Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Intervensi dengan Pendekatan Psikoanalisa


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Intervensi Psikologi
Dosen Pengampu Lainatul Mudziyyah, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun oleh :
1. Septianingtyas (2207016089)
2. Ima Emiliawati (2207016099)
3. Alya Hardianti Pratiwi (2207016104)
4. Auliya Rahma Abadi (2207016115)
5. Muhammad yasin (2207016122)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat-Nya
yang selama ini kita dapatkan, telah memberi hikmah yang paling bermanfaat bagi seluruh umat
manusia. Oleh karena-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Dasar Intervensi
Psikologi dengan baik dan tepat waktunya. Ada pula maksud dan tujuan dari penyusunan makalah
ini ialah untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Dasar
Intervensi Psikologi dan untuk mempelajari bagaimana Intervensi dengan pendekatan
Psikoanalisa.

Berbagai informasi dan referensi telah kami baca guna menunjang pembuatan makalah lebih
mendalam dan mudah dipahami oleh pembaca. Tugas ini juga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi
perbaikan pada tugas selanjutnya.

Tak lupa pula ucapan terima kasih khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Dasar
Intervensi Psikologi yang senantiasa dengan sabar dan ikhlas dalam membimbing kami. Harapan
kami semoga makalah ini memberikan ilmu yang manfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.

Penulis

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................ 1
1.3 Tujuan........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
2.1 Prinsip-Prinsip Teori Psikoanalisa ............................................................ 2
2.2 Intervensi dalam Pendekatan Psikoanalisa ................................................ 4
2.3 Psikoterapi.................................................................................................... 7
2.4 Intervensi Non Klinis ................................................................................. 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 13
KESIMPULAN...................................................................................................................... 13
SARAN .................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang


Intervensi merupakan upaya mengubah perilaku dan keadaan seseorang menjadi lebih baik.
Intervensi dilakukan berdasarkan assesmen terlebih dahulu. Intervensi dilakukan sebagai
tindakan pencegahan (preventif), penyelesaian (kuratif), dan tindak lanjut (rehabilitatif).
Secara garis besar intervensi dapat dikelompokkan berdasarkan masalah yang dihadapi
yaitu intervensi klinis dan intervensi non klinis. Dalam melakukan intervensi dapat
menggunakan berbagai pendekatan psikologi, salah satunya menggunakan pendekatan
psikoanalisa. Intervensi dalam pendekatan psikoanalisa banyak diterapkan dalam masalah
klinis, tetapi dapat diterapkan juga dalam masalah non klinis.
Berdasarkan penjelasan tersebut penulis tertarik untuk membuat makalah yang
membahas mengenai intervensi dalam pendekatan psikoanalisa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja Prinsip-prinsip teori psikoanalisa
2. Apa saja intervensi dalam pendekatan psikoanalisa
3. Apa yang dimaksud psikoterapi
4. Apa saja intervensi non klinis
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja prinsip prinsip psikoanalisa
2. Untuk mengetahui apa saja intervensi dalam pendekatan psikoanalisa
3. Untuk mengetahui apa itu psikoterapi
4. Untuk mengetahui saja intervensi non klinis

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip-Prinsip Teori Psikoanalisa


Teori psikoanalisis merupakan teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan
perkembangan-perkembangan kepribadian. Usnur unsur yang diutamakan dalam teori ini
adalah motivasi emosi dan aspek-aspek internal. Teori ini mengasumsikan bahwa
kepribadian berkembang ketika terjadi konfik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut,
yang pada umumnya terjadi pada anak-anak atau usia dini.
Prinsip-prinsip psikoanalisis, yaitu:
1. Prinsip konstansi, artinya bahwa kondisi psikis manusia cenderung dalam keadaan
konflik yang permanen (tetap)
2. Prinsip kesenangan, artinya kehidupan psikis cenderung untuk menghindari
ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenangan
3. Prinsip realitas, artinya prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan keadaan nyata.
Menurut Freud (dalam Alwisol,2005), kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran,
yaitu sadar (conscious), prasadar (preconcious), dan tak sadar (unconscious). Pada tahun
1923, freud memperkenalkan tiga model stuktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan
das Ueber Ich. Stuktur baru ini tidak mengganti stuktur lama, tetapi melengkapi
gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya (dalam Alwisol,2005).
Selain itu, freud juga mengatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh kekuatan
irasional yang disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri pikoseksual tertentu
yang tidak disadari pada masa lima tahun pertama dalam kehidupannya.
Dasar utama psikoanalisi adalah ketidaksadaran, ialah bahwa seseorang yang terganggu
jiwanya karena terdapat represi atas pengalaman atau ingatan yang mencemaskan ke
alam tak sadar. Aliran psikoanalisa mengabaikan potensi-potensi yang ada pada diri
manusia, melihat dari sisi negatif individu, alam bawah sadar, mimpi dan masa lalu.
Freud (Kuntjojo,2009) berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu system yang
terdiri dari 3 unsur, yaitu Id, Ego, Super Ego. Yang masing masing memiliki asal, aspek,
fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. Ketiga unsur kepribadian tersebut
dengan berbagai dimensinya disajikan dalam table berikut :

Id Ego Super go
1 Asal Pembawaan Hasil interaksi Hasil internalisasi
dengan nilai-nilai dari figure
lingkungan
2 Aspek Biologis Psikologis Sosiologi

2
3 Fungsi Mempertahankan Mengarahkan a. Sebagai
konstansi individu pada pengendali Id
realitas b. Mengarahkan
id dan ego
pada perilaku
yang lebih
bernoral
4 Prinsip operasi Pleasure Reality Idealistic principal
principal principle
5 Perlengkapan a. Reflekx Proses a. Conscientia
b. Proses sekunder b. Ego ideal
primer

1. Id (Das Es)
Id adalah system kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id kemudian akan
muncul ego dan superego. Id berada dan beroperasi dalam daerah tak sadar, mewakili
subjektivitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan
proses fisik untuk mendapatkan energy psikis yang digunakan untuk mengoperasikan
system dari stuktur kepribadian lain. Id beroperasi sesuai prinsip kenikmatan, yaitu
berusaha mmeperoleh kenikamatan dan menghindari rasa sakit. Prinsip kenikmatan
diproses dengan dua cara:
A. Tindak refleks, adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti
mengejapkan mata dipakai untuk menenangkan pemuasan rangsang sederhana
dan biasannya segera dapat dilakukan
B. Proses primer adalah reaksi membayangkan sesuatu yang dapat mengurangi atau
menghilangkan tegangan-dipakai untuk menangani stimulus kompleks. Seperti
bayi yang lapar, membayangkan makanan atau puting ibunya. Id hanya mampu
membayangkan sesuatu, tanpa dapat membedakan itu khayalan atau kenyataan
yang benar benar memuaskan kebutuhan. Id tidak dapat membedakan benar atau
salah dan tidak tahu moral. Alasan ini yang kemudian memunculkan ego.
2. Ego (Das Ich)
Ego muncul dari Id agak orang mampu menangani realita sehingga ego beroperasi
mengikuti prinsip realita, usaha untuk mendapatkan kepuasan yang dituntut Id dengan
mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan
objek yang nyata yang dapat memuaskan kebutuhan.
Ego adalah pelaksana dari kepribadian yang memiliki dua tugas utama yaitu:
a. Memilih stimulus mana yang akan direspon dan atau insting mana yang akan
dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan.
b. Menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan
ketersediaan peluang resikonya lebih kecil. Ego sesungguhnya bekerja untuk
memuaskan id, karena itu Ego membutuhkan Id untuk memperoleh energi.
3. Super Ego (Dash Uber Ich)

3
Super Ego merupakan kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi
memakai prinsip idealistic sebagi lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistic
dari Ego. Prinsip realistic mempunyai dua rinisp yaitu suara hati dan ego ideal. Suara
hati muncul dari penglaman-penglaman mendapatkan hukuman atas perilaku yang
tidak pantas dan mengajarkan kita tentang hal-hal yang sebaikanya tidak dilakukan.
Sedangkan ego ideal berkembang dari pengalaman mendapatkan imbalan atas
perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal yang sebaiknya dilakukan.
Ada tiga fungsi super ego yaitu:
a. Mendorong ego menggantikan tujuan tujuan realistic dengan tujuan moralistic
b. Merintangi impuls Id terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan
dengan standar nilai masyarakat
c. Mengejar kesempurnaan
2.2 Intervensi dalam Pendekatan Psikoloanalisa
A. Konseling
Pendekatan merupakan pengembangan dari konsep-konsep utama ke dalam penerapan
dan implementasi praktis. Pendekatan psikoanalisis dalam konseling merupakan
pendektan yang banyak mempengaruhi munculnta pendekatan-pendekatan lain dalam
konseling. Konsleing psikoanalisisi memberikan perhatian terhadap kemampuan konselor
untuk menggunakan apa yang terjadi, dalam hubungan antara konseling dan konselor
yang bersifat segera dan terbuka dalam rangka mengeksploriasi tipe perasaan dan
didalam hubungan yang mengakibatkan kesulitan bagi konseling dalam kehidupan
sehari-hari.
1. Konsep dasar konseling psikoanalisis
hakikat manusia
 Semua kejadian psikis ditentukan oleh kejadian psikis sebleumnya
 Kesadaran merupakan suatu hal yang tidak bisa dan bukan merupakan proses mental
yang berciri biasa
 Pendekatan ini disadari oleh teori Freud, bahwa kepribadian seseorang mempunyai tiga
unsur yiatu Id, Ego dan Super Ego
2. Tujuan konseling psikoanalisis
a. menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus dari meknaisme
penyesuain diri mereka sendiri.
b. Membentuk kembali stuktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal-hal
yang tidak disadari menjadi sadar Kembali, dengan menitik beratkan pada
pengalaman dan pengenalan pengalaman masa kecil, terutama usia 2-5 tahun, untuk
diatur, dianalisis dan ditafsirkan sehingga kepribadian klien bisa direkontruksikan
lagi.

4
3. Teknik Konseling Psikoanalisis
a. Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas adalah teknik yang memberi kebebasan pada klien untuk mengatakan
apa saja perasaan, pemikiran dan renungan yang ada dalam pikiran klien tanpa
memandang baik buruknya atau logis tidaknya sehingga klien dapat terbuka dalam
mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya. Tujuan Asosiasi bebas adalah untuk
membantu mengangkat represi dengan membuat materi yang tidak disadari menjadi
semakin disadari.

b. Analisis Mimpi
Dalam analisis mimpi ini, mimpi dipandang sebagai jalan utama menuju ke alam tak
sadar. Karena mimpi juga diartikan sebagai pemuasan yang melambangkan dari
keinginan-keinginan dan sebagian besar isinya mencerminkan pengalaman-
pengalaman masa kanak-kanak awal. Dari analisis mimpi tersebut konselor dapat
memahami konflik yang dihadapi oleh klien. Teknik ini membuka hal-hal yang tidak
disadari dan memberi kesempatan pada klien untuk masalah-masalah yang belum
terpecahkan

Bagi Freud mimpi adalah ekspresi simbolik dari kebutuhan-kebutuhannya yang


terdesak. Dalam keadaan tidur, kesadaran manusia menjadi lemah, dan pada saat
itulah materi-materi dalam ketidaksadaran sulit untuk dikontrol, diawasi, dan
dikendalikan sehingga muncul ke permukaan. Sedangkan mimpi adalah jalan utama
bagi semua keinginan, kebutuhan, ketakutan, dan kecemasan yang tidak disadari
diekspresikan dalam bentuk simbolik. Representasi dari dorongan-dorongan seksual
yang tidak terpenuhi, perasaan berdosa, atau bentuk penghukuman diri dari super ego.

Setiap mimpi memiliki isi yang bersifat manifes atau disadari dan juga yang bersifat
laten (tersembunyi). Isi yang bersifat manifes adalah mimpi sebagai tampak pada diri
orang yang mimpi, sedangkan isi yang bersifat laten terdiri atas motif-motif tersamar
dari mimpi tersebut. Tujuan analisis mimpi adalah untuk mencari isi yang laten atau
sesuatu yang ada dibalik isi yang manifes, untuk menemukan sumber-sumber konflik
terdesak. Analisa mimpi hendaknya difokuskan kepada mimpi-mimpi yang sifatnya
berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.

c. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran adalah teknik yang digunakan oleh konselor untuk
menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi perasaan klien
dengan tujuan utama untuk menemukan materi yang tidak disadari. Dengan demikian
ego klien dapat mencerna materi tersebut melalui pemahaman baru dan dengan penuh
kesadaran.

5
Dalam memberikan penafsiran, konselor harus hati-hati serta dapat memilih waktu
dan kata-kata yang tepat agar klien tidak justru menjadi menutup diri atau
mengembangkan pertahanan dirinya. Untuk itu, penafsiran hendaknya bersifat
hipotetik, bukan menyatakan fakta, mendekati kesadaran klien, dimulai dari yang
sifatnya permukaan menuju ke arah yang mempunyai bobot emosional yang lebih
mendalam, serta dilakukan dengan terlebih dahulu menunjukkan pertahanan diri
klien sebelum ke hal-hal yang dianggap mendasarinya.

d. Analisis Resistensi
Freud memandang bahwa resistensi merupakan suatu dinamika yang tidak disadari
untuk mempertahankan kecemasan. Resistensi atau penolakan adalah keengganan
klien untuk mengungkapkan materi ketidaksadaran yang mengancam dirinya, yang
berarti ada pertahanan diri terhadap kecemasan yang dialaminya. Apabila hal ini
terjadi, maka sebenarnya merupakan kewajaran. Namun, yang penting bagi konselor
adalah bagaimana pertahanan diri tersebut dapat diterobos sehingga dapat teramati,
untuk selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan, sehingga klien menyadari alasan
timbulnya resistensi tersebut.

e. Analisis Transferensi
Menurut Freud, setelah pasien mengetahui arti sesungguhnya dari hubungan
transferensi dengan konselornya, pasien akan memperoleh pemahaman atas
pengalaman-pengalaman dan perasaan masa lalunya, serta menghubungkan
pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaan masa lalunya tersebut dengan
kesulitan-kesulitan yang dialaminya sekarang. Transferensi atau pengalihan adalah
pergeseran arah yang tidak disadari kepada konselor dari orang-orang tertentu dalam
masa silam klien. Pengalihan ini terkait dengan perasaan, sikap, dan khayalan klien,
baik positif maupun negatif yang tidak terselesaikan pada masa silamnya.

Teknik analisis transferensi dilakukan dengan mengusahakan agar klien mampu


mengembangkan transferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang
dialami pada masa kanak-kanaknya. Apabila transferensi ini tidak ditangani dengan
baik, maka klien dapat menjadi bersikap menolak terhadap perlakuan terapis dan
proses terapi dapat dirasakan sebagai suatu hukuman. Karena itu dalam menghadapi
transferensi, konselor harus mampu bersikap obyektif, netral, anonim, dan pasif. Tidak
mengembangkan sikap perlawanan atau countertransference berupa respon-respon
emosional tertentu yang tidak disadari, karena akan sangat berbahaya bagi objektivitas
penyuluh dalam memperlakukan kliennya.

6
2.3 Psikoterapi
Psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara psikologi,
dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerjasama
secara professional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan,
mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit. Definisi
lain adalah bahwa psikoterapi adalah jalan atau pendekatan yang menggunakan teknik
psikologis untuk mengobati gangguan maladaptif atau mental. Psikoterapi disebut
pengobatan karena merupakan bentuk intervensi dengan berbagai cara dan metode
yang bersifat psikologis untuk tujuan tertentu. Psikoterapi adalah proses redukasi yang
ditujukan untuk membantu seseorang dengan gangguan kejiwaan, terutama melalui
intervensi psikologis yang merupakan kebalikan dari pengobatan fisik, seperti yang
menggunakan obat-obatan.
a) Tujuan Psikoterapi
Tujuan dari terapi psikoanalisa adalah untuk mengubah kesadaran individu, sehingga
segala sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak
sadar menjadi sadar, serta memperkuat ego individu untuk dapat menghadapi
kehidupan yang realita. Terapi psikoanalisis sangat dibutuhkan sifat dari terapeutik,
maksudnya adalah adanya hubungan interpersonal dan kerja sama yang professional
antara terapis dan klien, terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar klien dapat
merasakan kenyamanan, ketenangan dan bisa rileks menceritakan permasalahannya
serta tujuannya untuk menemui terapis. Karena fokus utama dalam proses terapi ini
adalah menggali seluruh informasi permasalahan dan menganalisis setiap kata-kata
yang diungkapkan oleh klien. Terapi psikoanalisa juga bertujuan untuk mengurangi
simptom psikopathologi dengan memunculkan pikiran dan perasaan-perasaan yang
tertekan atau direpresi ke dalam alam kedasarannya, dengan membentuk kembali
struktur kepribadian klien dengan menggali kembali hal-hal yang terpendam dalam
alam ketidaksadarannya sehingga menjadi bagian dari alam kesadarannya.
b) Teknik Teknik Psikoterapi
Sampai saat ini, sebagaimana dikemukakan Atkinson “66”, terdapat enam teknik
psikoterapi yang digunakan oleh para psikiater atau psikolog, antara lain:
1. Teknik Terapi Psikoanalisis Bahwa di dalam tiap-tiap individu terdapat kekuatan yang
saling berlawanan yang menyebabkan konflik internal tidak terhindarkan. Konflik ini
mempunyai pengaruh kuat pada perkembangan kepribadian individu, sehingga
menimbulkan stres dalam kehidupan. Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah
dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini banyak
dikembangkan dalam Psiko-analisis Freud. Menurutnya, paling tidak terdapat lima macam
teknik penyembuhan penyakit mental, yaitu dengan mempelajari otobiografi, hipnotis,
chatarsis, asosiasi bebas, dan analisa mimpi. Teknik freud ini selanjutnya disempurnakan
oleh Jung dengan teknik terapi Psikodinamik.

7
2. Teknik Terapi Perilaku Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi
perilaku individu, antara laindesensitisasi, sistematik, flooding, penguatan sistematis,
pemodelan, pengulanganperilaku yang pantas danregulasi diriperilaku.
3. Teknik Terapi Kognitif Perilaku Teknik modifikasi perilaku individu dan mengubah
keyakinan maladatif. Terapis membantu individu mengganti interpretasi yang irasional
terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik.
4. Teknik Terapi Humanistik Teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang
membantu individu menyadari diri sesunguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan
intervensi terapis yang minimal (client-centered-therapy). Gangguan psikologis diduga
timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau
orang lain.
5. Teknik Terapi Elektik atau Integratif Yaitu memilih teknik terapi yang paling tepat untuk
klien tertentu. Terapis mengkhususkan diri dalam masalah spesifik, seperti alkoholisme,
disfungsi seksual, dan depresi.
6. Teknik Terapi Kelompok dan Keluarga Terapi kelompok adalah teknik yang memberikan
kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan
orang lain yang memiliki masalah serupa. Sedang terapi keluarga adalah bentuk terapi
khusus yang membantu pasangan suami-istri, atau hubungan orang tua-anak, untuk
mempelajari cara yang lebih efektif, untuk berhubungan satu sama lain dan untuk
menangani berbagai masalahnya.
Berbagai teknik terapi di atas, tidak satupun menyebutkan teknik terapiukhrawi
(psikoterapi yang berpijak pada ajaran agama). Freud bahkan dalam The Future of an
Ilusion mengaggap bahwa orang yang memeluk suatu agama berarti ia telah menderita
delusi, ilusi dan (obsessional neurosis) yang berasal dari ketidakmampuan manusia
(helplesness) dalam menghadapi kekuatan alam di luar dirinya dan juga kekuatan insting
dari dalam dirinya sendiri. Agama merupakan kumpulan neurosis yang disebabkan oleh
kondisi serupa dengan kondisi yang menimbulkan neurosis pada anak-anak. “67” Teori
freud ini kemudian dibantah oleh Carl Jung putra mahkotanya sendiri. Jung terpaksa
mengadakan penelitian pada mitologi, agama, alkemi dari sumber-sumber kontemporer.
“68” Selanjutnya Allport juga membantah teori Freud. Para dan astrologi. Penelitiannya
ini dapat membantuarchetipe-archetipeyang sulit diperoleh psikolog kontemporer tidak
menemukan patologi-patologi yang terjadi pada pemeluk agama yang salih. Pemeluk
agama yang salih justru mampu mengintegrasikan jiwanya dan tidak pernah mengalami
hambatan-hambatan hidup secara serius. ”69” Dengan demikian, teori Freud yang hanya
mengutamakan psikoterapi duniawi tidak dapat dipertahankan lagi dan dipandang perlu
untuk penambahan psikoterapi lain yang dikaitkan dengan kehidupan agama, yakni
psikoterapi ukhrawi yang berasaskan agama.
2.4 Intervensi Non Klinis

a. Meditasi

Meditasi dalam penelitian ini merupakan meditasi Bali Usada yang terdiri dari dua teknik
yaitu mindfulness dan loving kindness. Meditasi mindfulness merupakan meditasi yang
8
mengajarkan individu untuk menyadari dan menerima keadaan saat ini tanpa
menghakiminya.

Teknik kedua adalah meditasi loving kindness. Meditasi loving kindness merupakan
meditasi yang membantu individu untuk mengembangkan perasaan cinta kasih kepada
diri sendiri dan semua mahluk hidup tanpa syarat. Meditasi Bali Usada terdiri delapan
kali pertemuan yang dilakukan seminggu dua kali. Rangkaian meditasi yang lengkap
berlangsung selama 25 menit, terdiri dari 20 menit melakukan meditasi mindfulness yaitu
10 menit mengamati nafas dan 10 menit mengamati sensasi tubuh serta lima menit
melakukan meditasi loving kindness.

b. Yoga

Berdasarkan frekuensi, efek, dan kondisinya yang sangat dekat dengan


kehidupan manusia, maka sangat penting untuk dapat mengelola emosi marah.
Relaksasi merupakan salah satu cara dalam mengelola emosi marah.

Yoga merupakan sistem kesehatan menyeluruh (holistik) yang terbentuk dari


kebudayaan India sejak 3.000 SM yang lalu. Melalui yoga seseorang akan lebih baik
mengenal tubuhnya, pikirannya, dan jiwanya. Yoga merupakan kombinasi unik antara
gerak-an yang bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan fisik dan cara bernapas
serta meditasi yang dapat memberikan kete-nangan pikiran. Berbagai macam gerakan
yang disertai cara bernapas yang benar dipercaya dapat meningkatkan kekuatan
dan kelenturan, meredakan ketegangan, serta memberikan energi baru pada
tubuh (Shindu, 2013). Menurut Jain (2011), dalam yoga dilakukan teknik
pernapasan, relaksasi, meditasi, dan latihan peregangan. Relaksasi yang ada
dalamyoga dilakukan secara teratur bersamaan dengan dilakukannya teknik
bernapas yang baik, latihan peregangan, dan meditasi (Jain, 2011). Yoga
mengajarkan cara-cara berkonsentrasi yang dapat membantu menenangkan pikiran
dan mengurangi stres dan kecemasan. Saat berkonsentrasi masalah sehari-hari baik
besar maupun kecil, akan mencair sehingga akan terbebas dari tekanan stres.

9
c. Psikodrama

Psikodrama merupakan sebuah intervensi yang menggunakan metode psikoterapi


berbasis tindakan yang dapat digunakan untuk intervensi masalah di dunia pendidikan
dan telah diterapkan di Asia maupun di Indonesia terutama dalam layanan bimbingan
konseling (Lai & Tsai, 2014).Pendapat lain menyatakan psikodrama merupakan salah
satu metode bermain peran dalam seting kelompok dan dapat digunakan sebagai media
intervensi dalam psikologi. Psikodrama terdiri dari satu Terapis psikodrama, yang disebut
sebagai direktur atau sutradara, dan memiliki sekitar lima sampai lima belas klien atau
peserta (Taylor, 2015).

Psikodrama digunakan sebagai media intervensi dikarenakan tiap peserta dapat


memerankan peran tertentu yang menekankan realitas dan diminta mempraktikan
perilaku baru yang lebih diinginkan. Psikodrama yaitu teknik konseling kelompok yang
digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan pribadi dengan cara
mendramatisasikan masalah siswa (Makanya, 2014). Psikodrama dilakukan sebagai
bentuk terapi agar peserta didik memperoleh pemahaman yang baik tentang dirinya.
menemukan konsep diri serta dapat mengungkapkan perasaannya secara bebas. Menurut
Howie (2014) psikodrama diajarkan sebagai teknik yang merangsang subjek untuk
berkembang dalam berpikir, merasakan dan bertindak dengan menggunakan tindakan
dramatisasi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan menemukan solusi
baru.

Dengan melakukan psikodrama siswa diharapkan dapat memiliki cara pandang yang
berbeda akan permasalahan yang dihadapi ketika dimainkan dengan orang yang berbeda,
serta mempu meningkatkan kemampuan untuk berempati.

Psikodrama juga akan terjadi sebuah realitas suplus yaitu klien akan memerankan diluar
kehidupan sehari-harinya dengan memperluas tindakan dramatis yang dilakukan dengan
secara aktif mengeksplor ketakutan atau harapan dimasa lalu dan masa depan. Selain itu
dalam psikodarma klien dapat mengeksplor berbagai cara untuk mengatasi permasalahan
tersebut tanpa mengkhawatirkan konsekuensi yang akan didapatkan (Orkibi, Azoulay,
Regev, & Snir. 2017)

10
Psikodrama mampu memberikan pemahaman yang paling akurat mengenai perasaan
menonjol yang diungkapkan dan dapat mengetahui respons yang jelas dari seseorang
untuk mendorong seseorang tersebut mengkomunikasikan perasaan dan pemikirannya.

Menurut Darmawani (2012), ada beberapa komponen utama dalam psikodrama

1. Panggung permainan (stage) Merupakan ruang kehidupan psikologis dan fisik bagi
subjekatau pasien

2. Pemimpin psikodrama (Director) seorang Psychodramatist terlatih yang membimbing


peserta melalui setiap fase dari sesi dalam psikodrama

3. Pemegang peran utama (protagonist) anggota kelompok yang dipilih untuk mewakili
tema yang akan didramatisasikan.

4. Peran pembantu (Auxilary egos) Anggota kelompok yang dipilih untuk menjadi
lawan main dari peran utama yang diharapkan dapat membantu pemeran utama dalam
menemukan solusi permasalahan

5. Pendengar (Audience) Anggota kelompok yang bertugas untuk menyaksikan drama


seakan akan mewakilt dunia pada umumeva sehingga dapat memberikan kritik dan
saran dari drama yang telah dilakukan.

d. Terapi Bermain (play therapy)

Bermain merupakan aktivitas yang menjadi fokus utama pada masa kanak-kanak yang
dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang terjadi secara spontanitas, biasanya
menyenangkan, sukarela, dan tidak memiliki tujuan (Landreth, 2012). Menurut Landreth
(2012) bermain merupakan cara anak belajar sesuatu yang tidak diajarkan oleh orang
dewasa, cara anak untuk mengeksplor dan mengorientasi dirinya dalam dunia nyata.
Keterlibatan anak dalam proses bermain membuatnya dapat belajar mengenai makna dan
nilai, di waktu yang sama mereka juga menjelajahi memiliki pengalaman, dan belajar
dengan cara mereka sendiri. Bermain dapat digunakan sebagai media terapi melalui
arahan seorang ahli atau disebut sebagai terapis. Istilah terapi dengan pendekatan bermain
dikenal dengan play therapy.

11
Menurut Kaluas. Ismanto, & Kundre (2015) adalah suatu proses penanganan dengan
metode bermain yang bisa digunakan pada anak dengan tujuan mengubah tingkah laku
anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan. Menurut Meany Walen,
Bratton, & Kottman (2014), play therapy juga bisa membantu siswa untuk bisa
memahami suatu ekspresi secara lebih konkrit yang juga melampaui batasan bahasa dan
budaya.

Tokoh-tokoh yang menggunakan teori psikoanalisa sebagai metode terapi bermain antara
lain adalah Anna Freud dan Melanie Klein. Tepatnya mereka menggunakan bermain
sebagai metode terapi psikoanalisa bagi anak. Dalam melakukan terapinya Melanie Klein
menggunakan ruangan khusus yang sudah terencana dan terorganisir dengan baik.

a) Anna Freud (dalam Schaefer, 2003, h.2) menyebutkan bahwa suasana dalam terapi
bermain dapat membantu anak untuk secara sadar memahami apa yg mereka
pikirkan,rasakan dan melakukan apa yang telah mereka lakukan, yang mendasari
pemahaman terhadap perubahan pribadi.

b) Sedangkan menurut Klein( dalam wolman, 1972, h.403) terapi bermain berfungsi
untuk mengetahui permainan anak sebagai simbol ekspresi dari konflik-konflik dan
kecemasan nya.

Melalu terapi bermain pendekatan Psikoanalisa ini terapis mencoba untuk mengubah
perilaku yang maladaptive dengan perilaku yang lebih adaptif dengan cara menggali alam
bahasa sehingga persema salalu yang menjadi pengalaman korang menyang mantan dan
menjadi energi negatif dapat dikeluarkan. Energi negatif yang menjadi penyebab perilaku
maladaptif dikatarsiskan, dengan demikian setelah lalu proses terapi ini diharapkan anak
dapat memiliki perilaku yang lebih adaptif dan diterima oleh lingkungan.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat jenis Intervensi khususnya
dalam bidang Psikoanalisa yaitu melalui pendekatan konseling dan psikoterapi.

1. Konseling
Pendekatan merupakan pengembangan dari konsep-konsep utama ke dalam penerapan
dan implementasi praktis. Pendekatan psikoanalisis dalam konseling merupakan pendekatan
yang banyak mempengaruhi munculnya pendekatan-pendekatan lain dalam konseling. Konseling
psikoanalisis memberikan perhatian terhadap kemampuan konselor untuk menggunakan apa
yang terjadi, dalam hubungan antara konseling dan konselor yang bersifat segera dan terbuka
dalam rangka mengeksploriasi tipe perasaan dan didalam hubungan yang mengakibatkan
kesulitan bagi konseling dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konseling di Psikoanalisa terdapat
beberapa teknik yaitu Asosiasi Bebas, Analisis Mimpi, Interpretasi, Analisis Resistensi, dan
Analisis Transferensi.

2. Psikoterapi
Psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara psikologi,
dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerjasama secara
profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau
menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit. Definisi lain adalah bahwa
psikoterapi adalah jalan atau pendekatan yang menggunakan teknik psikologis untuk mengobati
gangguan maladaptif atau mental.

Tujuan dari terapi psikoanalisa adalah untuk mengubah kesadaran individu, sehingga
segala sumber permasalahan yang ada di dalam diri individu yang semulanya tidak sadar
menjadi sadar, serta memperkuat ego individu untuk dapat menghadapi kehidupan yang realita.
Dalam Psikoterapi di Psikoanalisa, terdapat beberapa teknik yaitu Teknik Talking Car, Teknik
Katarsis, Asosiasi Bebas, dan Teknik Penafsiran Bebas.

13
Selain itu, beberapa contoh Intervensi non klinis seperti Meditasi, Yoga, Psikodrama, dan
Terapi Bermain.
- Meditasi, dalam penelitian ini merupakan meditasi Bali Usada yang terdiri dari dua
teknik yaitu mindfulness dan loving kindness. Meditasi mindfulness merupakan meditasi yang
mengajarkan individu untuk menyadari dan menerima keadaan saat ini tanpa menghakiminya.
- Yoga
Melalui yoga seseorang akan lebih baik mengenal tubuhnya, pikirannya, dan jiwanya.
Yoga merupakan kombinasi unik antara gerak-an yang bermanfaat untuk meningkatkan
kesehatan fisik dan cara bernapas serta meditasi yang dapat memberikan ketenangan
pikiran.
- Psikodrama
Psikodrama merupakan sebuah intervensi yang menggunakan metode psikoterapi berbasis
tindakan yang dapat digunakan untuk intervensi masalah di dunia pendidikan dan telah
diterapkan di Asia maupun di Indonesia terutama dalam layanan bimbingan konseling (Lai &
Tsai, 2014).
- Terapi Bermain
Menurut Kaluas. Ismanto, & Kundre (2015) adalah suatu proses penanganan dengan
metode bermain yang bisa digunakan pada anak dengan tujuan mengubah tingkah laku anak
yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan. Menurut Meany Walen, Bratton, &
Kottman (2014), play therapy juga bisa membantu siswa untuk bisa memahami suatu ekspresi
secara lebih konkrit yang juga melampaui batasan bahasa dan budaya.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga ke depannya penulis dapat
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada terutama dalam membuat makalah yang akan
datang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol.(2005). Psikologi Kepribadian. Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah


Malang.

Kuntjojo.(2009). Psikologi Kepribadian. Kediri: Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Pradhika, A. (2016). Psikoanalisis sebagai Pendekatan dalam Bimbingan Konseling


(Study pemikiran Sigmund Freud). Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tejena, N. R., & Sukmayanti. (2018). "Meditasi Meningkatkan Regulasi Emosi pada
Remaja Jurnal "Psikologi Udayana Edisi Khusus Psikologi Positif", hal 147-158.

Kardiyono. A L.,& Anmarlina, F. (2016). "Teknik Yoga Sebagai Intervensi dalam


Melakukan Anger Management pada Wanita Dewasa Awal". Jurnal Intervensi Psikologi, 8 (2),
185-201.

Pranawati, S.( 2009). Terapi Bermain Pendekatan Psikoanalisa. Artikel. hlm 12-14

Wahidah, E. Y. (2017). Resistensi dalam Psikoterapi Terhadap Trauma KDRT pada Anak
(Perspektif Psikoanalisa). Al Murabbi, 3 (2), 159-177.

Jones, Richard Nelson. (2011). Teori dan Praktik, Konseling dan Terapi. Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Pelajar.

Nugroho, Anggit Fajar. (2018). TEORI-TEORI BIMBINGAN KONSELING DALAM


PENDIDIKAN. Jurnal Tawadhu, Vol. 2 (1), 428-466.

Sunardi, Permanarian, Musjafak Assjari. (2018). TEORI-TEORI KONSELING:


ADAPTASI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Dikutip dari
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR
._PEND._LUAR_BIASA/196002011987031-SUNARDI/karya_tls-

15
materi_ajar_pdf/TEORI_KONSELING.pdf&ved=2ahUKEwi06cL0l9b9AhWHELcAHR_vBZw
QFnoECCkQAQ&usg=AOvVaw3TzD0QKowVAVdHwNHhoWG_ . 11 Maret 2023.

https://books.google.co.id/books?id=cqzqDwAAQBAJ&lpg=PP1&hl=id&pg=PA95#v=onepage
&q&f=false
Purnomo, Singgih Aji. (2018). KONSEP DASAR, BENTUK, DAN TEKNIK PSIKOTERAPI
DALAM ISLAM. Jurnal Alasma, vol 7, 56-72.

16
17

Anda mungkin juga menyukai