Anda di halaman 1dari 34

MATERI OSCE SEMESTER 3

1. PEMERIKSAAN FISIK UMUM

ANAMNESIS / HISTORY TAKING

SKOR
No ASPEK PENILAIAN
0 1 2
MEMBUKA WAWANCARA
1 Menyapa pasien
2 Memperkenalkan diri
3 Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
4 Mengidentifikasi dan mengkonfirmasi permasalahan pasien
5 Menegosiasikan agenda konsultasi
ANAMNESIS
6 Menanyakan identitas penderita
7 Menanyakan keluhan utama
8 Menanyakan lokasi
9 Menanyakan onset dan kronologi
10 Menanyakan kualitas keluhan
11 Menanyakan kuantitas keluhan
12 Menanyakan faktor-faktor pemberat
13 Menanyakan faktor-faktor peringan
Menanyakan gejala penyerta
14
15 Menanyakan riwayat penyakit dahulu
16 Menanyakan riwayat kesehatan keluarga
17 Menanyakan riwayat sosial ekonomi
18 Menanyakan kebiasaan pribadi
19 Penggunaan bahasa yang mudah dipahami pasien
20 Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat
21 Menggunakan pertanyaan tertutup secara tepat
MENUTUP WAWANCARA
22 Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat
23 Menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan
24 Membuat kesepakatan dengan pasien (contracting)
SAMBUNG RASA DENGAN PASIEN
25 Menunjukkan tingkah laku (non verbal) yang sesuai
26 Bila melakukan kegiatan lain (misal melihat catatan atau
menulis), tidak sampai mengganggu proses wawancara dengan
pasien
27 Tidak menghakimi
28 Memberikan empati dan dukungan terhadap pasien
29 Tampak percaya diri
KETERAMPILAN MENSTRUKTUR WAWANCARA
30 Menjalankan wawancara dengan urutan yang logis/tepat
JUMLAH SKOR

PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

No. Aspek yang Dinilai 0 1 2 3


1. Memberi salam pada pasien
2. Memperkenalkan diri pada pasien
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien
4. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
5. Menanyakan keluhan utama saat ini
6. Mencuci tangan
Pemeriksaan Denyut Nadi

7. Menekan kulit dekat arteri radialis dengan 3 jari dan meraba


denyut nadi
8. Menekan arteri radialis dengan kuat, dengan jari-jari selama
kurang lebih 60 detik.
Pemeriksaan Tekanan Darah

9. Memberitahu posisi pasien dan lengan pasien setinggi jantung


10. Menyingsingkan lengan baju ke atas
11. Menentukan ukuran manset yang sesuai dengan diameter lengan
pasien.
12. Memasang manset kira-kira 1 inci dari siku
13. Meraba arteri brachialis dan meletakkan diafragma stetoskop di
atas tempat denyut nadi arteri brachialis tanpa menekan
14. Memompa sampai kira-kira 30 mmHg di atas
15. Kempiskan manset perlahan-lahan
16. Mencatat bunyi korotkoff I dan V
17. Melonggarkan pompa segera setelah bunyi terakhir menghilang
18. Melepas manset
19. Mengembalikan posisi pasien senyaman mungkin
Pemeriksaan Suhu Tubuh.

21. Meletakkan thermometer di ketiak dengan posisi tepat


22. Menunggu sekitar 5 menit
23. Mengambil thermometer, mengelap dengan gerak berputar dari
bagian yang bersih
24. Merapikan kembali baju pasien
25. Membaca hasil pengukuran dengan segera
26. Mencuci thermometer dengan larutan sabun dan membilas
dengan bersih
27. Keringkan thermometer
28. Mengembalikan thermometer ke tempat semula
Pernapasan

29. Membuka baju pasien bila perlu untuk mengamati gerakan


inspirasi dan menilai kesimetrisan gerakan.
30. Meletakkan tangan datar pada dada dan mengobservasi
inspirasi dan ekspirasi serta kesimetrisan gerakan
31. Menentukan irama pernafasan
32. Menentukan pernapasan dalam 60 detik.
33. Mengembalikan posisi pasien senyaman mungkin
34. Mencuci tangan
Total Nilai

INSPEKSI DAN PALPASI KULIT


No. Aspek yang Dinilai 0 1 2 3
1. Memberi salam pada pasien
2. Memperkenalkan diri pada pasien
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien
4. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
5. Menanyakan keluhan utama saat ini
6. Memberitahu pasien bahwa akan dilakukan pemeriksaan
kulit
7. Mencuci tangan
8. Meminta pasien membuka baju bagian atas dengan
menutup bagian pribadi pasien
9. Memeriksa semua daerah kulit
10. Memeriksa semua daerah kulit
11. Memeriksa turgor kulit
12. Memeriksa tekstur kulit
13. Memeriksa warna kulit
14. Memeriksa membrana mukosa kulit
15. Mencuci tangan
Total Nilai

PEMERIKSAAN KEPALA, MATA, TELINGA,HIDUNG, MULUT, DAN


TENGGOROKAN
No. Aspek yang Dinilai 0 1 2 3
1. Memberi salam pada pasien
2. Memperkenalkan diri pada pasien
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien
4. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
5. Menanyakan keluhan utama saat ini
6. Mencuci tangan
Pemeriksaan Kepala
7. Memperhatikan ekspresi wajah dan kontak mata pasien
8. Mengamati konfigurasi dan kesimetrisan wajah
9. Mengamati ada tidaknya penonjolan tulang
10. Mengamati ciri-ciri rambut dan kulit
11. Palpasi tekstur rambut dan turgor kulit
12. Palpasi arteri temporalis
13. Palpasi kelenjar parotis
14. Palpasi kelenjar submandibularis
Inspeksi Mata
15. Mengamati alis mata pasien
16. Mengamati ada tidaknya lipatan epikantus pada pasien
17. Mengamati ada tidaknya hordeolum pada pasien
18. Mengamati ada tidaknya ektropion atau entropion pada
paSien
19. Mengamati ada tidaknya strabismus
20. Mengamati kelopak mata untuk melihat ada tidaknya
ptosis
21. Mengamati kelopak mata, melihat ada tidaknya
xantelasma
22. Melihat ada tidaknya blefaritis dan edema palpebra
23. Memeriksa pupil pasien, melihat isokor atau anisokor
24. Memeriksa pupil pasien, melihat miosis atau midriasis
25. Memeriksa konjungtiva pasien untuk melihat anemis atau
tidak
26. Memeriksa kornea untuk melihat ada tidaknya arkus
senilis
Hidung, Mulut, dan Kelenjar Air Liur
27. Memeriksa lubang hidung dengan memakai spekulum
hidung. Pakailah cahaya terang dan masukkanlah
spekulum tegak lurus dengan bidang wajah.
28. Memperhatikan warna mukosa normal
29. Mencari konka media dan inferior serta meatus media
yang terletak di antaranya
30. Periksalah bibir atas dan bawah dan bagian yang berwarna
merah terang (vermillion border), eversikan bibir bawah,
dan periksalah forniks dan daerah per- temuan gusi dan
gigi.
31. Periksalah higien gigi. Doronglah pipi lateral menjauhi
gigi dengan spatula lidah dan selesaikan
inspeksi ini.
32. Dengan lidah dijulurkan maksimum, perhatikanlah
bermacam-macam papil.
33. Pakailah sarung tangan dan palpasilah kelenjar ludah
submandibularis dan bagian akhir duktus kelenjar parotis
34. Mencuci tangan
Total Nilai

PEMERIKSAAN LEHER
No. Aspek yang Dinilai 0 1 2 3
1. Memberi salam pada pasien
2. Memperkenalkan diri pada pasien
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien
4. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
5. Menanyakan keluhan utama saat ini
6 Mencuci tangan
Palpasi Kelenjar Tiroid
7. Melakukan palpasi dengan jari menyilang trakea.
8. Menentukan garis bentuk lobus lateral
9. Meletakkan ujung jari pada pinggir lateral m. sternocleido
– mastoideus dan ujung ibu jari pada garis tengah tepat di
atas insisura sternalis.
10. Meminta pasien menelan, bila kelenjar tiroid membesar
maka waktu pasien menelan akan teraba sebagai jaringan
yang berjalan ke atas dari bawah jari pemeriksa.
11. Pindahlah ke belakang pasien
12. Meminta pasien melakukan sedikit fleksi leher
13. Meletakkan jari-jari pemeriksa medial terhadap m. sterno-
cleidomastoideus dan pasien diminta menelan.
Tekanan Vena Jugularis
14. Mengatur posisi pasien pada meja atau tempat pemeriksaan
yang dapat dimiringkan ke atas pada pinggangnya.
15. Meninggikan kepala kira-kira 30 dari garis horizontal
16. Menekan basis leher dengan jari tangan untuk
mendistensikan dan mengamati vena jugularis, yang akan
terlihat sebagai pembuluh darah yang berjalan sendirian di
atas m. Sterno-cleidomastoideus.
17. Menyumbat alir balik vena dengan jari tangan di bagian
atas
18. Mengosongkan vena dengan mengurutnya dengan jari
tangan dan melihat apakah terjadi pengisian dari bawah.
19. Mengukur tinggi pengisian tersebut dengan suatu petanda
horizontal ke posisi di atas angulus sternum.
Palpasi Arteri Karotis
20. Meletakkan tiga jari ke sisi kartilago tiroid
21. Dengan hati-hati menggeser m.Sternocleidomastoideus ke
lateral dan kartilago tiroid ke medial.
22. Menggunakan tangan kanan untuk meraba arteri karotis
kiri dan demikian pula sebaliknya. Jangan dilakukan
bersamaan!
23. Mencuci tangan
Total Nilai
PENILAIAN KETRAMPILAN PEMERIKSAAN KELENJAR GETAH BENING
No. Aspek yang Dinilai 0 1 2 3
1. Memberi salam pada pasien
2. Memperkenalkan diri pada pasien
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien
4. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
5. Menanyakan keluhan utama saat ini
6. Mencuci tangan
Palpasi Kelenjar Getah Bening Leher
7. Mencari tonjolan mastoid dan rabalah sepanjang tepi
posterior m. sternocleidomastoideus. Ini adalah trigonum
servikalis posterior.
9. Meraba prosesus mastoideus, kemudian menggeser jari ke
bawah sepanjang pinggir posterior, yaitu m. trapezius. Di sini
sering terdapat beberapa kelenjar limfe kecil pada orang
normal
Palpasi Kelenjar Getah Bening Aksila
10. Meminta pasien mengangkat lengannya sampai ke atas
kepalanya.
11. Meletakkan ujung jari tangan kanan pada aksila kiri dan
sebaliknya untuk sisi lainnya.
12. Menurunkan tangan pasien ke bawah dan meletakkan lengan
bawahnya di atas tangan pemeriksa.
13. Meletakkan ibu jari pemeriksa pada aksila dan menekan kaput
humerus untuk menemukan kelenjar limfe lainnya.
14. Mencuci tangan
Total Nilai

PEMERIKSAAN TULANG BELAKANG SAAT TIDAK BERGERAK


0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien.
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya.
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan (mis.
Riwayat instabilitas, vertigo posisional, sinkop, hipotensi
ortostatik, nyeri pada posisi berdiri, dll).
6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
bajunya.
7 Mencuci tangan
8 Meminta pasien berdiri membelakangi pemeriksa dengan
berdiri tegak dengan posisi biasa; tungkai sejajar dan kaki
dibuka selebar bahu; kedua lengan menjuntai di samping
badan; kepala berada di tengah, sebidang dengan sakrum,
dan memandang ke depan; bahu dan pelvis tidak terpuntir
atau miring bila memungkinkan.
9 Menjelaskan tentang hal-hal yang harus dicari dari
inspeksi yaitu deformitas/abnormalitas bentuk tulang dan
otot, jaringan parut, dan efloresensi kulit.
10 Mencari adanya fenomema winging dengan meminta
pasien meletakkan kedua telapak tangannya menempel di
tembok lalu minta pasien mendorong tembok tersebut.
Menyebutkan bahwa jika ditemukan adanya angulus
inferior skapula yang menjauhi garis tengah maka
terdapat fenomena winging pada pasien.
11 Meminta pasien berputar ke kanan dan menjelaskan
kembali hal-hal yang harus dicari dari inspeksi yaitu
normalitas kurva tulang belakang bagian servikal, torakal,
lumbal, dan sakrokoksigeal; deformitas/abnormalitas
bentuk, jaringan parut, dan efloresensi kulit.
12 Meminta pasien berputar ke kiri dan menjelaskan kembali
hal-hal yang harus dicari dari inspeksi yaitu normalitas
kurva tulang belakang bagian servikal, torakal, lumbal,
dan sakrokoksigeal; deformitas/abnormalitas bentuk,
jaringan
parut, dan efloresensi kulit.
13 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
14 Mengucapkan terima kasih.
15 Memberi contoh beberapa abnormalitas yang mungkin
ditemui seperti tinggi bahu yang tidak sama; tinggi
pinggul yang tidak sama; gangguan kurva tulang
belakang: kifosis, lordosis, skoliosis; gangguan trofi otot
seperti distrofi dan waisting, tanda lahir seperti port wine
stains, cafe au lait, neurofibroma, nevus dan hairy nevus;
gibus; lipoma dan lipoma yang menutupi defek tulang
pada spina bifida; jejas; vulnus; dan efloresensi kulit lain.

PEMERIKSAAN TULANG BELAKANG SAAT BERGERAK


No Aspek yang dinilai 0 1 2 3
Pendahuluan
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien dan
menjelaskan bahwa pemeriksaan ini mungkin menimbulkan
rasa tidak nyaman atau nyeri
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan (mis. Riwayat
instabilitas, vertigo posisional, sinkop, hipotensi ortostatik,
nyeri pada posisi berdiri, dll)
6 Mencuci tangan
Pemeriksaan Gerak Tulang Belakang
1 Pemeriksaan Saat Berdiri:
Pemeriksa meminta pasien menanggalkan pakaian.
Meminta pasien mengangkat salah satu kaki selama sekitar 30
detik secara bergantian untuk mengamati tanda Trendelenburg.
Pemeriksa mengamati perubahan pelvis dari belakang.
Normalnya, pelvis akan terangkat di sisi kaki yang terangkat
karena kontraksi muskulus gluteus medius. Bila pelvis jatuh ke
sisi kaki yang terangkat maka dikatakan tanda Trendelenburg
positif. (Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut sambil
memeriksa.)
2 Pemeriksa memeriksa gerak fleksi lumbal dengan meminta
pasien mencoba menyentuh jari-jari kakinya.
Pemeriksa mengamati kehalusan gerakan, lingkup gerak sendi,
dan simetrisitas kedua sisi punggung saat menekuk. (Pemeriksa
harus menyebutkan hal tersebut sambil memeriksa.)
Menanyakan apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila
nyeri, gambaran nyerinya seperti apa, dan apakah menjalar atau
tidak.
Besaran fleksi lumbal dapat diukur dengan menandai sendi
lumbosakral (titik yang berada pada pertengahan dari garis
yang ditarik antara spina iliaka posterior superior kiri dan
kanan), lalu menandai suatu titik yang berjarak 10 cm di atas
titik pertama dan titik lain yang berjarak 5 cm di bawah titik
pertama. Pada rata-rata orang dewasa, saat membungkuk,
minimal akan terjadi peningkatan jarak 4 cm dari titik atas
sementara jarak dengan titik bawah tidak berubah. Selain itu,
pada orang normal, sudut fleksi lumbal adalah sekitar 90 O.
(Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut sambil memeriksa.)
Pemeriksa memeriksa ekstensi lumbal dengan meminta pasien
menekukkan badan ke belakang sambil tangan pemeriksa
berada di spina iliaka posterior superior dengan jari-jari
menghadap garis tengah.
Mengamati kehalusan gerakan dan lingkup gerak sendi.
Rata-rata orang dewasa normal dapat melakukan ekstensi
lumbal hingga sudut 30 O. (Pemeriksa harus menyebutkan hal
tersebut sambil memeriksa.)
Menanyakan apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila
nyeri, gambaran nyerinya seperti apa, dan apakah menjalar atau
tidak.
Memeriksa laterofleksi dengan meminta pasien menekukkan
badan ke samping kanan lalu kiri. Sebelum pasien
melakukannya, pemeriksa menempatkan tangannya di pinggul
pasien untuk menstabilisasi pelvis.
Pemeriksa mengamati kehalusan gerakan dan simetrisitas saat
menekuk ke kanan dan ke kiri.
Orang dewasa normalnya mampu melakukan gerakan ini
hingga sudut 30 – 45. (Pemeriksa harus menyebutkan hal
tersebut sambil memeriksa.)
Menanyakan apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila
nyeri, gambaran nyerinya seperti apa, dan apakah menjalar atau
tidak.
3 Memeriksa gerak leher yang mencakup fleksi, ekstensi,
laterofleksi ke kanan dan ke kiri, serta rotasi ke kanan dan ke
kiri.
Untuk fleksi, pemeriksa meminta pasien menempelkan dagu ke
dada.
Untuk ekstensi pemeriksa meminta pasien mendongak ke
langit-langit.
Untuk laterofleksi pemeriksa meminta pasien untuk melakukan
gerakan menempelkan telinga kanan di bahu kanan dan telinga
kiri di bahu kiri.
Untuk rotasi pemeriksa meminta pasien melihat bahu kanan dan
kiri.
Pada orang dewasa normal, sudut fleksi normal adalah 75 –
90O, ekstensi 45O, laterofleksi 45 – 60O, dan rotasi 75O.
(Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut sambil memeriksa.)
Pemeriksa mengamati kehalusan gerakan dan simetrisitas saat
melakukan gerakan ke kanan dan ke kiri.
Menanyakan apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila
nyeri, gambaran nyerinya seperti apa, dan apakah menjalar atau
tidak.
4 Pemeriksaan Saat Duduk:
Pemeriksa minta pasien untuk duduk di tepi tempat tidur
menghadap dirinya tanpa bersandar.
Pemeriksa meminta pasien untuk memutar badannya ke sisi
kanan lalu kiri.
Pemeriksa mengamati kehalusan gerakan dan simetrisitas saat
menekuk ke kanan dan ke kiri.
Orang dewasa normalnya mampu melakukan gerakan ini
hingga sudut 45O. (Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut
sambil memeriksa.)
Menanyakan apakah timbul rasa tidak nyaman atau nyeri. Bila
nyeri, gambaran nyerinya seperti apa, dan apakah menjalar atau
tidak.
5 Pemeriksa menjelaskan kemungkinan diagnosis banding jika
ditemukan kelainan pada pemeriksaan inspeksi tulang belakang
saat bergerak seperti kekakuan leher berhubungan dengan
artritis, tegang otot, atau proses patologis lain yang harus dicari
dengan pemeriksaan lebih lanjut. Deformitas toraks saat
membungkuk berhubungan dengan skoliosis.
Pendataran kurva tulang belakang dan menetapkan kurva
lordotik lumbal saat fleksi menandakan spasme otot atau
ankylosing spondylitis. Harus diingat bahwa artritis atau infeksi
di tulang panggul, rektum, atau pelvis dapat menimbulkan
gejala di bagian lumbal. Penurunan mobilitas tulang belakang
paling sering terjadi pada osteoartritis dan ankylosing
spondylitis.

Penutup
1 Pemeriksa memberitahukan bahwa pemeriksaan telah selesai
dan meminta pasien mengenakan pakaiannya kembali.
2 Pemeriksa mengucapkan terima kasih.
3 Mencuci tangan
Total Nilai
PALPASI UNTUK MENENTUKAN TITIK NYERI

No Aspek yang dinilai 0 1 2 3


1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien dan
menjelaskan bahwa pemeriksaan yang akan dilakukan
mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman atau nyeri
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan (mis. Riwayat
instabilitas, nyeri pada posisi berdiri, dll)
6 Mencuci tangan
7 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
bajunya
8 Menjelaskan hal-hal yang akan dicari dengan palpasi seperti
nyeri tekan prosesus spinosis, nyeri tekan sendi faset leher,
nyeri radikular, pergeseran vertebra, spasme dan nyeri tekan
otot-otot paravertebra, dll.
9 Meminta pasien untuk duduk membelakangi pemeriksa di
atas tempat tidur periksa. Melakukan palpasi prosesus
spinosus setiap vertebra dari bagian servikal hingga sakrum
dengan ibu jari.
Di setiap segmen pemeriksa menanyakan bila terasa nyeri.
Bila terasa nyeri, seperti apa nyerinya, menjalar atau tidak,
dan bila menjalar, ke arah mana penjalarannya.
Bagian servikal:
Di bagian servikal, selain meraba vertebra, pemeriksa juga
meraba sendi-sendi faset yang terletak di antara vertebra
servikal sekitar 2,5 cm lateral dari prosesus spinosus C2 –
C7. (Pemeriksa harus menyebutkan hal tersebut sambil
memeriksa.) Bagian torakal:
Di daerah torakal pemeriksa melakukan palpasi prosesus
spinosus setiap vertebra torakal.
Bagian lumbal:
Di daerah lumbal, pemeriksa memeriksa bila terdapat
pergeseran vertebra. Pemeriksa memeriksanya dengan
meraba prosesus spinosus. Bila ada prosesus spinosus yang
terasa lebih menonjol ke luar atau masuk ke dalam
dibandingkan prosesus spinosus di atas dan di bawahnya,
maka mungkin telah terjadi pergeseran. (Pemeriksa harus
menyebutkan hal tersebut sambil memeriksa.) Bagian sakral:
Pemeriksa mengidentifikasi daerah sakroiliaka dengan
mencari sepasang lesung kulit di atas tepi medial bokong
yang menjadi penanda spina iliaka superior posterior.
Kemudian melakukan palpasi di daerah tersebut. (Pemeriksa
harus menyebutkan hal tersebut sambil memeriksa.)
Pemeriksaan otot-otot paravertebra:
Selanjutnya pemeriksa melihat dan meraba otot-otot
paravertebra untuk mengetahui adanya spasme atau nyeri
tekan. Pemeriksaan ini dilakukan pada posisi berdiri atau
duduk yang normal.
Pemeriksa menjelaskan bahwa spasme akan merubah kurva
tulang belakang hingga menjadi lebih datar di sekitar daerah
spasme. Otot-otot yang mengalami spasme akan terasa
tegang dan mungkin akan terlihat.
Pemeriksa menanyakan apabila terasa nyeri pada penekanan
dan bila ya, apakah menjalar atau tidak. Nyeri otot sifatnya
tidak menjalar.
10 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya
11 Mengucapkan terima kasih
12 Mencuci tangan
13 Memberi contoh beberapa abnormalitas yang mungkin
ditemui seperti nyeri tekan akibat fraktur atau dislokasi
karena trauma, infeksi, atau radang sendi; nyeri tekan sendi
faset akibat radang sendi; radikulopati servikal dan
lumbosakral yang mungkin karena hernia nukleus pulposus
servikal; pergeseran vertebra karena spondilolistesis yang
berpotensi menekan medula spinalis; nyeri tekan sendi
sakroiliaka pada sakroilitis atau ankylosing spondylitis;
spasme otot karena proses degenerasi dan inflamasi otot,
kontraksi lama karena abnormalitas postur, atau kecemasan.
Total Nilai

PALPASI UNTUK MENILAI NYERI PADA TEKANAN VERTIKAL

No Aspek yang dinilai 0 1 2 3

1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang


sopan
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien dan
menjelaskan bahwa pemeriksaan yang akan dilakukan
mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman atau nyeri
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
5 Mencari kontra indikasi tindakan pemeriksaan (mis. Riwayat
instabilitas, nyeri pada posisi berdiri, dll)
6 Mencuci tangan
7 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
bajunya
8 Meminta pasien untuk duduk membelakangi Anda di kursi.
Jelaskan bahwa tindakan Anda mungkin akan menimbulkan
rasa tidak nyaman atau nyeri.
Tes Lhermitte:
Dengan menggunakan kedua tangan yang saling
ditangkupkan, pemeriksa menekan kepala pasien ke bawah.
Pemeriksa menanyakan apakah terdapat nyeri seperti dialiri
aliran listrik. Jika ya, ke arah mana penjarannya.
Tanda Spurling:
Pemeriksa memegang kepala pasien kemudian ditekan ke
bawah dan dianterofleksikan ke salah satu sisi.
Pemeriksa menanyakan apabila timbul nyeri yang menjalar.
Jika ya, ke arah mana penjalarannya.
9 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
10 Mengucapkan terima kasih.
11 Mencuci tangan
12 Memberi contoh beberapa kemungkinan diagnosis yang
berhubungan dengan hasil yang positif seperti radikulopati
servikal dan mielopati oleh berbagai sebab seperti proses
degenerasi, trauma, neoplasma, dll.

PERKUSI UNTUK TENDERNESS

0 1 2 3
No Aspek yang dinilai
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang
sopan.
2 Memperkenalkan diri pada pasien.
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien
serta menjelaskan bahwa tindakan yang akan dilakukan
mungkin dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau
nyeri.
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya.
5 Mencuci tangan
6 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan
bajunya dan berbaring menghadap ke kiri atau tengkurap
di tempat tidur.
7 Melakukan perkusi di sepanjang tulang belakang dari
ruas torakal hinggal sakral. Perkusi dilakukan dengan
menempatkan salah satu telapak tangan pemeriksa di atas
daerah yang akan diperkusi dan tangan lainnya memukul
dengan terkepal sedemikian rupa hingga permukaan
ulnarnya mengenai punggung tangan yang menjadi alas.
8 Menanyakan pada pasien apabila terasa nyeri. Bila terasa
nyeri, pemeriksa menanyakan gambaran nyerinya seperti
apa dan apakah menjalar atau tidak.
9 Meminta pasien mengenakan kembali pakaiannya.
10 Mengucapkan terima kasih.
11 Mencuci tangan
12 Memberi contoh beberapa kondisi patologis yang
berhubungan dengan timbulnya nyeri ketok seperti
osteoporosis, infeksi, atau keganasan.

2. SISTEM RESPIRASI
CHECK LIST PEMERIKSAAN FISIK RESPIRASI SECARA SISTEMATIS

No ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI 0 1 2 3


1. Anamnesis singkat
2. Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan
3. Meminta ijin kepada pasien
4. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN DADA POSTERIOR
Inspeksi
5. Menilai bentuk dada
6. Melaporkan adanya kelainan pada dinding dada (lesi,
massa,deformitas)
7. Memeriksa dan melaporkan adanya asimetri gerakan/
keterlambatan gerak, retraksi
Palpasi
Mengidentifikasi daerah/ lokasi yang abnormal
8. Memeriksa adanya nyeri tekan, massa, fraktur
Memeriksa pengembangan dinding dada
9. Meletakkan kedua telapak tangan pada posisi yang
benar
10. Meminta pasien untuk bernapas dalam
11. Melaporkan hasil pemeriksaan pengembangan
dinding dada
Memeriksa fremitus taktil
12. Meletakkan kedua telapak tangan pada posisi yang
benar
13. Menggunakan bagian tangan untuk memeriksa
fremitus dengan benar
14. Meminta pasien mengulang-ulang kata : ”sembilan
puluh sembilan”
15. Membandingkan fremitus taktil di lapangan paru
kanan dan kiri pada beberapa lokasi secara urut.
16. Melaporkan hasil pemeriksaan fremitus dan
mengidentifikasi lokasi di mana fremitus meningkat,
menurun atau menghilang.
Perkusi
Melakukan Perkusi dengan benar
17. Meletakkan posisi kedua tangan dengan benar
18. Melakukan teknik perkusi dengan benar
19. Melakukan perkusi secara berurutan,
membandingkan antara kanan dan kiri.
20. Mengidentifikasi dan melaporkan hasil pemeriksaan
perkusi
Mengindentifikasi peranjakan diafragma
21. Menentukan batas redup diafragma selama respirasi
biasa
22. Menentukan keredupan diafragma pada eskpirasi
dan inspirasi penuh
23. Melaporkan level peranjakan diafragma
Auskultasi
Melakukan pemeriksaan suara napas
24. Meminta pasien untuk bernapas dalam.
25. Mendengarkan menggunakan bagian diafragma
stetoskop.
26. Membandingkan auskultasi beberapa area
lapang paru secara simetris dan berurutan.
27. Mendengarkan minimal satu siklus inspirasi dan
ekspirasi di satu titik auskultasi.
28. Mengidentifikasi dan melaporkan suara nafas normal
dan tambahan
PEMERIKSAAN DADA ANTERIOR
Inspeksi
29 Menilai bentuk dada
30. Melaporkan adanya kelainan pada dinding dada (lesi,
massa,deformitas)
31. Memeriksa dan melaporkan adanya asimetri gerakan/
keterlambatan gerak, retraksi
32.. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan usaha
pasien untuk bernafas
Palpasi
34. Memeriksa adanya nyeri tekan, massa
Memeriksa pengembangan dinding dada
35. Meletakkan kedua telapak tangan pada posisi yang
benar
36.. Meminta pasien untuk bernapas dalam
37. Melaporkan hasil pemeriksaan pengembangan
dinding dada
Memeriksa fremitus taktil
38. Meletakkan kedua telapak tangan pada posisi yang
benar
39. Menggunakan bagian tangan untuk memeriksa
fremitus dengan benar
40. Meminta pasien mengulang-ulang kata : ”sembilan
puluh sembilan”
41. Membandingkan fremitus taktil di lapangan paru
kanan dan kiri pada beberapa lokasi secara urut.
42. Melaporkan hasil pemeriksaan fremitus dan
mengidentifikasi lokasi di mana fremitus meningkat,
menurun atau menghilang

Perkusi
Melakukan perkusi dengan benar
43. Meletakkan posisi kedua tangan dengan benar
44. Melakukan teknik perkusi dengan benar
45. Melakukan perkusi secara berurutan,
membandingkan antara kanan dan kiri
46. Mengidentifikasi dan melaporkan hasil pemeriksaan
perkusi.
Menilai batas paru-jantung
47. Memeriksa dan melaporkan hasil pemeriksaan batas
jantung
- Batas kiri redam jantung
- Batas kanan redam jantung .
Menilai batas paru-hepar.
48. Melakukan perkusi sepanjang linea midklavikula
dekstra ke arah inferior.
49. Mengidentifikasi dan melaporkan batas atas
keredupan hepar.

Auskultasi
Melakukan pemeriksaan suara napas
50. Meminta pasien untuk bernapas dalam
51. Mendengarkan menggunakan bagian diafragma
stetoskop..
52 Membandingkan auskultasi beberapa area
lapang paru secara simetris dan berurutan
53. Mendengarkan minimal satu siklus inspirasi dan
ekspirasi di satu titik auskultasi
54. Mengidentifikasi dan melaporkan suara nafas normal
dan tambahan

3. SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER, DAN PANKREAS

INSPEKSI ABDOMEN

No Aspek yang dinilai 0 1 2


1. Memberi salam pada pasien

2. Memperkenalkan diri pada pasien

3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien

4. Memberi kesempatan pada pasien untuk bertanya

5. Meminta pasien membuka baju dengan menutup bagian pribadi


pasien
6. Memeriksa bentuk abdomen

7. Memeriksa gerakan abdomen

8. Memeriksa warna kulit abdomen

9. Memeriksa lesi kulit abdomen

Total Nilai

AUSKULTASI ABDOMEN

N Aspek yang dinilai 0 1 2


o
1. Memberi salam pada pasien
2. Memperkenalkan diri pada pasien
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien
4. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya
5. Meminta pasien membuka baju bagian atas dengan
menutup bagian pribadi pasien
6. Menentukan peristaltic usus
7. Memeriksa bising pembuluh darah abdomen
Total Nilai

PALPASI ABDOMEN

No. Aspek yang dinilai 0 1 2


1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan
2 Memperkenalkan pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
5 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan bajunya
6 Meminta pasien memberitahukan apabila terasa nyeri akibat penekanan tersebut
7 Hangatkan tangan yang akan digunakan
8 Posisi tangan menempel pada dinding abdomen. Penekanan dilakukan oleh
ruasterakhir dan ruas tengah jari, bukan dengan ujung jari
9 Memeriksa apakah ada nyeri tekan, nyeri lepas, massa atau pembesaran organ
1 Perhatikan ekspresi wajah pasien selama pemeriksaan palpasi
0
Pemeriksaan Hepar
11 Dinding abdomen yang lemas dengan cara kaki ditekuk hingga membentuk
sudut45-600
12 Palpasi dilakukan dengan menggunakan sisi palmar radial tangan kanan
(bukan ujung jari) dengan posisi ibu jari terlipat di bawah palmar manus. Arah
jari membentuk sudut 450 dengan garis median. Ujung jari berada pada bagian
lateralmuskulus rektus abdominalis (pada garis median untuk memeriksa
lobus kiri hepar)
13 Pasien diminta untuk menarik nafas panjang. Pada saat ekspirasi maksimal
jari ditekan ke bawah kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke arah
dorsal dancranial dalam arah parabolic. Gerakan ini dilakukan berulang dan
posisinya digeser 1-2 jari ke arah lengkung kosta kanan
14 Menentukan besar, tepi, permukaan, konsistensi hepar (bila membesar)
Pemeriksaan Limpa
15 Dinding abdomen yang lemas dengan cara kaki ditekuk hingga membentuk
sudut45-60°.
16 Palpasi dilakukan dengan menggunakan sisi palmar radial tangan kanan
(bukan ujung jari) dengan posisi ibu jari terlipat dibawah palmar manus.
Arah jari membentuk sudut 45° dengan garis median.
17 Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan menuju tepi lengkung kosta kiri.
18 Pasien diminta untuk menarik nafas panjang. Pada saat ekspirasi maksimal
jari ditekan kebawah, kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke arah
dorsal dan kranial dalam arah parabolik. Gerakan ini dilakukan berulang dan
posisinyadigeser 1-2 jari ke arah lengkung kosta kanan
19 Menentukan besar, konsistensi limpa (bila membesar)
Pemeriksaan Ginjal
20 Tangan kiri pemeriksa diletakkan pada pinggang bagian belakang dan
tangankanan pada dinding abdomen di ventralnya
21 Jari tangan kiri mendorong ke atas, jika ginjal membesar, maka akan
teraba massa di tangan kanan. Jari tangan kiri diturunkan ke dasar tempat
tidur, maka massa tidak teraba oleh tangan kanan.
Pemeriksaan palpasi aorta
22 Tekan dengan lembut abdomen bagian atas, sedikit kekiri dari garis tengah, dan
identifikasi pulsasi aorta.
Pemeriksaan Limpa menurut Garis Schuffner
23 Tentukan titik pedoman pemeriksaan, yaitu titik arkus kosta kiri yang dilalui oleh
garis midklavikula kiri.
24 Letakkan telapak tangan kiri pemeriksa dalam posisi supinasi pada bagian
posterior tulang iga yang terbawah sebelah kiri (iga ke-12).
25 Letakkan telapak tangan kanan pemeriksa dalam posisi pronasi pada regio iliaka
kanan pasien.
26 Lakukan palpasi secara diagonal ke arah kiri atas, dari regio iliaka kanan menuju
ke umbilikus, selanjutnya dilanjutkan ke arah arkus kosta kiri.
27 Palpasi limpa dilakukan dengan melakukan penekanan dinding perut dengan
menggunakan sisi lateral telunjuk jari tangan sebelah kanan
28 Pasien diminta untuk menarik nafas panjang ketika jari-jari tangan kanan
pemeriksa ditekan ke arah dalam dan ke arah atas, sementara pada saat
yang bersamaan jari-jari tangan kiri menekan ke arah atas (dorsokranial).
29 Lakukan gerakan ini berulang-ulang, dan posisinya digeser 1-2 jari secara diagonal
ke arah kiri atas sesuai garis Schuffner, untuk meraba tepi bawah limpa.
30 Bila pada palpasi teraba tepi bawah limpa, lakukanlah penilaian antara lain,
berapa jauh tepi bawah limpa yang teraba dari arkus kosta kiri pada garis
Schuffner (S-I sampai S-VIII), bagaimana konsistensi limpa, apakah kenyal
atau keras, dan apakah teraba lekukan (insisura) limpa.
Pemeriksaan Limpa menurut garis Hacket
31 Tentukan titik pedoman pemeriksaan, yaitu titik arkus kosta kiri yang dilalui oleh
garis midklavikula kiri.
32 Letakkan telapak tangan kiri pemeriksa dalam posisi supinasi pada bagian
posterior tulang iga yang terbawah sebelah kiri (iga ke-12).
33 Letakkan telapak tangan kanan pemeriksa dalam posisi pronasi pada regio iliaka
kiri pasien.
34 Lakukan palpasi ke arah atas, dari regio iliaka kiri (SIAS kiri) menuju ke titik arkus
kosta kiri yang dilalui garis midklavikula kiri.
35 Palpasi limpa dilakukan dengan melakukan penekanan dinding perut dengan
menggunakan sisi lateral telunjuk jari tangan kanan
36 Pasien diminta untuk menarik nafas panjang ketika jari-jari tangan kanan
pemeriksa ditekan ke arah dalam dan ke arah atas, sementara pada saat
yangbersamaan jari-jari tangan kiri menekan ke arah atas (dorsokranial).
37 Lakukan gerakan ini berulang-ulang, dan posisinya digeser 1-2 jari ke arah atas
sesuai garis Hacket, untuk meraba tepi bawah limpa.
38 Bila pada palpasi teraba tepi bawah limpa, lakukanlah penilaian antara lain,
berapa jauh tepi bawah limpa yang teraba dari arkus kosta kiri pada garis
Hacket (H-I sampai H-V), bagaimana konsistensi limpa, apakah kenyal atau
keras, dan apakah teraba lekukan (insisura) limpa.
Total Nilai
PERKUSI ABDOMEN

N Aspek yang dinilai 0 1 2


o
1 Memberi salam dan menyapa pasien dengan sapaan yang sopan
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
5 Meminta dengan sopan pada pasien untuk menanggalkan bajunya
6 Meminta pasien tidur telentang
7 Meminta pasien memberitahukan apabila terasa nyeri
8 Hangatkan tangan yang akan digunakan
9 Memeriksa apakah suara timpani, pekak, hipertimpani
Pemeriksaan Perkusi Hepar
10 Menilai besar vertikal lobus kanan hepar, tentukan pekak hepar di
garismidklavikularis kanan, perkusi dimulai pada ICS 4 / 5 garis
midklavikularis kanan (sonor) sampai berubah menjadi pekak (batas
atas), lanjutkan pada bagian bawah tepat di garis midklavikularis
kanansuara timpani sampai berubah menjadi pekak (batas bawah).
Pindahkan/geser dengan lembut payudara wanita jika perlu
untukmemastikan bahwa pemeriksa mulai pada sonor paru.
11 Menilai besar vertikal lobus kiri hepar, perkusi pada garis midsternalis
mulai dari bawah umbilikus keatas menuju hepar dengan lembut (suara
timpani menjadi pekak).
Pemeriksaan Perkusi Limpa
12 Perkusi dinding toraks anterior bawah kiri antara sonor paru dan tepi
bawah kosta, suatu daerah disebut ruang Traube. Kemudian perkusi ke
lateral. Jika timpani prominen, terutama lateral, tidak splenomegali.
13 Perkusi daerah dibawah kosta kiri garis aksilaris anterior, terdengar
suara timpani, kemudian pasien diminta inspirasi dalam, dan perkusi
lagi. Jika suara tetap timpani berarti ukuran limpa normal. Jika suara
menjadi pekak berarti splenomegali.
Pemeriksaan Ascites ‘shifting dullness’
14 Perkusi mulai dari umbilikus ke lateral kiri (atau kanan) akan terdengar
suara timpani menjadi pekak. Kemudian pasien disuruh miring ke sisi
kanan (atau kiri), maka suara pekak akan menjadi timpani. Perkusi lagi
dari sisi kiri ke umbulikus akan terdengar suara timpani menjadi pekak.
15 Pasien disuruh telentang kembali, maka suara pekak akan menjadi
timpani. Perkusi lagi dari umbilikus ke lateral kiri (atau kanan), maka
suara timpani menjadi pekak.
Pemeriksaan Ascites ‘tes undulasi’
16 Pasien tidur telentang, satu tangan pemeriksa diletakkan pada satu sisi
abdomen dan tangan lainnya mengetuk dinding abdomen sisi
lainnya,akan terasa gelombang-gelombang cairan pada tangan disisi
lainnya.
17 Tangan pemeriksa lain (dapat pula dengan pertolongan tangan pasien
sendiri) diletakkan ditengah-tengah perut dengan sedikit tekanan.
Pemeriksaan Asicites ‘puddle sign’
18 Posisis pasien tengkurap dan menungging (knee-chest position).
19 Perkusi pada daerah perut yang terendah akan terdengar pekak.
20 Stetoskop diletakkan pada tempat terendah, dengan perkusi pada salah
satu sisi abdomen akan terdengar perbedaan suara melalui stetoskop
bila stetoskop digeser kesisi lainnya.
Nyeri kostovertebra / Renal tenderness
21 Pasien dalam posisi duduk
22 Pemeriksa berdiri dibelakang pasien
23 Letakkan tangan kiri pada sudut kostovertebra
24 Pukul dengan lembut punggung tangan kiri menggunakan sisi ulnar
kepalan tangan kanan
25 Bandingkan kostovertebra kanan dan kiri
Total Nilai

PEMERIKSAAN RECTAL TOUCHE

Ni
No Aspek Yang Dinilai lai
0 1 2

1. Menyapa pasien dengan ramah


2. Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien tentang tindakan
yang akan dilakukan
3. Mintalah pasien mengosongkan kandung kemih
4. Membantu dan mempersilahkan pasien untuk berbaring dengan posisi
yang benar
5. Meminta pasien untuk menurunkan pakaian dalam (celana), hingga regio
analis terlihat jelas.
6. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril
7. Menggunakan pelumas secukupnya pada tangan kanan.
8. Inspeksi regio analisdan menilai adanya kelainan
9. Meminta pasien tenang, meletakkan ujung jari telunjuk kanan pada anal
orificium dan menekan dengan lembut sampai sfingter relaksasi. Kemudian
memfleksikan ujung jari dan memasukkan jari perlahan-lahan sampai
sebagian besar jari berada di dalam canalis analis.
10. Palpasi daerah canalis analis, menilai adanya kelainan
Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah ventral sebagai titik acuan.
Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah ventral sebagai titik
acuan.
11. Menilai tonus sfingter ani
12. Menilai struktur dalam rektum yang lebih dalam (mukosa licin atau tidak)
13. Menilai ampula rekti kolaps atau tidak
14. Pemeriksaan khusus
- Prostat : Menilai ketiga lobus prostate, sulcus mediana, permukaan
prostate (halus atau bernodul), konsistensi (elastis, keras, lembut,
fluktuan), bentuk (bulat, datar), ukuran (normal, hyperplasia, atropi),
sensitivitas
- Vesikula seminalis : Normalnya tidak teraba, apabila terdapat kelainan
akan teraba pada superior prostate di sekitar garis tengah. Menilai
distensi, sensitivitas, ukuran, konsistensi, indurasi dan nodul.
- Uterus dan adneksa : Memeriksa dan nilai kavum Douglas pada
forniks posterior vagina
15. Mengeluarkan jari telunjuk dari rectum, memperhatikan apakah pada
sarung tangan terdapat bekas feses, darah, dan lendir.
16. Membersihkan pasien dengan larutan antiseptik di sekitar regio analis.
17. Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air mengalir
18. Melepas sarung tangan dan meletakkan pada wadah yang disediakan
19. Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan
mempersilahkan pasien untuk duduk di tempat yang sudah disediakan.
TOTAL

PEMASANGAN NGT (NASO GASTRIC TUBE)

NIL
N ASPEK YANG AI
O DINILAI
0 1 2
1 Menyiapkan alat :
1. Sonde lambung steril
2. Mangkok berisi air hangat
3. Spuit 20 cc, 30 cc, 50 cc
4. Pinset anatomi 1 buah dan kain kasa secukupnya
5. Klem arteri
6. Plester, gunting
7. Lumbricant/ jelly
8. Stetoskop
9. Gelas ukuran
10. Serbet/tissue
11. Makanan cair/buah/air kacang hijau yang diperlukan dalam
tempatnya
12. Air matang dalam gelas
13. Obat-obatan yang diperlukan (dihaluskan dulu)
14. Bengkok
15. Korentang dalam tempatnya
16. Sampiran/sketsel
17. Perlak dan alasnya
18. Spatel lidah
19. Spuit 5cc/3cc
20. Handscoen steril
21. pH steril/ kertas lakmus
2 Persiapan perawat :
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan pada pasien.
2. Menyiapkan posisi pasien dalam keadaan berbaring atau posisi semi
fowler.
3 Persiapan lingkungan :
1. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
2. Ciptakan lingkungan yang tenang
4 Mencuci tangan dan memakai handscoen
5 Lubang hidung dibersihkan
6 Letakkan bengkok di dekat pasien
7 Pengalas dipasang di dada pasien
8 Sonde lambung diukur dari hidung ke telinga lalu ke processus
xyphoideus lalu beri tanda(diplester).
9 Licinkan ujung pipa dengan lumbricant/ jelly
10 Jepit pangkal pipa/sonde dengan klem.
11 Masukkan sonde melalui hidung perlahan-lahan sampai pasien disuruh
menelan (kalau sadar)
12 Mengecek sonde apakah telah masuk ke lambung dengan cara
memasukkan udara menggunakan spuit 5cc/3cc kedalam lambung dan
diauskultasi dengan stetoskop atau dengan mengisap cairan lambung
dengan spuit dan mengukur tingkat keasaman lambung dengan pH strip
13 Pemberian diet sonde:
Memasang spuit 20 cc, 30 cc, atau 50 cc pada pangkal pipa/sonde
kemudian masukkan air matang ± 15 cc (sebelumnya pipa dijepit
dulu dengan klem)
14 Buka klem penjepit perlahan-lahan
15 Tuangkan/masukkan cairan selanjutnya secara terus menerus sebelum
spuit kosong
16 Masukkan obat sebelum makanan habis (bila ada)
17 Bila makanan habis sonde dibilas dengan air matang sampai bersih
kemudian sonde diklem.
18 Tutup pangkal sonde dengan kasa steril
19 Bila sonde dipasang permanen fiksasi dengan plester
20 Klien dirapikan dan diselimuti dengan baik
21 Mencuci tangan
22 Catat pada status pasien tindakan yang telah dilakukan, makanan dan
obat yang masuk
23 Bersihkan alat dan buang kotoran pada tempatnya
Lakukan irigasi teratur dengan volume cairan sedikit untuk
mempertahankan kepatenan.
Lakukan perawatan mulut lebih sering.
Berikan krim atau gliserin pada bibir untuk mempertahankan
kelembaban.
24 Evaluasi tindakan :
1. Sonde terpasang dengan tepat
2. Makanan dan minuman dapat masuk dan tidak terjadi aspirasi
TOTAL

4. SISTEM KARDIOVASKULAR
Checklist Pemeriksaan Fisik Jantung
NO ASPEK KETRAMPILAN YANG DINILAI NILAI 0 / 1/ 2 / 3
ANAMNESIS
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menanyakan identitas pasien, usia, pekerjaan, tempat tinggal
3. Menanyakan Keluhan Utama
4. Menanyakan Riwayat penyakit sekarang
5. Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu, Riwayat Penyakit
Keluarga, Riwayat Kebiasaan dan Sosial
PEMERIKSAAN FISIK
Persiapan
1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan meminta ijin pasien
2. Mencuci tangan 6 langkah WHO
3. Pasien diposisikan berbaring terlentang (posisi diubah bila
diperlukan) dan diminta untuk membuka baju bagian atas
4. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien
INSPEKSI dan PALPASI
1. Inspeksi dilakukan dari sisi kanan dan dari arah kaki pasien
untuk mengamati bentuk dada
2. Inspeksi ictus cordis atau titik impuls maksimal pada posisi
pasien terlentang
3. Bila tidak kelihatan inspeksi pada posisi pasien left lateral
dekubitus
4. Bila IC tampak deskripsikan lokasi, diameter, amplitudo dan
durasinya
4. Inspeksi bagian lain dari dinding dada anterior untuk
mengamati ada tidaknya heaves, lift, thrill
5. Palpasi dengan meletakkan telapak tangan pada daerah dimana
IC tampak atau pada sela iga ke-5 linea midclavicularis sinistra
dan meraba IC dengan ujung-ujung jari
6. Bila IC teraba, palpasi dengan 1 ujung jari untuk menentukan
karakteristiknya
7. Palpasi pada sela iga ke 2atau ke-3 linea parasternalis untuk
meraba impuls ventrikel kanan
8. Palpasi pada daerah katup untuk menentukan ada tidaknya
thrill
PERKUSI
1. Perkusi dilakukan dengan hiperekstensi jari tengah tangan kiri.
Tekan distal sendi interfalangeal pada permukaan lokasi yang
hendak diperkusi. Pastikan bahwa bagian yang lain dari tangan
kiri tidak menyentuh area perkusi. Jari tengah tangan kanan
dalam keadaan fleksi sebagian, ayunkan pergelangan tangan
kanan mengetok jari tengah tangan kiri secara tegak lurus
(dengan sasaran utama sendi distal interphalangeal)
2. Menentukan batas jantung kanan: perkusi di linea
midclavicularis dextra dari atas ke bawah untuk menentukan
batas paru-hati. Kemudian perkusi 2 jari di atas batas tersebut,
perkusi dari lateral ke medial sampai terdengar perubahan
bunyi ketok sonor menjadi pekak.
3. Menentukan batas kiri bawah jantung, dengan cara : 1)
menentukan batas paru-lambung, dengan perkusi pada linea
aksilaris anterior kiri, dari atas ke bawah sampai bunyi sonor
berubah menjadi timpani. 2) Pada 2 jari di atas batas paru-
lambung tersebut, perkusi ke arah medial sampai terdengar
perubahan suara dari sonor menjadi pekak (normalnya terletak
pada sela iga 5 linea midclavicularis kiri).
4. Menentukan pinggang jantung dilakukan dari lateral (linea axilaris
anterior) ke medial dimulai dari sela iga 3, 4, dan 5, perubahan bunyi
sonor menjadi pekak.
AUSKULTASI
1. Meminta pasien rileks dan bernapas biasa
2. Auskultasi dengan stetoskop pada keempat katup bunyi jantung
dasar (BJ I, II) dan bunyi jantung tambahan (BJ III, IV)
3. Bedakan BJ I dengan BJ II dengan palpasi arteri carotis
4. Perhatikan intensitas, irama (teratut atau tidak) dan frekuensi
bunyi jantung
5. Amati apa terdengar bising atau murmur pada katup
6. Bila terdengar bising tentukan fasenya, intensitas, punctum
maximum dan penjalarannya

Penilaian Pemeriksaan JVP

NO ASPEK KETRAMPILAN YANG DINILAI NILAI 0 / 1/ 2 / 3


1. Pemeriksa menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dan mencuci
tangan
2. Penderita mula-mula disuruh berbaring tanpa bantal, bila titik kolaps tidak
nampak penderita disuruh pakai bantal
3. Membuat penderita berbaring dengan kepala membuat sudut 30-45
derajat,
4. Leher penderita harus diluruskan dan mendapat pencahayaan yang cukup
5. Bendung vena dengan cara mengurut vena kebawah lalu dilepas untuk
menentukan undulasi vena jugularis
5. Tentukan jaraknya berapa cm dari bidang yang melalui angulus ludovici
(patokan jarak dari vena cava superior + 5 cm)
6. Catat dan melakukan analisis pemeriksaan

Pemeriksaan Arteri Carotis dan Arteri Perifer

No. Langkah Pemeriksaan Skor (0/1/2/3)


1. Pemeriksa memperkenalkan diri dan menyapa pasien.
2. Pemeriksa menjelaskan prosedur dan fungsi pemeriksaan yang akan
dilakukan kepada pasien.
3. Pemeriksa mencuci tangan
Palpasi arteri carotis dan deteksi bruit
4. Pemeriksa melakukan inspeksi di kedua daerah arteri karotis.
5. Pemeriksa melakukan palpasi di kedua daerah arteri karotis dan
mencari thrill jika ada.
6. Pemeriksa melakukan auskultasi di kedua daerah arteri karotis dengan
stetoskop dan menggunakan membran atau bel.
7. Saat melakukan auskultasi, pemeriksa meminta pasien untuk menahan
nafas sekitar 15 detik.
Palpasi arteri perifer
8. Pemeriksa memeriksa arteri perifer lain (inspeksi dan palpasi): arteri
brachialis, arteri radialis, arteri femoralis, arteri poplitea, arteri tibialis
anterior dan posterior serta arteri dorsalis pedis
9. Pemeriksa menilai kekuatan pulsasi, kondisi pembuluh darah dan
diameter pembuluh darah
10. Pemeriksa mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan.

Pemeriksaan Capillary refill time

No. Langkah Pemeriksaan Skor (0/1/2/3)


1. Pemeriksa memperkenalkan diri dan menyapa pasien.
2. Pemeriksa menjelaskan prosedur dan fungsi pemeriksaan yang akan dilakukan
kepada pasien.
3. Pemeriksa memegang dan inpeksi bagian tangan pasien dan memilih daerah yang
akan diperiksa.
4. Pemeriksa melakukan tekanan lembut pada ujung jari, baik bantalan kuku atau
bagian telapak di ujung jari, hingga warna memucat.
5. Pemeriksa menghitung waktu yang diperlukan untuk kembali menjadi warna
semula setelah tekanan pada ujung jari dilepas.
6. Pemeriksa mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan.

Pemeriksaan Trendelenburg

No. Langkah Pemeriksaan SKOR 0/1/2/3


1. Pemeriksa memperkenalkan diri dan melakukan anamnesis
2. Pemeriksa menjelaskan prosedur dan fungsi pemeriksaan yang akan
dilakukan kepada pasien.
3. Pemeriksa mencuci tangan terlebih dahulu
4.. Pemeriksa melakukan inspeksi terhadap lokasi varises dan
menentukan rencana lokasi untuk pemasangan tourniquet.
5.. Pasien diposisikan terlentang di tempat tidur periksa.
6. Kaki pasien yang diperiksa, diangkat atau difleksikan, sehingga aliran
darah vena ke arah proksimal, atau dapat dibantu dengan pijatan ringan
ke arah proksimal.
7. Pemeriksa memasang tourniquet di proksimal daerah varises.
8. Kaki pasien diturunkan dan pasien dibantu untuk berdiri.
9. Pemeriksa menghitung waktu pengisian vena superfisial dimulai sesaat
setelah berdiri.
10. Pemeriksa melepaskan tourniquet dan menghitung waktu pengisian vena
superfisial setelah dilepasnya tourniquet.
11. Pemeriksa mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan Trendelenburg
yang didapatkannya.
Keterampilan Pemasangan EKG

No Aspek Keterampilan yang Dinilai Skor (0/1/2/3)

1 Menjelaskan pada pasien pemeriksaan yang akan dilakukan


dan meminta ijin pasien
2 Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
3 Persiapan pasien
a) Bila menggunakan perhiasan/logam minta supaya
dilepas
b) Pasien diminta membuka baju bagian dada
c) Pasien disuruh tidur terlentang dan pemeriksa berdiri di
sisi kanan pasien
d) Pasien diusahakan untuk tenang, bernafas tenang, selama
proses perekaman tidak boleh bicara

e) Bersihkan daerah yang akan dipasang


elektroda dengan kapas beralkohol
f) Oleskan pasta EKG pada elektroda
4 Memasang Lead ekstremitas bipolar dan unipolar (RA, LA,
F, N)
5 Memasang Lead prekordial
a) Pasang lead V1
b) Pasang lead V2
c) Pasang lead V3
d) Pasang lead V4
e) Pasang lead V5
f) Pasang lead V6
6 Memasang lead tambahan (posterior dan atau ventrikel
kanan) bila diperlukan
7 Menyalakan alat EKG, memasukkan data pasien, memilih
mode dan membuat kalibrasi 10mm dengan
25mm/volt/detik
8 Membuat rekaman
9 Melepaskan semua lead dan membersihkan sisa pasta EKG
10 Melakukan interpretasi EKG
SKOR TOTAL

Interpretasi EKG

NO LANGKAH KLINIK Skor (0/1/2/3)


1 Melihat hasil rekaman EKG dengan memperhatikan
identitas pasien
2. Menetukan apakah rekaman ini sudah sesuai dengan standar
dan layak di interpretasi
3. Melakukan penilaian secara sistematis yaitu :
a. Menentukan irama jantung dan pembuluh darah
b. Menetapkan frekuensi jantung
c. Menentukan arah aksis (sumbu) elektris jantung
d. Menentukan bentuk gelombang P
e. Menentukan bentuk gelombang QRS
f. Menentukan posisi segment ST
g. Menentukan bentuk gelombang T
h. Menentukan bentuk gelombang U
4. Melakukan interpretasi EKG secara keseluruhan
5. Menyerahkan hasil rekaman EKG kepada yang
berkepentingan
SKOR TOTAL

5. KKD LAB 1 (MIKROBIOLOGI & PARASITOLOGI)


PARASITOLOGI

PEMERIKSAAN FESES SECARA LANGSUNG (MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS)

Pemeriksaan feses penting untuk mendiagnosis adanya kelainan pada sistem gastrointestinal seperti
diare, infeksi, perdarahan saluran cerna, ulkus peptikum, karsinoma, dan sindrom malabsorbsi.

1. PROSEDUR KERJA
a. Pemeriksaan Makroskopis
- Sampel diperiksa di tempat yang terang.
- Perhatikan warna, bau, bentuk dan konsistensi, adanya darah, lendir, nanah, cacing.
b. Pemeriksaan Mikroskopis
1) Bahan dan alat :
- Larutan Eosin 2%
- Larutan Lugol 1%
- Kaca benda
- Kaca tutup
- Kayu / lidi (± 5 cm)
- Pipet kecil
- Tinja yang diperiksa
2) Prosedur kerja :
- Sebelum mengerjakan maka alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.
- Letakkan setetes cairan eosin 2% atau lugol 1% di atas kaca benda.
- Ambil sedikit feses (1-3 mm3) dengan kayu/lidi (untuk feses padat) ataupun
menggunakan pipet (1 tetes) jika cair.

- Hancurkan feses dengan cara mengaduk dengan lidi di atas kaca benda sehingga
menjadi homogen. Bila terdapat bahan yang kasar seperti sisa makanan yang
padat, pasir harus dikeluarkan dengan lidi/kayu.
- Suspensi feses yang homogen ditutup dengan menggunakan kaca tutup dan
diusahakan supaya cairan merata di bawah kaca tutup (tanpa ada gelembung
udara).
- Sediaan diperiksa dengan mikroskop cahaya dengan pembesaran 10 x 10 (lensa
objektif 10x dan lensa okuler 10x dengan kondesor diturunkan dalam diafragma
dikecilkan).
- Amati dengan menggunakan metode zig-zag seluruh lapangan pandang dalam
mikroskop.
- Catat hasil yang ditemukan : telur, larva, sisa makanan, bakteri, spora jamur,
makrofag, bentuk parasit (tropozoit, kista).
Untuk memperlambat kekeringan pada sediaan maka tepi sediaan dapat direkatkan
dengan lilin cair/entelan/pewarna kuku (kuteks).
Pada pewarnaan dengan eosin, sediaan harus tipis sehingga warnanya merah jambu
muda. Bila warnanya merah jambu tua atau jingga maka berarti sediaan terlampau
tebal.
Kesalahan pada ketrampilan yang mungkin timbul adalah :
- Sediaan tidak homogen
- Sediaan yang terlalu tebal
- Banyak rongga udara
- Sediaan berlepotan (cairan merembes keluar dari kaca tutup)
Beberapa cara pengawetan feses parasit :
- Larutan formalin 5% atau 10%.
- Larutan Schauddin.
- Larutan Polivinil alcohol (PVA)
- Larutan Mertiolat iodium formaldehid (MIF).
Syarat pengawetan yang baik:
- Jumlah pengawet yang dipakai harus cukup banyak (umumnya dipakai 14 : 1).
- Pengawet dan spesimen harus dicampur homogen.
PEMERIKSAAN ANAL SWAB

1) Tujuan pemeriksaan :
Untuk menemukan telur/cacing Enterobius vermicularis dengan teknik anal swab

dengan menggunakan cellophane/selotip.

2) Persiapan :
Orang yang akan dilakukan pemeriksaan anal swab diberikan penjelasan dahulu
tentang tujuan pemeriksaan tersebut. Telur Oxyuris vermicularis biasanya
dikumpulkan pada cekungan kulit di sekitar anus. Pemeriksaan anal swab ini
sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan sebelum orang tersebut melakukan
pembersihan pada daerah perianal.
3) Alat dan bahan :
- Spatel/batang kaca/kayu pipih
- Cellophane tape bening/selotip (Penfix, dsb)
- Kaca objek
- Tabung reaksi (cara NIH atau FKUI)
- Sarung tangan karet/handschoen non steril
4) Cara membuat alat anal swab :
a) Anal swab dari Graham
- Ambil spatel atau batang kayu yang bersih.
- Ambil cellophane tape / selotip dengan panjang sekitar 10-15 cm
- Tempelkan pada kayu dengan cara terbalik (bagian yang berperekat
menghadap keluar)
b) Anal swab dari NIH (National Institute of Health)
- Ambil batang kaca dan tabung kaca yang bersih
- Ambil cellophane tape/ selotip dan rekatkan dengan posisi terbalik (bagian
perekat menghadap keluar) kemudian ikat dengan karet pada ujung dari
cellophane tape
- Masukan ke dalam tabung kaca dengan penutupnya.
5) Cara pemeriksaan :
- Orang yang diperiksa diminta membuka pakaiannya sehingga daerah perianal
dapat dilihat dengan jelas dan dijangkau pemeriksaan.

- Posisi miring ke satu sisi (kiri/kanan), kemudian kaki diposisikan sebagai berikut:
salah satu kaki lurus dan kaki yang lain membentuk sudut sehingga daerah
perianal dapat dilihat dengan jelas dan dapat dijangkau untuk pemeriksaan anal
swab.
- Siapkan alat untuk pemeriksaan anal swab (anal swab Graham ataupun anal swab
NIH).
- Pakai sarung tangan karet.
- Pegang alat anal swab dengan tangan kanan.
- Jari jempol dan jari-jari telunjuk tangan kiri digunakan untuk membuka daerah
perianal lebih lebar sehingga daerah anus akan tampak lebih jelas.
- Alat anal swab diusapkan pada daerah sekitar anus.
- Setelah diusapkan alat anal swab ditempatkan dalam tabung kaca (cara NIH)
atau ditempat yang bersih (cara Graham).
- Orang yang diperiksa diminta untuk mengenakan pakaiannya kembali dan
dijelaskan bahwa pemeriksaan anal swab sudah selesai.
- Hasil pemeriksaan anal swab diletakkan di atas kaca obyek dan diperiksa di
bawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan 400x.
- Lakukan identifikasi telur cacing bila ada.

MIKROBIOLOGI

PEMERIKSAAN GRAM

➢ Metode :
• Persiapan
Sebelum dilakukan pengecatan Gram, tentu harus disiapkan bahan (spesimen) yang
akan diperiksa. Bahan yang akan diperiksa, dapat berasal dari : langsung dari
penderita dapat berupa sputum (dahak, discharge usap tenggorok, discharge
hidung,dll .
• Spesimen yang akan dicat, sebelumnya dibuat sediaan atau preparat (smear)
terlebih dulu. Pengertian preparat adalah sampel spesimen yang diletakkan atau
dioleskan pada permukaan gelas obyek (object glass) atau slides, dengan atau tanpa
pewarnaan, yang selanjutnya dapat diamati di bawah mikroskop.
• Alat dan bahan yang diperlukan adalah :
Alat :
- Ose atau kapas lidi steril
- Gelas obyek
- Lampu spiritus
Bahan :
Bahan yang akan diperiksa.
Cat Gram.
Cat Gram yang digunakan terdiri dari 4 macam, yaitu cat Gram A, B, C dan D.
Masing-masing mempunyai komposisi dan fungsi yang berbeda. Komposisi dan
fungsi masing-masing cat Gram adalah sebagai berikut :

1. Cat Gram A Kristal Violet


Cat ini terdiri atas kristal violet, etil alcohol, ammonium oksalat, akuades.
Cat Gram A berwarna ungu (karena mengandung kristal violet). Cat Gram A
merupakan cat primer yang akan memberi warna mikroorganisme target. Pada saat
diberi cat ini, semua mikroorganisme akan berwarna ungu sesuai warna cat Gram
A.

2. Cat Gram B Gram Iodine / Lugol


Cat ini terdiri atas yodium, yodida, akuades.
Cat Gram B berwarna coklat. Cat Gram B merupakan cat Mordan, yaitu cat atau
bahan kimia yang berfungsi memfiksasi cat primer yang diserap mikroorganisme
target. Akibat pemberian cat Gram B, maka pengikatan warna oleh bakteri akan
lebih baik (lebih kuat).

3. Cat Gram C Alkohol


Cat ini terdiri atas :
- Aseton ,atau
- Alkohol 96 %
Cat Gram C tidak berwarna.
Cat ini berfungsi untuk melunturkan cat sebelumnya.

4. Cat Gram D Safranin


Cat Gram D terdiri atas :
▪ Safranin ,
▪ Ethanol 95 %,
▪ Akuades
Cat ini berwarna merah. Cat ini merupakan cat sekunder atau kontras. Cat ini
berfungsi untuk memberikan warna mikroorganisme non target.

• PROSEDUR :

CARA KERJA HASIL

1. Buat preparat ulas (smear) yang telah Sel bakteri tertempel pada permukaan
difiksasi dari bakteri gram positif misal objek glass.
Bacillus subtilis dan gram negatif misal
Escherichia coli.
2. Teteskan kristal violet sebagaipewarna Kristal ungu akan mewarnai seluruh
utama pada kedua preparat, usahakan permukaan sel bakteri gram positif dan
semua ulasan terwarnai dan tunggu negatif.
selama ± 1 menit.
3. Cuci dengan akuades mengalir

4. Teteskan mordant (lugol,s iodine) lalu Adanya lugol’s iodine menyebabkan


tunggu ± 1 menit. adanya ikatan CV dengan iodine yang akan
meningkatkan afinitas pengikatan zat
warna oleh bakteri. Pada gram positif dapat
terbentuk CV iodinribonukleat pada
dinding sel.
5. Cuci dengan akuades mengalir.
6. Beri larutan pemucat (ethanol 96 % / Penetesan etanol absolut menyebabkan
aseton) setetes demi setetes hingga terbentuknya pori-pori pada gram negatif
etanol yang jatuh berwarna jernih. yang memiliki banyak lapisan lemak (lipid
Jangan sampai terlalu banyak larut dalam etanol), sehingga komplek CV-
(overdecolorize). iodine akan lepas dari permukaan sel gram
negatif, sedangkan pada gram positif CV-
iodine tetap menempel di dinding sel, sel
gram negatif menjadi bening.
7. Cuci dengan akuades mengalir.
8. Teteskan counterstain (safranin) dan Safranin akan mewarnai sel gram negatif
tunggu selama ± 45 detik. menjadi berwarna merah, sedangkan gram
positif tidak terpengaruh. Counterstain
hanya berfungsi sebagai pengontras saja.
9. Cuci dengan akuades mengalir.
10. Keringkan preparat dengan kertas tissue
yang ditempelkan di sisi ulasan (jangan
sampai merusak ulasan) lalu biarkan
mengering di udara.

PEWARNAAN TAHAN ASAM

Pewarnaan Tahan Asam (ZIEHL - NEELSEN)

❖ ALAT / BAHAN
• ALAT :
2. Api Bunsen
3. Ose / sengkelit θ 3 mm dan panjang 8 cm.
4. Kertas saring
5. Objek glass.
6. Rak Pewarnaan
7. Mikroskop
• BAHAN :
1. Sputum (mengandung Mycobacterium tuberculose?)
2. Air (H2O)
3. Larutan untuk pewarnaan :
a. Larutan carbol fuchsin
b. Larutan asam alkohol 3 %.
c. Larutan metilen blue 1 %.

❖ PROSEDUR
1) Mendapatkan Specimen Sputum
Sputum ditampung dalam pot sputum yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm,
tutup berulir tidak mudah pecah dan bocor. Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan 3 spesimen sputum : Sewaktu - Pagi - Sewaktu (SPS). Dikumpulkan
dalam 2 hari kunjungan yang berurutan.
2) Lakukan prosedur aseptis
3) Membuat Preparat Hapusan
o Ambil specimen menggunakan sengkelit, untuk sputum pilih bagian yang
purulen, yang berwarna hijau/kekuningan.
o Buat sediaan dengan ukuran: 2X3 cm, harus rata seluruh hapusan.
o Hapusan dilakukan membentuk spiral sampai ukuran 2X3 cm
o Ketebalan: tidak terlalu tebal. Tidak terlalu tipis, periksa dengan menyimpan
tulisan di bawah sediaan dengan jarak 4-5 cm, harus dapat dibaca.
o Biarkan kering di udara untuk 15-30 menit.
4) Membuat Preparat Pewarnaan Tahan Asam (Zielh - Neelsen)
o Sediaan difiksasi dengan cara melewatkan sediaan di atas api sebanyak 3-5 kali
selama 3-4 detik.
o Letakkan objek glass di atas rak pewarnaan.
o Tuangkan Carbol Fuchsin 1% di atasnya sampai menutupi seluruh permukaan
objek glass.
o Panasi dari bawah sampai keluar uap selama 5 menit (jangan sampai mendidih).
o Biarkan dingin selama 5 – 7 menit.
o Lakukan dekolorisasi, dengan menuangkan asam alkohol 3% sampai sediaan
menjadi pucat (selama 2-4 menit).
o Cuci dengan air mengalir selama 1-3 menit.
o Lakukan pulas standing dengan menuangkan larutan Methylene Blue 1%,
biarkan selama 1 menit.
o Cuci dengan air mengalir.
o Biarkan kering pada rak pengering di udara.
o Lihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali, menggunakan minyak
emersi.
❖ HASIL :
- Basil Tahan Asam basil berwarna merah
- Basil tidak tahan asam badan basil akan berwarna biru
6. KKD LAB-2 (PK)

A. LINGKUP BAHASAN
1. Permintaan pemeriksaan hematologi berdasarkan indikasi
2. Permintaan pemeriksaan imunologi berdasarkan indikasi
3. Pengambilan darah, punksi vena
4. Pemeriksaan Hb, secara Sahli
5. Pemeriksaan & hitung eritrosit
6. Pemeriksaan hematokrit, cara mikro
7. Menghitung nilai eritrosit rerata
8. Pemeriksaan & hitung leukosit
9. Hitung Jenis Leukosit
10. Pemeriksaan & hitung trombosit
11. Penetapan laju endap darah, cara Westergren
12. Membuat & memeriksa sediaan hapusan darah tipis
13. Pemeriksaan & hitung retikulosit
14. Masa Perdarahan, cara Duke dan Ivy
15. Masa Pembekuan, cara Lee & White
16. Penetapan golongan darah dan rhesus
17. POCT Glukosa Darah

Anda mungkin juga menyukai