A. PENDAHULUAN
Pada akhir Diklat para peserta diharapkan dapat memahami tentang prosedur Sertifikasi dan
Registrasi Kapal ASD dan mampu melaksanakan pencatatan kapal sungai dan danau dalam
buku registrasi kapal sungai dan danau
1. Mampu menjelaskan tentang jenis dan klasifikasi kapal sungai dan danau
2. Mampu menjelaskan tentang dokumen kapal
3. Mampu memasukan data kapal kedalam buku registrasi.
D. MATERI
1. DOKUMEN KAPAL
a. Sertifikat adalah pernyataan dari badan/ biro/ instansi yang berwenang bahwa suatu alat
alat dan system memenuhi syarat untuk jangka waktu yang ditentukan. Jenis-jenis
sertifikat:
b. Surat adalah pernyataan dari badan/ biro/ instansi yang berwenang bahwa data dimensi
dan status suatu alat dan system benar adanya dalam jangka waktu sampai dengan
terjadinya perusahaan pada alat dan system tersebut. Jenis-jenis surat di kapal, adalah :
1) Surat ukur
2) Surat kebangsaan kapal (surat laut, pas tahunan)
3) Surat keterangan perwira
Manfaat sertifikat adalah memenuhi salah satu dari persyaratan Surat Izin Berlayar, asuransi
dan kontrak kerja.
Pemeriksaan oleh marine inspector terhadap kondisi kapal, mesin dan perlengkapan
keselamatan dengan hasil baik dituangkan dalam laporan pemeriksaan.
Docking terakhir kapal sampai dengan saat ini belum mencapai 24 bulan bukti telah
membayar PUBP.
1) DJPL
2) ADPEL klas Utama,
3) ADPEL Klas I
4) ADPEL Klas II GT ≥ 35
5) ADPEL Klas III GT 35 – 500
6) ADPEL Klas IV dan Klas V GT < 35
Masa ,berlaku 3 – 12 bulan (kemudian kapal docking untuk pembaruan sertifikat)
c. Sertifikat Kelaikan dan Pengawakan Kapal Penangkap Ikan diwajibkan bagi kapal
penangkap ikan GT ≥ 7. KM No.46 Tahun 1996 UU No 17 tahun 2008 yang menjadi acuan
hukum dari sertifikat kelaikan dan pengawakan kapal penangkap. Adapun syarat-syarat
1) DJPL
2) ADPEL klas Utama,
3) ADPEL Klas I
4) ADPEL Klas II GT ≥ 35
5) ADPEL Klas III GT 35 – 500
6) ADPEL Klas IV dan Klas V GT < 35
Masa berlaku 3 – 12 bulan (kemudian kapal docking untuk pembaruan sertifikat)
d. Sertifikat Kesempurnaan untuk Kapal Layar dengan Penggerak Bantu diwajibkan bagi
kapal layar motor (KLM) GT 35-300 pelayaran dalam negeri. Ordinasi kapl 1935, UU No.
17 Tahun 2008 yang menjadi acuan hukum dari Sertifikat kesempurnaan untuk kapal
layar dengan penggerak bantu. Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat
Kesempurnaan untuk kapal layar dengan penggerak bantu diantaranya, adalah :
Pemerikasaan oleh marine inspector terhadap kapal mesin bantu, layar, perlengkapan
keselamatan dan navigasi dengan hasil baik.
Dock terakhir sampai dengan saat ini belum mencapai 12 bulan
Bukti telah membayar PUBP
Instansi yang berhak mengeluarkan Sertifikat Kesempurnaan untuk kapal layar dengan
penggerak bantu, adalah:
1) DJPL
2) ADPEL klas Utama,
3) ADPEL Klas I
4) ADPEL Klas II & Klas III GT 35-300
5) ADPEL Klas IV GT 35
e. Sertifikat Kapal Sv (5) diwajibkan bagi kapal barang GT 7-35 pelayaran dalam negeri
tertunjuk. Ordinasi kapal 1935, UU No. 17 Tahun 2008 yang menjadi acuan hukum dari
Sertifikat kapal Sv (5). Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat kapal Sv (5)
diantaranya, adalah:
1) DJPL
2) ADPEL klas Utama,
3) ADPEL Klas I, Klas II, Klas III
4) ADPEL Klas IV & V GT 7-35
Masa berlaku 3 – 12 bulan
h. Sertifikat Keselamatan Telegrap Radio Kapal Barang diwajibkan bagi kapal barang, kapal
tanki, kapal penumpang, kapal keruk, kapal curah, kapal penangkap ikan GT 1600
pelayaran dalam negeri. UU No 17 tahun 2008, SOLAS 1974 yang menjadi acuan hukum
dari Sertifikat keselamatan telegrap radio kapal barang
Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat keselamatan telegrap radio kapal barang
diantaranya adalah:
Pemerikasaan oleh marine inspector radio terhadap perangkat radio komunikasi
dengan hasil baik dituangkan dalam laporan
Sertifikat keselamatan masih berlaku
Bukti pembayaran PUBP
Instansi yang berhak mengeluarkan Sertifikat keselamatn telegrap radio kapal barang
diantaranya adalah:
1) DJPL
2) ADPEL klas Utama,
i. Sertifikat Keselamatn Telephone Radio Kapal Barang diwajibkan bagi kapal barang,
kapal tanki, kapal penumpang, kapal keruk, kapal curah, kapal penangkap ikan GT 300-
1600 pelayaran dalam negeri. UU No 17 Tahun 2008, SOLAS 1974 yang menjadi acuan
hukum dari Sertifikat keselamatan telephone radio kapal barang
Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat keselamatn telephone radio kapal barang
diantaranya adalah:
1) DJPL
2) ADPEL klas Utama,
3) ADPEL Klas I, Klas II GT 300-1600
4) ADPEL Klas III GT 300-500
Masa berlaku 3 – 12 bulan
j. Sertifikat Perangkat Radio Telekomunikasi diwajibkan bagi kapal barang, kapal tanki,
kapal penumpang, kapal keruk, kapal curah, kapal penangkap ikan GT 35-300 pelayaran
dalam negeri. UU No 17 Tahun 2008 yang menjadi acuan hukum dari Sertifikat perangkat
radio telekomunikasi.
k. Sertifikat Keselamatan Kontruksi Kapal Barang diwajibkan bagi kapal jenis apapun GT
≥500 Pelayaran dalam negeri, Konvensi SOLAS 1974 yang menjadi dasar hukum dari
Sertifikat keselamat kontruksi kapal barang
l. Sertifikat Perlengkapan Keselamatan Kapal Barang diwajibkan bagi kapal barang, tanki,
kapal penumpang, kapal keruk, kapal curah GT 500 pelayaran internasional. SOLAS 1974
dasar hukum dari Sertifikat perlengkapan keselamatan kapal barang
Adapun syarat-syarat dari penerbitan Sertifikat perlengkapan keselamatan kapal barang
diantaranya adalah:
Pemerikasaan oleh marine inspector terhadap perlengkapan keselamatan kapal
( inflatable life craft, pemadam kebakaran, life jacket, life bouy, peralatan navigasi dll )
dengan hasil baik dituangkan dalam laporan
m. Sertifikat Garis Muat Internasional (1966) diwajibkan bagi kapal barang, kapal tanki,
kapal curah, kapal keruk, kapal tunda, dan kapal tongkang panjang kapal ≥ pelayaran
dalam negeri/luar negeri UU No 17 Tahun 2008, Konvensi internasional garis muat 1966
yang menjadi acuan hukum dari Sertifikat garis muat internasional (1966)
Instansi yang berhak mengeluarkan Sertifikat garis muat internasional (1966) adalah:
1) DJPL
2) ADPEL Klas Utama
3) ADPEL Klas I & Klas II GT ≥35
4) ADPEL Klas III GT 35 – 500
5) ADPEL Klas IV & V GT ≤35
6) BKI ( Biro Klasifikasi Indonesia )
Masa berlaku 3 – 12 bulan
Adapun syarat-syarat dari penerbitan Biro Klasifikasi Indonesia ( untuk mesin dan
lambung), diantaranya adalah:
Pemeriksaan oleh surveyor Klas terhadap kontruksi, lambung kapal dan mesin dari
hasil survey dapat ditentukan Klas kapal dan meisn nya.
Instansi yang berhak mengeluarkan Biro klasifikasi Indonesia ( untuk mesin dan
lambung ) adalah:
Biro klasifikasi internasional
Masa berlaku 6 bulan sampai 5 tahun.
Maksud dilakukannya registrasi kapal pedalaman adalah untuk memperoleh data kapal,
yang meliputi :
a. Jenis kapal
b. Ukuran kapal
c. Tonage kapal
Isi kotor (GT)
Isi bersih (NT)
d. Daya angkut
e. Identitas pemik kapal
f. Jumlah kapal
g. Menuju pengaturan trayek yang tetap, teratur dan merata (keseimbangan)
5. KEWAJIBAN PEJABAT/PETUGAS
b. Surat Tanda Registrasi dibuat dengan menggunakan kertas KAPER dengan ketentuan :
1) Ukuran.
Panjang = 24 cm
Lebar = 17 cm
2) Warna = putih
(Lampiran = II)
Apabila kapal pedalaman mutasi dari suatu Provinsi ke Provinsi lain. pemilik kapal
sebelumnya harus mengajukan surat permohonan secara tertulis kepada Kepala Dinas
Perhubungan Provinsi dimana kapal di registrasi pertama, dengan melampirkan surat-surat
kapal serta alasannya. Setelah itu Kepala Dinas Perhubungan Provinsi yang dituju dan
Instansi terkait. Selanjutnya Kepala Dinas Perhubungan provinsi yang dituju menerima dan
kapal dapat di registrasi kembali, akan tetapi bilamana sertifikat kesempurnaan kapal
tersebut masih beriaku, maka kapal dapat diregistrasi setelah masa berlaku sertifikat
kesempurnaan tidak berlaku lagi, namun pemiiik kapal diwaijibkan untuk melapor
kedatangan di daerah dan sekaligus meminta Surat Izin Berlayar (SIB).
a. Untuk mengetahui apakah kapal pedalaman yang telah diregistrasi masih beroperasi
atau tidak, pada setiap bulan Januari tahun berjalan diadakan registrasi ulang (Her
Registrasi).
b. Kapal pedalaman yang registrasi ulang (Her registrasi) adalah kapal yang telah diregistrasi
selama 1 (satu) tahun.
Setelah surat yang disyaratkan dipenuhi, pejabat pendaftaran kapal menyiapkarn akte
pendaftaran kapal, dan selanjutnya .minut akte ditandatangani oleh pemilik (kuasa
pemilik) dan pejabat pendaftaran kapal serta pegawai pembantu. Gross Akte
Pendaftaran diberikan kepada pemilik setelah pendaftaran kapal dipasang di kapal
dengan dibuktikan berita acara ADPEL/KANPEL setempat.
Surat tanda kebangsaan Kapal tersebut berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Model
E, diberikan untuk kapal yang belum terdaftar atau dibalik nama, sebagai pengganti surat
tanda kebangaan kapal sementara dan hanya untuk berlayar dalam negeri.
a. kapal perang;
Sertifikat kapal yang dikeluarkan oleh Pejabat yang berwenang dari negara asing, dapat
diakui oleh Pemerintah jika persyaratan untuk mendapatkannya dinilai sekurang-
kurangnya sepadan dengan persyaratan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.
Selain Sertifikat Kapal tersebut, sertifikat terhadap komponen kapal yang dikeluarkan oleh
badan klasifikasi yang diakui, dapat dipakai sebagai bagian dokumen pemeriksaan kapal.
Masa berlaku Sertifikat Keselamatan paling lama adalah 12 (dua belas) bulan. Dalam Sertifikat
Keselamatan harus dicantumkan antara lain:
Setiap kapal harus naik dok setiap 12 (dua belas) bulan sekali untuk diperiksa oleh
pejabat Pemeriksa keselamatan Kapal guna mendapatkan Pembaharuan Sertifikat
Keselamatan. Untuk keperluan pemeriksaan yang diadakan atas permintaan pemilik kapal,
pemilik sudah harus mempersiapkan kapalnya pada waktu dan tempat yang telah disepakati.
a. permintaan untuk mendapat sertifikat kapal diajukan secara tertulis oleh pemilik,
perusahaan galangan kapal, agen, nahkoda pemimpin kapal kepada Pejabat Pemeriksa
Keselamatan Kapal, dimana pemilik menghendaki pemeriksaan dilakukan .
b. surat permintaan untuk mendapatkan sertifikat kapal dibebaskan dari bea materai
(tanpa materai),kecuali surat-surat yang ditujukan dan datang Menteri Perhubungan.
c. Jika yang memiliki kapal adalah perusahaan yang berbadan hukum Indonesia, perlu
disertai akte pendiriaan perusahaan.
d. Apabila yang mengajukan permohonan bukan pemilik, agar dilampirkan surat kuasa
yang sah.
Persyaratan Administrasi untuk mendapat sertifikat kapal.
Tonase merupakan suatu besaran volume atau isi kapal yang menunjukkan besarnya
volume kapal yang terdiri dari volume ruangan lambung kapal dan volume ruangan yang
tertutup di atas lambung kapal. Tonase tersebut terdiri dari tonase atau isi kotor
(Gross Tonnage atau yang disingkat GT) dan tonase atau isi bersih
(Net Tonnage yang disingkat NT).
Ukuran dan tonase tersebut bahkan menjadi salah satu karakter pada kapal dan juga
sebagai identitas kapal yang berkaitan dengan beberapa aspek antara lain gambaran
kondisi konstruksi/bangunan kapal, pendaftaran dan surat tanda kebangsaan kapal, data
statistik serta perhitungan biaya-biaya pelabuhan.
Untuk kapal yang belum mendapatkan Surat Ukur Kapal yang diterbitkan oleh Pemerintah
Indonesia karena baru saja selesai dibangun, berganti kebangsaan, atau sebab-sebab
lainnya maka perlu dilakukan Pengukuran Pertama. Pengukuran Pertama juga dapat
dilakukan pada saat kapal ataupun pada saat keadaan kapal terapung (floating dock).
Kapal tersebut dapat didaftarkan apabila kapal tersebut memiliki ukuran tonase/isi kotor
sekurang-kurangnya 20m3 atau yang dinilai sama serta dimiliki oleh warga negara
Indonesia atau badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia. Pendaftaran kapal dapat dibuktikan dengan tanda
pendaftaran yang dipasang pada kapal serta penerbitan Surat Tanda Pendaftaran yang
juga berfungsi pula sebagai buku hak milik kapal dan dapat pula dibebani hipotek (Pasal 46
dan 49). Untuk dapat didaftarkan maka kapal tersebut sebelumnya wajib diukur.
Sementara itu, dalam Kepmenhub No. KM 73 Tahun 2004 tanggal 1 Oktober 2004 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau terutama pada pasal 5 dijelaskan bahwa :
a. Setiap kapal yang memiliki ukuran dibawah GT 7 yang akan dioperasikan untuk
melayani angkutan sungai dan danau dapat diukur, didaftarkan dan memenuhi
persyaratan kelaikan kapal dan pengawakan kapal
b. Setiap kapal yang memiliki ukuran mulai GT 7 ke atas yang akan dioperasikan untuk
melayani angkutan sungai dan danau wajib diukur, didaftarkan dan memenuhi
persyaratan kelaikan kapal dan pengawakan kapal
c. Kapal yang telah diukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) diberikan Surat
Ukur.
Dengan demikian, pengukuran wajib dilakukan dan sebagai langkah awal agar kapal
tersebut dapat dioperasikan baik untuk angkutan laut dalam negeri maupun untuk
angkutan sungai, danau dan penyeberangan.
Pengukuran Kapal tersebut juga merupakan proses awal dalam pemenuhan kelaikan kapal
dan penerbitan surat-surat dan sertifikat kapal yaitu Surat Ukur, Surat Tanda Pendaftaran
Kapal dan Surat Tanda Kebangsaan Kapal Indonesia.
Selain diberikan Surat Ukur, pada kapal yang telah di ukur juga wajib diberikan
pendaftaran yang berupa Tanda Selar yang dipasang pada lambung kapal ketentuan.
Tanda Selar adalah rangkaian angka dan huruf yang menunjukkan Isi Kotor (GT), Nomor
Surat Ukur serta kode Pengukuran dari Kesyahbandaran menerbitkan Surat Ukur tersebut.
Surat Ukur dibedakan menurut jenis dan masa berlakunya. Berdasarkan TMS 1969 Pasal 2
ayat 8, menurut jenisnya sesuai dengan pengukuran yang dipergunakan Surat Ukur
dibedakan menjadi :
Yang dikategorikan sebagai pemilik adalah orang atau orang-orang atau perusahaan
yang terdaftar sebagai pemilik kapal atau yang bertanggung jawab atas nama pemilik
kapal, termasuk operator.
Surat Ukur diterbitkan setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Perhubungan
Laut untuk surat ukur Internasional maupun Surat Ukur dalam Negeri. Surat Ukur
diterbitkan ole Syahbandar atau Pejabat Pemegang Fungsi Keselamatan Kapal dan khusus
untuk kapal ASD Surat Ukur diterbitkan oleh Kepala Dinas Perhubungan setempat atas
nama Walikota/Bupati.
Tonnase bersih atau NT sering digunakan untuk menentukan biaya pemakaian kanal, biaya
pemakaian lampu suar, biaya jasa pemanduan, dan beberapa biaya selama di pelabuhan.
Tonnase Kotor atau GT digunakan untuk menentukan penentuan jumlah dan jenis alat
keselamatan, misalnya peralatan pemadam kebakaran, beberapa biaya jasa
penundaan/penggunaan Tug Boat, biaya jasa sandar, dan biaya jasa galangan.
ISTILAH-ISTILAH
BRT atau Bruto Register Ton, adalah isi kotor kapal yang ditetapkan berdasarkan cara
pengukuran terdahulu sebelum TMS 1969 diberlakukan. BRT atau isi kotor pada umumnya
dipakai untuk mengindentifikasikan kapal penumpang, kapal barang, kapal nelayan, dan
kapal pesiar menurut besar ruangan kapal.
GT atau Gross Tonnage, adalah Tonase Kotor kapal menurut TMS 1969 yang sekarang
dipakai sebagai dasar cara pengukuran kapal-kapal Indonesia. GT pada dasarnya sama
NT atau Net Tonnage adalah tonase bersih kapal dihitung dengan menggunakan rumus
dan ketentuan sebagaimana ditetapkan TMS 1969.
DWT atau Deadwight, adalah bobot mati kapal, yang menunjukkan kemampuan kapal
untuk mengangkut muatan dengan aman. DWT pada umunya digunakan untuk
mengindentifikasi kapal-kapal barang (selain dengan BRT).
HP atau House Power atau daya kuda, besarnya daya penggerak mesin induk kapal. HP
pada umumnya digunakan dalam mengindentifikasi kapal-kapal tunda atau kapal tarik.
d. PENGUKURAN KAPAL
PEJABAT YANG BERWENANG
Pengukuran kapal dilakukan dengan membutuhkan keterlibatan banyak instansi dan
pejabat. Dalam hal ini, instansi yang berwenang dalam penyelenggaraan pengukuran kapal
adalah :
Surat Ukur Dalam Negeri dan Surat Ukur Internasional diterbitkan disetiap pelabuhan oleh
Syahbandar atau pejabat pemegang fungsi keselamatan lainnya yang mempunyai kode
pengukuran. Sementara itu, Surat Ukur diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan
Laut. Surat Ukur dapat diterbitkan berdasarkan Daftar Ukur yang telah diperiksa dan
Daftar Ukur adalah formulir yang dipergunakan untuk menghitung dan menetapkan
Tonage Kapal disusun dan ditanda tangani oleh Ahli Ukur Kapal. Dalam KM 6 tahun 2005
dijelaskan bahwa daftar ukur adalah daftar yang memuat perhitungan tonase kapal.
e. PROSEDUR PENGUKURAN
Pengukuran kapal dapat dilakukan sejak kapal dalam proses pembangunan. Urutan
kegiatan dalam rangka penerbitan Surat Ukur Tetap adalah sebagai berikut :
a. Pengajuan Permohonan
Pemilik kapal atau pihak yang dikuasakan permohonan tertulis ditujukan ke Dirjen
Hubla atau Syahbandar selaku pejabat pemegang fungsi keselamatan kapal di
pelabuhan tempat kapal berada dengan melampirkan beberapa dokumen yaitu :
b. Pelaksanaan Pengukuran
Pengukuran Kapal dilakukan oleh Ahli Ukur Kapal yaitu pejabat pemerintah oleh
Dirjen Hubla dan diberi wewenang untuk melaksanakan pengukuran kapal.
Jika di pelabuhan tempat kapal berada tidak dapat dilaksanakan karena tidak dapat
dilaksanakan dan tidak adanya Ahli Ukur Kapal maka pengukuran dapat dilaksanakan
oleh Ahli Ukur Kapal dari pelabuhan terdekat atau dari Direktur Jenderal
Perhubungan Laut. Pemilik kapal dapat mengajukan permohonan bantuan Ahli Ukur
Ahli Ukur kemudian mengirimkan data ukur kapal tersebut kepada Dirjen Hubla paling
lambat 1 (satu) bulan sejak pengukuran selesai dilakukan untuk mendapatkan
pengesahan. Dirjen Hubla kemudian menerbitkan pengesahan atau penolakan atas
daftar ukur tersebut dalam waktu maksimal 5 (lima) hari setelah Daftar Ukur diterima.
Khusus untuk kapal bekas dari kapal berbendera asing, daftar ukur yang disusun oleh
Pemerintah atau Badan yang diakui oleh Negara bendera asal kapal berdasarkan
konvensi Internasional tentang Pengukuran Kapal 1969 dapat dipergunakan untuk
menetapkan ukuran dan tonase kapal Indonesia yang berasal dari kapal asing. Jika
daftar ukur tersebut tidak ada atau kapal mengalami perubahan konstruksi, ukuran
dan tonase maka kapal bekas kapal asing tersebut harus ditetapkan pengukurannya
dengan menggunakan Daftar Ukur yang dibuat berdasarkan hasil pengukuran kapal.
Sebagaimana pada Tabel II.1. Kode Pengukuran adalah rangkaian huruf yang disusun
dan ditetapkan bagi masing-masing pelabuhan yang diberi wewenang untuk
menerbitkan Surat Ukur.
Pelabuhan yang berwenang untuk melakukan pengukuran dan Kode Pengukuran
ditetapkan oleh Dirjen Hubla berdasarkan volume pembangunan dan lalulintas
kunjungan kapal.
Tabel II.1
Kode Pengukuran
Adapun Tanda Selar tersebut harus dipasang di kapal secara permanen di bagian luar
dinding depan bangunan atas atau pada tempat lain yang aman dan mudah dibaca.
Pemasangan dapat dilakukan dengan cara :
Ukuran angka dan huruf untuk tanda selar disesuaikan dengan tonase kotor kapal
sebagai berikut :
1) Untuk Kapal dengan tonase hingga GT 174, Tanda Selar menggunakan angka dan
huruf yang berukuran sebagai berikut :
i. Tinggi angka 65 mm dan lebar 40 mm
ii. Tinggi huruf besar 65 mm dan lebar 50 mm
iii. Tinggi huruf besar 50 mm dan lebar 35 mm
iv. Tebal huruf dan angka 12 mm
2) Untuk kapal dengan tonase hingga GT 175 atau lebih, Tanda Selar menggunakan
angka dan huruf yang berukuran sebagai berikut :
i. Tinggi angka 100 mm dan lebar 50 mm
ii. Tinggi huruf besar 100 mm dan lebar 80 mm
iii. Tinggi huruf besar 75 mm dan leabr 50 mm
iv. Tebal huruf dan angka 20 mm
Penerbitan Surat Ukur, Surat Tanda Pendaftaran dan Tanda Pendaftaran, sertifikat kelaikan
kapal dan Sertifikat Pengawakan Kapal untuk kapal dengan ukuran di bawah GT 7 (< 7 GT)
dilakukan oleh Dinas Perhubungan atas nama Bupati/Walikota setempat sebagai tugas
pembantuan. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pembantuan tersebut dilakukan
oleh Gubernur setempat sebagai tugas dekonstrasi.
Pelaksanaan penerbitan Surat Ukur, Surat Tanda Pendaftaran dan Tanda Pendaftaran,
Sertifikat Kelaikan Kapal dan Sertifikat Pengawakan Kapal untuk kapal dengan ukuran di
bawah GT 7 (< 7 GT) dilakukan dengan berdasarkan pedoman dan prosedur yang ditetapkan
oleh Dirjen Hubla.
Sementara itu, pelaksanaan penerbitan Surat Ukur, Surat Tanda Pendaftaran dan Tanda
Pendaftaran, Sertifikat Kelaikan Kapal dan Sertifikat Pengawakan Kapal untuk kapal dengan
ukuran mulai dari GT 7 ke atas (≥ 7 GT) dilakukan dengan berdasarkan pada peraturan
perundangan-undangan yang berlaku.
AB CD 12
AB / CD 12
GT – 7 / 5 - 04
Dimana AB adalah contoh kode propinsi, CD adalah contoh kode Kabupaten/Kota, GT yang
diikuti angka adalah contoh ukuran Isi Kotor (gross tonnage), 5 – 04 adalah contoh bulan
dan tahun register/pendaftaran dan 12 adalah contoh Nomor Urut Register/pendaftaran.
a. Berdasarkan hasil pengukuran ulang ternyata ukuran dan tonase kapal yang
tercantum dalam surat ukur tidak sesuai dengan keadaan kapal yang sebenarnya
Jika pada hasil pengukuran ulang ternyata ukuran dan tonase kapal tidak sesuai atau
mengalami perubahan maka harus dilakukan pengukuran kapal kembali dan penerbitan
ulang Surat Ukur.
Gambar. 4
Penempatan Tanda Selar di Dishub. Kab. Sintang