Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Maksud dan Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian pembangunan ekonomi berkelanjutan

2.2. Lingkup dan Definisi

2.3. Peranan Lingkungan dalam Perekonomian

2.4. Industrialisasi dan pembangunan berkelanjutan

2.5. Industri dan eksternalitas dalam pembangunan yang berkelanjutan

2.6. Konsep pembangunan berkelanjutan

2.7. pembangunan berkelanjutan di indonesia

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “PEMBANGUNAN EKONOMI YANG BERKELANJUTAN” guna
memenuhi sebagian tugas mata kuliah ekonomi pembangunan pada program studi
ekonomi pembangunan fakultas ekonomi dan bisnis (FEB).

Penulis juga menyadari kelemahan serta keterbatasan materi yang ada dalam
menyelesaikan tugas makalah ini dan Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan baik isi maupun susunannya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi para pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan


pendapatan perkapital dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk
disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak lepas dari pertumbuhan ekonomi. Pembangunan
ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi
memperlancar proses pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu


perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi
peningkatan Gross National Bruto (Produk Nasional Bruto) riil di negara
tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi. Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan
ekonomi keberhasilannya lebih kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar
pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan. Sedangkan
pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan
produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan
alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga,
pengetahuan, dan teknik.

Pembangunan ekonomi suatu negara seringkali diukur berdasarkan tingkat


dan pertumbuhan GNI (Gross National Income) secara keseluruhan maupun
perkapita. Semakin tingginya GNI (Gross National Income) suatu negara, maka
semakin baik pula pembangunan ekonomi negara tersebut.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Mengidentifikasi Pengertian dan Definisi Ekonomi Berkelanjutan.

2. Mengidentifikasi Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan Kususnya di Negara


Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN PEMBANGUNAN EKONOMI BERKELANJUTAN


Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis,
masyarakat, dsb) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan” (menurut
Brundtland Report dari PBB, 1987). Pembangunan berkelanjutan adalah
terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable development. Salah satu faktor yang
harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana
memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan
pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.

2.2. LINGKUP DAN DEFINISI


Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu
lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga
lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan
perlindungan lingkungan. Skema pembangunan berkelanjutan:pada titik temu
tiga pilar tersebut, Deklarasi Universal Keberagaman Budaya (UNESCO, 2001)
lebih jauh menggali konsep pembangunan berkelanjutan dengan menyebutkan
bahwa “keragaman budaya penting bagi manusia sebagaimana pentingnya
keragaman hayati bagi alam”. Dengan demikian “pembangunan tidak hanya
dipahami sebagai pembangunan ekonomi, namun juga sebagai alat untuk
mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan spiritual”. dalam
pandangan ini, keragaman budaya merupakan kebijakan keempat dari lingkup
kebijakan pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang ambigu, dimana
pandangan yang luas berada di bawah naungannya. konsep ini memasukkan
pemahaman keberlanjutan lemah, keberlanjutan kuat, dan ekolog mendalam.
konsep yang berbeda juga menunjukkan tarik ulur yang kuat antara
eko(lingkungan)sentrisme dan antropo(manusia)sentrisme. Oleh karena itu
konsep ini lemah didefinisikan dan mengundang debat panjang mengenai
definisinya.

2.3. PERANAN LINGKUNGAN DALAM PEREKONOMIAN


Pada mulanya lingkungan tidak dipertimbangankan dalam setiap usaha
pembangunan ekonomi. Lingkungan dan sumberdaya alam dianggap sebagai
karunia Tuhan, sehingga tersedianya cukup berlimpah dan selalu dapat tercipta
kembali. Sumber daya alam dapat diperbaharui akan tercipta kembali.
Sumberdaya alam yang dapat diperbarui akan tercipta kembali lewat
pertumbuhan alamiah maupun karena campur tangan manusia; sedangkan
sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui akan meningkat persediaannya
bila dapat ditemukan deposit baru lewat usah-usaha eksplorasi yang berhasil.
Adapun yang dimaksud dengan lingkungan hidup menurut Undang-undang
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 4
tahun 1982 adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia hidup
lainnya.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa lingkungan hidup secara fisik dapat
dipandang sebagai salah satu faktor produksi bagi pertumbuhan ekonomi, yaitu
pertama sebagai sumber bahan mentah yang berasal dari alam (sumberdaya
alam) dan kedua sebagai tempat penampung dan mengolah limbah yang secara
alami akan dapat memproses limbah tersebut untuk tidak lagi mencemari
lingkungan dan kembali dapat digunakan dalam proses produksi untuk
pembangunan.
2.4. INDUSTRIALISASI DAN PEMBANGUNAN BERTKELANJUTAN
Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan landasan bagi adanya
pembangunan berkelanjutan. Adapun yang dimaksud dengan pembangunan
berkelanjutan dibeedakan dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas
pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai pembangunan yang tidak
menurunkan kapasitas generasi yang akan datang untuk melakukan
pembangunan meskipun terdapat penyusutan cadangan sumber daya alamdan
memburuknya lingkungan, tetapi keadaan tersebut dapat digantikan oleh
sumberdaya lain baik oleh sumberdaya manusia maupun maupun sumberdaya
kapital. Sedangkan dalam arti sempit pembangunan berkelanjutan diartikan
sebagai pembangunan yang tidak mengurangi kemampuan generasi yang akan
datang untuk melakukan pembangunan, tetapi dengan menjaga agar fungsi
sumberdaya alam dan lingkungan yang ada tidak menurun, tanpa digantikan oleh
sumberdaya lainnya.
Dari urain diatas pembangunan ekonomi tidak hanya berupa meningkatkan
produksi barang dan jasa, tetapi juga perlu menjaga kondisi lingkungan agar
tetap berfungsi sebagaimana mestinya, dan juga perlu ada usaha meningkatkan
kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia, maupun sumberdaya kapital serta
teknologi. Oleh karena itu untuk menjamin adanya pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan, harus dicari titik keseimbangan antara kebijakaan pembangunan
dan kebijakan lingkungan, sehingga akan tercapai kebijakan pembangunan
ekonomi yang benar-benar menjamin peningkatan kesejahteraan manusia dalam
jangka panjang.

2.5. INDUSTRI DAN EKSTERNALITAS DALAM PEMBANGUNAN YANG


BERKELANJUTAN
Pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai bentuk pembangunan
yang tidak menurunkan kapasitas generasi yang akan datang untuk melakukan
pembangunan, meskipun terdapat penyusutan cadangan sumber daya alam dan
memburuknya lingkungan, akan tetapi keadaan tersebut dapat digantikan oleh
sumber daya lain,baik oleh sumber daya manusia ataupun, oleh sumber daya
kapital.
Tahap industrialisasi berdasarkan tolak ukur kontribusi nilai tambah sektor
manufaktur terhadap PDB, dapat dibagi menjadi:

1.      Tahap non- industrialisasi

2.      Tahap dalam proses menuju industrialisasi

3.      Tahap semi industri

4.      Tahap industrialisasi penuh.

Eksternalitas dalam pembangunan yang berkelanjutan dapat diartikan bahwa


pembangunan yang berkelanjutan yang dilaksanakan oleh setiap negara harus
memperhitungkan adanya akibat positif dan akibat negatif dari pembangunan
melalui industrialisasi. Akibat negatif adalah semakin menipisnya,berkurangnya
dan semakin rusaknya sumber daya alam, baik yang dapat diperbaharui maupun
yang tidak diperbaharui, yang biasanya ini dianggap sebagai biota pembangunan.
Sedangkan yang positif adalah meningkatnya jumlah barang-barang dan jasa
yang tersedia, semakin berkurangnya pengangguran, meningkatnya pendapatan
masyarakat dan meningkatnya kesejahteraan sebagai akibat pembangunan
melalui industrialisasi.

2.6. KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


Konsep pembangunan berkelanjutan sebenarnya merupakan konsep yang
sederhana tetapi kompleks. Menurut Heal, 1998 dalam Fauzi, 2004 konsep
keberlanjutan ini paling tidak mengandung dua dimensi, yaitu dimensi waktu
karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi di masa
mendatang, dan dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem sumberdaya
alam dan lingkungan.
Pezzey (1992) melihat aspek keberlanjutan dari sisi yang berbeda. Dia melihat
bahwa keberlanjutan memiliki pengertian statik dan dinamik. Keberlanjutan
statik diartikan sebagai pemanfaatan sumberdaya alam terbarukan dengan laju
teknologi yang konstan, sementara keberlanjutan dinamik diartikan sebagai
pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terbarukan dengan tingkat teknologi
yang terus berubah (Fauzi, 2004).
Dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan, terdapat dua kaidah
yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan,
yaitu (Pearce dan Turner, 1990):

1. Untuk sumberdaya alam yang terbarukan (renewable resources): Laju


pemanenan harus lebih kecil atau sama dengan laju regenerasi
(produksilestari).

2. Untuk masalah lingkungan: Laju pembuangan (limbah) harus lebih kecil atau
setara dengan kapasitas asimilasi lingkungan.

Aspek operasional dari konsep keberlanjutan ini dapat dipahami lebih jauh
dengan adanya lima alternatif pengertian sebagaimana yang diuraikan Perman et
al., (1996) dalam Fauzi (2004), sebagai berikut:

1. Suatu kondisi dikatakan berkelanjutan (sustainable) jika utilitas yang


diperoleh masyarakat tidak berkurang sepanjang waktu dan konsumsi tidak
menurun sepanjang waktu (non-declining consumption).

2. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam dikelola sedemikian


rupa untuk memelihara kesempatan produksi di masa mendatang.
3. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam (natural capital stock)
tidak berkurang sepanjang waktu (non-declining).

4. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam dikelola untuk


mempertahankan produksi jasa sumberdaya alam.

5. Keberlanjutan adalah kondisi dimana kondisi minimum keseimbangan


dandaya tahan (resilience) ekosistem terpenuhi.

Selain definisi operasional diatas, Haris (2000) dalam Fauzi (2004) melihat
bahwa konsep keberlanjutan dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman,
yaitu:

1. Keberlanjutan ekonomi, yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu


menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan
pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang
dapat merusak produksi pertanian dan industri.

2. Keberlanjutan lingkungan: Sistem yang berkelanjutan secara lingkungan harus


mampu memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari eksploitasi
sumberdaya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga
menyangkut pemeliharaan keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara, dan
fungis ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber
ekonomi.

3. Keberlanjutan sosial: Keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem


yang mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan social termasuk
kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.

2.7. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA


Implementasi pembangunan berkelanjutan telah manjadi agenda internasional,
dimana setiap negara mempunyai tanggung jawab untuk mensukseskan
pembangunan berkelanjutan secara global, baik itu negara maju maupun negara
berkembang. Sebagai negara berkembang Indonesia telah berkomitmen untuk
melaksanakan pembangunan berkelanjutan.
Indonesia dalam hal ini melalui Kementerian Lingkungan Hidup (sejak tahun
1972) sebenarnya telah aktif terlibat mengikuti dan berperan serta dalam
berbagai pertemuan internasional serta KTT tentang pembangunan dan
lingkungan yang diadakan oleh PBB maupun organisasi lingkungan atau negara-
negara maju lainnya, mulai dari KTT pertama PBB Tahun 1972 di Stockholm
(Swedia), Forum antar negara di Nairobi (1982), KTT Bumi di Rio de Jeniro di
Brazil (1992) dan terakhir KTT Pembangunan Berkelanjutan di Johanesburg,
Afrika Selatan (2002). Demikian juga dalam konferensi tahunan yang membahas
tentang dampak perubahan iklim (COP 1 sampai COP 16) yang diselenggarakan
secara bergilir di berbagai negara, Indonesia tidak pernah absen, tak terkecuali
dalam konferensi tentang keanekaragaman hayati yang merupakan agenda tidak
lanjut dari KTT Bumi di Rio.
Beberapa hasil konferensi berupa kesepakatan (konvensi) internasional baik
yang mengikat maupun yang tidak mengikat telah ditindaklanjuti (diratifikasi)
oleh Indonesia menjadi Peraturan Pemerintah (PP) bahkan Intruksi Presiden
(Inpres), seperti Konvensi tentang keanekaragaman hayati, pengurangan emisi
karbon (CO2), pengelolaan lahan gambut dan lain-lain. Oleh karena itu, jika
ditinjau dari tingkat keaktifan dan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai forum
nasional dan internasional tentu saja Indonesia merupakan salah satu negara yang
sangat aktif terlibat dalam pembahasan tentang berbagai isu dan permasalahan
lingkungan dan pembangunan baik skala regional maupun internasional (global).
Indonesia juga termasuk yang cukup bahkan sangat tanggap dalam
meratifikasi berbagai kesepakatan (konvensi maupun protocol) internasional
menjadi Peraturan Pemerintah atau Keputusan Menteri, yang dapat diartikan
bahwa secara konseptual dan perangkat peraturan sudah sangat siap dan sangat
memahami tentang pentingnya menjalankan strategi pembangunan dengan
konsep pembanguna berkelanjutan. Dalam hal ini, Indonesia sejak tahun 1982
sudah mempunyai UU tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
(KPPLH), agar lingkungan hidup dikelola secara arif dan bijaksana. Lima belas
tahun kemudian (tahun 1997) UU tersebut direvisi menjadi UU No. 23 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Selanjutnya, tahun 2009 (12 tahun
kemudian) UU tersebut direvisi lagi menjadi UU.32 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan (PPLH).
Ketentuan wajib AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) bagi
kegiatan usaha yang diprakirakan akan berdampak penting terhadap lingkungan
hidup sudah dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.29 Tahun 1986,
yang kemudian direvisi menjadi PP No.51 Tahun 1993 serta direvisi kembali
menjadi PP No.27 Tahun 1999. Berbagai peraturan lainnya yang terkait dengan
ketentuan baku mutu lingkungan (BML) pada air, udara dan buangan limbah
industri semua juga tersedia dalam bentuk PP maupun Keputusan Menteri
(Kepmen) dan Peraturan Menteri (Permen), baik dari Menteri Lingkungan Hidup
dan semua Menteri Teknis lainnya (PU, Kehutanan, Pertanian, Industri,
Pertambangan dan lain-lain). 
Tetapi dalam kenyataannya pelaksanaan pembangunan di Indonesia belum
memenuhi kaedah-kaedah dalam pembangunan berkelanjutan. Banyak bukti
sebagai indikasi Indonesia belum melaksanakan pembangunan secara
bekelanjutan, salah satunya adalah kerusakan hutan salah satu indikasinya
dimana kepentingan generasi mendatang tidak diperhatikan sehingga aspek
keberlanjutan (ekonomi, ekologis maupun social) sudah tidak terjamin lagi.
Kegagalan Indonesia dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan bisa diurai
dari actor-aktor yang berperan dalam pembangunan berkelanjutan. Menurut Emil
Salim (2006), dalam mengimplementasi konsep pembangunan berkelanjutan
harus menekankan pentingnya segitiga kemitraan antara pemerintah, dunia bisnis
dan masyarakat madani dalam hubungan kesetaraan dengan mengindahkan
hukum ekonomi, alam-ekologi dan peradaban. Jika ketiga aktor dalam
pembangunan berkelanjutan ini bisa sinergis dan konsisten dalam pakemnya
kesusuksesan Indonesai bukan keniscayaan lagi. Selain actor, integrasi
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan belum terjalin dengan baik, antara
aspek ekonomi, social maupun ekologi. Sementara itu integrasi ketiga aspek itu
menjadi factor kunci dalam kesuksesan dalam malaksanakan pembangunan
berkelanjutan.
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

1. Pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang sederhana namun


sangat kompleks dalam implementasinya. Perlu sinergitas antara aktor-aktor
pelaku dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yaitu segitiga
kemitraan antara pemerintah, dunia bisnis dan masyarakat madani dalam
hubungan kesetaraan dengan mengindahkan hukum ekonomi, alam-ekologi
dan peradaban.
2. integrasi tiga factor dalam implementasi pembangunan berkelanjutan yaitu
aspek ekonomi, social dan ekologi, artinya tidak ada salah satu yang
dikorbankan untuk memajukan sector yang lain. Dengan ini maka
implementasi pembangunan berkelanjutan akan menjadi kenyataan bukan
lagi dalam tataran konsep dan retorika politik yang manjadi alat penjajahan
model baru dalam era modern.

Anda mungkin juga menyukai