Anda di halaman 1dari 43

VIII SERTIFIKASI KAPAL ASDP

A. PENDAHULUAN

Dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum untuk


melakukan tugas Sertifikasi dan Registrasi kapal pedalaman adalah:

A. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang


B. Undang-undang No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran
C. Keputusan Menteri Perhubunga No 73 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Angkutan
Sungai dan danau
D. Peraturan Menteri Perhubungan No 82 Tahun 1999 Tentang Angkutan di Perairan

B. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Pada akhir Diklat para peserta diharapkan dapat memahami tentang prosedur Sertifikasi dan
Registrasi Kapal ASD dan mampu melaksanakan pencatatan kapal sungai dan danau dalam
buku registrasi kapal sungai dan danau

C. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

1. Mampu menjelaskan tentang jenis dan klasifikasi kapal sungai dan danau
2. Mampu menjelaskan tentang dokumen kapal
3. Mampu memasukan data kapal kedalam buku registrasi.

D. MATERI
1. DOKUMEN KAPAL
a. Sertifikat adalah pernyataan dari badan/ biro/ instansi yang berwenang bahwa suatu alat
alat dan system memenuhi syarat untuk jangka waktu yang ditentukan. Jenis-jenis
sertifikat:

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


1) Sertifikat keselamatan, sertifikat radio, sertifikat kontruksi, equipment dan sertifikat
bongkar muat.
2) Sertifikat pencegahan pencemaran
3) Sertifikat manajemen keselamatan kapal dan perusahaan
4) Sertifikat pengawakan

b. Surat adalah pernyataan dari badan/ biro/ instansi yang berwenang bahwa data dimensi
dan status suatu alat dan system benar adanya dalam jangka waktu sampai dengan
terjadinya perusahaan pada alat dan system tersebut. Jenis-jenis surat di kapal, adalah :
1) Surat ukur
2) Surat kebangsaan kapal (surat laut, pas tahunan)
3) Surat keterangan perwira

c. Buku adalah pencatatan kegiatan-kegiatan, perubahan-perubahan yang terjadi


diantaranya, adalah :
1) Buku kesehatan kapal
2) Buku sijil
3) Buku data laporan pemeriksaan
4) Buku data laporan pemeriksaan peralatan pencegahan pencemaran
5) Buku jurnal / log book dek / mesin.

Manfaat sertifikat adalah memenuhi salah satu dari persyaratan Surat Izin Berlayar, asuransi
dan kontrak kerja.

2. JENIS-JENIS SERTIFIKAT DAN PENJELASAN


a. Sertifikat keselamatan diwajibkan bagi kapal barang, kapal tanki, kapal tongkang, kapal
tunda, kapal keruk dan kapal curah. Ordonansi kapal 1935 dan UU No 17 tahun 2008
yang menjadi acuan hukum dari sertifikat keselamatan. Adapun syarat-syarat dari
penerbitan sertifikat keselamatan diantaranya, adalah :

 Pemeriksaan oleh marine inspector terhadap kondisi kapal, mesin dan perlengkapan
keselamatan dengan hasil baik dituangkan dalam laporan pemeriksaan.
 Docking terakhir kapal sampai dengan saat ini belum mencapai 24 bulan bukti telah
membayar PUBP.

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


Instansi yang berhak mengeluarkan sertifikat keselamatan, adalah :
1) DJPL
2) ADPEL klas Utama,
3) ADPELKlas I
4) ADPEL Klas II GT ≥ 35
5) ADPEL Klas III GT 35 – 500
6) ADPEL Klas IV dan Klas V GT < 35
Masa ,berlaku 3 – 12 bulan (tergantung hasil pemeriksaan)

b. Sertifikat Keselamatan Penyeberangan diwajibkan bagi kapal penumpang


penyeberangan GT ≥ 35 penyeberangan antar pulau dalam negeri. UU No 17 tahun 2008
yang menjadi acuan hukum dari sertifikat keselamatan penyeberangan. Adapun syarat-
syarat dari penerbitan sertifikat keselamatan penyeberangan diantaranya, adalah :

 Pemerikasaan oleh marine inspector terhadap perlengkapan keselamatan (inflatable


life craft, life jacket, life bouy, pemadam kebakaran, isyarat bahaya, dan alat- alat
navigasi) dengan hasil baik yang dituangkan dalam hasil laporan pemeriksaan.
 Docking terakhir sampai dengan saat ini mencapai 12 bulan
 Bukti telah membayar PUP.

Instansi yang berhak mengeluarkan sertifikat keselamatan penyeberangan, adalah :

1) DJPL
2) ADPEL klas Utama,
3) ADPEL Klas I
4) ADPEL Klas II GT ≥ 35
5) ADPEL Klas III GT 35 – 500
6) ADPEL Klas IV dan Klas V GT < 35
Masa ,berlaku 3 – 12 bulan (kemudian kapal docking untuk pembaruan sertifikat)

c. Sertifikat Kelaikan dan Pengawakan Kapal Penangkap Ikan diwajibkan bagi kapal
penangkap ikan GT ≥ 7. KM No.46 Tahun 1996 UU No 17 tahun 2008 yang menjadi acuan
hukum dari sertifikat kelaikan dan pengawakan kapal penangkap. Adapun syarat-syarat

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


dari penerbitan sertifikat kelaikan dan pengawakan kapal penangkap diantaranya,
adalah:
 Pemerikasaan oleh marine inspector terhadap perlengkapan keselamatan, kondisi
kapal dan mesin dengan hasil baik dan dituangkan dalam laporan pemeriksaan.
 Bukti telah membayar PUBP.

Instansi yang berhak mengeluarkan sertifikat keselamatan penyeberangan, adalah :

1) DJPL
2) ADPEL klas Utama,
3) ADPEL Klas I
4) ADPEL Klas II GT ≥ 35
5) ADPEL Klas III GT 35 – 500
6) ADPEL Klas IV dan Klas V GT < 35
Masa berlaku 3 – 12 bulan (kemudian kapal docking untuk pembaruan sertifikat)

d. Sertifikat Kesempurnaan untuk Kapal Layar dengan Penggerak Bantu diwajibkan bagi
kapal layar motor (KLM) GT 35-300 pelayaran dalam negeri. Ordinasi kapl 1935, UU No.
17 Tahun 2008 yang menjadi acuan hukum dari Sertifikat kesempurnaan untuk kapal
layar dengan penggerak bantu. Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat
Kesempurnaan untuk kapal layar dengan penggerak bantu diantaranya, adalah :
 Pemerikasaan oleh marine inspector terhadap kapal mesin bantu, layar, perlengkapan
keselamatan dan navigasi dengan hasil baik.
 Dock terakhir sampai dengan saat ini belum mencapai 12 bulan
 Bukti telah membayar PUBP

Instansi yang berhak mengeluarkan Sertifikat Kesempurnaan untuk kapal layar dengan
penggerak bantu, adalah:

1) DJPL
2) ADPEL klas Utama,
3) ADPEL Klas I
4) ADPEL Klas II & Klas III GT 35-300
5) ADPEL Klas IV GT 35

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


Masa berlaku 3 – 12 bulan

e. Sertifikat Kapal Sv (5) diwajibkan bagi kapal barang GT 7-35 pelayaran dalam negeri
tertunjuk. Ordinasi kapal 1935, UU No. 17 Tahun 2008 yang menjadi acuan hukum dari
Sertifikat kapal Sv (5). Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat kapal Sv (5)
diantaranya, adalah:

 Pemerikasaan oleh marine inspector terhadap kapal, mesin, dan perlengkapan


keselamatan baik berikut laporannya.
 Dock terakhir sampai dengan saat ini belum mencapai 12 bulan
 Bukti telah membayar PUBP
Instansi yang berhak mengeluarkan Sertifikat kapal Sv (5), adalah:

1) DJPL
2) ADPEL klas Utama,
3) ADPEL Klas I, Klas II, Klas III
4) ADPEL Klas IV & V GT 7-35
Masa berlaku 3 – 12 bulan

f. Sertifikat Kesempurnaan Kapal Pedalaman diwajibkan bagi kapal-kapal jenis apapun GT


≥ 7, pelayaran perairan pedalaman. Ordinasi kapl 1935, peraturan daerah (otonomi
daerah ) yang menjadi acuan hukum dari Sertifikat Kesempurnaan Kapal Pedalaman.
Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat kesempurnaan kapal pedalaman
diantaranya, adalah:
 Pemerikasaan oleh petugas DISHUB terhadap kapal, mesin & perlengkapan
keselamatan dan di tuangkan dalam laporan
 Daftar pembayaran restribusi dll

Instansi yang berhak mengeluarkan Sertifikat kesempurnaan kapal pedalaman, adalah:


1) Dinas Perhubungan Kota
2) Dinas Perhubungan Propinsi
Masa berlaku 3 – 12 bulan

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


g. Sertifikat Keselamatan Radio Kapal diwajibkan bagi kapal barang, tanki, kapal
penumpang, kapal keruk, kapal curah GT 500 pelayaran internasional. Konvensi SOLAS
1974 yang menjadi acuan hukum dari Sertifikat keselamatan radio kapal.

Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat keselamatan radio kapal diantaranya


adalah:
 Pemerikasaan oleh marine inspector radio terhadap perangkat radio GMDSS, mesin,
dengan hasil baik berikut laporannya
 Sertifikat keselamatan nya masih berlaku
 Bukti telah membayar PUBP

Instansi yang berhak mengeluarkan Sertifikat keselamatan radio kapal:


1) DJPL
2) ADPEL klas Utama,
3) ADPEL Klas I, Klas II, Klas III
4) Biro yang diakui internasional
Masa berlaku 3 – 12 bulan

h. Sertifikat Keselamatan Telegrap Radio Kapal Barang diwajibkan bagi kapal barang, kapal
tanki, kapal penumpang, kapal keruk, kapal curah, kapal penangkap ikan GT 1600
pelayaran dalam negeri. UU No 17 tahun 2008, SOLAS 1974 yang menjadi acuan hukum
dari Sertifikat keselamatan telegrap radio kapal barang

Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat keselamatan telegrap radio kapal barang
diantaranya adalah:
 Pemerikasaan oleh marine inspector radio terhadap perangkat radio komunikasi
dengan hasil baik dituangkan dalam laporan
 Sertifikat keselamatan masih berlaku
 Bukti pembayaran PUBP
Instansi yang berhak mengeluarkan Sertifikat keselamatn telegrap radio kapal barang
diantaranya adalah:
1) DJPL
2) ADPEL klas Utama,

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


3) ADPEL Klas I, Klas II GT 1600
Masa berlaku 3 – 12 bulan

i. Sertifikat Keselamatn Telephone Radio Kapal Barang diwajibkan bagi kapal barang,
kapal tanki, kapal penumpang, kapal keruk, kapal curah, kapal penangkap ikan GT 300-
1600 pelayaran dalam negeri. UU No 17 Tahun 2008, SOLAS 1974 yang menjadi acuan
hukum dari Sertifikat keselamatan telephone radio kapal barang

Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat keselamatn telephone radio kapal barang
diantaranya adalah:
1) DJPL
2) ADPEL klas Utama,
3) ADPEL Klas I, Klas II GT 300-1600
4) ADPEL Klas III GT 300-500
Masa berlaku 3 – 12 bulan

j. Sertifikat Perangkat Radio Telekomunikasi diwajibkan bagi kapal barang, kapal tanki,
kapal penumpang, kapal keruk, kapal curah, kapal penangkap ikan GT 35-300 pelayaran
dalam negeri. UU No 17 Tahun 2008 yang menjadi acuan hukum dari Sertifikat perangkat
radio telekomunikasi.

Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat perangkat radio telekomunikasi


diantaranya adalah:
 Pemerikasaan oleh marine inspector radio terhadap perangkat radio komunikasi
dengan hasil baik dituangkan dalam laporan
 Sertifikat keselamatan masih berlaku
 Bukti pembayaran PUBP

Instansi yang berhak mengeluarkan Sertifikat perangkat radio telekomunikasi


diantaranya adalah:
1) DJPL
2) ADPEL klas Utama,

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


3) ADPEL Klas I, Klas II
4) ADPEL Klas III GT 35-300
5) ADPEL Klas IV & V GT 35
Masa berlaku 3 – 12 bulan

k. Sertifikat Keselamatan Kontruksi Kapal Barang diwajibkan bagi kapal jenis apapun GT
≥500 Pelayaran dalam negeri, Konvensi SOLAS 1974 yang menjadi dasar hukum dari
Sertifikat keselamat kontruksi kapal barang

Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat keselamatan kontruksi kapal barang


diantaranya adalah:
 Pemerikasaan oleh marine inspector terhadap keselamatan kapal yang berkaitan
dengan keselamatan ( Railling, pintu kedap air, pintu darurat, sekat, tangga kapal,
tutup palka, dll ) dengan hasil baik dituangkan dalam laporan.
 Sertifikat keselamatan masih berlaku
 Bukti pembayaran PUBP
Instansi yang berhak mengeluarkan Sertifikat keselamatan kontruksi kapal barang
diantaranya adalah:
1) DJPL
2) ADPEL Klas Utama,
3) ADPEL Klas I, Klas II
4) Biro Klasifikasi kapal yang di akui internasional
Masa berlaku 3 – 12 bulan

l. Sertifikat Perlengkapan Keselamatan Kapal Barang diwajibkan bagi kapal barang, tanki,
kapal penumpang, kapal keruk, kapal curah GT 500 pelayaran internasional. SOLAS 1974
dasar hukum dari Sertifikat perlengkapan keselamatan kapal barang
Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat perlengkapan keselamatan kapal barang
diantaranya adalah:
 Pemerikasaan oleh marine inspector terhadap perlengkapan keselamatan kapal
( inflatable life craft, pemadam kebakaran, life jacket, life bouy, peralatan navigasi dll )
dengan hasil baik dituangkan dalam laporan

 Sertifikat keselamatan masih berlaku

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


 Bukti pembayaran PUBP

Instansi yang berhak mengeluarkan Sertifikat perlengkapan keselamatan kapal barang


adalah:
1) DJPL
2) ADPEL Klas Utama
3) ADPEL Klas I, Klas II GT ≤500

Biro Klasifikasi Kapal yang di akui internasional Masa berlaku 3 – 12 bulan

m. Sertifikat Garis Muat Internasional (1966) diwajibkan bagi kapal barang, kapal tanki,
kapal curah, kapal keruk, kapal tunda, dan kapal tongkang panjang kapal ≥ pelayaran
dalam negeri/luar negeri UU No 17 Tahun 2008, Konvensi internasional garis muat 1966
yang menjadi acuan hukum dari Sertifikat garis muat internasional (1966)

Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat garis muat internasional (1966)


diantaranya adalah:
 Pemerikasaan oleh marine inspector terhadap pintu kedap air, penutupan
palka/pagar kapal, stabilitas kapal dengan hasil baik berikut laporannya disertai
dengan perhitungan lambung timbul

 Sertifikat keselamatan masih berlaku


 Bukti pembayaran PUBP

Instansi yang berhak mengeluarkan Sertifikat garis muat internasional (1966) adalah:
1) DJPL
2) ADPEL Klas Utama
3) ADPEL Klas I & Klas II GT ≥35
4) ADPEL Klas III GT 35 – 500
5) ADPEL Klas IV & V GT ≤35
6) BKI ( Biro Klasifikasi Indonesia )
Masa berlaku 3 – 12 bulan

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


n. Sertifikas Garis Muat ( sementara ) diwajibkan bagi kapal barang, kapal tanki, kapal
penumpang, kapal tongkang, kapal tunda, kapal curah, dan kapal keruk pelayaran dalam
negeri. Peraturan garis muat kapl pelayaran dalam negeri 1986, UU no 17 Tahun 2008
yang menjadi acuan hukum dari Sertifikasi garis muat ( sementara ).

Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikas garis muat ( sementara ) diantaranya


adalah:
 Pemerikasaan oleh marine inspector terhadap pintu kedap air, penutupan
palka/pagar kapal, stabilitas kapal dengan hasil baik berikut laporannya disertai
dengan perhitungan lambung timbul
 Sertifikat keselamatan masih berlaku
 Bukti pembayaran PUBP

Instansi yang berhak mengeluarkan Sertifikas garis muat ( sementara ) adalah:


1) DJPL
2) ADPEL Klas utama
3) ADPEL Klas I & Klas II GT 35
4) ADPEL Klas III GT ≤ 35-500
5) ADPEL Klas IV & Klas V GT ≤ 35
Masa berlaku 3 – 12 bulan

o. Sertifikat Internasioanl, Pencegahan Pencemaran oleh Minyak, Bahan Cair Beracun,


Sertifikat Nasioanl Pencegahan Pencemaran oleh Minyak dari Kapal diwajibkan bagi
kapal tunda, kapal penumpang, kapal barang, PK mesin ≥200 pelayaran dalam negeri.
Kapal penumpang, kapal keruk GT ≥400 pelayaran dalam dan luar negeri. Konvensi
internasional MARPOL 1973/1978, UU No 17 Tahun 2008 yang menjadi acuan hukum
dari Sertifikat Internasioanl, Pencegahan pencemaran oleh minyak, bahan cair beracun,
Sertifikat nasioanl pencegahan pencemaran oleh minyak
Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat Internasioanl, Pencegahan pencemaran
oleh minyak, bahan cair beracun, Sertifikat nasioanl pencegahan pencemaran oleh
minyak diantaranya adalah:

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


 Pemerikasaan oleh marine inspector terhadap peralatan system pencegahan
pencemaran oleh minyak, bahan cair beracun, bahan kimia sesuai jenis kapal dengan
hasil baik berikut laporan nya
 Bukti pembayaran PUBP

Instansi yang berhak mengeluarkan Sertifikat Internasioanl, Pencegahan pencemaran


oleh minyak, bahan cair beracun, Sertifikat nasioanl pencegahan pencemaran oleh
minyak diantaranya adalah:
1) DJPL
2) ADPEL Klas utama
3) ADPEL Klas I & Klas II GT ≥400
4) ADPEL Klas III GT 100-500
5) Biro Klasifikasi Internasional
Masa berlaku 3 – 12 bulan

p. Sertifikat Manajemen Keselamatan diwajibkan bagi kapal penumpang GT ≥ 150


pelayaran dalam dan luar negeri, kapal barang, kapal tanki, kapal curah, kapal keruk GT
≥500. SOLAS 1974, UU No 17 Tahun 2008 yang menjadi acuan hukum Sertifikat
manajemen keselamatan.
Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat manajemen keselamatan diantaranya
adalah:
 Audit manajemen keselamatan kapal dan darat (kantor perusahaan pelayaran) oleh
auditor dengan hasil baik berikut laporannya

Instansi yang berhak mengeluarkan Sertifikat manajemen keselamatan, adalah :


1) DJPL
2) ADPEL Klas utama
3) ADPEL Klas I & Klas II GT ≥150
4) ADPEL Klas III GT ≤500
5) Biro Klasifikasi Internasional
Masa berlaku 3 bulan sampai 5 tahun

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


q. Biro Klasifikasi Indonesia ( untuk mesin dan lambung ) diwajibkan bagi kapal barang,
kapal curah, kapal penumpang, kapal keruk, kapal penangkap ikan dengan panjang kapal
≥20M, PK mesin ≥100 bahan kapal baja, almunium. UU No 17 Tahun 2008, Ordinasi kapal
1935 yang menjadi acuan hukum dari Biro Klasifikasi Indonesia ( untuk mesin dan
lambung ).

Adapun syarat-syarat dari penerbitan Biro Klasifikasi Indonesia ( untuk mesin dan
lambung), diantaranya adalah:
 Pemeriksaan oleh surveyor Klas terhadap kontruksi, lambung kapal dan mesin dari
hasil survey dapat ditentukan Klas kapal dan meisn nya.

Instansi yang berhak mengeluarkan Biro klasifikasi Indonesia ( untuk mesin dan
lambung ) adalah:
 Biro klasifikasi internasional
Masa berlaku 6 bulan sampai 5 tahun.

r. Sertifikat Keselamatan Pengawakan dan Surat Keterangan Perwira diwajibkan bagi


kapal barang, kapal tanki, kapal penumpang, kapal curah, kapal keruk GT ≥500 pelayaran
luar negeri.
Semua kapal yang diawaki GT ≥35 pelayaran dalam negeri memakai surat keterangan
susunan perwira.Ordinasi kapal 1935, SOLAS 1974, UU No 17 tahun 2008, IMO (
International Maritime Organization )

Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat keselamatan pengawakan dan surat


keterangan perwira, diantaranya adalah:
 Pemeriksaan oleh petugas status hokum kapal terhadap sertifikat keahlian Nautika
dan Tehnika yang dimiliki oleh perwira kapal dan Nahkoda dengan hasil memenuhi
syarat sesuai GT kapal, PK mesin dan daerah pelayaran.
 Pemeriksaan bahwa personil perwira kapal yang di maksud ada di atas kapal.

Instansi yang berhak mengeluarkan Sertifikat keselamatan pengawakan dan surat


keterangan perwira di antara nya adalah:
1) DJPL

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


2) ADPEL Klas utama
3) ADPEL Klas I & Klas II GT ≥35
4) ADPEL Klas III GT 35-500
5) ADPEL Klas IV & Klas V GT 35
Masa berlaku permanen, selama tidak ada perubahan di dalam susunan nama perwira di
atas kapal.

3. RUANG LINGKUP REGISTRASI KAPAL


Kapal pedalaman yang wajib diregistrasi adalah setiap kapal atau alat
angkutan/penyeberangan yang digunakan untuk pelayaran perairan pedalaman, baik untuk
angkutan barang, penumpang maupun hewan. Kapal pedalaman dapat diregistrasi jika:
a. Pengadaan kapal
 Dibangun dari perusahaan galangan kapal
 Dibangun sendiri oleh tukang (tradisional)
b. Melalui jual beli
c. Perubahan status kapal laut menjadi kapal pedalaman
d. Mutasi kapal

Maksud dilakukannya registrasi kapal pedalaman adalah untuk memperoleh data kapal,
yang meliputi :
a. Jenis kapal
b. Ukuran kapal
c. Tonage kapal
 Isi kotor (GT)
 Isi bersih (NT)
d. Daya angkut
e. Identitas pemik kapal
f. Jumlah kapal
g. Menuju pengaturan trayek yang tetap, teratur dan merata (keseimbangan)

4. PROSEDUR REGISTRASI KAPAL


a. Kewajiban pemilik Kapal

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


1) Untuk mendapatkan registrasi kapal, pemilik, agen dan nakhoda, harus mengajukan
surat permohonan secara tertulis kepada :
 Kepala Dinas Perhubungan Propinsi dan Kabupaten/Kota.
 Surat permohonan tidak memakai materai
 Apabila kapal dimiliki oleh perusahaan yang berbeda hukum, agar melampirkan
Akte Pendirian Perusahaan.
 Jika yang mengajukan permohonan bukan pemilik kapal, harus melampirkan surat
kuasa di atas segel atau materai.
2) pada waktu mengajukan permohanan harus ditengkapi dengan persyaratan:
a) Surat keterangan yang menyatakan bahwa kapal tersebut benar sebagai pemilik
dan diketahui oleh Kapala Desa / Lurah dan Camat setempat.
b) Surat keterangan pembangunan kapal dari perusahaan galangan kapal dan jika
kapal tersebut dibangunan / dikerjakan sendiri oleh tukang (tradisional), harus
diketahui oleh Kepala Desa / Lurah dan Camat setempat, yang menjelaskan :
 Jenis kapal
 Bahan kapal
(1) Besi / Baja
(2) Fibreglass
(3) Aluminium
(4) Kayu
(5) Tahun pembangunan kapal
(6) Tempat dan nama galangan
 Alat penggerak
(1) Merek dan nomor mesin
(2) Type mesin
(3) Jumlah PK dan Cyl
(4) Tahun Pengeluaran mesin
 Kwitansi (Faktur) pembelian mesin.
 Surat Ukur

5. KEWAJIBAN PEJABAT/PETUGAS

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


a. Setelah persyaratan permohonan tersebut diteliti dan ternyata lengkap maka untuk
mengetahui besar nya isi kotor dan isi bersih kapal pejabat / petugas yang ditunjuk
melakukan pengukuran kapal.
b. Pejabat / petugas yang melakukan pengukuran kapal harus memiliki persyaratan dan
kualifikasi sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Setelah diukur kapal diberi tanda regristrasi dan tanda selar
d. Ukuran Tanda Selar / Nomor Registrasi
1) Ukuran Pokok
a) Panjang = 35 cm
b) Lebar = 25 cm
2) Ukuran huruf
a) Tinggi = 10 cm
b) Tebal = 1 cm
e. Pejabat/Petugas yang ditunjuk memberi penjelasan tata cara kepada pemilik kapal,
mengenai pemasangan tanda selar nomor registrasi dikapal.
f. Adapun cara pemasangan tanda selar / nomor registrasi di kapal yaitu :
g. Dipahatkan pada lambung kiri-kanan pada bagian luar haluan kapal, sedalam 2 mm dan
tinggi angka 20 cm.=
h. Dipasang menggunakan plat seng pada lambung kiri-kanan pada bagian luar haluan
kapal.

6. PELAKSANAAN REGISTRASI KAPAL


Ketentuan Registrasi kapal pedalaman:
a. Dinas Perhubungan Propinsi mengeluarkan nomor urut induk tanda selar/nomor
registrasi. .
b. Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota mengeluarkan nomor urut registrasi kapal.
c. Tanda selar/nomor registrasi dikeluarkan tidak boleh terpisah-pisah, artinya Tanda
selar/nomor registrasi tersebut harus berurutan.

Tujuan registrasi per Kabupaten/Kota:


a. Untuk meningkatkan kerja sama (koordinasi) dengan pemerintah Kabupaten/Kota.
b. Untuk mengetahui jumlah kapal dari suatu Kabupaten/Kota.

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


Peruntukan/Penggunaan tanda Selar/Nomor Registrasi:
a. Kapal umum.
Diberi warna dasar kuning, nomor putih.
b. Kapal Pemerintah
Diberi warna dasar merah, nomor putih.
c. Kapal Pakai Sendiri (private).
Diberi warna dasar hitam, nomor putih

7. PEMBERIAN SURAT TANDA REGISTRASI


a. Apabila persyaratan lengkap, tanda selar/nomor registrasi telah terpasang di kapal
sebagai bukti pemilik kapal diberikan surat tanda registrasi surat tanda registrasi dibuat
rangkap 5 (lima) lembar, dengan rincian :
1) Lembar pertama (asli), diberikan kepada pemilik kapal.
2) Lembar kedua, dikirim kepada Gubernur propinsi.
3) Lembar ketiga, untuk arsip Dinas perhubungan propinsi.
4) Lernbar keempat, untuk Dinas perhubungan kabupaten / Kota.
5) Lembar kelima, di kirim kepada Direktur Jenderal Perhubungan Darat. Dengan
demikian baik daerah maupun pusat selalu dapat mengetahui perkembangan dan
perubahan serta mutasi kapal mengenai kapal yang telah di registrasi.

b. Surat Tanda Registrasi dibuat dengan menggunakan kertas KAPER dengan ketentuan :
1) Ukuran.
 Panjang = 24 cm
 Lebar = 17 cm
2) Warna = putih
(Lampiran = II)

c. Masa berlaku Surat Tanda Registrasi


1) Masa berlaku Surat Tanda Registrasi tidak terbatas (selama kapal masih beroperasi),
tidak berlaku lagi apabila terjadi perubahan, seperti:
a) Konstruksi bangunan kapal.
b) Penggantian nama dan Alamat pemilik kapal,
c) Penggantian mesin.

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


d) Mutasi kapal.
2) Setelah selesai dibuat surat tanda registrasi, data dari kapal tersebut harus dibukukan
dalam buku daftar I registrasi kapal pedalaman yang telah ditentukan.
3) Surat tanda registrasi yang tidak berlaku lagi harus dilaporkan kepada Dinas
Perhubungan propinsi dan Dinas perhubungan Kabupaten / Kota.
4) Surat Tanda Registras harus selalu berada di kapal apabila kapal akan berlayar.

8. MUTASI KAPAL PEDALAMAN


Mutasi kapal pedalaman dapat dilakukan bilamana pindah antar lintas Kabupaten/Kota
dalam Propinsi, dan dari surat tanda registrasi harus diganti baru termasuk tanda selar /
nomor registrasi kapal yang sama. Surat tanda registrasi yang diganti baru diberikan kepada
pemegang buku register pertama untuk diadakan perubahan atau dicatat (sebelumnya ada
persetujuan), jadi surat tanda registrasi yang diperlukan hanya 1 (satu) lembar.

Apabila kapal pedalaman mutasi dari suatu Provinsi ke Provinsi lain. pemilik kapal
sebelumnya harus mengajukan surat permohonan secara tertulis kepada Kepala Dinas
Perhubungan Provinsi dimana kapal di registrasi pertama, dengan melampirkan surat-surat
kapal serta alasannya. Setelah itu Kepala Dinas Perhubungan Provinsi yang dituju dan
Instansi terkait. Selanjutnya Kepala Dinas Perhubungan provinsi yang dituju menerima dan
kapal dapat di registrasi kembali, akan tetapi bilamana sertifikat kesempurnaan kapal
tersebut masih beriaku, maka kapal dapat diregistrasi setelah masa berlaku sertifikat
kesempurnaan tidak berlaku lagi, namun pemiiik kapal diwaijibkan untuk melapor
kedatangan di daerah dan sekaligus meminta Surat Izin Berlayar (SIB).

9. REGISTRASI ULANG (HER Registrasi)

a. Untuk mengetahui apakah kapal pedalaman yang telah diregistrasi masih beroperasi
atau tidak, pada setiap bulan Januari tahun berjalan diadakan registrasi ulang (Her
Registrasi).
b. Kapal pedalaman yang registrasi ulang (Her registrasi) adalah kapal yang telah diregistrasi
selama 1 (satu) tahun.

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


c. Registrasi ulang (Her Registrasi) tidak berlaku terhadap kapal pedalaman yang baru
dibangun artinya kapal yang baru tetap diregistrasi dengan melanjutkan tanda
selar/nomor registrasi yang telah dikeluarkan sebelumnya.
d. Registrasi ulang (Her Registrasi) dilakukan dengan cara menulis/ditulis pada sisi belakang
Surat Tanda Registrasi yang asli (Lembaran Pertama).
e. Pada kolom 15 (lima belas) di buku daftar/registrasi kapal pedalaman dilakukan
pencatatan, yaitu Tahun dan Tanggal diketahui.

10. BALIK NAMA


a. Kapal yang telah dialihkan kepemilikan kepada orang lain, dan kewajiban pemilik baru
mengurus balik nama kapal tersebut dengan cara :
1) Pemilik baru mengajukan permohonan secara tertulis kepada ADPEL dan KANPEL di
tempat kapal terdaftar, dengan melampirkan :
 Gross Akte Asli.
 Photo copy surat ukur.
 Bukti pengalihan hak milik (Akte jual beli, hibah dan lain-lain).
 Bukti pelunasan bea balik nama.
 Identitas pemirik (KTP, Anggaran Dasar Perusahaan).
 Surat Kuasa (bila diperlukan).
2) Bila surat yang disyaratkan dipenuhi, pejabat pendaftaran Kapal rnenyiapkan akte
balik nama kapal dan selanjutnya Minut Akte ditanda tangani oleh pemilik (Kuasa
pemilik) dan pejabat pendaftar kapal serta Pegawai Pernbantu.
b. Setelah balik nama tersebut dicatat pada daftar induk kapal yang bersangkutan, maka
gross akte balik nama dapat diberikan kepada pemilik.
c. Kapal dicoret dari daftar kapal apabila :
1) Kapal tenggelam
2) Kapal dirampas oleh bajak laut
3) Kapal di tutuh (Scrapping)
4) Kapal beralih kepemilikan

11. PEMASANGAN HIPOTIK KAPAL

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


a. Dalam pasal 314 KUHD kapal yang telah didaftar dalam daftar Umurn Kapal Indonesia,
dapat dibebani Hipotik dengan tujuan bahwa kapal yang telah didaftar dapat dijadikan
jaminan (AGUNAN) kredit.
b. Pembuatan akte hipotik kapal dilakukan dengan 2 (dua) cara :
1) Bank atau Lembaga Keuangan pemberi jaminan mengajukan permohonan hipotik
atas kapal di tempat kapal terdaftar dengan melampirkan :
 Gross Akte Asli.
 Memasang hipotik (Pasal 1171 KUH Perdata harus dibuat akte hipotik)
 Perjanjian kredit
 Surat kuasa (bila diperlukan)
2) Kreditur dan Debitur bersama-sama mengajukan permohonann pemasangan hipotik
atas kapal kepada ADPEL/KANPEL dimana kapal terdaftar dengan melampirkan.
 Gross Akte Asli
 Perjanjian kredit
 Surat persetujuan komisaris perusahaan/pemilik kapal yang dibebani hipotik
 Surat kuasa (bila diperlukan)
c. Bilamana surat tersebut dipenuhi, Pejabat pendaftaran kapal akan menyiapkan akte
hipotik dan selanjutnya Minut akte ditandatangani oleh penghadap, pejabat
pendaftaran kapal dan pegawai pembantu.
d. Setelah dicatat pada daftar induk kapal, gross akte hipotik bersama dengan gross akte
pendaftaran / balik nama kapal, diserahkan kepada kreditur untuk disimpan. Bila kredit
yang diberikan kepada debitur telah dilunasi, kreditur atau debitur atas persetujuan
dari kreditur mengajukan surat permohonan "ROYA" Hipotik tersebut kepada ADPEL /
KANPEL tempat kapal didaftarkan / dibuatkan akte hipotiknya.
Selanjutnya pegawai pembantu mencatat "ROYA" hipotik tersebut pada daftar induk
kapal yang bersangkutan, kemudian mengembalikan asli gross akte pendaftaran /
balik nama kapal dan asli gross akte hipotik kepada pemilik kapal.
e. Tanda pendaftaran kapal
Sebagai salah satu bukti bahwa kapal telah didaftarkan dalam untuk pendaftaran dan
pencatatan balik nama kapal, adalah telah dipasangnya tanda pendaftaran di kapal
yang bersangkutan oleh pemilik kapal.

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


12. PENDAFTARAN KAPAL DAN TEMPAT PENDAFTARAN KAPAL
a. Prosedur pendafitaran Kapal
Kapal yang wajib didaftar adalah:
 Kapal ukuran isi kotor sekurang-kurangnya GT 7, dan
 Dimiliki Badan Hukum yang didirikan berdasarkan hukum Warga Negara Indonesia
yang berkedudukan di Indonesia.

Pemilik mengajukan permohonan secara tertulis di salah satu tempat pendaftaran


(ADPEL / KANPEL) dengan melampirkan :
1) Photo copy surat ukur
2) Bukti pemilikan kapal (Akte jual beli, hibah dan lain-lain)
3) Bukti pelunasan Bea Balik nama kapal
4) Surat keterangan penghapusan dari pendaftaran kapal, jika kapal tersebut di daftar
di Negara lain
5) Identitas pemilik (KTP, Akte pendirian perusahaan)
6) Surat Kuasa (bila diperlukan)

Setelah surat yang disyaratkan dipenuhi, pejabat pendaftaran kapal menyiapkarn akte
pendaftaran kapal, dan selanjutnya .minut akte ditandatangani oleh pemilik (kuasa
pemilik) dan pejabat pendaftaran kapal serta pegawai pembantu. Gross Akte
Pendaftaran diberikan kepada pemilik setelah pendaftaran kapal dipasang di kapal
dengan dibuktikan berita acara ADPEL/KANPEL setempat.

Tempat pendaftaran kapal dapat dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Perhubungan


Laut dan/ atau di salah satu pelabuhan yang ditunjuk oleh Menteri Perhubungan.

13. KEBANGSAAN KAPAL


Kapal yang di daftar di Indonesia dapat diberikan surat tanda kebangsaan kapal Indonesia
sebagai bukti kebangsaan, sedangkan untuk kapal disamping berbendera kebangsaan
diberikan pula surat tanda kebangsaan kapal dengan Nama Panggilan (Call Sign) bagi kapal
yang mempunyai perangkat komunikasi radio. Secara umum kebangsaan adalah hubungan
hokum antara manusia (seseorang sebagai subjek hokum dengan negaranya). Oleh sabab
itu kapal yang berlayar di lautan maupun perairan pedalaman harus membuktikan

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


kebangsaan kapal, hal ini dapat dilihat dari bendera yang terpasang di kapal. Dengan
demikian pengibaran bendera di kapal dari salah satu berapa Negara, berarti hukum dari
negara yang bersangkutan berlaku diatas kapal.

Jenis surat tanda kebangsaan kapal.


a. Surat laut ; untuk kapal niaga den penangkap ikan yang berukuran tonnage kapal GT
175 keatas atau lebih
b. Pas tahunan ; untuk kapal niaga dan penangkap ikan yang berukuran tonnage kapal GT
7 sampai dengan GT 175
c. Pas kecil ; untuk kapal niaga dan penangkap ikan yang berukuran tonnage kotor kurang
dari GT 7
d. Pas perairan pedalaman ; untuk kapal yang berlayar di perairan pedalaman
e. Surat laut sementara dan pas tahunan sementara.
Diterbitkan untuk kapal yang belum didaftar atau dibalik nama yang berlayar ke luar
negeri.

Surat tanda kebangsaan Kapal tersebut berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Model
E, diberikan untuk kapal yang belum terdaftar atau dibalik nama, sebagai pengganti surat
tanda kebangaan kapal sementara dan hanya untuk berlayar dalam negeri.

Prosedur untuk mendapatkan Surat Tanda Kebangsaan Kapal.


a. Surat laut; DIRJEN HUBLA.
b. Pas tahunan; ADPEL/KANPEL
c. Pas kecil; ADPEL-/KANPEL.
d. Pas Perairan Pedalaman, Dinas Perhubungan.

Surat tanda kebangsaan kapal Indonesia tidak berlaku apabila:


a. Masa berlakunya telah habis,
b. Kapal bukan lagi kapal Indonesia.
c. Data kapal berubah.
d. Kapal tenggelam.
e. Kapal dirampas bajak laut.

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


14. LAPORAN BULANAN
a. Dinas Perhubungan Kabupaten / Kota
Pada setiap akhir bulan harus membuat/mengirim laporan kepada Dinas
Perhubungan Provinsi mengenai:
 Jumlah kapal pedalaman yang di registrasi baru.
 Jumlah kapal pedalaman yang diregistrasi ulang (Her Registrasi).

b. Dinas Perhubungan Propinsi


Paling lambat tanggal 20 bulan berjalan, melaporkan kapal yang diregistrasi tersebut
kepada Gubernur Provinsi dengan tembusan instansi yang terkait.

15. LAPORAN TAHUNAN


a. Dinas Perhubungan Kabupaten / Kota
Pada setiap akhir tahun harus membuat / rnengirimkan laporan kepada Dinas
Perhubungan Provinsi mengenai:
 Jumlah kapal pedalaman yang diregister baru.
 Jumlah kapal yang diregister ulang (Her Registrasi)
 Mutasi kapal.
b. Dinas Perhubungan Provinsi
Pada setiap akhir tahun merekapitulasi laporan yang telah disampaikan oleh Dinas
Perhubungan Kabupaten / Kota, untuk selanjutnya dilaporkan kepada Gubernur
Provinsi dengan tembusan yang terkait.

16. PENDAFTARAN KAPAL


Untuk diperhatikan bahwa Surat Tanda Registrasi bukan merupakan akte hak milik, karena
untuk memperoleh akte hak milik pemilik kapal harus berhubungan dengan Pejabat
Bagian Pendaftaran dan balik nama kapal yaitu Direktur Jenderal Perhubungan Laut Cq,
Syahbandar yang ditunjuk.
Hal ini sesuai dengan yang diatur dalam pedoman pelaksanaan Surat Keputusan Bersama

Direktur Jenderal Perhubungan Laut dan Direktur Jenderal Perhubungan Darat :


No. DKP. 1 / 96 / 9 tanggal 14 Nopember 1972.
No. M. 814 / 13

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


17. PENERTIBAN SERTIFIKAT KESELAMATAN KAPAL ASD
Sertifikat keselamatan tersebut di berikan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk untuk
mewakili Menteri. Sertifikat keselamatan diberikan kepada semua jenis kapal ukuran GT 7
(tujuh Gross Tonnage) atau lebih kecuali:

a. kapal perang;

b. kapal negara; dan

c. kapal yang digunakan untuk keperluan olah raga.

Penggunaan sertifikat ditentukan bahwa selembar sertifikat harus digantungkan dalam


kaca berbingkai ditempat yang mudah terlihat di dalam kapal dan satu lembar lagi
dikumpulkan menjadi satu dengan surat-surat kapal lainya.

Sertifikat kapal yang dikeluarkan oleh Pejabat yang berwenang dari negara asing, dapat
diakui oleh Pemerintah jika persyaratan untuk mendapatkannya dinilai sekurang-
kurangnya sepadan dengan persyaratan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.
Selain Sertifikat Kapal tersebut, sertifikat terhadap komponen kapal yang dikeluarkan oleh
badan klasifikasi yang diakui, dapat dipakai sebagai bagian dokumen pemeriksaan kapal.

Masa berlaku Sertifikat Keselamatan paling lama adalah 12 (dua belas) bulan. Dalam Sertifikat
Keselamatan harus dicantumkan antara lain:

1) besarnya lambung timbul yang ditetapkan.


2) Jumlah penumpang yang diizinkan untuk diangkut
3) Jumlah muatan yang diizinkan untuk diangkut
Sertifikat Keselamatan yang asli harus selalu berada di atas kapal pada waktu berlayar
dan sewaktu - waktu harus dapat diperlihatkan kepada Syahbandar atau Pejabat yang
berwenang, apabila diperlukan.

Sertifikat Keselamatan dinyatakan gugur dan tidak berlaku apabila;

a. Masa berlaku sudah berakhir;


b. Tidak melaksanakan pengukuhan sertifikat (endorsemen);
c. Kapal rusak dan dinyatakan tidak memenuhi persyaratan keselamatan kapal;
d. Kapal berubah nama;

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


e. Kapal berganti bendera;
f. Kapal tidak sesuai lagi dengan data-data teknis dalam sertifikasi keselamatan kapal;
g. Kapal mengalami perombakan yang mengakibatkan perubahan konstruksii kapal,
perubahan ukuran utama kapal, perubahan fungsi atau jenis kapal;
h. Kapal tenggelam atau hilang; atau
i. Kapal ditutuh (scrapping).

Sertifikat kapal dibatalkan apabila :

a. keterangan-keterangan dalam dokumen kapal yang digunakan untuk penerbitan


sertifikat ternyata tidak sesuai dengan yang sebenarnya;

b. kapal sudah tidak memenuhi persyaratan keselamatan kapal; atau

c. sertifikat diperoleh secara tidak sah.

Pencabutan terhadap Sertifikat Keselamatan yang dinyatakan gugur dan tidak


berlaku lagi dilakukan oleh Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal.

Sertifikat Keselamatan diterbitkan oleh Direktur Jenderal atau oleh Pejabat


Pemeriksa Keselamatan Kapal yang ditunjuk sebagai berikut :
a. Kantor Administrasi Pelabuhan Kelas I, Kelas II, kelas III dan Kantor Pelabuhan kelas I
meliputi:
1) Menerbitkan Sertifikat Keselamatan Pertama dengan isi Kotor sampai dengan GT
100.
2) Menerbitkan Pembaharuan Sertifikat Keselamatan untuk semua ukuran.
b. Kantor Administrasi Pelabuhan kelas IV dan Kantor Pelabuhan kelas III meliputi :
1) Menerbitkan Sertifikat Keselamatan Pertama dengan Isi Kotor sampai dengan GT 100.
2) Menerbitkan Pembaharuan Sertifikat Keselamatan dengan Isi Kotor sampai dengan GT
100.
Sertifikat Keselamatan Pertama diberikan dengan masa berlaku 12 belas bulan
berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pertama yang dibuat oleh Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal sesuai prosedur dan kapal dinyatakan oleh memenuhi ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam Keputusan ini.

Selama menunggu diterbitkannya Sertifikat keselamatan Pertama, setelah Pemeriksa

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


pertama dilaksanakan, Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal dapat memberikan
Sertifikat Keselamatan Sementara hanya satu kali yang berlaku paling lama 3 (tiga) bulan
dan tidak dapat diperpanjang lagi.

Setiap kapal harus naik dok setiap 12 (dua belas) bulan sekali untuk diperiksa oleh
pejabat Pemeriksa keselamatan Kapal guna mendapatkan Pembaharuan Sertifikat
Keselamatan. Untuk keperluan pemeriksaan yang diadakan atas permintaan pemilik kapal,
pemilik sudah harus mempersiapkan kapalnya pada waktu dan tempat yang telah disepakati.

Sertifikat dibuat rangkap 4 (empat) lembar dengan ketentuan :

1) Lembar satu dan dua, untuk pemilik


2) Lembar tiga, untuk pejabat lebih tinggi
3) Lembar empat, untuk arsip
Sertifikat diberi nomor induk sampai dengan 999, tidak bermaterai, dan diberi lambang
Burung Garuda.

Pengajuan Permohonan Sertifikat

Tata cara pengajuan permohonan sertifikat kapal :

a. permintaan untuk mendapat sertifikat kapal diajukan secara tertulis oleh pemilik,
perusahaan galangan kapal, agen, nahkoda pemimpin kapal kepada Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal, dimana pemilik menghendaki pemeriksaan dilakukan .
b. surat permintaan untuk mendapatkan sertifikat kapal dibebaskan dari bea materai
(tanpa materai),kecuali surat-surat yang ditujukan dan datang Menteri Perhubungan.
c. Jika yang memiliki kapal adalah perusahaan yang berbadan hukum Indonesia, perlu
disertai akte pendiriaan perusahaan.
d. Apabila yang mengajukan permohonan bukan pemilik, agar dilampirkan surat kuasa
yang sah.
Persyaratan Administrasi untuk mendapat sertifikat kapal.

a. Kapal baru dibangun di Indonesia atau dari luar negeri.


1) Kontrak bangunan dari pembangunan kapal.
2) Bukti pembayaran lunas pembangunan kapal.

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


3) Surat penyerahan dari galangan kapal kepada yang mengontrak atau memesan
kapal.
b. Kapal yang dibangun sendiri.
1) Surat keterangan tukang yang disahkan oleh pemerintah setempat (Surat
bangunan boat).
2) Gambar kapal
3) Gambar gading-gading dan susunan geladak
4) Kwitansi pembelian mesin / boat
5) Surat ukur, jika tonnage kotor GT 7 ke atas
6) Sertifikat, jika kapal dikelaskan.
c. Kapal yang dibeli dari luar negeri
1) Kontrak jual beli
2) Bukti pelunasan pembelian kapal
3) Bukti kapal sudah dicoret dari daftar kapal luar negeri
4) Identitas pemilik kapal
b. Kapal Lama
1) Sertifikat yang lama
2) Surat keterangan galangan yang diketahui pemerintah setempat
3) Surat ijin trayek
Untuk memperpanjang sertifikat kapal, pemilik, perusahaan galangan kapal,
agen,nahkoda, atau pemimpin kapal harus mengajukan permohonan secara tertulis 2
(dua) bulan sebelum sertifikat habis masa berlakunya.

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


18. DASAR PENGUKURANKAPAL ASDP

a. FUNGSI PENGUKURAN KAPAL


Ukuran dimensi suatu kapal yang terdiri dari panjang, lebar dan dalam serta tonase kapal
yang terdiri dari tonase kotor dan tonase bersih merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam pengoperasian kapal. Untuk menentukan ukuran dimensi dan tonase kapal
tersebut, harus dilakukan pengukuran kapal dengan metode/cara pengukuran yang telah
ditentukan untuk dapat diterbitkannya Surat Ukur maupun syarat-syarat lain pada tahap
selanjutnya untuk memenuhi kewajiban sertifikasi pada kapal.

Tonase merupakan suatu besaran volume atau isi kapal yang menunjukkan besarnya
volume kapal yang terdiri dari volume ruangan lambung kapal dan volume ruangan yang
tertutup di atas lambung kapal. Tonase tersebut terdiri dari tonase atau isi kotor
(Gross Tonnage atau yang disingkat GT) dan tonase atau isi bersih
(Net Tonnage yang disingkat NT).

Ukuran dan tonase tersebut bahkan menjadi salah satu karakter pada kapal dan juga
sebagai identitas kapal yang berkaitan dengan beberapa aspek antara lain gambaran
kondisi konstruksi/bangunan kapal, pendaftaran dan surat tanda kebangsaan kapal, data
statistik serta perhitungan biaya-biaya pelabuhan.

Untuk kapal yang belum mendapatkan Surat Ukur Kapal yang diterbitkan oleh Pemerintah
Indonesia karena baru saja selesai dibangun, berganti kebangsaan, atau sebab-sebab
lainnya maka perlu dilakukan Pengukuran Pertama. Pengukuran Pertama juga dapat
dilakukan pada saat kapal ataupun pada saat keadaan kapal terapung (floating dock).

Dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran ditetapkan bahwa


penyelenggaraan angkutan laut dalam negeri harus dilakukan dengan menggunakan kapal
yang berbendera Indonesia dan berkebangsaan Indonesia kecuali dalam keadaan dan
persyaratan tertentu. Demikian pula dalam pasal 79 dimana penyelenggaraan sungai,
danau dan penyeberangan juga wajib dilakukan dengan menggunakan kapal yang
berbendera dan berkebangsaan Indonesia, kecuali lintas antar negara dengan perjanjian
khusus.

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


Menurut ketentuan dalam UU No.17 Tahun 2008, sebuah kapal dapat dikategorikan
sebagai kapal yang berbendera dan berkebangsaan Indonesia adalah apabila telah
memiliki Surat Tanda Kebangsaan Kapal Indonesia (STKKI). Surat tersebut dapat diperoleh
setelah kapal tersebut didaftarkan di Indonesia.

Kapal tersebut dapat didaftarkan apabila kapal tersebut memiliki ukuran tonase/isi kotor
sekurang-kurangnya 20m3 atau yang dinilai sama serta dimiliki oleh warga negara
Indonesia atau badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia. Pendaftaran kapal dapat dibuktikan dengan tanda
pendaftaran yang dipasang pada kapal serta penerbitan Surat Tanda Pendaftaran yang
juga berfungsi pula sebagai buku hak milik kapal dan dapat pula dibebani hipotek (Pasal 46
dan 49). Untuk dapat didaftarkan maka kapal tersebut sebelumnya wajib diukur.

Sementara itu, dalam Kepmenhub No. KM 73 Tahun 2004 tanggal 1 Oktober 2004 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau terutama pada pasal 5 dijelaskan bahwa :

a. Setiap kapal yang memiliki ukuran dibawah GT 7 yang akan dioperasikan untuk
melayani angkutan sungai dan danau dapat diukur, didaftarkan dan memenuhi
persyaratan kelaikan kapal dan pengawakan kapal
b. Setiap kapal yang memiliki ukuran mulai GT 7 ke atas yang akan dioperasikan untuk
melayani angkutan sungai dan danau wajib diukur, didaftarkan dan memenuhi
persyaratan kelaikan kapal dan pengawakan kapal
c. Kapal yang telah diukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) diberikan Surat
Ukur.

Dengan demikian, pengukuran wajib dilakukan dan sebagai langkah awal agar kapal
tersebut dapat dioperasikan baik untuk angkutan laut dalam negeri maupun untuk
angkutan sungai, danau dan penyeberangan.

Pengukuran Kapal tersebut juga merupakan proses awal dalam pemenuhan kelaikan kapal
dan penerbitan surat-surat dan sertifikat kapal yaitu Surat Ukur, Surat Tanda Pendaftaran
Kapal dan Surat Tanda Kebangsaan Kapal Indonesia.

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


Pengukuran Pendaftaran Kapal dinyatakan Kapal boleh

Kapal Kapal Berbendara beroperasi


Indonesia
Gambar 1
Urutan Pemenuhan Operasional Kapal

b. SURAT UKUR KAPAL


Surat Ukur merupakan salah satu dari surat-surat kapal yang harus ada dikapal apabila
kapal akan berlayar. Dalam KM 6 Tahun 2005 tentang Pengukuran Kapal, Surat Ukur
didefinisikan sebagai surat kapal yang memuat ukuran dan Tonnase kapal berdasarkan
hasil pengukuran.

Surat Ukur berisi data-data antara lain tentang :


a. Data ukuran (dimensi) kapal yaitu panjang, lebar dan dalam
b. Tonase (Isi) kapal yaitu ukuran volume kapal yang dinyatakan dalam tonase atau isi
kotor (Gross Tonnage = GT) dan tonase atau isi bersih (Net Tonnage= NT)
c. Data lainnya seperti nama kapal, bahan utama bangunan kapal, tempat tahun
pembangunan dan lain-lain.

Selain diberikan Surat Ukur, pada kapal yang telah di ukur juga wajib diberikan
pendaftaran yang berupa Tanda Selar yang dipasang pada lambung kapal ketentuan.
Tanda Selar adalah rangkaian angka dan huruf yang menunjukkan Isi Kotor (GT), Nomor
Surat Ukur serta kode Pengukuran dari Kesyahbandaran menerbitkan Surat Ukur tersebut.

Surat Ukur dibedakan menurut jenis dan masa berlakunya. Berdasarkan TMS 1969 Pasal 2
ayat 8, menurut jenisnya sesuai dengan pengukuran yang dipergunakan Surat Ukur
dibedakan menjadi :

a. Surat Ukur Dalam Negeri


Diterapkan untuk kapal berukuran panjang lebih kecil dari 24 meter dimana akan
diukur dengan metode Pengukuran Dalam Negeri

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


b. Surat Ukur Internasional
Dimana kapal akan diukur dengan metode Pengukuran Internasional diterapkan
pada :
 Kapal yang berukuran panjang ≥ 24 meter
 Kapal yang berukuran panjang < 24 meter atas permintaan pemilik kapal

Yang dikategorikan sebagai pemilik adalah orang atau orang-orang atau perusahaan
yang terdaftar sebagai pemilik kapal atau yang bertanggung jawab atas nama pemilik
kapal, termasuk operator.

c. Surat Ukur Khusus


Untuk kapal yang akan melewati terusan/kanal tertentu dimana selain kapal akan
diukur dengan metode Pengukuran Internasional atau Metode Pengukuran dalam
Negeri, kapal juga harus diukur dengan Metode Pengukuran Khusus untuk terusan
yang dimaksud.

Menurut masa berlakunya, Surat Ukur dibedakan menjadi :


a. Surat Ukur Sementara, yang diterbitkan karena penerbitan Surat Ukur tidak dapat
dilakukan, masa berlakunya dibatasi selama 2 bulan dan tidak dapat diperpanjang
b. Surat Ukur, masa berlakunya tidak dibatasi tetapi menjadi gugur jika kapal ganti nama
atau kapal mengalami perubahan.

Surat Ukur diterbitkan setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Perhubungan
Laut untuk surat ukur Internasional maupun Surat Ukur dalam Negeri. Surat Ukur
diterbitkan ole Syahbandar atau Pejabat Pemegang Fungsi Keselamatan Kapal dan khusus
untuk kapal ASD Surat Ukur diterbitkan oleh Kepala Dinas Perhubungan setempat atas
nama Walikota/Bupati.

Surat Ukur kapal dinyatakan tidak berlaku lagi apabila :


a. Kapal berubah bangunan/konstruksinya;
b. Kapal diganti namanya;
c. Kapal tidak dapat dioperasikan lagi karena :
 Kapal tenggelam;

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


 Kapal dihancurkan;
 Kapal musnah;
 Kapal terbakar;
 Kapal dinyatakan hilang.

Surat Ukur dinyatakan batal apabila :


 Pengukuran dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan
 Diperoleh secara tidak sah dan/atau dipergunakan tidak sesuai dengan
peruntukkannya

c. MANFAAT SURAT UKUR KAPAL


Tujuan utama dari kegiatan pengukuran kapal adalah untuk menentukan ukuran dan
tonase kapal dengan cara pengukuran yang telah ditentukan untuk dapat diterbitkannya
surat ukur. Ukuran dan Tonnase volume kapal tersebut banyak sekali dipakai terutama
dalam penentuan besarnya biaya yang dibebankan pada kapal dalam pengoperasiannya
atas pemakaian sejumlah fasilitas pelayaran maupun saat beraktivitas di pelabuhan atau
alur pelayaran.

Tonnase bersih atau NT sering digunakan untuk menentukan biaya pemakaian kanal, biaya
pemakaian lampu suar, biaya jasa pemanduan, dan beberapa biaya selama di pelabuhan.
Tonnase Kotor atau GT digunakan untuk menentukan penentuan jumlah dan jenis alat
keselamatan, misalnya peralatan pemadam kebakaran, beberapa biaya jasa
penundaan/penggunaan Tug Boat, biaya jasa sandar, dan biaya jasa galangan.

ISTILAH-ISTILAH
BRT atau Bruto Register Ton, adalah isi kotor kapal yang ditetapkan berdasarkan cara
pengukuran terdahulu sebelum TMS 1969 diberlakukan. BRT atau isi kotor pada umumnya
dipakai untuk mengindentifikasikan kapal penumpang, kapal barang, kapal nelayan, dan
kapal pesiar menurut besar ruangan kapal.

GT atau Gross Tonnage, adalah Tonase Kotor kapal menurut TMS 1969 yang sekarang
dipakai sebagai dasar cara pengukuran kapal-kapal Indonesia. GT pada dasarnya sama

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


dengan BRT hanya berbeda dalam cara perhitungan dan satuan yang dipergunakan.
Sebagai pendekatan dapat dinilai bahwa kapal dengan isi kotor 20 m 3 = 7,06 RT adalah
setara dengan GT = 7 (diperoleh dari 0,353 X 20 = 7 ) khusus untuk surat ukur dalam negeri
sedangkan internasional memakai pendekatan interpolasi.

NT atau Net Tonnage adalah tonase bersih kapal dihitung dengan menggunakan rumus
dan ketentuan sebagaimana ditetapkan TMS 1969.

DWT atau Deadwight, adalah bobot mati kapal, yang menunjukkan kemampuan kapal
untuk mengangkut muatan dengan aman. DWT pada umunya digunakan untuk
mengindentifikasi kapal-kapal barang (selain dengan BRT).

HP atau House Power atau daya kuda, besarnya daya penggerak mesin induk kapal. HP
pada umumnya digunakan dalam mengindentifikasi kapal-kapal tunda atau kapal tarik.

d. PENGUKURAN KAPAL
PEJABAT YANG BERWENANG
Pengukuran kapal dilakukan dengan membutuhkan keterlibatan banyak instansi dan
pejabat. Dalam hal ini, instansi yang berwenang dalam penyelenggaraan pengukuran kapal
adalah :

a. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang mengesahkan Daftar Ukur Internasional


dan memberikan persetujuan Penerbitan Surat Ukur Internasional
b. Kepala Dinas Perhubungan yang menerbitkan Surat Ukur untuk Kapal ASD
c. Administrator Pelabuhan c/q Syahbandar yang menerbitkan Surat Ukur Internasional
dan Surat Ukur Dalam Negeri
d. Ahli Ukur Kapal yang bertindak sebagai ahli ukur melaksanakan pengukuran kapal,
menghitung dan menetapkan tonase kapal yang disusun dalam bentuk Daftar Ukur
serta menandatangani Daftar Ukur tersebut.

Surat Ukur Dalam Negeri dan Surat Ukur Internasional diterbitkan disetiap pelabuhan oleh
Syahbandar atau pejabat pemegang fungsi keselamatan lainnya yang mempunyai kode
pengukuran. Sementara itu, Surat Ukur diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan
Laut. Surat Ukur dapat diterbitkan berdasarkan Daftar Ukur yang telah diperiksa dan

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


disahkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut (Dirjen Hubla) dengan masa berlaku
tidak terbatas.

Daftar Ukur adalah formulir yang dipergunakan untuk menghitung dan menetapkan
Tonage Kapal disusun dan ditanda tangani oleh Ahli Ukur Kapal. Dalam KM 6 tahun 2005
dijelaskan bahwa daftar ukur adalah daftar yang memuat perhitungan tonase kapal.

e. PROSEDUR PENGUKURAN
Pengukuran kapal dapat dilakukan sejak kapal dalam proses pembangunan. Urutan
kegiatan dalam rangka penerbitan Surat Ukur Tetap adalah sebagai berikut :

a. Pengajuan Permohonan
Pemilik kapal atau pihak yang dikuasakan permohonan tertulis ditujukan ke Dirjen
Hubla atau Syahbandar selaku pejabat pemegang fungsi keselamatan kapal di
pelabuhan tempat kapal berada dengan melampirkan beberapa dokumen yaitu :

1) Bukti kepemilikan yang dapat berupa :


a) Surat tukang
b) Kontrak pembangunan
c) Surat jual beli
d) Dokumen-dokumen lain yang berfungsi sebagai bukti kepemilikan

2) Gambar-gambar kapal yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pengukuran


kapal
3) Identitas diri pemilik kapal

b. Pelaksanaan Pengukuran
Pengukuran Kapal dilakukan oleh Ahli Ukur Kapal yaitu pejabat pemerintah oleh
Dirjen Hubla dan diberi wewenang untuk melaksanakan pengukuran kapal.

Jika di pelabuhan tempat kapal berada tidak dapat dilaksanakan karena tidak dapat
dilaksanakan dan tidak adanya Ahli Ukur Kapal maka pengukuran dapat dilaksanakan
oleh Ahli Ukur Kapal dari pelabuhan terdekat atau dari Direktur Jenderal
Perhubungan Laut. Pemilik kapal dapat mengajukan permohonan bantuan Ahli Ukur

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


kepada Dirjen Hubla atau oleh pejabat yang berwenang di pelabuhan tempat kapal
berada kepada pelabuhan lain yang terdekat.

c. Penyusunan Daftar Ukur


Berdasarkan hasil pengukuran, Ahli Ukur Kapal menyusun Daftar Ukur Kapal yang
disusun sesuai dengan metode pengukuran yang dipergunakan dan ditanda tangani
oleh Ahli Ukur Kapal yang melakukan pengukuran tersebut. Daftar ukur tersebut
kemudian dicatat dalam buku pengukuran dan diberi nomor sesuai dengan tanggal
penerbitan. Nomor untuk daftar ukur tersebut diberikan secara berurut dan berlanjut
pada setiap tahun berikutnya.

Ahli Ukur kemudian mengirimkan data ukur kapal tersebut kepada Dirjen Hubla paling
lambat 1 (satu) bulan sejak pengukuran selesai dilakukan untuk mendapatkan
pengesahan. Dirjen Hubla kemudian menerbitkan pengesahan atau penolakan atas
daftar ukur tersebut dalam waktu maksimal 5 (lima) hari setelah Daftar Ukur diterima.

Khusus untuk kapal bekas dari kapal berbendera asing, daftar ukur yang disusun oleh
Pemerintah atau Badan yang diakui oleh Negara bendera asal kapal berdasarkan
konvensi Internasional tentang Pengukuran Kapal 1969 dapat dipergunakan untuk
menetapkan ukuran dan tonase kapal Indonesia yang berasal dari kapal asing. Jika
daftar ukur tersebut tidak ada atau kapal mengalami perubahan konstruksi, ukuran
dan tonase maka kapal bekas kapal asing tersebut harus ditetapkan pengukurannya
dengan menggunakan Daftar Ukur yang dibuat berdasarkan hasil pengukuran kapal.

d. Penerbitan Surat Ukur


Setelah pengesahan Daftar Ukur telah dilakukan oleh Dirjen Hubla, Syahbandar atau
pejabat pemegang fungsi keselamatan kapal dapat melakukan penerbitan surat ukur
sesuai dengan Daftar Ukur yang telah diperiksa dan disahkan oleh Dirjen Hubla untuk
kemudian melaporkannya kepada Dirjen Hubla. Penerbitan Surat Ukur ini dikenakan
biaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Apabila dalam hal penerbitan Surat Ukur tersebut belum dapat dilaksanakan maka
dapat diterbitkan Surat Ukur sementara yang berlaku paling lama 2 (dua) bulan dan
tidak boleh diperpanjang. Surat Ukur sementara bagi kapal-kapal yang diukur di luar

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


negeri diterbitkan oleh Dirjen Hubla. Semua Surat Ukur tersebut harus diberi nomor
dan tanggal penerbitan yang sama dengan nomor Daftar Ukur.

e. Pemasangan Tanda Selar pada kapal oleh pemilik kapal


Jika Surat Ukur telah dapat diterbitkan maka pada kapal tersebut harus dipasang
Tanda Selar yang berupa rangkaian angka dan huruf yang terdiri dari GT, angka tonase
kotor, nomor yang diikuti dengan angka nomor surat ukur dan kode pengukuran dari
pelabuhan yang menerbitkan Surat Ukur sebagaimana pada pelabuhan yang
berwenang untuk melakukan pengukuran dan kode pengukuran ditetapkan oleh
Dirjen Hubla berdasarkan volume pembangunan dan lalu lintas kunjungan kapal.

Sebagaimana pada Tabel II.1. Kode Pengukuran adalah rangkaian huruf yang disusun
dan ditetapkan bagi masing-masing pelabuhan yang diberi wewenang untuk
menerbitkan Surat Ukur.
Pelabuhan yang berwenang untuk melakukan pengukuran dan Kode Pengukuran
ditetapkan oleh Dirjen Hubla berdasarkan volume pembangunan dan lalulintas
kunjungan kapal.

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


Tabel 1
KODE PENGUKURAN

Tabel II.1
Kode Pengukuran

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1
Gambar 2
Ukuran Tanda Selar

Adapun Tanda Selar tersebut harus dipasang di kapal secara permanen di bagian luar
dinding depan bangunan atas atau pada tempat lain yang aman dan mudah dibaca.
Pemasangan dapat dilakukan dengan cara :

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


1) Dilas, dibaut atau dikeling untuk kapal konstruksi baja atau aluminium;
2) Dipahat untuk kapal
3) Dilekatkan atau dicat untuk kapal konstruksi fiberglas atau bahan lain.

Ukuran angka dan huruf untuk tanda selar disesuaikan dengan tonase kotor kapal
sebagai berikut :

1) Untuk Kapal dengan tonase hingga GT 174, Tanda Selar menggunakan angka dan
huruf yang berukuran sebagai berikut :
i. Tinggi angka 65 mm dan lebar 40 mm
ii. Tinggi huruf besar 65 mm dan lebar 50 mm
iii. Tinggi huruf besar 50 mm dan lebar 35 mm
iv. Tebal huruf dan angka 12 mm

2) Untuk kapal dengan tonase hingga GT 175 atau lebih, Tanda Selar menggunakan
angka dan huruf yang berukuran sebagai berikut :
i. Tinggi angka 100 mm dan lebar 50 mm
ii. Tinggi huruf besar 100 mm dan lebar 80 mm
iii. Tinggi huruf besar 75 mm dan leabr 50 mm
iv. Tebal huruf dan angka 20 mm

f. Penyerahan Surat Ukur


Surat Ukur dapat diserahkan kepada pemilik kapal setelah pemasangan Tanda Selar
selesai dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

e. PENERBITAN SURAT UKUR KAPAL ASD


Berdasarkan Kepmenhub No. KM 73 Tahun 2004 tanggal 1 Oktober 2004, pada pasal 5
sebagaimana yang telah disebutkan pada Bab I, kapal yang akan dioperasikan untuk
angkutan sungai dan danau (kapal ASD) yang berukuran di bawah GT 7 (< 7 GT) dapat
diukur dan didaftarkan serta memenuhi pesyaratan kelaikan kapal dan pengawakan kapal.
Sementara itu, kapal ASD dengan ukuran GT 7 ke atas (≥ 7 GT) wajib diukur dan didaftarkan
serta memenuhi persyaratan kelaikan kapal dan pengawakan kapal. Setelah didaftarkan
dapat menerima Surat Tanda Pendaftaran dan Tanda Pendaftaran.

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


Kapal ASD tersebut yang telah memenuhi persyaratan kelaikan kapal dan pengawakan kapal
dapat diberikan sertifikat kelaikan kapal dan sertifikat pengawakan kapal. Khusus untuk
kapal ASD dengan ukuran GT 7 ke atas (≥ 7 GT) yang telah diberi surat ukur dan Surat Tanda
Pendaftaran dapat diberikan Surat Tanda Kebangsaan Kapal Indonesia.

Penerbitan Surat Ukur, Surat Tanda Pendaftaran dan Tanda Pendaftaran, sertifikat kelaikan
kapal dan Sertifikat Pengawakan Kapal untuk kapal dengan ukuran di bawah GT 7 (< 7 GT)
dilakukan oleh Dinas Perhubungan atas nama Bupati/Walikota setempat sebagai tugas
pembantuan. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pembantuan tersebut dilakukan
oleh Gubernur setempat sebagai tugas dekonstrasi.
Pelaksanaan penerbitan Surat Ukur, Surat Tanda Pendaftaran dan Tanda Pendaftaran,
Sertifikat Kelaikan Kapal dan Sertifikat Pengawakan Kapal untuk kapal dengan ukuran di
bawah GT 7 (< 7 GT) dilakukan dengan berdasarkan pedoman dan prosedur yang ditetapkan
oleh Dirjen Hubla.

Sementara itu, pelaksanaan penerbitan Surat Ukur, Surat Tanda Pendaftaran dan Tanda
Pendaftaran, Sertifikat Kelaikan Kapal dan Sertifikat Pengawakan Kapal untuk kapal dengan
ukuran mulai dari GT 7 ke atas (≥ 7 GT) dilakukan dengan berdasarkan pada peraturan
perundangan-undangan yang berlaku.

Pelaksanaan Pengesahan Setelah Disahkan


Syahbandar atau Dirjen Hubla
Ahli Ukur Kapal & Asisten Ahli Ukur Kapal
Daftar Ukur Internasional ke Dit Hublal
Daftar
Penerbitan Ukur
Surat Dalam
Ukur Negeri ke(pejabat
Syahbandar Dishub pemegang fungsi kesela

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


Permohonan Pemilik Kapal
f. TANDA SELAR KAPAL ASD
Sesuai dalam KM No. 73 Tahun 2004 tanggal 1 Oktober 2004, dijelaskan bahwa untuk kapal
ASD diatur tersendiri tanda pendaftaran dan tanda selar untuk kapal ASD.
1. Kode Tanda Register/Pendaftaran untuk kapal sungai dan danau (Kapal Perairan
Daratan) yang diterangkan dalam Surat Register/Pendaftaran adalah sebagai berikut :

AB CD 12

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


Dimana AB adalah contoh Kode Propinsi, CD adalah contoh Kode Kabupaten/Kota dan
12 adalah contoh Nomor Urut Register/Pendaftaran

2. Kode Tanda Register/Pendaftaran kapal ASD ditempatkan/dipasang pada haluan depan


badan kapal pada kiri dan kanan dengan cara dipahat atau dicat dan dengan
bentuk/susunan penulisan sebagai berikut :

AB / CD 12
GT – 7 / 5 - 04

Dimana AB adalah contoh kode propinsi, CD adalah contoh kode Kabupaten/Kota, GT yang
diikuti angka adalah contoh ukuran Isi Kotor (gross tonnage), 5 – 04 adalah contoh bulan
dan tahun register/pendaftaran dan 12 adalah contoh Nomor Urut Register/pendaftaran.

PENGGANTIAN SURAT UKUR


Surat Ukur dapat digantikan dengan menerbitkan Surat Ukur yang baru apabila :

a. Berdasarkan hasil pengukuran ulang ternyata ukuran dan tonase kapal yang
tercantum dalam surat ukur tidak sesuai dengan keadaan kapal yang sebenarnya

b. Kapal berganti nama


Untuk kapal yang berganti nama maka dapat diterbitkan dengan mengambil data dari
Surat Ukur yang lama apabila berdasarkan hasil pengukuran ternyata kapal tidak
mengalami perubahan yang mengakibatkan perubahan ukuran dan/atau tonase
kapal.

Jika pada hasil pengukuran ulang ternyata ukuran dan tonase kapal tidak sesuai atau
mengalami perubahan maka harus dilakukan pengukuran kapal kembali dan penerbitan
ulang Surat Ukur.

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1


Untuk Surat Ukur yang rusak, hilang atau musnah maka dapat diterbitkan Salinan Surat
Ukur sebagai penggantinya. Permohonan penerbitan salina Surat Ukur tersebut diajukan
kepada Dirjen Hubla atau pejabat pemegang fungsi keselamatan kapal yang telah
menerbitkan Surat Ukur tersebut. Untuk mempertegas maka permohonan tersebut harus
dilengkapi dengan surat keterangan tentang hilang atau musnah dari Kepolisian Negara
Republik Indonesia atau dengan menunjukkan Surat Ukur yang rusak.

Gambar. 4
Penempatan Tanda Selar di Dishub. Kab. Sintang

Teknik Kecelakaan dan Keselamatan ASDP 1

Anda mungkin juga menyukai