Anda di halaman 1dari 5

Nama : Arfiah Lestari Putri

NIM : 200131601680

Presensi/ Offering : 06 /A17

Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik

Tugas Diagnosis Perkembangan Peserta Didik

1. Tahap Analisis
 Ishaan Awasthi merupakan anak laki-laki yang berusia 8 tahun. Ia merupakan anak
bungsu dari dua bersaudara, kakaknya laki-laki bernama Yohaan. Kakaknya adalah
seorang pelajar yang sukses, baik dalam akademiknya maupun dalam bidang olah
raga
 Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga sedangkan ayahnya sibuk bekerja dan selalu
mengharapkan yang terbaik dari anak-anaknya.
 Ishaan sering dicap sebagai anak yang nakal, bodoh, malas dan idiot oleh guru dan
orang-orang di sekitarnya
 Nilai-nilai Ihsaan selalu buruk dan ia selalu gagal dalam setiap ujian
 Ishaan selalu melakukan kesalahan yang serupa baik dalam menulis maupun
berhitung. Di samping itu, Ishaan sering sekali menunjukkan perilaku bermasalah,
terlibat perkelahian, berpura-pura sakit, bolos sekolah serta tidak mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan oleh guru
 Ihsaan juga kesulitan dengan beberapa perintah seperti : kesulitan memasang kancing
dan mengikat tali sepatu. Serta dia juga lemah terhadap reflek seperti tidak dapat
menangkap lemparan dengan baik.
 Ishaan mempunyai kelebihan di bidang seni, ia mempunyai daya imajinasi yang
tinggi dan suka melukis
 Ketika perilaku negatif yang dilakukan oleh Ishaan diketahui oleh Ayahnya, maka
Ishaan memperoleh “punishment” atau hukuman
 Karena masalah-masalah yang dihadapi Ihsaan, ayahnya mengirimnya ke asrama
 Di sekolahnya, Ihsaan sering dimarahi oleh guru-gurunya karena tidak dapat
melakukan sesuatu dengan benar

2. Tahap Sintesis
Berdasarkan data analisis diatas dapat diketahui bahwa :
 Ishaan memiliki minat di bidang seni dan mempunyai daya imajinasi yang tinggi.
Namun kelebihanya ini yang tidak tampak oleh orang lain. Keluarganya yang
mengetahui bakat Ishaan ini pun tidak menganggapnya sebagai suatu kelebihan.
 Ihsan mengalami kesulitan dalam mengenali huruf, baik membaca, menulis maupun
mengeja. Ia juga kesulitan dalam berhitung dan mengukur. Selain itu Ihsaan juga
kesulitan dengan beberapa perintah seperti : kesulitan memasang kancing dan
mengikat tali sepatu. Serta dia juga lemah terhadap reflek
 Ketika Ihsaan dikirim ke asrama, Ishaan menganggap bahwa sekolah di asrama
merupakan hukuman orang tua terhadap anak-anak yang nakal dan tidak mau menurut.
Anggapan ini diperjelas dengan gaya dan sikap mengajar guru disekolah tersebut yang
cenderung keras dengan alasan untuk menegakkan kedisiplinan. Suasana kelas dan
asrama yang tidak menyenangkan membuat Ishaan semakin frustasi, semua guru
menyebutnya bodoh dan Ishaan menerima berbagai hukuman karena tidak mampu
mengikuti pelajaran dengan baik. Keadaan ini semakin membuat Ishaan tertekan dan
akhirnya menjadi pendiam dan penyendiri. Ishaan menjadi ketakutan untuk bertemu
dengan guru, tidak bersemangat untuk melakukan apapun termasuk melukis yang
tadinya merupakan aktivitas yang paling dia senangi.
 Labeling yang diberikan guru terhadap Ishaan membuatnya tertekan dan akhirnya
berperilaku seperti yang dilabelkan, membuat gurunya semakin yakin bahwa Ishaan
memang nakal, tidak disiplin, dan bodoh.

3. Tahap Diagnosis
Berdasarkan informasi yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa Ihsaan
mengalami kendala belajar yang disebabkan oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern
yaitu Ihsaan menderita disleksia yaitu gangguan dalam proses belajar yang ditandai
dengan kesulitan membaca, menulis, atau mengeja. Penderita disleksia akan kesulitan
dalam mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan, dan mengubahnya menjadi huruf atau
kalimat. Disleksia tergolong gangguan saraf pada bagian otak yang memroses bahasa.
Selain diseleksi, Ishaan juga mengalami gangguan diskalkulia dan disgrafia. diskalkulia
yaitu gangguan kemampuan berhitung yang mengarah pada bidang studi matematika. Hal
ini tampak ketika Ihsaan kesulitan dalam berhitung dan mengukur. Ia tidak dapat
menangkap dan melempar bola kepada temannya, hal ini disebabkan karena ia tidak dapat
memperkirakan antara jarak, ukuran dan kecepatan. Sedangkan disgrafia yaitu
ketidakmampuan belajar yang memengaruhi kemampuan untuk menulis atau mengenali
bentuk tulisan. Hal ini tampak dari banyaknya tulisan huruf yang terbalik, Huruf yang
sama sering kali ditulis dalam bentuk yang berubah-ubah, mencampurkan pemakaian
huruf besar dan kecil, dan bentuk maupun ukuran huruf dalam tulisan tidak proporsional.
Sedangkan faktor ekstern disebabkan oleh ketitidaktahuan orang tua dan pihak
sekolah terkait masalah diseleksia, diskalkulia dan disgafia yang diderita Ihsaan. Orang
tua tidak mencari tau informasi tentang masalah yang dihadapi oleh anaknya. Kesadaran
yang cukup terlambat ini mengakibatkan Ihsaan yang menjadi korban, dan masalah
masalah perilaku yang ditunjukkan olehnya adalah bentuk pelarian dari
ketidakmampuannya, bukan karena dia ingin melakukannya. Selain itu labelling yang
diberikan guru terhadap Ishaan membuatnya tertekan dan akhirnya berperilaku seperti
yang dilabelkan sehingga ia benar-benar menjadi malas, nakal dan tidak disiplin.
Penyebab lainya yaitu kurangnya peran keterlibatan ayah dalam membimbing anak-
anaknya, orang tuanya juga tidak mendukung bakat yang dimiliki oleh anaknya.

4. Tahap Prognosis
Apabila masalah yang dialami Ihsaan tidak dapat terselesaikan maka ia akan mengalami
kendala yang semakin serius yaitu prestasinya semakin menurun dan ia dapat mengalami
depresi dan tertekan. Sedangkan apabila masalahnya terselesaikan maka prestasinya dapat
meningkat dan ia dapat mengembangkan bakatnya secara optimal. Proses belajar dan
mengajar Ishaan menjadi lebih mudah apabila orang tua dan guru mengetahui gangguan
belajar yang dialami Ishaan

5. Tahap Treatment
 Bagi orang tua yaitu dapat meningkatkan peranya dalam membimbing anak, orang
tua harus mendukung bakat dan minat yang dimiliki anak
 Meningkatkan komunikasi antara anak, orang tua dan guru
 Guru dan orang tua dapat membangun kepercayaan diri siswa dengan bakat yang ia
millikinya, guru dan orang tua dapat mendorong dan memberikan dukungan-
dukungan positif agar dapat terus berkembang.

 Bagi guru dapat membantu menangani siswa secara mendiri dengan menerapkan
pembelajaran menggunakan metode-metode sesuai dengan kondisi diseleksia yang
dialami Ihsaan. Metode yang dapat digunakan antara lain :
1) Metode Multisensori
Metode ini mendayagunakan kemampuan visual atau kemampuan penglihatan
siswa, auditori atau kemampuan pendengaran, kinestetik atau kesadaran pada
gerak dan juga taktil atau perabaan pada siswa. Untuk praktiknya, siswa diminta
menuliskan huruf-huruf di udara dan di lantai, membentuk huruf dengan lilin
(plastisin), atau dengan menuliskannya besar-besar di lembaran kertas. Cara ini
dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran,
penglihatan dan sentuhan. Dengan demikian, akan memudahkan otak bekerja
mengingat kembali huruf-huruf.
2) Metode Fonik (Bunyi)
Metode yang memanfaatkan kamampuan visual dan auditori anak dengan cara
menamai huruf sesuai dengan bunyi bacaannya. Contoh, huruf B yang dibunyikan
eb, huruf C dibunyikan ec, dan lain sebagainya.
3) Metode Linguistik
Metode yang mengajarkan siswa disleksia mengenal kata secara utuh. Metode ini
menekankan pada kata-kata yang mirip. Dengan adanya penekanan, diharapkan
bisa membuat siswa mampu menyimpulkan sendiri pola hubungan antara huruf
dan juga bunyinya.
 Apabila pembelajaran saja tidak cukup, guru dapat mengalihtangankan kasus akan
tetapi tetap memperhatikan perkembanganya.

6. Tahap Follow Up
 Setelah pemberian treatment, akan dilakukan pengawasan dan pendampingan dari
orang tua maupun guru yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana progress yang
dicapai.
 Apabila setelah dialihtangankan, masalah yang dialami siswa belum terselesaikan,
maka guru dapat mengalihtangankan kasus lagi kepada yang lebih ahli seperti dokter
spesialis perkembangan.

Anda mungkin juga menyukai