Anda di halaman 1dari 7

Pengalaman Menangani Assesmen Awal

Anak Inklusi di SDN Cipayung 2 Depok

Penulis : Annisa Nurrussholihah

Rabu, 27 September 2023 merupakan pengalaman yang begitu berharga bagi saya dan
rekan-rekan kelompok 1. Pertemuan kedua saat melaksanaakan PPL di SDN Cipayung 2 kami
diberikan kesempatan oleh Kepala Sekolah Ibu Titin Supratin M.Pd mengenal lebih dekat
dengan anak-anak inklusi. Kami mendapat informasi seputar penerimaan anak-anak inklusi di
sekolah dasar negeri yang tidak bisa ditolak oleh pihak sekolah, pihak sekolah harus menerima
dan mendidik anak inklusi walaupun tidak tersedianya pendidik yang mempunyai latar
belakang bahkan pengalaman mendidik anak-anak inklusi atau guru pendamping khusus.
Kami berkenalan dan melakukan pendekatan ke beberapa anak-anak inklusi. Terdapat 10
anak-anak inklusi di SDN Cipayung 02 Depok yang tersebar di beberapa kelas.

Anak-anak inklusi di SDN Cipayung 02 Depok kami identifikasi lebih banyak yang
memiliki keterbatasan perkembangan kecerdesaan, emosi dan tingkah laku. Kami melihat
tidak ada anak yang memiliki keterlambatan penglihatan dan pendengaran. Semua anak-anak
inklusi di SDN Cipayung 02 Depok memiliki semangat belajar yang cukup baik.

Mereka masih ada kemauan untuk belajar bersama kami, mengungkapkan beberapa
informasi kepada kami dan bahkan ada beberapa anak yang bertanya kepada kami. Saat itu
saya diberikan kesempatan mengenal lebih dekat dengan Hasbih siswa kelas 5B dan Baim
siswa kelas 2A. Saat saya bertanya seputar informasi diri mereka,

anak-anak hebat ini dengan senang hati menjawab beberapa pertanyaan saya seperti nama,
kelas, bahkan wali kelas mereka masing-masingpun mereka berikan informasinya kepada saya.

Hasbih dan Baim merupakan salah satu anak inklusi yang mempunyai keterlambatan
kognitif. Hasbih dalam membaca masih di eja tetapi untuk konsep berhitung ananda sudah
mampu. Begitu pun Baim dalam membaca ananda masih belum mampu tetapi menulis
susunan angka 1-50 ananda sudah mampu. Dari pengamatan saya walaupun dalam membaca
ananda masih belum mampu tetapi ananda sudah mampu dalam konsep berhitung dan
mengenal angka artinya walaupun mereka terlambat membaca tetapi mereka sudah mampu
memahami konsep angka dan penjumlahan. Mereka merupakan salah satu dari banyaknya
anak-anak yang cerdas hanya saja dalam proses penerimaan mereka tidak bisa secepat anak-
anak lainnya.

Mendampingi dan mendidik anak-anak inklusi bukan lah hal yang mudah bagi para
pendidik. Mendampingi mereka tentu harus dengan kesabaran yang lebih luas dibandingkan
anak sekolah dasar lainnya. Terlebih para pendidik di SDN Cipayung 02 bukan dari pendidik
khusus anak-anak inklusi. Saya sangat salut dengan para pendidik di SDN Cipayung 02
Depok. Ibu dan Bapak guru mendidik seluruh anak-anak dengan sepenuh hati dan berusaha
memberikan pendidikan kepada anak-anak inklusi walaupun masih ada keterbatasan seperti
ruang kelas yang belum bisa digunakan untuk pembelajaran tambahan bagi anak-anak inklusi
seperti yang diutarakan oleh Ibu Anita sebagai Guru Pamong kami. Semua guru terus berupaya
semaksimal mungkin agar para anak-anak inklusi bisa mengikuti pembelajaran yang tertinggal
dan berusaha agar mereka mendapat pembelajaran sesuai dengan kemampuan mereka masing-
masing.

***

Pengalaman Bertemu dengan Peserta Didik Inklusi


Oleh: Hakim Mufadhal

Pada hari Rabu,28/09/2023 kami bertemu dengan peserta didik inklusi SDN
Cipayung 2, kami bertemu dangan dengan 8-10 anak diantaranya yang kami amati ;
Dafi, Selvi, Anwar, Rezki, Banyu, Baim, Arafa, dan Hasbi. kami melakukan observasi
awal dengan berkenalan melakukan dialog dengan masing-masing anak, dan untuk
kegiatan awal kami selingi dengan kegiatan mewarnai guna menarik perhatian peserta
didik.
Dilihat melalui kondisi fisik pada umumnya mereka sama dengan anak lain.
Namun ketika kami melakukan asesmen diagnostic melalui tes membaca, dan menulis
mereka ternyata mengalami kesulitan, karena ternyata mereka belum dapat menghafal
semua huruf, terkadang masih banyak huruf yang hilang atau lupa. Begitu pula dengan
tes menulis mereka saat menulis banyak huruf yang hilang atau tidak lengkap, banyak
huruf yang terbalik seperti contohnya ‘d’ dengan ‘b’, ‘J’ dengan ‘L’.
Mereka berada di rentang kelas antara 2-5 SD mengingat diusia dan tingkat
kelasnya anak seusia mereka seharusnya sudah dapat membaca tapi mereka belum
bisa membaca, tentunya harus diperhatikan lebih khusus.
Untuk berhitung mereka sudah bisa menyususn angka-angka secara urut namun
untuk operasi hitung (+,-,x, :, ) juga mereka masih mengalami kesulitan di mana masih
memerlukan bantuan dalam hal operasi hitung ini. Sebagai contoh penjumlahan angka
yang di atas 10 mereka mengalami kesulitan.
Melalui hasil diagnostic kami, anak mengalami hambatan membaca, menulis
serta berhitung, (slow learner) keterlambatan belajar tidak seperti pada teman-teman
se-usianya, juga mereka mengalami hambatan komunikasi seperti Rezki dan Banyu
mereka sudah dapat berkomunikasi namun masih malu-malu seperti suaranya terlalu
pelan menjadi kurang jelas. Tidak ada yang mengalami hambatan penglihatan maupun
pendengaran. Melalui pengamatan kami mereka masih memiliki semangat dalam
belajar namun memang guru dan orang tua harus saling bekerja sama memberikan
perhatian yang extra kepada anak-anak yang memiliki keterhambatan seperti ini.
***

Berkenalan dengan Siswa Inklusi


Oleh : Silvia Dwi Utami

Beberapa pengalaman saya ketika bertemu dengan ABK di SDN 02 Cipayung, terdapat
8 orang yang kami lakukan observasi. Dari penglihatan kami, anak-anak tersebut secara fisik
sama dengan anak-anak pada umumnya. Namun, saat ditanya dan diberikan pertanyaan, anak-
anak tersebut masih kebingungan dan kesulitan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
Untuk pengenalan awal, kami berikan kertas yang tedapat gambar dan anak-anak tersebut
mewarnai. Anak-anak terlihat sangat menyukai kegiatan tersebut.
Rata-rata anak-anak tersebut mengalami kesulitan belajar seperti : saat didiktekan dan
diminta menyalin apa yang ia dengar namun tulisannya masih salah atau tidak sesuai,
tulisannya masih berukuran besar semua dan tidak ada spasi antara huruf. Anak-anak tersebut
masih salah penulisan seperti: “pisang” ditulis “ psing”, “jantung” ditulis “lutug”, tulisannya
masih banyak yang salah serta ada huruf yang hilang seperti : “gambar” ditulis “gabar”,
“rumput” ditulis “ ruput”. Untuk penulisan yang terbalik hurufnya seperti: “ L” dan “J”. ada
juga anak yang belum hafal menuliskan huruf abjad.
Kesulitan lain yang dialami anak-anak tersebut adalah kesulitan dalam membaca
seperti perkembangan kemampuan membaca yang terlambat, kemampuan memahami isi
bacaan yang belum maksimal, serta kalua membaca masih sering banyak kesalahan. Kedua hal
tersebut sangat berkaitan karena, anak-anak tersebut belum fasih betul mengenal huruf maka
dari itu anak-anak tersebut kesulitan saat menulis. Lebih lanjut, anak-anak tersebut masih
kesulitan dalam berhitung seperti: sulit membedakan tanda- tanda “+ - x :” ada yang sudah
mengenal dan ada yang belum. Anak-anak masih kesulitan saat menghitung dan kebingungan
saat menghitung menggunakan jari. Ada anak yang masih kesulian saat menghitung dengan
penjumlahan atau pengurangan yang di atas 5. Terdapat anak yang masih belum membedakan
mana angka satuan, puluhan dan ratusan.
Ada anak yang saat ditanya dan menjawab dengan suara yang kecil dan artikulasi yang
kurang jelas, jadi kami harus bertanya kembali untuk anak tersebut mengulangi perkataan yang
ia ucapkan tadi. Anak-anak yang kesulitan belajar terdapat di kelas rendah dan dikelas tinggi.
Untuk yang dikelas tinggi agak kesulitan karena harus mengikuti dan menyesuaikan dengan
teman-temannya yang lain sedangkan ana-anakyang kelas rendah masih kesulitan dalam
membaca, menulis dan menghitung. Terdapat anak yang susah fokus, fokusnya teralihkan oleh
situasi sekitar yang membuat konsentrasinya terbagi.

***

Memahami Keunikan Belajar Anak Inklusi

Oleh : Nessa Oktavia

Pada hari Rabu tanggal 27-09-23 saya dapat pengalaman baru tentang mengamati
siswa yang berkebutuhan khusus, pengalaman ini adalah pegalaman yang sangat
menyenangkan karena sebelum nya saya tidak pernah bertemu ataupun berinteraksi secara
langsung seperti kemarin. Saya baru tau anak inklusi itu memiliki jenis perkembangan yang
unik dan hambatan yang berbeda-beda dengan anak pada umumnya. Jadi sebagai calon guru
saya tidak bisa menyamaratakan perkembangan anak A (inklusi) dengan perkembangan anak
B (anak yang pada umumnya).

Pada hasil pengamatan yang saya lakukan kepada peserta didik yang berkebutuhan
khusus bernama Naufal adalah bahwa kelebihan Naufal ia ingin dan berusaha untuk
berkembang dalam belajar dan ingin mengetahui pembelajaran membaca, menulis dan
berhitung itu bagaimana?. Meskipun Naufal ini harus menatap muka saya lama sekali
sebelum menulis tetapi ada usaha untuk Naufal belajar. Adapun kekurangan yang dimiliki
Naufal kesulitannya dalam menulis dan menyebutkan antara huruf “G dan D”, dan kesulitan
dalam membaca abjad sering lupa dalam menyebutkan atau menuliskan lagi abjad, kata dan
kalimat.
Coba perhatikan pada gambar diatas anak inklusi sangat suka mewarnai dan mereka
suka sekali dengan yang namanya menggambar, di sini suka tidak disadari bahwa
sebenarnya mereka mempunyai dunia imajinasi mereka sendiri. Sebagai guru kita tidak
boleh memaksakan kehendak kita untuk mereka harus cepat memahami kita, biarkan mereka
dengan dunia imajinasi mereka. Tetapi setelah mereka bermain dengan imajinasinya barulah
kita meminta untuk mereka belajar, meminta mereka belajar harus dengan lembut dan kata-
kata yang peserta didik ini mengerti.

Selanjutnya saya akan membahas tentang cara berhitung peserta didik yang bernama
Naufal, lebih cepat untuk menuliskan angka dan berhitung dari pada Naufal harus membaca
atau menulis huruf abjad.

Ada juga peserta didik yang bernama Banyu, dalam membaca, menulis dan
berkomunikasi sedikit susah padahal Banyu ini kelas 5 dan dibandingkan Naufal kelas 3.
Tetapi ada juga anak yang hyperaktif seperti Selfi, anaknya terlalu aktif tidak bisa diam. Ia
meminta sesuatu barang contohnya susu, pekerjaan yang ia kerjakan ditinggalkannya dan
selvi mengerjakan pekerjaan lain ke dalam kelas berbeda dengan yang lainnya.

Dari ketiga anak dapat dilihat masing-masing keunikan yang dimiliki. Di pengamatan
ini juga saya mengetahui bahwa tidak semua anak memiliki perkembangan yang sama,
bukan anak inklusi saja yang tidak sama perkembangan nya. Anak yang pada umumnya juga
sama halnya dengan ketidaksamaan dalam perkembangannya untuk mengerti dan paham
akan sesuatu yang telah diberikan guru. Jadi sebagai guru, masyarakat biasa bahkan pun
orang tua kita tidak boleh untuk terlalu mengucilkan atau membeda- bedakan karena
semuanya sama. Hanya saja anak-anak inkluisi ini diberikan keunikan mereka tersendiri dari
Allah SWT.

***

ASESMEN AWAL SISWA INKLUSI


Oleh: Aulia Widyamurti

Rabu, 27 September 2023, kami mahasiswa PPL Pendidikan Profesi Guru Prajabatan
(PPG Prajab) dari Universitas Terbuka, diberikan kesempatan yang baik oleh Ibu Kepala
Sekolah dan lbu Guru Pamong, untuk lebih mengenal anak- anak inklusi yang ada di SDN
Cipayung 2 Depok. Kegiatan itu merupakan pengalaman yang sangat berkesan bagi saya
pribadi, maupun teman-teman satu kelompok, karena untuk pertama kalinya saya berinteraksi
lebih dekat dan lebih mengenal bagaimana dan seperti apa anak inklusi belajar di sekolah.

Untuk mengajar anak inklusi memang dibutuhkan cara tersendiri dan pendekatan yang
berbeda. Sebagai guru harus menemukan cara yang menarik bagi anak inklusi untuk belajar.
Saya juga belajar bagaimana menjelaskan suatu hal dengan lebih sederhana agar dapat
diterima dengan mudah oleh siswa inklusi tersebut. Contohnya pada hari itu, saya menangani
siswa Inklusi dengan inisial A. Saya mengajari A untuk mengenal huruf abjad dari A-Z.
Ternyata A hanya tau urutan abjad yang awal-awal saja dan baru mengenal sedikit bentuk
huruf abjad. Untuk mengingatnya saya mengajak A bernyanyi lagu “ABCDEFG…..”. Ketika
menyanyikan lagu bersama- sama, A menjadi lebih senang dan lebih semangat belajar.
Ternyata cara tersebut membuat A menjadi ingat abjad selanjutnya, dengan sambil menulis
bentuk hurufnya di kertas. Selain itu saya dan A juga belajar menyebutkan angka. A sudah
mampu menghitung angka 1-10.

Selain itu saya juga mengajarkan penjumlahan. Untuk operasi penjumlahan, siswa lebih
paham apabila saya mengajarinya dengan tangan. Contohnya 3 + 5, saya akan menunjukkan
jari kiri saya 3 dan jari kanan 5. Setelah itu saya meminta A untuk menghitungnya. Dengan
cara seperti ini, A dapat menentukan hasil yang tepat. Selain itu saya juga memberikan soal
penjumlahan dengan gambar. Ternyata A juga dapat menentukan hasil dengan tepat. Tetapi
untuk konsep pengurangan, A masih belum memahaminya. A juga memiliki kendala dalam
membaca dan menulis. Untuk membaca, A harus mengeja satu persatu huruf, begitu juga
untuk menulis.

Meskipun kegiatan tersebut hanya berlangsung satu hari, tetapi banyak sekali ilmu baru
yang saya peroleh. Dan tentunya, ilmu itu akan menjadi bekal bagi saya sebagai guru nantinya.

***

Anda mungkin juga menyukai