Anda di halaman 1dari 5

RIF’AH TYARA K.

170722637077

H 2017
1. PERBEDAAN PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN WILAYAH

PEMBEDA PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN


Cara Mengukur Bersifat kuantitatif Bersifat kualitatif sehingga
sehingga dapat tidak dapat digambarkan
digambarkan dalam dalam bilangan, misal
bilangan, misal pembangunan di ponorogo
pertumbuhan ekonomi kota berkembang pesat pada
Ponorogo mengalami tahun ini, setelah
kenaikan sebesar 5, 29 mengalami beberapa
persen di kuartal ke 3 hambatan seperti bencana
tahun 2017 ini atau alam dll
melebihi rata-rata
pertumbuhan ekonomi
nasional sebesar 5, 01
persen
Keterlihatan Dapat dilihat secara fisik Tidak dapat dilihat secara
fisik, melainkan secara
manfaat dari pembangunan
wilayah tessebut

Keterbatasan Prosesnya terbatas waktu, Prosesnya tidak terbatas


atau dalam pembangunan waktu, dengan berjalannya
tersebut di beri jangka waktu akan semakin
waktu untuk mencapainya. berkembang
Keterulangan Bersifat irreversible atau Bersifat reversible atau
tidak dapat terulang dapat terulang, karena
perkembangan cenderung
bersifat tidak stabil,bisa
turun bisa naik
Faktor yang Pertumbuhan suatu wilayah Dipengaruhi oleh kualitas
Mempengaruhi dipengaruhi oleh eksplotasi SDM dan pembangunan
sumber daya alam sebelumnya,untuk memicu
adanya perkembangan
yang lebih pada
pembangunan selanjutnya
Proses Berlangsung secara cepat Berlangsung signifikan dan
dan bertahap dalam terus berkelanjutan
pembangunan
TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Teori Pertumbuhan

Teori Baru Pertumbuhan Wilayah

Teori ini percaya pada kekuatan teknologi dan inovasi sebagai faktor dominan
pertumbuhan wilayah. Kuncinya adalah investasi dalam pengembangan sumber daya
manusia dan research and development. Teknologi yang tinggi dan inovasi yang
didukung sumber daya manusia yang berkualitas adalah syarat meningkatkan
pertumbuhan wilayah.
Kesimpulannya adalah faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi
dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu:
1. Faktor Ekonomi, meliputi sumber daya alam, akumulasi modal dan kemajuan
teknologi.
2. Faktor non Ekonomi, meliputi faktor sosial seperti pendidikan budaya, faktor manusia
dan faktor politik dan administrasi.

Teori Perkembangan

Teori Growth Pole Theory (Francis Perroux)

Teori ini menyatakan bahwa pembangunan sebuah kota atau wilayah merupakan hasil
proses dan tidak terjadi secara serentak, melainkan muncul di tempat-tempat tertentu
dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda. Tempat atau lokasi yang menjadi pusat
pembangunan atau pengembangan dinamakan kutub pertumbuhan. Dari kutub-kutub
tersebut selanjutnya proses pembangunan akan menyebar ke wilayah-wilayah lain di
sekitarnya atau ke pusat-pusat yang lebih rendah. Dalam teori ini dikenal istilah yang
berkaitan dengan timbulnya dampak positif atau dampak negatif dari interaksi kutub
pertumbuhan dengan daerah disekitarnya. Dampak positif dari kemajuan pembangunan
dari pusat pembangunan disebut dengan trickle down effect. Dampak negatif yang
dirasakan oleh wilayah pinggirannya disebut dengan backwash polarization. Konsep ini
bertujuan untuk meningkatkan investasi pada satu kota tertentu yang diharapkan
selanjutnya meningkatkan aktivitas kota sehingga akan semakin lebih banyak lagi
melibatkan penduduk dan pada akhirnya semakin banyak barang dan jasa yang
dibutuhkan.

2. Analisis pertumbuhan dan perkembangan wilayah Ponorogo


Pertumbuhan Ekonomi Kesejahteraan dan pemerataan ekonomi merupakan syarat mutlak
dalam rangka membangun pemerintahan yang ideal. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan berkelanjutan merupakan suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi
dan peningkatan kesejahteraan. Untuk itu pemerintah dituntut agar mampu meningkatan
pendapatan perkapita, dalam rangka mencapai pendapatan perkapita maka tingkat
pertumbuhan ekonomi haruslah lebih besar daripada laju pertumbuhan penduduk. Selain
itu menurut beberapa ahli menyatakan bahwa perekonomian daerah dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi daerah dan penciptaan lapangan kerja. Untuk mengetahui
besarnya pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dari nilai PDRB setiap tahunnya.
Sedangkan penciptaan lapangan kerja dapat dilakukan setelah terjadi akumulasi aliran
modal. Dengan terjadi peningkatan aliran modal maka berdampak pada pembukaan
lapangan kerja. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Ponorogo pada kurun waktu 2013-2017
selalu dalam trend yang positif dan terus naik. Membaiknya kinerja lapangan usaha
pertanian, kehutanan dan perikanan; dan tumbuhnya lapangan usaha konstruksi; serta
Perdagangan besar dan eceran, Reparasi mobil dan sepeda motor; merupakan faktor
pendorong percepatan pertumbuhan PDRB Kabupaten Ponorogo. Untuk mengetahui
pertumbuhan PDRB Kabupaten Ponorogo mulai tahun 2013- 2017 tersaji pada grafik di
bawah ini:

Sumber : BPS Kabupaten Ponorogo, 2018


Angka PDRB Kabupaten Ponorogo atas dasar harga berlaku (ADHB) selama kurun
waktu lima tahun terakhir adalah masing-masing 14.916 milyar rupiah (2015), 16.419
milyar rupiah (2016), dan 17.760 milyar rupiah pada tahun 2017. Peranan sektoral
terhadap pembentukan PDRB menurut ADHB tahun 2016, terbesar pada sektor
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang mencapai 30,84 persen. Sedangkan peran
terkecil adalah sektor Pengadaan Listrik dan Gas yaitu sebesar 0,08 persen. Kabupaten
Ponorogo juga memiliki kekayaan budaya yang sangat khas dan mendapat pengakuan
dunia yaitu Reog Ponorogo. Reog Ponorogo menjadi salah satu warisan seni dan budaya
dunia yang sudah didaftarkan di UNESCO. Kondisi ini tentunya menjadi sangat
menguntungkan bagi Kabupaten Ponorogo, tidak hanya berkaitan dengan semakin
dikenalnya Ponorogo di level dunia, tetapi juga dapat dilestarikan dan dikembangkan
sehingga dapat menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Akan tetapi walaupun demikian, Permasalahan Pembangunan Kabupaten
Ponorogo Berdasarkan hasil survei dan pemetaan yang dilakukan selama tahun 2015,
secara umum permasalahan pembangunan yang dihadapi oleh Kabupaten Ponorogo
adalah sebagai berikut:
a. Tingginya angka kemiskinan
b. Tingginya angka pengangguran
c. Belum maksimalnya kontribusi sektor pertanian
d. Kerusakan Infrastruktur
e. Belum meratanya akses dan kualitas pendidikan dan kesehatan
f. Permasalahan tata kelola pemerintahan
g. Belum optimalnya pengelolaan Sumber Daya Daerah
h. Belum Optimalnya Penataan kawasan yang berwawasan lingkungan
Salah satu cara yang efisien untuk menyelesaikan permasalahn tersebut adalah dengan
cara membuat skala prioritas yang harus dilakukan pembangunan terlebih dahulu, semisal
pemerintah harus lebih focus terhadap pembangunan infrastruktur, karena dengan
pembangunan tersebut dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan sektor-sektor
yang lain.

Anda mungkin juga menyukai