Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pembangunan berkelanjutan sekarang telah merupakan komitmen dari setiap
masyarakat di suatu daerahnya. Sadar atau tidak sadar, yang bergelut di bidang
pembangunan.kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai dengan melaksanakan
pembangunan di segala bidang. Pembangunan dalam konteks daerah selalu ditujukan
untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik
yang merata. Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan dan
proses pembelajaran sosial yang terpadu, politiknya tergantung pada dukungan penuh
masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia
usahanya. Proses pembangunan bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Titik
tolak pembangunan dimulai dari tindakan mengurangi masalah dengan tujuan
memenuhi kebutuhan dan meningkatkan untuk mencapai suatu tingkatan yang layak.
Bagi manusia, pembangunan tidak hanya dalam konteks pemenuhan kebutuhan
yang berkaitan dengan aspek sosial ekonomi tetapi juga haruslah melihat aspek
keadilan terhadap lingkungan. Lingkungan bagi umat manusia adalah salah satu modal
dasar dalam pembangunan. Lingkungan sehat, bersih, lestari, secara tidak langsung
akan mempengaruhi keberlanjutan produktifitas manusia di masa yang akan datang.
Artinya, dalam konteks tersebut selain keberlanjutan dari sisi ekonomi dan sosial, maka
diperlukan juga keberlanjutan pada sisi ekologis.
1.2 Definisi Menurut Para Ahli
Menurut Budiharjo dan Sudjarto pengertian pembangunan berkelanjutan adalah
suatu kota yang dalam perkembangannya mampu memenuhi kebutuhan
masyarakatnya masa kini, mampu berkompetisi dalam ekonomi global dengan
mempertahankan keserasian lingkungan vitalitas sosial, budaya, politik, dan pertahanan
keamanannya tanpa mengabaikan atau mengurangi kemampuan generasi mendatang
dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
Sedangkan menurut Sofyan Effendi bahwa pembangunan berkelanjutan ialah
suatu proses pembangunan yang pemanfaatan sumber dayanya, arah invesinya,
orientasi pengembangan teknologinya dan perubahan kelembagaannya dilakukan
secara harmonis dan dengan amat memperhatikan potensi pada saat ini dan masa
depan dalam pemenuhan kebutuhan dan aspirasi masyarakat (Wibawa,1991:14).
Sudharta P. Hadi dalam bukunya yang berjudul "Opcit" tahun 2007 menyebutkan
pengertian pembangunan berkelanjutan adalah konsep pembangunan yang
menyelaraskan kepentingan pembangunan dengan pengelolaan lingkungan.
1.3 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Menurut sumber Wikipedia, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai Sustainable Development Goals disingkat
dengan SDGs adalah 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang
telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan
manusia dan planet bumi . Tujuan ini dicanangkan bersama oleh negara-negara lintas
pemerintahan pada resolusi PBB yang diterbitkan pada 21 Oktober 2015 sebagai
ambisi pembangunan bersama hingga tahun 2030.  Tujuan ini merupakan kelanjutan
atau pengganti dari Tujuan Pembangunan Milenium yang ditandatangani oleh
pemimpin-pemimpin dari 189 negara sebagai Deklarasi Milenium di markas besar PBB
pada tahun 2000 dan tidak berlaku lagi sejak akhir 2015.

Gb. 1.1 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang ditentukan oleh 193


Negara
BAB II
ISI

2.1 Proses Pembangunan Berkelanjutan


Dalam melakukan pembangunan berkelanjutan dibutuhkan proses pembangunan
berkelanjutan, proses pembangunan berkelanjutan bertumpu pada tiga faktor sebagai
berikut :
 Kondisi sumber daya alam.

Sumber daya alam yang dapat menopang proses pembangunan secara


berkelanjutan perlu memiliki kemampuan agar dapat berfungsi secara
berkesinambungan. Bagi sumber daya yang dapat diperbaharui, perlu diolah
dalam batas kemampuan pulihnya. Bila batas itu terlampaui, sumber daya alam
tidak dapat memperbaharui dirinya sehingga tidak dapat menopang proses
pembangunan yang mengandalkan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui, pemanfaataannya perlu dilakukan secara efisien serta perlu
mengembangkan tekonologi yang mampu mensubtitusikan ba han substitusinya.

 Kualitas lingkungan.

Antara lingkungan dan sumber daya alam terdapat hubungan timbal balik
yang erat. Semakin tinggi kualitas lingkungan maka akan semakin tinggi pada
kualitas sumber daya alam yang mampu menopang pembangunan yang
berkualitas.

 Faktor kependudukan.

Faktor kependudukan ini adalah unsur yang dapat menjadikan model atau
sebaliknya menjadi unsur yang menimbulkan dinamika dalam proses
pembangunan. Karena itu faktor pembangunan perlu diubah dari faktor yang
menambahkan beban pembangunan menjadi faktor yang merupakan modal
pembangunan.
Selain bertumpu pada tiga faktor tersebut, pembangunan berkelanjutan memiliki
beberapa aspek, terdapat empat aspek yang menjadi koridor pembangunan
berkelanjutan antara lain :

1. Proses pembangunan berlangsung secara berkesinambungan dan terjadi


peningkatan kualitas sumber daya alam serta manusia.
2. Sumber daya alam memiliki batas di mana penggunaan berlebihan akan
menyebabkan berkurangnya kuantitas dan kualitas yang berdampak pada
berkurangnya kemampuan alam mendukung kehidupan manusia.
3. Kualitas lingkungan berhubungan langsung dengan kualitas hidup. Semakin baik
kualitas lingkungan, semakin positif pengaruhnya pada kualitas hidup. Hal ini
akan tercermin pada meningkatnya usia harapan hidup, turunnya tingkat
kematian, dll.
4. Pembangunan berkelanjutan memungkinkan generasi saat ini meningkatkan
kesejahteraan tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan untuk
meningkatkan kesejahteraannya.

Selain aspek dan faktor dalam proses pembangunan juga memiliki tiga pilar utama.
Pilar-pilar utama pembangunan berkelanjutan ini juga terletak pada ketiga sektor, yaitu
lingkungan, ekonomi, dan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan dari pembangunan
berkelanjutan ini diperlukan sebuah aksi nyata dari seluruh lapisan masyarakat,
sehingga nantinya dapat tercipt kehidupan manusia yang seimbang.

Gb. 2.1 Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan

2.2 Indikator Keberhasilan Pembangunan Berkelanjutan


Indikator penggunaan dan variabel pembangunan bisa berbeda untuk setiap
Negara. Di Negara-negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan
mungkin masih sekitar kebutuhan-kebutuhan dasar seperti listrik masuk desa, layanan
kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok yang rendah. Sebaliknya, di Negara-
negara yang telah dapat memenuhi kebutuhan tersebut, indikator pembangunan akan
bergeser kepada faktor - faktor sekunder dan tersier Sejumlah indikator ekonomi yang
dapat digunakan oleh lembaga-lembaga internasional antara lain :

1. Pendapatan Domestik Bruto


Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun GDP. Indikator ini
merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur, sehingga dapat
menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakattermasuk
pemerataan akses terhadap sumber daya ekonomi. 
2. Struktur Ekonomi 
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan
mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas
sosial. Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah akan
meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti oleh
perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja.
3. Urbanisasi
Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang
bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Di
Negaranegara industri, sebagain besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan,
sedangkan di Negara-negara yang sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di
wilayah pedesaan. Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah
satu indikator pembangunan.
4. Angka Tabungan
Perkembangan sektor manufaktur/industri selama tahap industrialisasi
memerlukan investasi dan modal. Dalam masyarakat yang memiliki produktivitas
tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik swasta maupun
pemerintah.
5. Indeks Kualitas Hidup
IKH atau Physical Qualty of life Index digunakan untuk mengukur kesejahteraan
dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada :
a. Angka rata-rata harapan hidup,
b. Angka kematian bayi,
c. Angka melek huruf.
Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian bayi akan dapat
menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan
keluarga yang langsung beasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan
yang diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang
memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Olehkarena itu, indeks
ini dianggap sebagai yang paling baik untuk mengukur kualitas manusia sebagai
hasil dari pembangunan.
6. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)
Ide dasar yang melandasi dibuatnya indeks ini adalah pentingnya
memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan hendaknya ditujukan
kepada pengembangan SDM.
7. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai factor penting dalam kehidupan
manusia, Indeks ini dibuat dengagn mengkombinasikan tiga komponen, (1) rata-
rata harapan hidup pada saat lahir, (2) rata-rata pencapaian pendidikan tingkat SD,
SMP, dan SMU, (3) pendapatan per kapita. Pengembangan manusia berkaitan erat
dengan peningkatan kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam peningkatan
knowledge, attitudedan skills, disamping derajat kesehatan seluruh anggota
keluarga dan lingkungannya.

2.3 Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia

Data yang didapat untuk perkembangan pembangunan di Indonesia ialah


pencapaian pembangunan berkelanjutan pada tahun 2005-2011. Banyak hal yang telah
dicapai selama dua kali periode pembangunan jangka menengah baik dari sisi
ekonomi, sosial dan lingkungan. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, selama periode 2005-
2011, Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang positif
padakisaran 5 sampai 6,5% per tahun. Dengan pertumbuhan ekonomi yang berada di
atas 5% tersebut, pendapatan per kapita penduduk Indonesia juga meningkat hampir
dua kali lipat dari Rp14.991,1 ribu pada tahun 2006 menjadi
Rp30.813,0 ribu pada tahun 2011. Bersamaan dengan itu, angka pengangguran juga
menurundari 11,2 % pada tahun 2005 menjadi 6,5% padatahu 2011. Demikian juga
dengan persentase penduduk miskin yang mengalami penurunan dari 15,9% pada
tahun 2005 menjadi 12,4% pada tahun 2011.Kemajuan di bidang sosial juga telah
banyak dicapai diantaranya Angka Partisipasi Murni Sekolah dasar yang telah
mencapai 91% pada tahun 2011, sementara APM SMP mencapai 68%. Demikian juga
dengan Angka Melek Huruf (AMH) dimana terjadi peningkatan yang cukup signifikan
sejak tahun 2005. AMH tahun 2011 nasional telah mencapai 92,81%. Kemajuan di
bidang sosial lainnya yang telah dicapai secara signifikan adalah menurunnya angka
kematian bayi dari 68 per 1000 kelahiran ditahun 1991, menurun menjadi 28,2 kematian
per 1000 bayi lahir pada tahun 2006 dan kemudian menurun lagi menjadi 24,3 per 1000
kelahiran.
Gambaran tentang pembangunan ekonomi dan sosial saja mungkin tidak cukup
untuk menilai pembangunan Indonesia. Seperti disebutkan di awal, agar pembangunan
dapat berkelanjutan, pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari pembangunan
bidang yang lain, salah satunya adalah lingkungan. Tabel 1 mencoba membandingkan
antara pembangunan dimensi ekonomi dengan dimensi lingkungan. Dari sisi ekonomi,
seperti telah diuraikan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik.
Dalam kurun waktu 2006 hingga 2010, di tengah krisis yang melanda sebagian negara-
negara di dunia, perekonomian Indonesia mampu tumbuh rata-rata sebesar 5,73
persen setiap tahunnya. Namun disisi lain, pada kurun waktu yang sama, jumlah lahan
kritis juga mengalami peningkatan. Lahan kritis didefinisikan sebagai lahan yang telah
sangat rusak karena kehilangan penutupan vegetasinya, sehingga kehilangan atau
berkurang fungsinya sebagai penahan air, pengendali erosi, siklus hara, pengatur iklim
mikro dan retensi karbon (Kementrian Kehutanan, 2011). Secara rata-rata, jumlah lahan
kritis mengalami peningkatan sebesar 1,38 % setiap tahunnya. Peningkatan lahan kritis
ini hampir terjadi di seluruh pulau, kecuali pulau Sumatera. Di daerah Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua, peningkatan lahan kritis bahkan mencapai 5,48 % setiap tahunnya

Dengan memperhatikan beberapa uraian sebelumnya, nampaknya pembangunan


Indonesia untuk periode 2005-2011 masih belum menggambarkan keseimbangan
antara pembangunan ekonomi, social dan lingkungan. Dari tiga pilar pembangunan
berkelanjutan yakni ekonomi, sosial dan lingkungan, mungkin indikator lingkungan yang
mengalami tekanan yang berat sebagai akibat dari tekanan ekonomi dan sosial. Meski
ada beberapa kemajuan di bidang pengelolaan lingkungan hidup dengan upaya-upaya
konservasi, seperti pencadangan wilayah konservasi, penanaman pohon,
pengembangan ekonomi hijau dan berbagai upaya penyelamatan lingkungan lainnya,
tekanan terhadap lingkungan hidup masih dirasakan besar selama beberapa tahun ke
belakang. Hal ini dapat dilihat dari indikator bencana alam yang berkaitan dengan
hydrometerological
Adapun disertakan tabel indeks pembangunan manusia dan indeks kualitas
lingkungan hidup pada periode tahun 2009-2010
2.4 Pembangunan Berkelanjutan di Bogor
Konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) lahir karena
eksploitasi Sumber Daya Alam yang tidak terkendali. Konsep ini terdiri dari tiga pilar
utama yakni sosial, ekonomi dan lingkungan. Ketiga pilar tersebut harus berjalan secara
harmonis. LIPI Bogor mencoba membangun sistem pembangunan berkelanjutan pada
area konservasi Kebun Raya Bogor karena menurutnya konservasi adalah sebuah cara
utuk menuju masa depan masa ini. LIPI Bogor menerangkan bahwa manfaat suatu
kebun raya khususnya bagi pemerintahan daerah adalah terbukanya ruang untuk
memberdayakan perekomonian masyarakat dan keberadaan kebun raya di daerah-
daerah menunjukkan adanya indikasi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi
daerah tersebut.
Menurut Kepala LIPI Bogor, Iskandar Zulkarnain, manfaat ekologis tidak terlalu
banyak dipublikasikan dan dikaji, hal ini menjadi sebuah tantangan bagi suatu kebun
raya untuk bisa menggali dan menyuarakan lebih keras bagaimana pentingnya peran
dari kebun raya selain sebagai tempat rekreasi, edukasi dan juga sebagai tempat yang
mendorong manfaat perekonomian yang lebih bagi masyarakat sekitar dan juga
pemerintah daerah.
Selain proyek pembangunan berkelanjutan pada kebun raya, salah satu proyek
pembangunan berkelanjutan di Bogor ialah mengenai konsep ketahanan air pada suatu
wilayah atau pulai kecil yang minim akses terhadap ketersiadaan air bersih. Konsep ini
disebut sebagai One Place, One Plan, One Water.
Pak Iskandar Zulkarnain menerangkan bahwa konsep tersebut menawarkan suatu
pengelolaan air pada suatu wilayah atau pulau dengan sistem terintegrasi dari hulu
hingga ke hilir. Dalam hal ini pengelolaan air pada suatu wilayah atau pulau harus
terintegrasi dalam sebuah sistem, dimana sistem terintegrasi pengelolaan sumber daya
air suatu daerah akan menjadi pondasi pembangunan perekonomian daerah tersebut
karena ketahanan air suatu daerah merupakan pondasi dari ketahanan pangan dan
energy suatu wilayah yang berujung pada kesejahteraan perekonomian masyarakat
daerah tersebut.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota,
bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan" Salah satu faktor yang
harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana
memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan
pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
Dari tiga pilar pembangunan berkelanjutan yakni ekonomi, sosial dan lingkungan,
mungkin indikator lingkungan yang mengalami tekanan yang berat sebagai akibat dari
tekanan ekonomi dan sosial pada pembanguna di Indonesia. Dengan adanya
kekhawatiran terhadap isu ini, diharpkan pembangunan di Indonesia kedepannya akan
lebih sinergis terhadap faktor-faktor yang sudah dijelaskan dan Indonesia mampu untuk
memenuhi semua tujuan dan capaian yang telah ditentukan PBB yakni Sustainable
Development Goals.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_berkelanjutan
2. https://jabarprov.go.id/index.php/news/22899/Pembangunan_Berkelanjutan_Sejalan_Dengan_
Tiga_Pilar
3. Fauzi Akhmad & Oxtavianus Alex. 2014. The Measurement of  Sustainable Development in
Indonesia. Bogor: IPB
4. Kementrian Kehutanan. 2011. Statistik Kehutanan Indonesia 2010. Jakarta: Kementrian
Kehutanan
5. Kondyli J. 2010. Measurement and evaluation  of sustainable development A composite indicator
for the islands of the North Aegean region, Greece.
6. Environmental Impact Assessment Review 30 (2010) 347–356
7. Moldan B dan Dahl AL. 2007. Meeting  Con-ceptual Challenges dalam Hak T, Moldan B, Dahl AL
(Ed.) Sustainability Indicators: A Scientific Assessment. Scientific Committeeon Problem of
the Environment (SCOPE).

Anda mungkin juga menyukai