Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHALUAN
A. Latar Belakang

Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas atau objek tertentu akan

memperhatikan aktivitas atau objek itu secara terus menerus dengan senang hati,

tanpa harus dipaksa. Waktu disisihkan, tenaga dikerahkan dan rela mengeluarkan

biaya sebesar apapun demi minat. Karena minat itulah di dalam diri seseorang

terhujan rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu aktivitas atau objek tertentu

sehingga rela melakukannya tanpa ada yang menyuruh. Jika begitu, minat

padadasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dan

sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar

minat terhadap sesuatu. Dari sini, sampailah pada suatu keyakinan, bahwa minat

adalah alat motivasi. Bila minat dijadikan pangkal untuk memantik motivasi,

maka diperlukan cara-cara tertentu untuk membangkitkan minat peserta didik

dalam belajar.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih

menuntut keterampilan yang harus beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Perkembangan yang semakin canggih ini mau tidak mau menuntut manusia untuk

berpikir kritis dan inovatif. Ketika berpikir dan berinovasi, manusia

membutuhkan keterampilan yang mereka butuhkan untuk mengikuti

perkembangan yang ada. Lembaga pendidikan harus mampu memprediksi


perkembangan dengan terus mencari program yang sesuai dengan perkembangan,

perubahan zaman, situasi, kondisi dan kebutuhan siswa.1

Peserta didik itu ada di antaranya yang meguasai bahasa asing sangat bagus,

ada yang sederhana, dan ada yang masih sebagai pemula bahkan ada yang sama

sekali belum bisa. Oleh karena itu, dalam pembelajarannya hendaklah terdapat

spesifikasi teknik yang bisa dipakai oleh tingkat pemula, menenga, dan tingkat

tinggi (Ahli).

Maharah Kalam adalah salah satu maharah/ keterampilan yang sangat penting

dalam Bahasa arab. Sebab berbicara merupakan bagian dari keterampilan yang

dipelajari oleh pengajar, sehungga maharah kalam dianggap sebagai bagian yang

sangat mendasar dalam mempelajari Bahasa asing. Secara Umum keterampilan

berbicara bertujuan agar para pelajar mampu berkomunikasi dengan baik dan

wajar .

Mahāratul kalam (speaking skill/Keterampilan berbicara) adalah kemampuan

mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan

pikiran berupa ide, pendapat, keinginan, atau perasaan kepada mitra bicara. dalam

makna yang lebih luas, berbicara merupakan suatu system tanda-tanda yang dapat

didengar dan dapat dilihat yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot

tubuh manusia untuk menyampaikan fikiran dalam rangka memenuhi

kebutuhannya. Bahkan menurut Tarigan dalam Acep Hermawan berbicara

1
Udin Saefudin Sa'ud, Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 2
merupakan kombinasi faktor-faktor fisik, psikologis, neourologis, semantik dan

linguistik secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling

penting bagi kontrol sosial.

Oleh karena itu, Dalam pembelajaran maharah kalam terdapat berbagai

macam metode agar pelajar merasa senang dalam pembelajaran tersebut. Salah

satunya yaitu metode Ta’bir Ash-shuwar Al-‘Asywai atau dikenal dengan story

telling dengan media gambar seri. Metode Ta’bir Ash-shuwar Al- ‘Asywai ini

merupakan metode yang sangat efektif untuk diterapkan pada eserta didik kelas

XI Madrasah Aliyah Rezki Anugerah Ahu kabupaten Mamujujurusan pendidikan

Bahasa arab. Karena dengan latar belakang belakang mahasiswa yang berbeda-

beda dan sesuai fakta dilapangan kurangnya minat mahasiswa pada pembelajaran

maharah kalam yang disebabkan oleh anggapan mereka terhadap sulitnya dalam

berbicara atau berdialog.2

Keterampilan berbicara juga merupakan keterampilan dalam melakukan pola-

pola tingkah laku untuk penyampaian suatu maksud seseorang kepada orang lain

dengan menggunakan Bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh

orang lain dan mencapai tujuan tertentu. Keterampilan berbicara ini dapat dicapai

melalui beberapa latihan (praktik) dari apa yang didengar secara pasif dalam

2
Minatul Azmi dan Maulida Puspita, “Metode Story Telling Sebagai Solusi Pembelajaran Maharah
Kalam di PKPBA UIN Malang”, Inovasi Media Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab,
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa Iii Thaun 2019 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang, 73.
latihan mendengar. Tanpa latihan lisan secara intensif, maka sangat sulit bagi

peserta didik untuk mencapai penguasaan secara sempurna.3

Faktor-faktor yang sering terjadi dalam keterampilan berbicara siswa yang

rendah, erat kaitannya dengan rendahnya keterampilan menyimak siswa. Antara

lain yaitu kondisi kelas yang tidak kondusif karena siswa ramai dan gaduh sendiri

saat guru sedang memberikan penjelasan dapat menggangu konsentrasai siswa.

Siswa membutuhkan suasana yang kondusif agar proses menyimak dan berbicara

tidak terganggu. Suasana yang kondusif akan membantu siswa lebih

berkonsentrasi dalam memahami informasi yang diberikan oleh guru. Dampak

yang akan didapat siswa Ketika berkonsentrasi penuh yaitu dapat memudahkan

siswa menyerap informasi yang ditunjukkan padanya.

Berdasarkan pengamatan di peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Rezki

Anugerah Ahu kabupaten Mamuju dalam mata pelajaran kemampuan siswa dalam

aspek berbicara masih kurang. Kebanyakan siswa masih ragu-ragu dan malu saat

mengungkapkan gagasan atau ide mereka. Keberanian dalam berbicara didepan

siswa lainnya masih kurang. Banyak juga siswa yang masih malu dan kurang

percaya diri dalam mengungkapkan pendapat. Selain itu kesulitan siswa dalam

merangkai kata dalam berbicara juga menjadi penyebab siswa menjadi terkendala

dalam berpendapat. Pada saat kegiatan praktik tersebut guru kelas juga

3
Ni Kd. Dewi Wahyuni, Wyn. Wiarta, Ngh. Suadnyana, “Penerapan metode bercerita berbantuan
media gambar seri untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak kelompok B TK Putra Sesana
Aniga Karangasem”, e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Anak
Usia Dini, Volume 2 No 1 Tahun 2014, 1.
mengungkapkan bahwa praktik kegiatan berbicara siswa masih memiliki

kesulitan ditiap individu siswa.

Dalam maharah kalam juga terdapat masalah-masalah yang dihadapi dalam

pembelajarannya yaitu : 1) Siswa grogi karena khawatir melakukan kesalahan,

takut di kritik dan malu, 2) Tidak ada bahan untuk dibicarakan, 3) Kurang atau

tidak ada partisipasi dari siswa lainnya, 4) Penggunaan Bahasa ibu, merasa tidak

bisa berbicara Bahasa asing.

Bagian terpenting dalam pembelajaran maharah kalam sendiri yang perlu

diperhatikan yaitu terdapat tiga bagian, antara lain : 1) Pengucapan, 2) Kosa kata

atau Mufrodat, dan yang 3) Tata Bahasa atau Qowaid .5 Ketiga bagian tersebut

dikatakan penting karena tidak mungkin dalam pembelajaran maharah kalam

tidak memperhatikan pengucapan atau artikulasi peserta didik. Untuk

mengkombinasikan tiga bagian penting tersebut, maka kita memerlukan sebuah

metode yaitu metode Ta’bir Ash-shuwar Al-‘asywai.

Metode Ta’bir Ash-shuwar Al-‘asywai atau dikenal dengan metode story

telling dengan media gambar seri. Story Telling atau dongeng adalah cerita prosa

rakyat yang tidak di anggap benar-benar terjadi. Menurut Danandjaja, dongeng

diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melakukan

kebenaran, berisikan pelajaran moral, atau bahkan sindiran.6 Metode bercerita

adalah salah satu metode yang dapat mengembangkan kemapuan berbahasa anak,

dan membantu mengembangkan fantasi anak, dan mengembangkan nilai moral


anak .Adapun tujuan dari dari bercerita menurut kemendiknas (2010) yaitu:1)

melatih daya tangkap anak,2) melatih daya pikir,3) melatih daya konsentrasi

anak,4) membantu perkembangan fantasia tau imajinasi anak,5) menciptkan

suasana menyenangkan dan akrab.4

Kemudian menurut (Muhlis Baharuddin:2018) media gambar seri adalah

kumpulan dari beberapa gambar yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa

yang menarikyang disusun secara acak, atau berurut untuk dijadikan sebuah

cerita. Pendapat lain mengatakan bahwa gambar seri adalah rangkaian beberapa

gambar yang disusun secara urut dan membentuk sebuah cerita yang

runtut .Media gambar seri ini tersusun dari kertas lebar memanjang yang berisi

beberapa buah gambar, dan gambar-gambar tersebut berhubungan satu sama lain

sehingga merupakan satu rangkaian cerita.5

Pembelajaran yang menerapkan metode ta’bir ash-shuwar al-‘asywai

merupakan metode yang berusaha untuk meningkatkan ketermapilan berbicara

peserta didik. Karena dengan menerapkan gambar tersebut dapat membangkitkan

rasa ketertarikan pada suatu pembelajaran maharah kalam sehingga kemampuan

berbicara anak akan meningkat atau kefasihan dalam berbahas arab meningkat,

dapat menumbuhkan rasa percaya diri, penanaman nilai-nilai .8 Disamping itu

juga Ni Komang Tendriana Merdeka Wati, A.A. Gede Agung, I Koang Sudarma

4
Halimatus Sa’diyah, “ Bermain Peran (Role Playing) Dalam Pembelajaran Maharah Al-Kalam di
PKPBA UIN Maliki Malang”, Jurnal Tarbiyatuna, Volume 3 No.2 (Desember), 20-22.
5
Muhlis Bahruddin, “ Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Melalui Pendekatan
Komunikatif”, POTENSIA:Jurnal Kependidikan Islam, Vol3, No.2, Juli-Desember
dalam penelitiannya mengemukakan bahwa manfaat media gambar seri selain

yang disebutkan sebelumnya juga dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita,

dapat memperjelas suatu masalah, sehingga dapat mencegah atau membetulkan

kesalahpahaman, serta ekonomis.6

Guru sebaiknya memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk

mengungkapkan pikiran, gagasan, serta pendapat yang dimiliki siswa dalam

kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kesempatan yang diberikan guru terhadap

siswa juga harus diperhatikan agar setiap siswa memiliki kesempatan berbicara

secara sama dikelas. Kesempatan berbicara siswa tidak hanya diberikan didalam

kelas namun bisa juga diluar kelas guna meningkatan kemampuan berbicara siswa

dalam berkomunikasi. Hal tersebut membuat keterampilan berbicara siswa masih

rendah.

Maka dengan menggunakan metode Ta’bir Ash-shuwar Al-‘Asywai ini

pembelajaran akan lebih efektif dan menyenangkan. Karena metode Ta’bir

Ashshuwar Al-‘Asywai adalah metode yang dapat meningkatkan keterampilan

berbicara, mendorong siswa memiliki kemampuan verbal. Tak hanya itu, dengan

bercerita mahasiswa akan belajar tata cara berdialog dan bernarasi. Metode ini

mendorong mahasiswa untuk lebih senang bercerita atau berbicara. Sedangkan

gambar yang di susun secara acak tersebut merupakan media yang dapat membuat

6
Ni Komang Tendriana Merdeka Wati, A.A. Gede Agung, I Koang Sudarma, “Penerapan Metode
Bercerita dengan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak pada Kelompok
B2 TK Widya Kumara Ari”, e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan
Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 tahun 2014), 5.
mahasiswa lebih senang dan semangat dalam pembelajaran maharah kalam.

Disamping itu juga metode dan media tersebut dapat memperluas perbendaharaan

kata dan tata Bahasa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan maslaah

penelitian sebagai berikut “Bagaimana Peningkatan mahara Al-kalam melalui

metode ta'bir ash-shuwar al-'asywai pada peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah

Rezki Anugerah Ahu kabupaten Mamuju?”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahi Peningkatan mahara Al-kalam

melalui metode ta'bir ash-shuwar al-'asywai pada peserta didik kelas XI Madrasah

Aliyah Rezki Anugerah Ahu kabupaten Mamuju.

D. Kegunaan Penelitian

1. Penelitian ini dapat memberikan tambahan kajian dan ilmu pengetahuan

mengenai keterampilan berbicara siswa.

2. Manfaat bagi Guru, penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung

untuk dapat meningkatkan prestasi siswa. Khususnya dalam meningkatkan

keterampilan berbicara siswa.

3. Manfaat bagi peneliti, penelitian ini merupakan sarana untuk memenuhi tugas

akhir untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)


sekaligus sebagai bekal menjadi pendidik yang dapat mengembangkan

berbagai metode dalam pembelajarannya kelak.

4. Manfaat bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikan sarana dalam

pembelajaran di sekolah untuk bisa mengembangkan keterampilan berbicara

siswa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Relevan

Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian terdahulu yang relevan

dilaksanakan saat ini. Berikut adalah hasil penelitian yang relevan dengan

penelitian yang penulis lakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Suryaningsih (2017), tentang “Pengaruh

Metode Pembelajaran Show and Tell Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa

Kelas IV Tema 6 Daerah Tempat Tinggalku di SD Muhammadiyah

Condongcatur”.7 Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan metode

show and tell untuk meningkatkan keterampilan berbicara mengalami

peningkatan, dibuktikan dengan hasil uji Mann Whitney dimana taraf signifikan

yang diperoleh adalah 0,003. Taraf signifikan tersebut masih bisa diterima artinya

terdapat perbedaan tingkat keterampilan berbicara siswa kelas IV sebelum dan

sesudah diberikan perlakuan dengan metode pembelajaran Show and Tell.

Penelitian yang dilakukan oleh Inna Khaerunnisa (2020), tentang “Penerapan

Metode Show and Tell berbantuan media Instagram Television dalam

Pembelajaran Keterampilan Berbicara”.8 Penelitian ini merupakan penelitian


7
Suryaningsih, “Pengaruh Metode Pembelajaran Show and Tell Terhadap Keterampilan Berbicara
Siswa kelas IV tema 6 Daerah Tempat Tinggalku di SD Muhammadiyah Condongcatur” (UIN
Yogyakarta: skripsi, 2017).
8
Inna Khaerunisa, “Penerapan Metode Show and Tell Berbantuan Media Instagram Television dalam
Pembelajaran Keterampilan Berbicara” (UPI: Skripsi, 2020).
eksperimen Kuasi terhadap Peserta Didik kelas VIII SMP Negeri 2 Bandung.

Berdasarkan hasil Uji T atau Independent Sample t Test dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan keterampilan berbicara

pada pembelajaran teks ulasan menggunakan metode Show and Tell berbantuan

media IGTV terbukti efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran keterampilan

berbicara pada materi teks ulasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Novia Ayu Lestari (2019), tentang “Applying

Show and Tell Method to Enchance Students Speaking Skills of Describing”.

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII di MTsN 1 kota Tanggerang Selatan.

Berdasarkan hasil angket dan tes berbicara terdapat peningkatan yaitu pada test

awal hanya ada 34,37% siswa yang lulus, setelah itu pada post-test 1 jumlahnya

meningkat 62,50%, kemudia pada post test selanjutnya 84,37% siswa dapat

meningkatkan skor mereka. Dalam penerapan metode ini siswa menjadi lebih

tertarik dan antusias dalam proses pembelajaran sehingga mereka lebih

menghargai Ketika ada siswa yang sedang berbicara didepan kelas. Dari data

tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode Show and Tell dapat

meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VII-7 MTsN 1 kota Tanggerang

Selatan.9

B. Tinjauan Teori

1. Mahara Al-Kalam
9
Novia Ayu Lestari, “Applying Show and Tell Method to Enchance Students Speaking Skills of
Describing” (UIN Jakarta: Skripsi, 2019).
Keterampilan berbicara (maharah al-kalam/speaking skill) adalah kemampuan

mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan

pikiran berupa ide, pendapat, keinginan, atau perasaan kepada mitra bicara.

Dalam makna yang lebih luas, berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda

yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia

untuk menyampaikan pikiran dalam rangka memenuhi kebutuhannya.10

Keterampilan berbicara adalah keterampilan yang paling penting dalam

bebahasa. Sebab berbicara adalah bagian dari keterampilan yang dipelajari oleh

pengajar, sehingga keterampilan berbicara dianggap sebagai bagian yang sangat

mendasar dalam mempelajari bahasa asing. Sedangkan maharah kalam adalah

berbicara secara terus-menerus tanpa henti tanpa mengulang kosakata yang sama

dengan menggunakan pengungkapan bunyi.

Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang

ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa arab. Berbicara

merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal

balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.

Keterampilan berbicara dianggap sebagai keterampilan yang sangat penting

dalam pembelajaran bahasa Asing, karena berbicara merupakan suatu yang

aplikatif dalam bahasa dan merupakan tujuan awal seseorang yang belajar suatu

bahasa. Hanya saja, yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran berbicara ini

10
Elvi Susanti, Keterampilan Berbicara (Depok: Raja Grafindo,2020), hlm 3.
agar memperoleh hasil yang maksimal yaitu kemampuan dari seorang guru dan

metode yang digunakannya, karena dua faktor tersebut memiliki dominasi

keberhasilan pembelajaran berbicara.11

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-

kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan,

dan perasaan. Selain itu, menurut Elvi Susanti berbicara merupakan kemampuan

berbahasa manusia untuk menyampaikan ide dan gagasan secara langsung.

Berbicara pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi sebab di dalam nya

terjadi pemindahan pesan dari pembicara kepada pendengar. Keterampilan

berbicara merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasangagasan yang

disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhankebutuhan sang pendengar

dan penyimak.12

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan

berbicara merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang untuk menyampaikan

pikiran, gagasan, atau perasaan yang disampaikan kepada orang lain dalam

bentuk ujaran kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.

Tujuan berbicara dapat di bedakan atas tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan khusus pembicara merupakan target yang dapat dilaksanakan, digunakan

atau di ucapkan oleh pendengar. Setiap tujuan berkaitan dengan arah atau sasaran

11
Rabiatul Adawiyah Siregar, Keterampilan Berbicara (Solok: Yayasan Cendekia Pendidikan Muslim,
2021), hlm. 2.
12
Siti Sulistyani dan Inung Setyami, Keterampilan Berbahasa (Bogor: Guepedia, 2021), hlm. 17.
yang akan dicapai. Mengenai tujuan umum berbicara terbagi menjadi 4 yaitu: 1)

untuk menyampaikan informasi atau untuk memberitahukan sesuatu; 2) untuk

menyenangkan atau menghibur pendengar; 3) untuk mempengaruhi keyakinan,

sikap, mental, intelektual si pendengar; 4) untuk mendorong atau menstimulasi

pendengar.13

a. Prinsip-prinsip Pengajaran Keterampilan Berbicara

Agar pembelajaran kalam baik bagi non Arab, maka perlu diperhatikan hal-hal

berikut:14

1) Hendaknya guru memiliki kemampuan yang tinggi tentang keterampilan

ini

2) Memulai dengan suara-suara yang serupa antara dua bahasa (bahasa

pebelajar dan bahasa arab)

3) Hendaknya pengarang dan pengajar memperhatikan tahapan dalam

pengajaran kalam, seperti memulai dengan lafadz-lafadz mudah yang

terdiri dari satu kalimat, dua kalimat, dan seterusnya.

4) Memulai dengan kosa kata yang mudah

5) Memfokuskan pada bagian keterampilan bagi keterampilan berbicara

b. Macam-macam keterampilan Berbicara

1) Percakapan (Muhaddatsah)

13
Abd. Wahab Rosyidi & Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab,
(Malang: UIN-Maliki Press, 2011), 88.
14
Fitria Akhyar, Keterampilan Berbahasa Di Sekolah Dasar (Yogyakarta: Textium, 2017), hlm. 76.
Muhaddatsah yaitu cara menyajikan bahasa pelajaran bahasa Arab melaui

percakapan, dalam percakapan itu dapat terjadi antara guru dan murid dan

antara murid dengan murid, sambil menambah dan terus memperkaya

penbendaharaan kata-kata (Vocabulary) yang semakin banyak.

2) Ungkapan secara lisan (Ta’bir Syafahih)

Ta’bir Syafahih adalah yaitu latihan membuat karangan secara lisan

bertujuan untuk mengembangkan kemampuan pelajar dalam

mengutarakan pikiran dan perasaannya.

Menurut Mudini, berbicara terdiri atas berbicara formal dan berbicara

informal. Berbicara informal meliputi bertukar pikiran, percakapan, penyampaian

berita, bertelepon, dan memberi petunjuk. Sedangkan berbicara formal antara lain,

diskusi, ceramah, pidato, wawancara, dan bercerita (dalam situasi formal).

Pembagian jenis berbicara diatas bersifat luwes. Artinya, situasi pembicaraan

yang akan menentukan suasana formal dan suasana informal. Misalnya:

penyampaian berita atau memberi petunjuk dapat juga bersifat formal jika berita

itu atau pemberian petunjuk itu berkaitan dengan situasi formal, bukan

penyampaian berita antarteman atau bukan pemberian petunjuk kepada orang

yang tersesat di jalan.15

Kemampuan keterampilan berbicara pada dasarnya memang tidak dimiliki

oleh semua manusia. Keterampilan ini dapat dimiliki oleh semua manusia jika
15
Mudini dan Salamat Purba, Pembelajaran Berbicara (Jakarta: Kemendiknas Pusat Pengembangan
dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa, 2010), hlm. 5.
melalui proses belajar dan berlatih. Namun dalam hal belajar pun kadang masih

mendapatkan hasil yang kurang memuaskan, hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor yang menjadi penghambat dalam keterampilan berbicara. Elvi menjelaskan

ada beberapa faktor yang menjadi hambatan dalam keterampilan berbicara,

yaitu:16

a. Faktor fisik, terdapat dua penyebab yaitu pertama factor dari partisipan,

seperti organ bicara yang kurang sempurna dan pancaindra yang tidak

berfungsi dengan benar. Kedua factor dari luar partisipan, seperti suara gaduh

dari berbagai sumber, kondisi ruangan yang tidak kondusif, dan lainnya.

b. Factor media, terdapat dua penyebab yaitu pertama factor linguistik seperti

contohnya Bahasa yang digunakan dalam berbicara. Kedua factor

nonlinguistik seperti perubahan air muka dan pandangan mata.

c. Factor psikologis, hambatan ini bisa terjadi seperti contohnya marah, sedih

dan takut. Dalam hal ini factor psikologis yang paling besar yaitu nervous dan

blank.

Tujuan pembelajaran keterampilan berbicara di MI/SD terbagi menjadi dua

yaitu pembelajaran keterampilan berbicara di kelas rendah dan kelas tinggi.

Pembelajaran keterampilan berbicara di kelas rendah siswa membutuhkan

bimbingan dan pengarahan dari guru. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran

keterampilan berbicara di kelas rendah merupakan dasar pembentukan

16
Elvi Susanti, Keterampilan Berbicara (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2020), hlm. 16-22
komunikasi tahap awal. Dasar-dasar yang telah dimiliki siswa akan berkembang

di kelas tinggi apabila pembelajaran keterampilan berbicara memberikan lebih

banyak waktu kepada siswa untuk berlatih kemampuan berbicara.

Adapun tujuan pembelajaran berbicara siswa di kelas rendah adalah untuk

melatih keberanian siswa, melatih siswa menceritakan pengetahuan dan

pengalamannta, melatih menyampaikan pendapat, dan membiasakan siswa untuk

bertanya. Tujuan pembelajaran berbicara di kelas tinggi adalah untuk melatih

keberanian siswa, menceritakan pengetahuan dan wawasan siswa, melatih siswa

menyanah atau menolak pendapat orang lain, dan melatih siswa untuk

menghargai pendapat orang lain.17

2. Ta’bir Ash-shuwar Al-‘asywai

Metode Ta’bir Ash-shuwar Al-‘asywai atau dikenal dengan metode story

telling dengan media gambar seri. Story Telling atau dongeng adalah cerita prosa

rakyat yang tidak di anggap benar-benar terjadi. Menurut Danandjaja, dongeng

diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melakukan

kebenaran, berisikan pelajaran moral, atau bahkan sindiran.6 Metode bercerita

adalah salah satu metode yang dapat mengembangkan kemapuan berbahasa anak,

dan membantu mengembangkan fantasi anak, dan mengembangkan nilai moral

17
Siti Anisatun Nafiah, Model-Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD/MI (Yogyakarta: ArRuzz
Media, 2018), hlm. 170.
anak .Adapun tujuan dari dari bercerita menurut kemendiknas (2010) yaitu:1)

melatih daya tangkap anak,2) melatih daya pikir,3) melatih daya konsentrasi

anak,4) membantu perkembangan fantasia tau imajinasi anak,5) menciptkan

suasana menyenangkan dan akrab.

Storytelling yaitu bercerita atau mendongeng untuk menyampaikan sesuatu

dengan bertutur menggunakan sebuah teknik atau kemampuan untuk

menceritakan sebuah kisah. Storytelling merupakan penggabungan dari dua kata

yaitu story dan telling. Story yang berarti cerita dan telling berarti penceritaan.

Jika digabungkan maka diartikan sebagai penceritaan cerita atau menceritakan

cerita.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ikranegarkata & Hartatik), cerita

adalah kisah, dongeng, sebuah tutur yang melukiskan suatu proses terjadinya

peristiwa secara panjang lebar, karangan yang menyajikan jalannya kejadian-

kejadian, lakon yang diwujudkan dalam pertunjukan (misalnya tentang drama,

film, dan lain sebagainya).

Istilah storytelling atau bercerita adapula istilah lain yang berarti sama yaitu

mendongeng. Mendongeng merupakan salah satu seni paling tua dan warisan

leluhur yang keberadaannya masih ada sampai saat ini. Sehingga mendongeng

harus tetap dilestarikan dan dikembangkan sebagai salah satu sarana positif untuk

mendukung kepentingan sosial secara luas. Salah satunya yaitu digunakan untuk

kepentingan dalam pendidikan.


Jauh sebelum munculnya peninggalan tertulis maupun buku, manusia

berkomunikasi dan merekam peristiwa-peristiwa dalam kehidupan mereka dengan

bertutur secara turun temurun. Tradisi lisan dahulu sempat menjadi primadona

dan andalan para orang tua, terutama ibu dan nenek, dalam mengantar tidur anak

maupun cucu.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa storytelling adalah

kegiatan yang menyampaikan cerita dari seorang pencerita atau pendongeng

kepada pendengar dengan tujuan untuk memberikan informasi bagi pendengar

sehingga dapat digunakan untuk mengenali emosi diri sendiri dan orang lain serta

mampu melakukan problem solving (pemecahan masalah).

C. Kerangka Fikir

Keterampilan berbicara merupakan hal yang penting untuk berkomunikasi

dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan berbicara memiliki peranan untuk

mengungkapkan gagasan, ide, pikiran, dan pendapat kepada orang lain.

Keterampilan berbicara bisa dilatih sejak Sekolah Dasar. Namun pada

kenyataannya keterampilan berbicara siswa Sekolah Dasar masih belum optimal.

Gejala yang tampak seperti, siswa mengalami kesulitan dalam menyampaikan

gagasan, pikiran, atau kehendak kepada guru dan teman-temannya, serta siswa

juga masih dalam berbicara, sulit memilih kata, dan gugup dalam berbicara.

Metode Ta’bir Ash-shuwar Al-‘asywai atau dikenal dengan metode story

telling dengan media gambar seri. Story Telling atau dongeng adalah cerita prosa
rakyat yang tidak di anggap benar-benar terjadi. Menurut Danandjaja, dongeng

diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melakukan

kebenaran, berisikan pelajaran moral, atau bahkan sindiran.

Pembelajaran dengan menggunakan metode Ta’bir Ash-shuwar Al-‘asywai

erat kaitannya untuk melatih keterampilan berbicara siswa. Melalui metode Ta’bir

Ash-shuwar Al-‘asywai dalam penelitian ini, peserta didik kelas XI Madrasah

Aliyah Rezki Anugerah Ahu kabupaten Mamuju berlatih mengoptimalkan

kemampuan berbicara, bagaimana menyampaikan ide, gagasan, pendapat maupun

pengalaman melalui berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga

kemampuan mengkomunikasikan pikiran maupun gagasan saat berbicara penting

di dalam metode ini. Selain itu dengan metode Ta’bir Ash-shuwar Al-‘asywai,

siswa dapat berlatih untuk berbicara menyampaikan ide, gagasan, dan pendapat.

Keadaan Awal Tindakan Tindakan

1. Rendahnya
keterampilan 1. Keterampilan
berbicara siswa. berbicara siswa
2. Siswa kesulitan meningkat.
dalam 2. Pembelajaran
menyampaikan Penerapan metode lebih bervariasi.
gagasan, pikiran, ta'bir ash-shuwar 3. lebih
kehendak kepada al-'asywai untuk bersemangat
guru dan meningkatkan dalam
temantemannya. mahara Al-kalam. pembelajaran
3. Siswa ragu-ragu menggunakan
dalam berbicara, metodeta'bir
sulit memilih kata ash-shuwar
dan tidak tenang al-'asywai
dalam berbicara.
D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis Tindakan yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut “Peningkatan mahara Al-kalam melalui metode ta'bir ash-shuwar

al-'asywai pada peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Rezki Anugerah Ahu

kabupaten Mamuju”.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Rezki

Anugerah Ahu kabupaten Mamuju Kec. Tapalang Barat, Kab. Mamuju, Sulawesi

Barat. Waktu penelitian dilaksanakan selama 1 bulan.

B. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas kelas XI Madrasah Aliyah

Rezki Anugerah Ahu kabupaten Mamuju sebanyak 31 siswa yang terdiri atas 20

laki-laki dan 11 perempuan. Sedangkan objek dalam penelitian ini yaitu

kemampuan berbicara siswa kelas XI.

C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh pendidik di

dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki mutu

serta kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat

ditingkatkan.

Senada dengan pendapat Mills dalam Amir Hamzah yang mengungkapkan

bahwa penelitian tindakan sebagai penelitian sistematis apa saja yang

dilaksanakan oleh guru, penyelenggara Pendidikan, konseling/penasihat


Pendidikan, atau lainnya yang menaruh minat dan berkepentingan dalam proses

atau lingkungan belajar mengajar denganujuan mengumpulkan informasi seputar

cara kerja sekolah, cara mengajar guru, cara belajar siswa, dan yang terpenting

mengubahnya.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dipaparkan di atas dapat disumpulkan

bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh

pendidik yang berisikan tindakan-tindakan dalam rangka meningkatkan kualitas

kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Desain penelitian tindakan kelas

dilaksanakan secara bersiklus. Banyak atau sedikitnya siklus yang dilaksanakan

dalam penelitian bergantung pada tercapai atau tidaknya tujuan penelitian. Jika

tujuan belum tercapai, maka penelitian harus dilaksanakan ke siklus selanjutnya

dan baru berhenti Ketika tujuan telah tercapai. Dengan kata lain banyak atau

tidaknya siklus yang dilaksanakan ketika penelitian ini dilaksasanakan ditentukan

oleh berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan dapat mengatasi

permasalahan yang ada.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga

teknik yang akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Observasi

Observasi merupakan Teknik pengumpulan data dengan cara mengamati

setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat


observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Penelitian ini

menggunakan dua lembar observasi uaitu lembar observasi guru dan

lembar observasi siswa. Pengamatan dilaksanakan dengan mengamati

kegiatan pembelajaran (tindakan) yang dilakukan oleh guru yang mengacu

pada pedoman observasi. Lembar observasi guru digunakan untuk

mengumpulkan data Tindakan yang dilakukan guru dalam siklus

pembelajaran. Sedangkan, lembar observasi terhadap siswa dilaksanakan

dengan mecatat perilaku-perilaku siswa akibat tindakan-tindakan guru

dalam kegiatan pembelajaran.

2. Tes

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes lisan untuk

mengetahui kemampuan berbicara siswa. Penilaian keterampilan

berbiicara dalam penelitian ini didukung dengan pengamatan (observasi)

terhadap siswa yang meliputi beberapa aspek pengamatan. Penilaian

dalam penilitian ini mengacu pada pendapat Ahmad Rofiuddin dan

Darmiyati Zuhdi, dimana penilaian ini terbagi menjadi dua aspek yaitu

aspek kebahasaan dan nonkebahasaaan. Aspek kebahasaan meliputi

tekanan, ucapan, nada dan irama, kosa kata/ungkapan atau diksi, dan

struktur kalimat yang digunakan. Sedangkan dalam hal aspek

nonkebahasaan meliputi kelancaran, penguasaan materi, keberanian,

keramahan, dan sikap.

3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang.Penelitian ini menggunakan gambar foto dari siklus satu

menuju siklus selanjutnya yang digunakan untuk melengkapi hasil

observasi.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan

tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga

memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data

dalam penelitian tindakan kelas berupa deskriptif kualitatif dan deskriptif

kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dalam penelitian ini bersifat

menggambarkan fakta-fakta yang sesuai data yang diperoleh untuk mengetahui

keterampilan berbicara yang diperoleh siswa secara kualitatif selama proses

pembelajaran berlangsung. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai Teknik

analisis data yang dilakukan penulis pada penelitian ini.

1. Analisis hasil pengamatan (observasi)

Data yang telah diperoleh dari lembar observasi selanjutnya dilakukan

analisis. Data observasi terhadap pembelajaran keterampilan berbicara

yang dilakukan guru dipaparkan dengan menggunakan analisis deskriptif

kualitatif. Sedangkan semua data skor yang diperoleh siswa pada saat

kegiatan pembelajaran menggunakan metode show and tell dijumlahkan


sehingga diperoleh skor mentah (R), kemudian skor mentah tersebut

dianalisis menggunakan presentase dengan rumus dan kriteria sebagai

berikut.

𝑁𝑃 = 𝑅 𝑆𝑀 × 100

Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan

R = Skor mentah yang diperoleh

SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap

Kriteria penilaian.

81 – 100% = baik sekali

61 – 80% = baik

41-60% = cukup

21-40% = kurang

≤ 21% = kurang sekali

2. Analisis hasil tes

Analisis hasil tes dilakukan untuk mengukur keterampilan berbicara siswa

dalam mata pelajaran IPS dengan metode show and tell. Hasil tes ini

dianalisis secara kuantitatif. Analisis hasil tes ini berfungsi untuk

mengetahui ada tidaknya peningkatan keterampilan berbicara siswa

menggunakan metode show and tell yang dilakukan dengan


membandingkan hasil tes diakhir setiap siklus. Hasil yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu nilai akhir tes keterampilan berbicara siswa.

Nilai akhir tes keterampilan berbicara hasilnya berupa skor, skor tersebut

selanjutnya dikonfersikan menjadi bentuk nilai, nilai diperoleh

menggunakan rumus sebagai berikut.

𝑆 = 𝑅 𝑁 × 100

Keterangan:

S = nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor di item (skor yang didapat siswa)

N = skor maksimal dari tes tersebut

3. Analisis hasil dokumentasi

Data gambar foto dari siklus satu ke siklus berikutnya dipaparkan

menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Gambar foto berfungsi untuk

melengkapi hasil observasi.

Anda mungkin juga menyukai