Anda di halaman 1dari 8

Laboratorium Pengaruh Hutan Divisi Ekologi Hutan

Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan


Institut Pertanian Bogor

FORMULIR LAPORAN INDIVIDU PRAKTIKUM PENGARUH HUTAN

IDENTITAS
(Poin = 5)
Kelompok : 1
Nama/NIM : Khorina Rahmadhani/E4401201036
Hari, tanggal : Selasa, 21 Februari 2023
Nama asisten pratk. : 1. Aditya Nugroho, S.Hut, M.Si
2. Siti Hanna Ghaida, S.hut, M.Si
Judul prakt. : Fungsi Hutan dalam Konservasi Tanah dan Air
Topik 1 : Analisis Kualitas Air
Tujuan : Pengaruh pemanfaatan lahan terhadap kualitas air.

HASIL PENGAMATAN
(Poin = 25)
Tabel 1 Informasi umum
Lokasi pengambilan sampel : Danau SDGs, Air Sumur Balio, Air Koin IPB, Danau
Telaga Inspirasi, Danau LSI, dan Air FATETA
Waktu pengambilan sampel : 21 Februari 2023 ; 11.50 WIB
Ketinggian tempat (mdpl) : 193 mdpl
Curah hujan (mm)* : 2.500-5.000 mm/tahun (Setiawan et al. 202)
Kelerengan (%) : 8% (Landai) (Yogaswara et al. 2014)
Tipe penggunaan lahan : Pemukiman, Danau, Kolam
Alat dan/atau bahan yang digunakan : Smartphone, aplikasi Accurate Altimeter, termometer
untuk observasi digital, botol aqua 1.5 liter, pH meter, botol jar, gelas
kaca, sampel air, dan alat tulis.
Tabel 2 Hasil uji fisika air secara sederhana
No Lokasi Warna Kekeruhan Bau Rasa Temperatur
Tidak Tidak Sedikit
1 Danau SDGs Sedang 27.2°C
berwarna berbau asin
Air Sumur Tidak Tidak
2 Kecil Hambar 27.1°C
Balio berwarna berbau
Tidak Sedikit
3 Air Koin IPB Sedang Berbau 29.3 ⁰C
berwarna asin
Danau Telaga Tidak Sedikit
4 Sedang Berbau 28.6 °C
Inspirasi berwarna asin
Tidak
5 Danau LSI Sedang Berbau Hambar 28.1°C
berwarna
Tidak Tidak
6 Air FATETA Kecil Hambar 28.7°C
berwarna berbau

Tabel 3 Hasil uji kimia secara sederhana


Kandungan zat
No Lokasi pH Kualitas air (uji air teh)
besi
Tidak ada perubahan warna, bau
1 Danau SDGs 6.59 berubah menjadi agak amis, terdapat Kecil
lapisan minyak yang tipis
Tidak ada perubahan warna, tidak
2 Air Sumur Balio 5.70 ada lapisan minyak dan tidak ada Cukup
lapisan lendir
Tidak ada perubahan warna, tidak
3 Air Koin IPB 8.64 ada lapisan minyak dan tidak ada Kecil
lapisan lendir
Danau Telaga Tidak ada lapisan minyak dan tidak
4 5.97 Kecil
Inspirasi ada lapiran lendir
Tidak ada perubahan warna, tidak
5 Danau LSI 6.28 ada lapisan minyak dan tidak ada Kecil
lapisan lendir
Terdapat lapisan minyak tipis, tidak
6 Air FATETA 7.25 ada lendir, tidak ada perubahan Kecil
warna

Tabel 4 Hasil uji biologi secara sederhana


No Lokasi Proses Biologi
Ada (warna berubah menjadi
1 Danau SDGs
kehijauan dan berbau amis)
Tidak ada (tidak terjadi perubahan
2 Air Sumur Balio warna, tidak berlendir, tidak ada
gumpalan putih)
Ada (warna berubah menjadi sedikit
3 Air Koin IPB
kehijauan dan terdapat kotoran)
Ada (warna berubah menjadi sedikit
4 Danau Telaga Inspirasi kehijauan, berbau amis, dan terdapat
kotoran)
Ada (warna berubah menjadi
5 Danau LSI kehijauan, sedikit berbau amis, dan
terdapat kotoran)
6 Air FATETA Tidak ada (bening dan bersih)

Tabel 5 Bioindikator kualitas air


No Lokasi Proses Biologi Ciri-ciri
Ikan, katak, capung,
1 Danau SDGs Ada
dan tumbuhan air
2 Air Sumur Balio Tidak ada Tidak ada
Kecebong, capung,
3 Air Koin IPB Ada
siput, dan tumbuhan air
4 Danau Telaga Inspirasi Ada Ikan
Biota air (ikan, keong,
5 Danau LSI Ada
siput) dan katak.
6 Air FATETA Tidak ada Tidak ada

PEMBAHASAN
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang diabatasi oleh pemisah topografi,
yang menerima hujan, menampung, menyimpan, dan mengalirkan ke sungai seterusnya sampai
ke danau atau laut. Daerah Aliran Sungai ini adalah suatu ekosistem yang didalamnya terjadi
suatu proses interaksi antara faktor-faktor biotik, abiotik, dan manusia (Lihawa 2017). DAS
merupakan unit hydro-geologis yang meliputi daerah dalam sebuah tempat penyaluran air. Air
hujan yang jatuh di daerah ini mengalir melalui suatu pola aliran permukaan menuju suatu titik
yang disebut outlet aliran air. Untuk tujuan pengelolaan dan perlindungan, DAS dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu DAS bagian hulu, DAS bagian tengah, dan DAS bagian hilir. Daerah hulu
merupakan daerah yang berada dekat dengan aliran sungai yang merupakan tempat tertinggi
dalam suatu DAS. Daerah hilir adalah daerah yang dekat dengan jalan ke luar air bagi setiap
DAS. Daerah tengah adalah daerah yang terletak di antara daerah hulu dan daerah hilir
(Upadani 2017). Terdapat dua fungsi DAS yang saling terintegrasi, yakni fungsi hidrologis dan
fungsi ekologis. Hal ini erat kaitannya dengan kejadian badai, hidrograf tahunan, dan kualitas
air (Damayanti 2013).
Pengelolaan DAS harus dilakukan sebagaimana mestinya karena air pada DAS
merupakan kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat disekitarnya. Sebagai sumber air minum
masyarakat, maka harus memenuhi beberapa syarat yang meliputi kuantitas, kualitas dan
kontinuitas (Salilama et al. 2018). Menurut Hidayati et al. (2021), kualitas air menggambarkan
kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya air minum, perikanan,
pengairan atau irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Kualitas air merupakan salah satu
komponen lingkungan yang sangat penting dan sebagai indikator sehatnya suatu daerah aliran
sungai. Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan
masyarakat dan industri mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan. Hal ini berdampak
negatif terhadap kelestarian sumberdaya air yang diindikasikan dengan semakin meningkatnya
daya rusak air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika
seperti Total Padatan Terlarut (TDS), Total Padatan Tersuspensi (TSS), dan sebagainya;
parameter kimia (pH, oksigen terlarut (DO), BOD, kadar logam dan sebagainya); dan
parameter biologi (kandungan bakteri coliform, E. coli, keberadaan plankton, dan sebagainya).
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan tiga cara, yang pertama adalah pengukuran
kualitas air dengan parameter fisika, yang kedua dengan parameter kimia, sedangkan yang
ketiga adalah pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (Setyowati 2015).
Hasil uji fisika pada Tabel 2 menunjukkan bahwa dari keenam lokasi pengamatan,
terdapat dua lokasi pengamatan yakni Air Sumur Balio dan Air FATETA merupakan air paling
bersih. Sesuai dengan uji fisika yang telah dilakukan, bahwa Air Sumur Balio dan Air FATETA
menghasilkan air yang tidak berwarna, tingkat kekeruhan kecil, tidak berasa, dan hambar. Hal
ini sesuai dengan literatur yang ditulis oleh Salilama et al. (2018), bahwa air bersih adalah air
yang tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya dibawah suhu
udara sehingga menimbulkan rasa nyaman. Adapun sumber air bersih yang layak dikonsumsi
harus memenuhi syarat dengan syarat fisika yang terdiri dari air tidak berwarna, air tidak
berasa, air tidak berbau, dan suhu udara hendaknya di bawah suhu udara sejuk (23⁰C-25⁰C).
Akan tetapi, uji fisika pada parameter temperatur menghasilkan bahwa Air Sumur Balio
memiliki suhu sebesar 27.1°C dan Air FATETA memiliki suhu sebesar 28.7°C. Menurut
Wiyono et al. (2017), suhu air yang melebihi batas normal (temperatur normal 27⁰C)
menunjukkan indikasi terdapat bahan kimia yang terlarut dalam jumlah yang cukup besar
(seperti adanya fenol atau belerang) atau sedang terjadi proses dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme. Menurut (Renitasari dan Musa 2020), adanya suhu yang tinggi dapat terjadi
karena proses pengukuran suhu pada tiap sampel air di lokasi pengamatan yakni pada sore hari.
Ketika pengamatan dilakukan pada sore hari, air sudah disinari matahari sehingga suhu akan
naik dibandingkan dengan pagi hari.
Keempat lokasi pengamatan lainnya, seperti Danau SDGs, Air Koin IPB, Danau LSI,
dan Danau Telaga Inspirasi memiliki kekeruhan yang sedang. Kekeruhan (turbidity)
merupakan keadaan transparansi suatu zat cair berkurang akibat adanya zat-zat yang tidak
terlarut. Air keruh merupakan salah satu ciri air yang tidak bersih dan tidak sehat
(Rachmansyah et al. 2014). Kekeruhan air disebabkan oleh partikel-partikel yang tersuspensi
di dalam air yang menyebabkan air terlihat keruh, kotor, bahkan berlumpur. Bahan-bahan yang
menyebabkan air keruh antara lain tanah liat, pasir, dan lumpur. Air keruh bukan berarti tidak
dapat diminum atau berbahaya bagi kesehatan. Akan tetapi, dari segi estetika, air keruh tidak
layak atau tidak wajar untuk diminum (Wiyono et al. 2017). Air pada lokasi pengamatan Air
Koin IPB, Danau Telaga Inspirasi, dan Danau LSI memiliki bau serta pada Danau SDGs, Air
Koin IPB, dan Danau Telaga Inspirasi memiliki rasa yang sedikit asin. Menurut Wiyono et al.
(2017), air yang kualitasnya baik adalah tidak berbau dan memiliki rasa tawar (hambar). Bau
dan rasa air merupakan dua hal yang mempengaruhi kualitas air. Bau dan rasa dapat dirasakan
langsung oleh indra penciuman dan pengecap. Biasanya, bau dan rasa saling berhubungan. Air
yang berbau busuk memiliki rasa kurang atau bahkan tidak enak. Dilihat dari segi estetika, air
berbau busuk tidak layak dikonsumsi. Bau busuk merupakan sebuah indikasi bahwa telah atau
sedang terjadi proses pembusukan (dekomposisi) bahan-bahan organik oleh mikroorganisme
di dalam air. Selain itu, bau dan rasa dapat disebabkan oleh senyawa fenol yang terdapat di
dalam air. Keenam sampel air tersebut tidak berwarna. Menurut Wiyono et al. (2017), warna
pada air disebabkan oleh adanya bahan kimia atau mikroorganik (plankton) yang terlarut di
dalam air. Warna yang disebabkan bahan-bahan kimia disebut apparent color yang berbahaya
bagi tubuh manusia. Warna yang disebabkan oleh mikroorganisme disebut true color yang
tidak berbahaya bagi kesehatan. Air yang layak dikonsumsi harus jernih dan tidak berwarna.
Hasil uji kimia pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pada pengukuran pH didapatkan
bahwa sampel air pada Sumur Balio, Danau Telaga Inspirasi, dan Danau LSI memiliki kategori
pH yang masam, sampel air pada Air Koin IPB memiliki kategori pH yang basa, sedangkan
sampel air pada Danau SGs dan Air FATETA memiliki kategori pH yang netral. Hal ini sesuai
dengan pemaparan oleh Salilama et al. (2018), bahwa air bersih adalah air yang memiliki pH
berkisar 6.5-8.5. Khusus untuk air hujan, pH minimumnya adalah 5.5 (Wiyono et al. 2017).
Hasil pengamatan pada uji teh menujukkan bahwa dari keenam sampel air tidak ada yang
mengalami perubahan warna dan berlendir. Akan tetapi, pada sampel air yang berlokasi di
Danau SDGs dan Air FATETA terdapat minyak yang tipis. Menurut Araina (2019), hal ini
terjadi karena air terkontaminasi oleh mikroorganisme berbahaya yang ditandai dengan
terjadinya perubahan warna, kekentalan, dan kandungan minyak pada bagian permukaan pada
air teh yang dijadikan sebagai indikator, sehingga air tersebut kurang layak untuk dikonsumsi.
Kandungan zat besi pada sampel air yang paling banyak yaitu pada Air Sumur Balio, yakni
dengan kategori cukup yang artinya banyak gumpalan coklat da nada sedikit endapan coklat
tetapi tidak menutupi dasar gelas. Menurut Ishaq et al. (2019), besi (Fe) merupakan logam yang
keberadaannya ada di alam maupun di dalam air. Logam ini dibutuhkan dalam tubuh namun
dalam jumlah kecil. Kelebihan logam ini dalam tubuh dapat menimbulkan dampak negatif pada
kesehatan. Air yang tercemar oleh logam-logam ini biasanya nampak pada intensitas warna
yang tinggi pada air dan berwarna.
Hasil uji biologi sederhana pada Tabel 4 menunjukkan bahwa sampel air pada lokasi
pengamatan Danau SDGs, Danau Telaga Inspirasi, Danau LSI, dan Air Koin IPB mengalami
perubahan warna, bahkan pada Danau SDGs, Danau LSI, dan Danau Telaga Inspirasi
mengalami adanya perubahan menjadi bau amis pada sampel air. Menurut Widiyanto et al.
(2015), warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya polusi. Bau air tergantung
dari sumber airnya. Timbulnya bau pada air secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu
indikator terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi. Air yang normal sebenarnya
tidak mempunyai rasa. Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut), hal itu berarti telah terjadi
pelarutan garam. Bau busuk merupakan sebuah indikasi bahwa telah atau sedang terjadi proses
pembusukan (dekomposisi) bahan-bahan organik oleh mikroorganisme di dalam air. Bau dan
rasa dapat disebabkan oleh senyawa fenol yang terdapat di dalam air (Wiyono et al. 2017).
Selain itu, karena lokasi pengamatan tersebut lebih terbuka, air permukaan lebih mudah
mengalami penurunan kualitas daripada air tanah (Widiyanto et al. 2015).
Hasil pengamatan bioindikator kualitas air pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pada
Danau SDGs, Danau Telaga Inspirasi, Danau LSI, dan Air Koin IPB terdapat bioindikator air.
Bioindikator adalah organisme (atau bagian dari suatu organisme ataupun suat komunitas
organisme) yang memiliki informasi tentang kualitas suatu kondisi lingkungan atau sebagai
dari komponen lingkungan (Pribadi 2014). Bioindikator mengidikasikan bahwa adanya benda-
benda asing seperti bahan-bahan fisika dan kimia yang mengalami perubahan jika ada ataupun
tiada, jumlah, morfologi, fisiologi atau tingkah laku dimana spesies tersebut mengindikasikan
adanya sesuatu di luar batas. Kebanyakan bioindikator merupakan spesies yang bereaksi
terhadap pengaruh yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan (Roziaty 2016). Kualitas
air mempengaruhi jenis dan sebaranmakroinvertebrata yang mampu hidup. Semakin baik
kualitas lingkungan dan habitat bagi biota air, maka jenis organisme yang ditemukan semakin
banyak dan sebaran individu tiap jenis semakin merata. Lingkungan perairan yang tercemar,
jumlah spesies makroinvertebrata yang mampu mentoleransi bahan pencemar sangat sedikit,
sehingga kehadiran makroinvertebrata sering dijadikan indikator keadaan habitat perairan
(Djumanto et al. 2013).

SIMPULAN
Pengamatan kualitas air dilakukan dengan menggunakan enam sampel air dari Danau
SDGs, Danau LSI, Danau Telaga Inspirasi, Air Koin IPB, Air Sumur Balio, dan Air FATETA.
Pengujian kualitas air dilakukan dengan tiga metode, yakni uji kimia, uji fisika, dan uji biologi.
Berdasarkan ketiga metode pengujian tersebut, dari keenam sampel air yang paling baik
kualitasnya adalah Air Sumur Balio dan Air FATETA. Hal ini menunjukkan bahwa air tersebut
cukup layak untuk dikomsumsi masyarakat sekitar.

SARAN
Perlu dilakukan kajian ulang mengenai kualitas air yang ada di IPB dan sekitarnya,
terutama air yang dikonsumsi masyarakat. Hal ini dilakukan agar mengetahui kelayakan air
yang dikonsumsi masyarakat yang menggunakannya. Selain itu, ketidaksesuaian data juga
dapat terjadi karena penggunaan alat yang kurang baik, sehingga menghasilkan data yang
kurang akurat.

REFERENSI
Araina E. 2019. Uji sederhana kualitas air di lingkungan perumahan. Journal of Tropical
Fisheries [diakses 2023 Feb 28]. 14(1):11-15. https://e-
journal.upr.ac.id/index.php/JTF/article/view/1210.
Damayanti A. 2013. Analisis zone agroekologi untuk strategi pengelolaan DAS berkelanjutan.
Jurnal Geografi [diakses 2023 Feb 28]. 5(1):1-15.
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo/article/view/8080/6759.
Djumanto, Probosunu N, Ifriansyah R. 2013. Indeks biotik family sebagao indicator kualitas
air Sungai Gajahwong Yogyakarta. Jurnal Perikanan [diakses 2023 Maret 01]. 15(1):26-
34. https://journal.ugm.ac.id/jfs/article/view/9095/6808.
Hidayati SN, Laili S, Santoso H. 2021. Pengaruh kualitas air kolam terpal terhadap
pertumbuhan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). E-Jurnal Ilmiah BIOSAINTROPIS
[diakses 2023 Feb 28]. 6(2):19-25.
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=2015488&val=9473&title=
Pengaruh%20Kualitas%20Air%20Kolam%20Terpal%20terhadap%20Pertumbuhan%2
0Ikan%20Lele%20Dumbo%20Clarias%20gariepinus.
Ishaq E, Salham M, Amalinda F. 2019. Efektifitas arang kulit singkong (Manihot utilissima)
dan arang kulit ubi jalar ungu (Ipomea batata l. poir) dalam menurunkan kadarzat besi
(fe) pada air sumur suntik di Kelurahan Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Jurnal
Kolaboratif Sains 2(1):694-702. https://doi.org/10.56338/jks.v2i1.982.
Lihawa F. 2017. Daerah Aliran Sungai Alo Erosi, Sedimentasi dan Longsoran. Yogyakarta :
Deepublish.
Pribadi T. 2014. Bagaimana rayap dapat digunakan sebagai bioindikator. Anterior Jurnal
14(1):20-28. https://doi.org/10.33084/anterior.v14i1.219.
Rachmansyah F, Utomo SB, Sumardi. 2014. Perancangan dan penerapan alat ukur kekeruhan
air menggunakan metode nefelometrik pada instalasi pengolahan air dengan Multimedia
Card (MMC) sebagai media penyimpanan (studi kasus di PDAM Jember). Berkala
Sainstek [diakses 2023 Feb 28] 2(1):17-21.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/BST/article/view/1616.
Renitasari DP, Musa M. 2020. Teknik pengelolaan kualitas air pada budidaya intensif udang
vanamei (Litopeneus vanammei) dengan metode hybrid system. Jurnal Salamata [diakses
2023 Feb 28]. 2(1):7-12. http://ejournal-
balitbang.kkp.go.id/index.php/salamata/article/view/11248/7831.
Roziaty E. 2016. Kajian Lichen : morfologi, habitat dan bioindikator kualitas udara ambien
akibat polusi kendaraan bermotor. Bioeksperimen [diakses 2023 Maret 01]. 2(1):54-66.
https://journals.ums.ac.id/index.php/bioeksperimen/article/view/1632/1161.
Salilama A, Ahmad D, Madjowa NF. 2018. Analisis kenutuhan air besih (PDAM) di Wilayah
Kota Gorontalo. RADIAL. 6(2):102-114. https://doi.org/10.37971/radial.v6i2.169.
Setiawan H, Wibowo A, Supriatna. 2021. Pembuatan peta curah hujan untuk evaluasi
kesesuaian rencana tata ruang kawasan hutan Kabupaten Bogor. Geomedia 19(2):113-
121. https://doi.org/10.21831/gm.v19i2.43227.
Setyowati RDN. 2015. Status kualitas air DAS Cisanggarung, Jawa Barat. Jurnal Lingkungan
[diakses 2023 Feb 28]. 1(1):37-45. http://repository.uinsa.ac.id/id/eprint/1871/.
Upadani LGAW. 2017. Model pemanfaatan modal sosial dalam pemberdayaan masyarakat
pedesaan mengelola Daerah Aliran Sungai (DAS) di Bali. Jurnal Lingkungan dan
Pembangunan 1(1):11-23. https://doi.org/10.22225/wicaksana.1.1.2017.11-22.
Wiyono N, Faturrahman A, Syuqiah I. 2017. Sistem pengolahan air minum sederhana (portable
water treatment). Jurnal Konversi UNLAM [diakses 2023 Feb 28]. 6(1):27-35.
https://www.academia.edu/download/67026116/f0591cec353f558814c53e0b2ac64556a
444.pdf.
Yogaswara LM, Darmawan, Iswati A. 2014. Analisis keselarasan antara penggunaan lahan saat
ini dengan alokasi ruang dan status lahan (studi kasus Kabupaten Bogor Bagian Barat).
J. Tanah Lingk. 16(2):75-82. https://doi.org/10.29244/jitl.16.2.75-82.
LAMPIRAN

Gambar 1 Pengambilan sampel air Gambar 2 Pengukuran pH air


Sumber : Dokumentasi Pribadi 2023 Sumber : Dokumentasi Pribadi 2023

Gambar 3 Pengukuran suhu air Gambar 4 Uji fisika pemeriksaan warna


Sumber : Dokumentasi Pribadi 2023 Sumber : Dokumentasi Pribadi 2023

Gambar 5 Uji biologi sederhana Gambar 6 Uji air teh


Sumber : Dokumentasi Pribadi 2023 Sumber : Dokumentasi Pribadi 2023

Anda mungkin juga menyukai