Anda di halaman 1dari 6

NILAI DAN NORMA PERILAKU MASYARAKAT TORAJA

DALAM LINGKUP IMAN KRISTEN TERHADAP PERILAKU REMAJA


MASA KINI

Ratna Sari Ayu


Institut Agama Kristen Negeri Toraja
sariayuratna522@gmail.com

Abstrak: Orang Toraja pada umumnya masih memegang nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat Toraja dari kepercayaan Aluk Todolo hingga masuknya Injil di Toraja
sampai sekarang. Nilai dan norma yang berlaku tidak lepas dari Adat Istiadat orang Toraja
yang mengutamakan perilaku baik yang diterima dari pengajaran keluarga dan diteruskan
secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Setelah masuknya Injil ke Toraja, nilai dan
norma yang dipegang dan dilaksanakan oleh orang Toraja kemudian menyesuaikan dengan
Injil yang telah diterima dan dipercayai oleh orang Toraja hingga sekarang. Namun seiring
dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, remaja di Toraja mulai mengikuti hal-
hal yang viral di media sosial, bahkan menganggap diri tidak “keren” jika tidak mengikuti
trend, padahal trend yang diikuti para remaja masa kini tidak selalu terlihat dan berdampak
positif. Dari permasalahan tersebut ditegaskan bahwa seharusnya remaja Toraja masa kini
memahami dengan baik pengajaran yang diberikan dalam keluarga khususnya nilai dan
norma yang telah ditanamkan sejak dari kehidupan nenek moyang dahulu, dan bahwa nilai
dan norma yang menyesuaikan dengan Injil yang telah diterima oleh orang Toraja, tidak lepas
dari kehendak dan rencana-Nya dalam memahaminya sesuai dengan Iman Kristen.

Kata Kunci:
Iman, nilai dan norma, keteladanan, pengajaran

Pendahuluan
Pelaksanaan nilai dan norma menyangkut manusia didalamnya, manusia menanamkan
nilai dan norma perilaku baik secara turun-temurun dalam satu lingkungan masyarakat
dengan aturan-aturan yang berlaku dalam lingkup masyarakat tertentu. Perilaku masyarakat
Toraja khususnya, dari leluhur orang Toraja dahulu saat masih menganut Aluk Todolo sikap
sopan, menghormati orang yang lebih tua masih sangat kental dan selalu diajarkan kepada
anak-anak didalam rumah/keluarga dan berlangsung secara turun-temurun. Leluhur Toraja
dulunya karena belum mengenal tulisan maka setiap hal disampaikan dengan tutur kata/lisan
termasuk pengajaran kepada anak-anak secara turun-temurun, budaya kelisanan ini juga
mengantar orang Toraja kepada pemahaman sekaligus menjadi pengajaran dalam
menyelesaikan masalah. Pengajaran yang diturun-temurunkan orang Toraja dahulu yaitu
melakukan tindakan meniru dan mengulang, apa yang diajarkan oleh orang tua kemudian
didengar oleh anak, lalu ditiru dengan melakukan ulang apa yang dilakukan dan dikatakan
oleh orang tua mereka. Nilai dan norma yang berlaku dikalangan masyarakat Toraja tersebut
mengantarkan masyarakat Toraja kepada hal positif dimana kehormatan dan norma
kesopanan lainnya lebih didahulukan.1

Setelah masuknya Injil ke Toraja pada tahun 1913, nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat Toraja kemudian menyesuaikan dengan Injil tetapi tidak mengubah
maknanya karena pada dasarnya nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat Toraja
adalah sesuai dengan Iman Kristen. Masuknya Injil ke Toraja telah menyelamatkan orang
Toraja dan menyatakan kebenaran Rasul Paulus dalam Roma 1:16, Injil juga telah membawa
perubahan dalam berbagai kehidupan khususnya kemajuan dibidang pendidikan.2 Kendati
demikian nilai dan norma tidak didapatkan dalam bangku pendidikan formal tetapi dalam
pelajaran Pendidikan Agama Kristen disekolah memberikan pengajaran Iman Kristen yang
searah dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat Toraja.

Dalam keluarga masyarakat Toraja orang tua meneladankan sikap-sikap, pengajaran


lewat tutur kata/lisan kepada anak dalam tiap rumah tangga sebagai perwujudan nilai dan
norma orang Toraja, agar suatu kelak jika anak bertumbuh menjadi remaja, dewasa anak
dapat meneladani nilai dan norma yang ditiru dari orang tua mereka. Karena pada dasarnya
anak adalah peniru maka dengan mudah anak memahami dan meniru pengajaran orang
tuanya, dan jika itu dilakukan berulang-ulang dan terus menerus maka peneladanan akan
semakin kuat.3 Seiring dengan perkembangan zaman, pola kehidupan juga ikut berubah dan
remaja Toraja tergerus pula kedalam perkembangan teknologi yang lebih banyak sisi

1
Rannu Sanderan, “Heuristika Dalam Pendidikan Karakter Manusia Toraja Tradisional,” Jurnal Teologi dan
Pendidikan Kristen Kontekstual 3,No2 (2020), https://www.jurnalbia.com/index.php/bia/article/view/123.
2
Yan Malino and Daniel Ronda, “Sejarah Pendidikan Sekolah Kristen Gereja Toraja Suatu Kajian Historis Kritis
Tentang Peran Gereja Toraja Melaksanakan Pendidikan Sekolah Kristen Dari Masa Zending Sampai Era
Reformasi” (2014), https://media.neliti.com.
3
Rannu Sanderan, “Exemplary: Menemukenali Kunci Pendidikan Iman Bagi Anak Dalam Keluarga Dan
Pembelajaran Agama Di Sekolah” (2021).
negatifnya dibanding sisi positifnya. Perubahan perilaku remaja Toraja khususnya,
perkembangan teknologi secara khusus media sosial kebanyakan menjerumuskan remaja
kepada hal-hal yang menyimpang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan
lingkungan masyarakat yang baik, mempertahankan perilaku yang telah diteladani dari orang
tua, mempertahankan nilai dan norma orang Toraja agar tidak mudah terjerumus kedalam
hal-hal yang salah.

Tujuan dan Manfaat


Dengan pengetahuan tentang pelaksanaan nilai dan norma dalam lingkup masyarakat
Toraja, diharapkan masyarakat Toraja secara khusus para remaja memahami dengan baik
nilai dan norma (Aluk) yang sudah dipercayai dan dilaksanakan oleh orang Toraja turun-
temurun itu, agar selain nilai dan norma tersebut tidak hilang tergerus zaman, juga
diharapkan agar para remaja tidak meninggalkan perilaku baik orang Toraja yang sejak
dahulu sudah diajarkan oleh nenek moyang orang Toraja sendiri.

Pembahasan
Perilaku Remaja Masa Kini Terkait dengan Nilai dan Norma
Perkembangan zaman boleh dikatakan membawa kemudahan bagi manusia dalam
banyak hal karena segalanya dapat dilakukan dengan cepat (instan), manusia didoktrin oleh
lingkungannya untuk melakukan segala hal yang dapat menimbulkan kesenangan pribadi
maupun kelompok. Nilai dan norma masyarakat Toraja perlahan-lahan hilang karena tidak
semua remaja Toraja berlaku baik sesuai nilai dan norma (Aluk) orang Toraja yang telah
ditanamkan turun-temurun.

Perilaku remaja zaman ini dan zaman dahulu sangat berbeda karena perkembangan
zaman yang mengubah pola kehidupan khususnya, remaja dahulu suka malu-malu dan takut
dengan norma/aturan agama, bahkan anak-anak Toraja pun sedari kecil sudah memahami
bagaimana seharusnya bersikap, dan punya rasa malu berbeda dengan remaja zaman ini
karena perkembangan zaman pergaulan negatif merajalela bahkan dianggap hal biasa-biasa
saja jika dilakukan anak muda sekarang. Hal negatif seperti sex bebas, obat-obat terlarang,
tidak punya rasa hormat lagi kepada yang lebih tua, yang umumnya diterima dari media
sosial tidak heran jika banyak remaja sekarang tidak punya rasa malu lagi, ini menjadi hal
yang cukup memprihatinkan, orang muda yang diharapkan menjadi penerus bangsa, adat dan
budaya nyatanya merusak nama baik tempatnya berasal.4

4
Miftahul an’am Jack, Contemplar Con Ideas (Guepedia, 2021)hlm 14-15.
Tuhan pun tidak ingin anak-anak-Nya hidup dalam kebiasaan yang dianggap remaja
tidak “keren” jika tidak diikuti, bahkan dianggap ketinggalan zaman. Dosa dan kesalahan
yang dilakukan remaja saat ini selain melanggar nilai dan norma masyarakat Toraja secara
khusus, juga melanggar perintah Tuhan padahal orang muda diharapkan membawa terang
Firman Tuhan kepada sesama. Lalu bagaimana jika lebih banyak remaja yang tergerus zaman
dibandingkan remaja yang mau menyebarkan Injil keselamatan? Padahal Yesus telah melalui
kematian demi dosa manusia, bukan perkara mudah karena Yesus melewati banyak
penderitaan.5

Nilai dan Norma Masyarakat Toraja


Orang Toraja dahulu saat masih menganut Aluk Todolo, nilai dan normanya sangat
tinggi/masih kental dilaksanakan dan selalu menjadi kebiasaan. Perilaku Longko’ adalah
perilaku yang diajarkan orang Toraja turun-temurun hingga sekarang, longko’ tidak hanya
mencakup rasa malu dan harga diri, tetapi juga keharusan untuk bersikap sopan dan hormat
untuk tidak mempermalukan orang lain karena Toraja adalah satu/keluarga, jadi jika
mempermalukan orang lain sama saja dengan mempermalukan diri sendiri. Malu merupakan
perasaan moral dalam kebudayaan Toraja sendiri, begitu pentingnya rasa malu dan hormat
sehingga diajarkan secara turun-temurun agar masyarakat Toraja tetap satu rasa dalam
kedamaian.6

Menyikapi permasalahan yang dialami remaja Kristen dalam lingkup masyarakat


Toraja, maka para remaja perlu memahami lebih dalam lagi mengenai Aluk agar nilai dan
norma Toraja tetap mendominasi kehidupan orang Toraja. Untuk terus mempertahankan nilai
dan norma orang Toraja, maka diperlukan pemimpin rohani, dimulai dari pemimpin dalam
keluarga, untuk menuturkan, mengajarkan, meneladankan nilai dan norma kepada anak-anak,
kemudian dilanjutkan kepada keturunan berikutnya. Karena pemimpin dapat mempengaruhi
banyak orang, maka pemimpin dalam keluarga pula dapat mempengaruhi keluarganya, untuk
memberikan pengaruh pengajaran nilai dan norma orang Toraja yang sesuai dengan Iman
Kristen.7

Kesimpulan dan Saran


5
Rannu Sanderan, “Disiplin Asketisme Dan Harmoni Kontribusi Disiplin Diri Bagi Pengembangan Pendidikan
Kristen” (2021), https://osf.io/frsnz/.
6
Diks Sasmanto Pasande, “Budaya Longko’ Toraja Dalam Perspektif Etika Lawrence Kohlberg,” Jurnal Filsafat
Vol.23 No. (2013).
7
Rannu Sanderan, “Dilema Kepemimpinan Kristen, Tuhan Atau Atasan?: Unsur-Unsur Fundamental Bagi
Pemimpin Kristen Demi Mengejawantahkan Imannya Dalam Profesi Dan Pengabdian” (2021),
https://sophia.iakn-toraja.ac.id/index.php/ojsdatasophia/article/view/40.
Dalam suatu lingkungan masyarakat remaja diharapkan dapat menjadi penerus
kebudayaan, nilai dan norma dalam lingkup masyarakat, khususnya masyarakat Toraja
remaja diharapkan mampu memahami dengan baik mengenai nilai dan norma sehingga tidak
mempermalukan tempat asal. Tetapi nyatanya kebanyakan remaja saat ini khususnya di
Toraja sudah terkena hal-hal negatif yang kebanyakan pengaruh dari media sosial, sehingga
mau melakukan apa saja yang penting dianggap “keren” dan tidak ketinggalan zaman,
akibatnya dikalangan remaja sudah tidak ada lagi rasa malu dan hormat kepada orang yang
lebih tua. Tetapi hal tersebut bisa diminimalisir jika perilaku longko’ tetap bisa dilaksanakan
dan para remaja terus dibimbing agar mau melaksanakan apa yang sudah menjadi nilai dan
norma orang Toraja, hal ini bisa dibina, diarahkan, dituturkan, diteladankan oleh pemimpin
dalam keluarga sesuai dengan Iman Kristen.

Tetapi menghilangkan atau meninggalkan trend dikalangan orang muda sekarang


memanglah sulit, apalagi jika orang muda zaman ini tidak mau dikatakan ketinggalan zaman
jika tidak mau mengikuti trend yang bermunculan, tidak peduli itu sopan atau tidak,
menyangkut harga diri atau tidak. Untuk itu diharapkan adanya niat dari pribadi masing-
masing remaja untuk tidak mau mempermalukan diri sendiri, orang lain, bahkan lingkungan
asalnya, begitupula tulisan tentang nilai dan norma masyarakat Toraja harus terus ada dengan
variasi baru yang benar-benar bisa menimbulkan kesadaran remaja masa kini agar mau
mempertahankan dan melestarikan nilai dan norma masyarakat Toraja khususnya.

Referensi

Jack, Miftahul an’am. Contemplar Con Ideas. Guepedia, 2021.

Malino, Yan, and Daniel Ronda. “Sejarah Pendidikan Sekolah Kristen Gereja Toraja Suatu
Kajian Historis Kritis Tentang Peran Gereja Toraja Melaksanakan Pendidikan Sekolah
Kristen Dari Masa Zending Sampai Era Reformasi” (2014). https://media.neliti.com.

Pasande, Diks Sasmanto. “Budaya Longko’ Toraja Dalam Perspektif Etika Lawrence
Kohlberg.” Jurnal Filsafat Vol.23 No. (2013).

Rannu Sanderan. “Dilema Kepemimpinan Kristen, Tuhan Atau Atasan?: Unsur-Unsur


Fundamental Bagi Pemimpin Kristen Demi Mengejawantahkan Imannya Dalam Profesi
Dan Pengabdian” (2021). https://sophia.iakn-toraja.ac.id/index.php/ojsdatasophia/article/
view/40.
———. “Disiplin Asketisme Dan Harmoni Kontribusi Disiplin Diri Bagi Pengembangan
Pendidikan Kristen” (2021). https://osf.io/frsnz/.

———. “Exemplary: Menemukenali Kunci Pendidikan Iman Bagi Anak Dalam Keluarga
Dan Pembelajaran Agama Di Sekolah” (2021).

———. “Heuristika Dalam Pendidikan Karakter Manusia Toraja Tradisional.” Jurnal


Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual 3,No2 (2020).
https://www.jurnalbia.com/index.php/bia/article/view/123.

Anda mungkin juga menyukai