawaban :
a. Demontrasi sebagai sarana atau media amar ma’ruf nahi mungkar atau
menyampaikan tuntutan dan aspirasi yang umumnya diwarnai penghinaan dan lain-
lain yang dapat menjatuhkan kewibawaan pemerintah, maka hal itu tidak boleh
dilakukan. Dan apabila bila cara-cara yang lebih santun telah memenuhi prosedur,
maka demonstrasi boleh dilakukan dengan memenuhi dua aturan kepatutan (adab),
yaitu:
1. Kepatutan substansi, yaitu:
a. Terjadi penyimpangan dari aturan syari’at atau peraturan yang berlaku atau
disepakati.
b. Hal yang di tuntut dan diaspirasikan sudah menjadi keniscayaan untuk
dilaksanakan.

2. Kepatutan tatacara, yaitu:


c. Diyakini (dhan qawi) sebagai alternatif terakhir
d. Dilakukan oleh demonstran yang berkompeten (bukan pendemo asal-asalan) dalam
permasalahan yang sedang didemokan.
e. Harus menjaga kemaslahatan dan ketertiban umum
f. Tidak berpotensi menimbulkan tindakan anarkhis.
g. Tidak dilakukan dengan cara atau perkataan, perbuatan dan simbol-simbol lain
yang mengarah pada pelecehan atau penghinaan.

Referensi
1. Ittikhafussadati al muttaqien juz 7 hal. 25
2. Ihya’ ulumuddin juz 3 hal. 370
3. At tsyri’ al jinani fil islam juz 2 hal. 41
4. al fiqh al islami juz 6 hal. 704-705
5. Khasyiyah al jamal juz 8 hal. 328
6. Al fiqh al islami wa adillatuhu juz 8 hal. 313

Pertanyaan
b. Bolehkah aksi demonstrasi menggunakan kerbau atau menginjak-injak photo
presiden seperti dalam deskripsi?

Jawaban
Tidak diperbolehkan, karena demo dengan cara-cara tersebut (menginjak-injak foto
presiden atau membawa gambar kerbau), secara 'urf adalah bentuk-bentuk penghinaan
(ihanah) pada presiden.

Referensi
1. Ittikhafussadati al-Muttaqien juz 9 hal. 233
2. Faidul Qodir juz 6 hal. 398
3. Isadurrofiq juz 2 hal. 83
4. Isadurrofiq juz 2 hal. 84
5. Faidul Qodir juz 6 hal. 399

Pertanyaan
c. Antara pihak demonstran yang mengaku memproyeksikan substansi "SileBaY"nya
sebagai pesan kritik sebuah kinerja pemerintah dan bukan untuk menyerang individu,
dan pihak SBY yang merasa pribadinya dengan kapasitas sebagai kepala negara telah
dihina, secara hukum Islam manakah yang dimenangkan?

Jawaban
Asumsi yang dibenarkan adalah dari pihak Presiden, karena rangkaian aksi
demontrasi tersebut secara ‘urf jelas menunjukkan pelecehan terhadap SBY.
Referensi
1. Azzawajir An Iqtirof al kabir juz 2 hal. 402
2. Isadurrofiq juz 2 hal. 119

10. DILEMA PRAHARA NIKAH

Deskripsi
Entah karena alasan tidak memenuhi kriteria syarat formal calon pengantin yang
diatur UU, atau tidak mau ribet dengan urusan administratif yang ditetapkan
pemerintah, atau sekedar karena alasan "ekpres" (ekonomi ngepres), nikah sirri (nikah
di bawah tangan) kerap menjadi pilihan sebagian pasangan anak Adam untuk
melangsungkan proses ijab-qabul demi memasuki gerbang halal hubungan
asmaranya. Pilihan ini memang cukup praktis sekedar untuk prosesi menghalalkan
sesuatu yang sebelumnya haram. Namun, karena sebuah pernikahan juga menuntut
tanggung jawab, hak dan kewajiban pasutri, dan bahkan juga perlu pengakuan hukum
formal, tidak jarang pilihan ini justru menjadi problema cukup sulit ketika komitmen
pernikahan diterjang prahara.

Sebut saja Putri, seorang wanita yang cukup shaleha, setelah sekian waktu
mengarungi bahtera rumah tangga bersama arjunanya, ia mulai merasakan
ketidakharmonisan. Lelakinya yang dulu ia anggap seperti Malaikat Pelindung, yang
senantiasa menjaga dengan penuh kasih-sayang dan tanggung jawab lahir-batin,
belakangan nyaris berubah total. Ia tak lagi memperhatikan kewajibannya sebagai
suami, mirip Tejo yang gaul namun tak bertanggung jawab dan doyan ngucapin, Fuck
You!. Menyadari kenyataan ini, Putri merasa tidak lagi betah menjadi istrinya dan
terbersit untuk berganti suami. Namun tiap kali minta cerai, suaminya tak pernah
mengabulkan, dan belakangan malah pergi entah kemana. Hendak menggugat cerai
lewat jalur hukum (khulu'), ia sadar jika pernikahannya tidak tercatat di KUA, dan
bukan tidak mungkin justru menjadi bumerang karena dianggap sebagai pelanggaran
UU Pernikahan yang bisa dipidanakan. Akhirnya, wanita shaleha ini pun hanya
terpekur diam sambil sesekali hati kecilnya berdoa, Ya Rabbi, semoga Engkau
berikan jalan keluar dilema praharaku lewat forum bahtsul masa'il ini. Amien…

Pertanyaan
a. Ketika suami tak mengabulkan permintaan cerai atau pergi tak diketahui rimbanya,
bagaimana solusi Putri agar secara hukum bisa lepas (furqah) dari ikatan nikah?
b. Dapatkah ia mengangkat seorang muhakkam yang memiliki otoritas memfasakh
pernikahannya?

Sa'il: PP. HY

Jawaban
Tafshil:
-Jika suami berada dirumah atau pergi (statusnya melarat), maka bagi istri boleh
minta cerai.
Cara melakukan cerai, dengan hakim atau muhakkam. Jika ini tidak mungkin maka
menurut sebagian pendapat dengan cara menceraikan dirinya sendiri, dengan syarat
dihadapan saksi.
-Jika suami (kaya) pergi maka terjadi khilaf:
»Menurut pendapat yang kuat istri tidak boleh minta cerai
»Menurut pendapat kedua jika ia terhalang mendapatkan haknya (nafkah) maka istri
boleh minta cerai dengan cara–cara seperti di atas (melalui hakim/muhakkam atau
dengan cara menceraikan dirinya sendiri).
-Jika suami kaya tapi tidak mau memberi nafkah (imtina’) maka istri tidak boleh
minta cerai, namun boleh melapor ke hakim agar hakim memaksa suami untuk
memberikan haknya istri. Akan tetapi jika suami tetap tidak mau memberi nafkah
setelah dipaksa hakim, maka istri boleh minta cerai.
-Jika suami kaya, memberi nafkah namun buruk perilakuknya kepada istri, maka
menurut madzhab syafi’i istri tidak boleh minta cerai. Sedangkan menurut ulama’
Malikiyah pihak istri boleh minta cerai pada hakim, dan jika tidak memungkinkan
lewat hakim, maka boleh mengangkat dua orang yang setatusnya sebagai hakam dari
pihak suami dan istri, yang kapasitas keduanya sama dengan hakim dan telah ada
syarat untuk tidak menyakiti diwaktu aqad nikah.

Referensi
1. Hasyiyatul Jamal juz 19 hal. 421
2. Fathul Mu’in juz 4 hal. 103
3. Bugyatul Musytarsyidin juz. 1 hal. 515
4. Tuhfatul Muhtaj juz 36 hal. 41
5. I’anatu At-Tholibin juz 3 hal. 378
6. Al-Mausu’ah Fiqhiyyah juz 2 hal. 343
7. Attaj Wal Iqlil lil Mukhtasori Kholil juz 5 hal. 499
8. Syarah Mukhtashor Kholil lil Khorosyi juz 12 hal.23
9. Al-Fawaqih Addawami Ala Risalati ibn Zaid al-Qoirowani juz 5 hal. 368
10. Fiqhul Islamy wa Adillatuh juz 9 hal. 495
11. Al-Mausu’ah Fiqhiyyah juz 29 hal. 57

11. MENGERIK ALIS DAN TERAPI BOTOX

Deskripsi
Seiring perkembangan teknologi modern yang pesat, banyak cara ditemukan untuk
mengupayakan penampilan modis dan senantiasa up to date sekalipun kadang harus
merubah secara radikal kodrat anatomi yang telah dikaruniakan Tuhan, seperti operasi
kulit, payudara, rebonding, mengerik alis, bahkan merubah kelamin dll. Dan yang
paling mutakhir, ditemukan terapi kecantikan yang dikenal dengan Terapi Botox.

Botox adalah singkatan dari Botulinum Toxin Tipe A, yaitu suatu zat kimia racun
yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium Botulinum. Clostridium Botulinum banyak
ditemukan pada makanan daging-dagingan, sayuran dan pada makanan kaleng
terutama yang sudah kadaluarsa. Bila racun ini tidak sengaja terkonsumsi manusia
dapat merusak sistem syaraf, timbul kelumpuhan otot-otot dan bahkan kematian.
Namun dalam dosis kecil, Botox mampu merelaksasikan otot, dalam hal ini otot-otot
wajah yang telah mengalami pengenduran dan pengerutan kulit akibat ekspresi-
ekspresi wajah, seperti tersenyum, menangis atau cemberut sehingga menghasilkan
permukaan kulit yang lebih halus dan tidak berkerut.

Secara umum, keuntungan terapi Botox dapat digunakan untuk:


-Menghilangkan garis krenyit antara alis mata;
-Menghilangkan kerutan di dahi;
-Menghilangkan garis senyum di sekitar ujung mata;
-Menghilangkan kerutan pada wajah dan leher; dan
-Mengatasi keringat yang berlebihan pada ketiak, telapak tangan dan kaki.

Penyuntikan untuk terapi ini hanya butuh waktu 10–20 menit pada daerah yang ingin
dihilangkan kerutannya. Botox bekerja efektif dan efisien sehingga dapat langsung
terserap dan bisa dilihat hasilnya setelah 2 jam, meskipun hasil maksimal baru akan
dicapai 2–5 hari kemudian dan dapat bertahan kurang lebih selama 3–6 bulan.

Efek samping yang biasa terjadi adalah brow ptosis, yaitu kelopak mata atas bisa
menggantung seperti orang tidur terus. Tetapi dibiarkan saja hanya 1–6 minggu akan
normal. Sejauh ini terapi Botox terbukti cukup aman. Botox telah diakui oleh Asosiasi
Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) dan lebih dari 60 negara telah
mengizinkan penggunaan Botox sebagai kesehatan dan kecantikan.

Pertanyaan
a. Bagaimana hukum melakukan terapi Botox seperti dalam deskripsi?

Sa'il: Mutakharrijin MHM 2000

Jawaban
Diperbolehkan jika ada tujuan yang dibenarkan syara’ seperti ingin membahagiakan
suami. Jika tidak demikian maka hukumnya haram.

Referensi
1. Al-Jami’ Al-Ahkam Liahkami Al-Qur’an lil Qurthuby juz 5 hal. 392
2. Tafsirul Munir hal. 274
3. Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah juz 11 hal. 273
4. Nihayatul Muhtaj juz 2 hal. 25

Pertanyaan
b. Bagaimana hukum mengerik rambut alis untuk kepentingan penampilan?

Jawaban
Khilaf:
»Menurut jumhurul ulama': wanita yang bersuami diperbolehkan mengerik alisnya
apabila ada izin dari suami atau indikasi yang menunjukan izin dari suami. Sedangkan
wanita yang tidak bersuami tidak diperbolehkan, namun sebagian ulama'
memperbolehkannya apabila diperlukan untuk pengobatan atau hal tersebut
merupakan aib, dengan syarat tidak tadlis pada orang lain.
»Hukumnya makruh apabila alisnya panjang. Namun menurut sebagian ashab imam
Ahmad hukumnya boleh secara mutlak bahkan imam Ahmad pernah melakukannya.

Referensi
1. Mausu’ah Fiqhiyah Quwaitiyah juz 15 hal. 69
2. Al Majmu’ Ala Syarhil Muhadzab juz 1 hal. 290

12. FORMASI DAN DILEMA SHAF AWAL DALAM JAMAAH

Deskripsi
Shalat jamaah akan mendapat fadlilah yang sempurna ketika memenuhi berbagai
aspek, diantaranya formasi tatanan shaf yang benar. Seperti di masjid Lirboyo yang
selalu ramai dipenuhi santri-santrinya yang berjamaah, entah karena alasan apa
mereka lebih memilih bahkan berebut untuk memenuhi masjid terlebih dahulu, baru
kemudian melebarkan shafnya menyamping ke arah serambi yang berada di kanan
kiri masjid.

Fenomena lain, ketika musim penghujan, banyak tempat di serambi yang basah oleh
air hujan. Faotomatis, para jamaah memilih tempat yang kering, sehingga shaf jadi tak
beraturan. Bahkan, formasi shaf tak beraturan juga sering terjadi karena memang
sengaja dikosongi guna menyediakan jalan untuk lewat para santri lain yang ingin
melaksanakan jamaah.

Pertanyaan
a. Manakah yang lebih diprioritaskan antara memenuhi masjid terlebih dahulu atau
mengisi shaf terdepan meski harus melebar menyamping ke serambi?

Sa'il: Kelas I Tsanawiyah MHM 2010

Jawaban
a. Lebih diprioritaskan mengisi shaf awal walaupun harus melebar menyamping ke
serambi.

Referensi
1. ‘Umdatul Mufti wal Mustafti juz 1 hal. 132
2. Al Fatawi Kubro juz 1 hal. 181
3. Al Fatawi Kubro juz 1 hal. 199
4. Al Fatawi Kubro juz 1 hal. 225
5. Tuhfatul Habib ‘Ala Syarhil Khotib juz 2 hal. 343

Pertanyaan
b. Sejauh manakah batasan afdlaliyyah shaf awal ke arah samping (hanya sebatas
lokasi masjid, serambi atau bahkan sampai luar?
c. Fenomena seperti dalam deskripsi (basah dan untuk lewat) yang menjadikan shaf
tak beraturan, dapatkah menggugurkan fadlilah jamaah atau shaf?

Jawaban
b. Batasan afdlaliyah shaf awal adalah ke arah samping walaupun sampai keluar
Masjid
c. Tidak sampai menggugurkan fadlilahnya jama'ah, sebab hal tersebut termasuk
udzur.

Referensi
1. ‘Umdaul Mufti wal Mustafti juz 1 hal. 132
1. Bugyatul Musytarsyidin juz 1 hal. 132
2. Tuhfatul Muhtaj juz 8 hal. 157

Anda mungkin juga menyukai