Anda di halaman 1dari 2

Nama/NIM : Kanedi Noris Wantoro/21.95.

0336

Kelas : 21HI002

Mata Kuliah : WTO dan Diplomasi Perdagangan

Resensi Film “Battle of Seattle” Dan Hubungannya Pada Isu WTO

WTO atau World Trade Organizations merupakan organisasi yang hadir berkat PBB
dengan tujuan untuk memperlakukan adil bagi setiap negara dalam perdagangan internasional.
WTO juga mengatur mengenai pajak barang bea cukai sebuah negara saat memasuki pasar
internasional. Namun, hadirnya WTO menimbulkan banyak pro dan kontra. WTO lahir dari
gagalnya GATT yang tidak disetujui oleh kongres Amerika Serikat. WTO sempat tidak
mendapat banyak persetujuan oleh banyak negara karena hadirnya WTO merupakan sebagai
bentuk dukungan dari penyebaran sistem kapitalisme. Dan hal ini menimbulkan banyak protes
terhadap sistem kapitalisme dan menolak untuk adanya globalisasi atau ‘anti-globalisation’,
khususnya dalam film ini adalah distrik Seattle.

WTO mungkin menghadirkan berbagai solusi bagi masyarakat dalam proses globalisasi
dan kemudahan dalam mengakses banyak fitur diseluruh dunia hanya dalam sekejap mata,
namun yang sebenarnya terjadi adalah sebaliknya. “THE WTO kills people. Kill the WTO”,
adalah slogan yang selalu dibawa oleh kelompok Peoples' Global Action (PGA) saat masa
demonstrasi di Seattle pada 30 November 1999. Kelompok ini memprotest adanya
perkembangan terhadap perdagangan internasional yang menyebabkan banyak negara harus
melucuti beberapa undang-undang perdagangannya demi mewujudkan prinsip ‘Non-
Discrimination’ yang ada pada badan prinsip WTO. Hal ini tentunya buruk ketika WTO
memaksa negara untuk menyerahkan kedaulatan negara pada sebuah institusi internasional yang
memiliki 1 tingkat dibawah pada kedaulatan. Bukan hanya itu, gerakan ini menolak perusahaan
besar untuk melakukan kerusakan pada alam untuk memproduksi satu produk kebutuhan.
Alasan masyarakat AS turun ke distrik Seattle untuki melakukan demonstrasi adalah
untuk mencegah WTO membuat dunia semakin kapitalis dan terjerat di dalamnya selamanya.
Maksudnya adalah, dengan adanya globalisasi dan perdagangan bebas yang semakin massif
membuat orang kaya akan semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hal ini terbukti ketika
saat ini Amerika Serikat memiliki angka yang tinggi pada gelandangan atau homeless namun
tutup mata akan hal ini dan terus mendesak masyarakatnya untuk selalu produktif. WTO hadir
dalam sisi negatifnya adalah menciptakan sebuah aturan yang rumit dalam hal birokrasi
perdagangan dan hal ini menciptakan kesempatan untuk korupsi pada jumlah yang besar.
Liberalisasi ekonomi yang hadir karena WTO bukanlah sepenuhnya melindungi kepentingan
masyarakat tetapi sedikit demi sedikit melucuti kepentingan masyarakat.

Film ini mengisahkan bagaimana dramatisnya warga AS pada proses globalisasi yang
ditentang begitu dalamnya karena takut jika sistem kapitalisme memakan hak dan kesejahteraan
mereka dan seluruh warga negara di dunia. Masyarakat AS yang didampingi oleh Jay, Lou, Sam
dan Django sebagai aktivis yang menolak globalisasi bersama untuk melakukan aksi
nirkekerasan pada demonstrasi ini namun mendapat perlawan dari pihak kepolisian setempat.
Demonstrasi ini juga didukung oleh dokter dari NGO Doctors Without Borders, yang berusaha
menghimbau kepada industri-industri farmasi untuk mau menurunkan harga dan memberikan
alih teknologi atas obat-obatan yang dibuat kepada negara-negara Dunia Ketiga, yang tidak
direspon secara positif oleh industri farmasi dari negara-negar maju. Meskipun banyak demo
yang dilakukan, WTO sampai hari ini tetap eksis dan mewarnai sistem kapitalisme di dunia.
Bahkan saat ini terdapat banyak pakta perdagangan yang dibentuk dengan tujuan
mensejahterakan masyarakat di suatu negara namun pada akhirnya hanya mengeksploitasi
sumber daya baik SDM dan SDA di negara tersebut dengan mencabik-cabik undang-undang,
peraturan negara, dan kedaulatan negara demi kepentingan aktor baik itu peruasahaan
internasional, individu, negara yang memiliki kapital besar.

Anda mungkin juga menyukai