Anda di halaman 1dari 3

Bullying Di Kalangan Pelajar Semakin Meresahkan

Riza Maries Rachmawati, S.Pd

Aksi perudungan atau bullying terulang kembali, kali ini terjadi di Kecamatan Cimanggu,
Kabuaten Cilacap, Jawa Tengah pada selasa (26/8/2023). Dalam video yang beredar di
media sosial, terdapat seorang siswa yang menjadi korban perudungan oleh siswa lainnya.
Korban bahkan terlihat dipukul dan ditendang beberapa kali oleh pelaku. Misirnya, aksi
tersebut dilakukan saat para siswa masih memakai seragam sekolah. Polresta Cilacap juga
mengungkapkan mengenai penyebab dari aksi perundungan yang dilakukan. Menurut
Kasatreskim Polresta Cilacap Kompol Guntar Arif Setiyoko, aksi perudungan dilakukan
karena pernyataan korban berinisial RF (14) yang mengaku sebagai anggota kelompok
atau geng basis. Dua orang pelaku yang juga anggota kelompok tersebut rupannya tidak
terima dan tersinggung, sehingga akhirnya melakukan perundungan terhadap korban.
(regional.kompas.com, 27/09/2023)

Sekularisme Menumbuhkan Kasus Bullying

Kasus bullying di Calacap menambah daftar kasus bullying di kalangan siswa dan semakin
hari kasus bullying sudah mencapai titik darurat. Mereka sudah tidak lagi sekedar hanya
membully dengan verbal namun hingga fisik yang berakibat fatal seperti kecacatan pada
korban bahkan kematian. Alasan bullying beragam, mulai kasus percintaan, unjuk
eksistensi, kesalahan pengasuhan dari keluarga, dan sebagainya. Fenomena bullying
beserta faktornya bisa muncul karena cara pandang kehidupan saat ini dipengaruhi oleh
paham memisahkan agama dari kehidupan yaitu sekulerisme. Ketika agama dipisahkan
dari kehidupan, manusia hanya menjadikan rasa kesewenangan, kesenangan dan
kenyamanan sebagai asas perbuatan. Maka wajar sekalipun mahir dalam tilawah dan aktif
organisasi, siswa SMP Cilacap bertindak amoral. Kemampuan bela dirinya digunakan untuk
tindakan yang arogan.

Cara pandang yang salah tersebut semakin diperkuat dengan penerapan sistem pendidikan
sekularisme kapitalisme yang selama ini diterapkan. Pendidikan sekularisme kapitalisme
berorientasi pada materi semata, sehingga membentuk anak-anak yang haus akan
eksistensi prestise materi, seperti menang dalam perlombaan. Nilai-nilai budi luhur justru
luntur, dianggap ususan pribadi. Akibatnya anak-anak bebas berperilku amoral tanpa
merasa bersalah dan berdosa.

Islam Solusi Tuntas Kasus Bullying


Generasi harus benar-benar diselamatkan dari kehidupan sekuarisme kapitalisme yang
dengan jelas telah merusak. Hanya Islam yang mampu memberikan solusi tuntas atas
permasalahan kasus bullying ini. Karena Allah SWT menurunkan Islam sebagai petunjuk
bagi kehidupan manusia sehingga mampu membeirkan penjelasan dan aturan terhadap
segala sesuatu. “Dan Kami turunkan Kibat (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala
sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri
(Muslim). (QS. An Nahl: 89)

Dalam menyelesaikan kasus bulliying Islam memiliki solusi yang menyeluruh dan
menyelesaikan hingga ke akar-akarnya. Islam menegaskan bahwa sesama manusia
dilarang untuk merendahkan satu dengan lain. Dengan perintah ini manusia tidak akan
berlaku sewenang-wenang terhadap yang lainnya termasuk tindakan bulliying secara verbal
maupun fisik. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan
oang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik
dari mereka”. (QS Al Hujarat: 11). Untuk menancapkan ayat ini, maka Islam memerintahkan
semua pihak berperan dalam mendidik anak-anak dengan aqidah Islam bukan dengan
aqidah sekularisme dan turunannya.

Pertama, peran keluarga. Pendidikan aqidah yang benar dari keluarga akan membentuk
anak-anak yang sadar bahwa mereka hanyalah hamba Allah SWT. Kesadaran ini akan
menuntun mereka untuk senantiasa menggunakan syariah Islam dalam berfikir dan
beramal. Mereka akan tunduk dan patuh untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan
dan mereka akan menjauhi segala yang Allah larang.

Kedua, peran masyarakat. Islam memahami bahwa kehidupan anak-anak tidak hanya
didalam keluarga, namun juga ditengah-tengah masyarakat. Secara fitrah masyarakat
adalah tempat bagi anak-anak tumbuh dan berkembang memahami cara pandang
kehidupan serta aktivitas sosial. Karena itu Islam memerintahkan agar masyarakat
melakukan amar makruf nahi munkar dan ta’awun atau tolong menolong ditengah-tengah
kehidupan mereka. Ketika anak-anak melihat aktivitas tersebut maka yang muncul dibenak
mereka adalah kebaikan. Alhasil anak-anak akan berperilaku ma’ruf kepada sesama karena
apa yang mereka lihat, mereka dengar, mereka rasakan adalah amal shalih.

Ketiga, peran negara. Peran keluarga dan masyarakat tidak akan optimal tanpa peran
negara karena itu Islam memiliki tata negara untuk mengatur kehidupan masyarakat.
Negara ini bernama Daulah Khilafah, sebuah negara yang menerapkan syariah Islam
secara kaffah untuk menjaga generasinya agar tetap dalam kemualiaan serta jauh dari
perbuatan yang dilarang oleh syariah. Khilafah akan menerapkan sistem pendidikan Islam
yang memiliki tujuan pendidikan dasar menancapkan syakhsiyah Islam pada anak-anak.
Sehingga tolak ukur keberhasilan ada keseusian pola pikir dan pola sikap mereka dengan
syariah atau tidak. Bukan pada keberhasilan materi seperti prestasi juara, aktif organisasi
dan sebagainya.

Tujuan pendidikan Islam lainnya adalah menyiapkan anak-anak sebagai problem solver
kehidupan sehingga kemampuan mereka akan diakukan hanya untuk kemuliaan Islam dan
kaum muslimin bukan untuk ajang unjuk eksistensi diri. Tujuan pendidikan ini selaras
dengan pendidikan yang diajarkan didalam keluarga dan masyarakat. Alhasil anak-anak
akan dilingkupi oleh lingkungan yang baik dimana pun dan kapan pun. Sehingga kasus
seperti siswa pembully di Cilacap dan sejenisnya akan bisa dicegah oleh negara.

Demikianlah Islam memberikan solusi tuntas untuk kasus bullying ini. Hanya dengan
mewujudkan kehidupan Islam dalam bingkai Daulah Khilafah lah generasi akan bisa
terselamatkan.

Wallahu’alam bis shawab

Anda mungkin juga menyukai