Anda di halaman 1dari 12

Batuk

Last Updated Tuesday, 28 October 2008 01:12

Batuk merupakan refleks normal yang berfungsi untuk melindungi paru-paru dari aspirasi.
Mekanisme batuk terdiri dari 3 fase yaitu fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi.
Penyebab batuk dapat berupa penyakit atau proses yang merangsang refleks batuk.Komplikasi
batuk menurut ACCP Evidence-Based Clinical Practice Guidelines meliputi komplikasi
kardiovaskuler, gastrointestinal, Genitourinary, musculoskleletal, neurological, opthalmologic,
pyscosocial.

Mekanisme batuk
Mekanisme batuk memilik tiga fase yaitu fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi. Batuk
bermula dari masuknya sejumlah udara lalu glotis akan menutup menyebabkan tekanan
didalam paru akan meningkat yang pada akhirnya akan terjadi pembukaan glotis secara
tiba-tiba dan eskpirasi sejumlah udara dengan kecepatan tertentu.
Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara, pada saat
ini glotis secara refleks sudah terbuka, udara yang diinpirasi bervariasi. Fase kompresi terjadi
dimana glotis akan menutup selama 0,2 detik, pada fase ini tekanan paru dan abdomen
meningkat sampai 50 – 100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk yang
membedakannya dengan manuver ekpirasi paksa lain karena menghasilkan tenaga yang
berbeda. Di pihak lain batuk juga dapat terjadi tanpa penutupan glotis. Fase ekpirasi dimulai
dengan udara yang keluar dan menggetarkan jaringan saluran nafas sehingga menimbulkan
suara batuk.

PENYEBAB BATUK
Untuk mengetahui penyebab batuk perlu dilakukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik,
dan mungkin juga pemeriksaan lain seperti laboratorium darah dan sputum, rontgen toraks, tes
fungsi paru dan lain-lain. Beberapa penyebab batuk :

1. berbagai penyakit/proses yang merangsang reseptor batuk


2. iritan : rokok, asap SO2, Gas ditempat kerja
3. Mekanik : retensi sekret bronkopulmoner, benda asing dalam saluran pernafasan,
postnasal dirp, aspirasi
4. Penyebab paru obstruktif : bronkotis kronik, astma, emfisema, fibrosis kistik bronkiektasis
5. Penyakit paru retristif : penumokniosis, penyakit kolagen, penyakit granulomatosa
6. Infeksi : laringitis akut, bronkitis akut, penumonia, pleuritis, perikarditis.
7. Tumor ; tumor laring, tumor paru
8. Psikogenik
9. Dan lain-lain

1 / 12
Batuk
Last Updated Tuesday, 28 October 2008 01:12

Variables

Symptoms

Cardiovascular

Arterial hypotension

Bradyarrhythmias and tachyarrhythmias

Dislodgement/malfunctioning of intravascular catheters

Loss of consciousness

2 / 12
Batuk
Last Updated Tuesday, 28 October 2008 01:12

Rupture of subconjunctival,
625 nasal, and anal veins,
and massive intraocular suprachoroidal hemorrhage d

Constitutional symptoms

Excessive sweating, anorexia, exhaustion

GI

Gastroesophageal reflux events

Gastric hemorrhage following


29 percutaneous endoscopic gastrostomy

Hepatic cyst rupture

3 / 12
Batuk
Last Updated Tuesday, 28 October 2008 01:12

Herniations ( eg , inguinal, through abdominal wall, small

Malfunction of gastrostomy button

Mallory-Weiss tear

Splenic rupture

Genitourinary

Inversion of bladder through urethra

4 / 12
Batuk
Last Updated Tuesday, 28 October 2008 01:12

Urinary incontinence

Musculoskeletal

From asymptomatic elevations of serum creatine phosphokinase to rupture of rectus abdominus muscl

Diaphragmatic rupture

Rib fractures

Sternal wound dehiscence

Neurological

5 / 12
Batuk
Last Updated Tuesday, 28 October 2008 01:12

Acute cervical radiculopathy

Cerebral air embolism

Cerebral spinal fluid rhinorrhea

Cervical epidural hematoma associated with oral anticoagulation

Cough syncope

6 / 12
Batuk
Last Updated Tuesday, 28 October 2008 01:12

Dizziness

Headache

Malfunctioning ventriculoatrial shunts

Seizures

Stroke due to vertebral artery dissection

Ophthalmologic

Spontaneous compressive orbital emphysema of rhinogenic origin

7 / 12
Batuk
Last Updated Tuesday, 28 October 2008 01:12

Others are listed under 'Cardiovascular'

Psychosocial

Fear of serious disease

Lifestyle changes

Self-consciousness

Quality of life

Decreased

8 / 12
Batuk
Last Updated Tuesday, 28 October 2008 01:12

Respiratory

Exacerbation of asthma

Herniations of the lung (eg , intercostal and supraclavicular )

Hydrothorax in peritoneal dialysis

Laryngeal trauma ( eg , laryngeal edema and hoarseness )

Pulmonary interstitial emphysema, with potential risk of pneumatosis intestinalis, pneumomediastinum,

9 / 12
Batuk
Last Updated Tuesday, 28 October 2008 01:12

Tracheobronchial traumaeg( , bronchitis 25 and bro

Skin

Petechiae and purpura 86

Disruption of surgical wounds


25

TERAPI BATUK
Terapi batuk terutama ditujukan untuk penyebab dasarnya. Batuk produktif tidak boleh ditekan
kecuali pada situasi khusus (misalnya, jika menyebabkan kelelahan pasien atau mengganggu
tidur dan istirahat). Tetapi simptomatik sering diberikan dan mungkin tepat jika penyebabnya
telah ditemukan dan batuk tidak produktif namun mengganggu pasien. Sebagian besar obat
batuk dikelompokkan menjadi kategori antitusif dan ekspektoran.

Agen antitusif kerja sentral menginhibisi refleks batuk dengan menekan pusat batuk
madularis atau pusat yang lebih tinggi. Obat yang paling umum digunakan dalam kelompok ini
adalah codeine dan dextromethorphan. Codeine : Codeine
memiliki efek antitusif, analgesik, dan sedatif ringan dan terutama berguna untuk
menghilangkan batuk dan nyeri. Obat ini juga menimbulkan aksi pengeringan mukosa saluran
pernapasan yang mungkin berguna (misalnya, pada bronkorea) atau merugikan (misalnya, jika
sekresi bronkial telah banyak). Antitusif kerja sentral lain termasuk chlophedianol,
levopropoxyphene, dan methadone dan morphine dalam kelompok narkoba.
Antitusif
kerja perifer mungkin beraksi pada sisi aferen atau aferen refleks batuk. Pada sisi aferan,
antitusif mungkin menurunkan masukan stimuli dengan beraksi sebagai analgesik atau
anestetik ringan pada mukosa pernapasan, dengan memodifikasi output dan viskositas cairan

10 / 12
Batuk
Last Updated Tuesday, 28 October 2008 01:12

saluran pernapasan, dan dengan merelaksasi otot polos bronkus jika terdapat bronkospasme.
Pada sisi eferen obat ini mungkin membuat sekresi menjadi lebih mudah dikeluarkan, jadi
meningkatkan efisiensi mekanisme batuk.
Obat kerja parifer dikelompokkan sebagai berikut : Demulcents berguna melawan batuk yang
timbul di atas laring. Obat biasanya digunakan sebagai sirup atau tablet isap (lozenges) dan
termasuk acacia, licorice, glycerine, madu, dan sirup cherry liar.
Anestetik lokal
(misalnya, benzocaine, cyclaine, dan tetracaine) berguna untuk menginhibisi refleks batuk
dalam situasi tertentu (misalnya, sebelum bronkoskopi atau bronkografi).
Aerosol pelembab dan inhalasi uap
menimbulkan efek antitusif dengan aksi demulsen dan menurunkan viskositas sekresi bronkial.
Ekspetoran adalah obat yang ditujukan untuk membantu mengeluarkan sekresi bronkial dari
saluran pernapasan dengan menurunkan viskositasnya
Hidrasi yang adekuat merupakan satu dilakukan untuk mendorong ekspektorasi.

1. Iodida digunakan untuk mengencerkan sekresi bronkial yang kental (misalnya pada
stdium lanjut bronkitis, bronkiektasis, dan asma). Larutan kalium iodida jenuh merupakan
preparat paling murah dan paling banyak digunakan. Dosis awal adalah 0,5 mL per oral qid
setelah makan dan sebelum tidur, dan ditingkatkan bertahap menjadi 1-4 mL qid. Biasanya
diberikan bersama susu untuk menutupi rasanya yang tidak enak. Untuk efektif, iodida harus
digunakan dalam dosis yang mendekati intoleransi. obat harus dihindari pada pasien yang
sensitif terhadap iodida.
2. Sirup ipecac 0,5 mL per oral qid (CATATAN : Dosis ini jauh lebih rendah dari dosis
emetik). Obat ini berguna untuk menghilangkan spasme laring pada anak-anak dengan croup
dan seringkali membersihkan mukus kental dan lengket dari bronkus.
3. Guaifenesin (100-200 mg oeroral q 2-4 h) merupakan ekspektoran yang paling banyak
digunakan dalam obat batuk bebas.
4. Mukolitik (misalnya, acetylcysteine) berfungsi menurunkan viskositas mukus.
Kegunaanya terbatas pada beberapa kasus khusus seperti sekresi yang kental, lengket,
mukopurulen (misalnya pada bronkitis kronis dan fibrosis kistik). Acetylcysteine deberikan
sebagai larutan 10-20% dengan nebulisasi atau instilasi. Pada sebagian pasien, obat ini dapat
memperberat obstruksi saluran pernapasan. Jika hal ini terjadi, pemakaian mukolitik dapat
didahului oleh inhalasi bronkodilator simpatomimetik nebulized atau pemakaian formulasi yang
mengandung acetylcysteine (10%) dan isoproterenol (1,05%).
5. Enzim proteolitik (misalnya, pancreatic dornase) berguna hanya jika sputum purulen
merupakan masalah utama.
6. Antihistamin tidak berperan besar dalam terapi batuk. Aksi pengeringan mukosa
pernapasannya mungkin membantu pada fase kongestif diri coryza akut tetapi mungkin
berbahaya, terutama pada pasien dengan batuk nonproduktif yang etrjadi akibat retensi sekresi
kental.
7. Dekongestan (misalnya, phenylepherine)

11 / 12
Batuk
Last Updated Tuesday, 28 October 2008 01:12

12 / 12

Anda mungkin juga menyukai