Disusun oleh :
1. Septianingtyas (2207016089)
2. Ima Emiliawati (2207016099)
3. Alya Hardianti Pratiwi (2207016104)
4. Auliya Rahma Abadi (2207016115)
5. Muhammad yasin (2207016122)
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat-Nya
yang selama ini kita dapatkan, telah memberi hikmah yang paling bermanfaat bagi seluruh umat
manusia. Oleh karena-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Dasar Intervensi
Psikologi dengan baik dan tepat waktunya. Ada pula maksud dan tujuan dari penyusunan makalah
ini ialah untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Dasar
Intervensi Psikologi dan untuk mempelajari bagaimana Intervensi dengan pendekatan
Psikoanalisa.
Berbagai informasi dan referensi telah kami baca guna menunjang pembuatan makalah lebih
mendalam dan mudah dipahami oleh pembaca. Tugas ini juga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi
perbaikan pada tugas selanjutnya.
Tak lupa pula ucapan terima kasih khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Dasar
Intervensi Psikologi yang senantiasa dengan sabar dan ikhlas dalam membimbing kami. Harapan
kami semoga makalah ini memberikan ilmu yang manfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.
Penulis
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................ 1
1.3 Tujuan........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
2.1 Prinsip-Prinsip Teori Psikoanalisa ............................................................ 2
2.2 Intervensi dalam Pendekatan Psikoanalisa ................................................ 4
2.3 Psikoterapi.................................................................................................... 7
2.4 Intervensi Non Klinis ................................................................................. 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 13
KESIMPULAN...................................................................................................................... 13
SARAN .................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Id Ego Super go
1 Asal Pembawaan Hasil interaksi Hasil internalisasi
dengan nilai-nilai dari figure
lingkungan
2 Aspek Biologis Psikologis Sosiologi
2
3 Fungsi Mempertahankan Mengarahkan a. Sebagai
konstansi individu pada pengendali Id
realitas b. Mengarahkan
id dan ego
pada perilaku
yang lebih
bernoral
4 Prinsip operasi Pleasure Reality Idealistic principal
principal principle
5 Perlengkapan a. Reflekx Proses a. Conscientia
b. Proses sekunder b. Ego ideal
primer
1. Id (Das Es)
Id adalah system kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id kemudian akan
muncul ego dan superego. Id berada dan beroperasi dalam daerah tak sadar, mewakili
subjektivitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan
proses fisik untuk mendapatkan energy psikis yang digunakan untuk mengoperasikan
system dari stuktur kepribadian lain. Id beroperasi sesuai prinsip kenikmatan, yaitu
berusaha mmeperoleh kenikamatan dan menghindari rasa sakit. Prinsip kenikmatan
diproses dengan dua cara:
A. Tindak refleks, adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti
mengejapkan mata dipakai untuk menenangkan pemuasan rangsang sederhana
dan biasannya segera dapat dilakukan
B. Proses primer adalah reaksi membayangkan sesuatu yang dapat mengurangi atau
menghilangkan tegangan-dipakai untuk menangani stimulus kompleks. Seperti
bayi yang lapar, membayangkan makanan atau puting ibunya. Id hanya mampu
membayangkan sesuatu, tanpa dapat membedakan itu khayalan atau kenyataan
yang benar benar memuaskan kebutuhan. Id tidak dapat membedakan benar atau
salah dan tidak tahu moral. Alasan ini yang kemudian memunculkan ego.
2. Ego (Das Ich)
Ego muncul dari Id agak orang mampu menangani realita sehingga ego beroperasi
mengikuti prinsip realita, usaha untuk mendapatkan kepuasan yang dituntut Id dengan
mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan
objek yang nyata yang dapat memuaskan kebutuhan.
Ego adalah pelaksana dari kepribadian yang memiliki dua tugas utama yaitu:
a. Memilih stimulus mana yang akan direspon dan atau insting mana yang akan
dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan.
b. Menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan
ketersediaan peluang resikonya lebih kecil. Ego sesungguhnya bekerja untuk
memuaskan id, karena itu Ego membutuhkan Id untuk memperoleh energi.
3. Super Ego (Dash Uber Ich)
3
Super Ego merupakan kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi
memakai prinsip idealistic sebagi lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistic
dari Ego. Prinsip realistic mempunyai dua rinisp yaitu suara hati dan ego ideal. Suara
hati muncul dari penglaman-penglaman mendapatkan hukuman atas perilaku yang
tidak pantas dan mengajarkan kita tentang hal-hal yang sebaikanya tidak dilakukan.
Sedangkan ego ideal berkembang dari pengalaman mendapatkan imbalan atas
perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal yang sebaiknya dilakukan.
Ada tiga fungsi super ego yaitu:
a. Mendorong ego menggantikan tujuan tujuan realistic dengan tujuan moralistic
b. Merintangi impuls Id terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan
dengan standar nilai masyarakat
c. Mengejar kesempurnaan
2.2 Intervensi dalam Pendekatan Psikoloanalisa
A. Konseling
Pendekatan merupakan pengembangan dari konsep-konsep utama ke dalam penerapan
dan implementasi praktis. Pendekatan psikoanalisis dalam konseling merupakan
pendektan yang banyak mempengaruhi munculnta pendekatan-pendekatan lain dalam
konseling. Konsleing psikoanalisisi memberikan perhatian terhadap kemampuan konselor
untuk menggunakan apa yang terjadi, dalam hubungan antara konseling dan konselor
yang bersifat segera dan terbuka dalam rangka mengeksploriasi tipe perasaan dan
didalam hubungan yang mengakibatkan kesulitan bagi konseling dalam kehidupan
sehari-hari.
1. Konsep dasar konseling psikoanalisis
hakikat manusia
Semua kejadian psikis ditentukan oleh kejadian psikis sebleumnya
Kesadaran merupakan suatu hal yang tidak bisa dan bukan merupakan proses mental
yang berciri biasa
Pendekatan ini disadari oleh teori Freud, bahwa kepribadian seseorang mempunyai tiga
unsur yiatu Id, Ego dan Super Ego
2. Tujuan konseling psikoanalisis
a. menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus dari meknaisme
penyesuain diri mereka sendiri.
b. Membentuk kembali stuktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal-hal
yang tidak disadari menjadi sadar Kembali, dengan menitik beratkan pada
pengalaman dan pengenalan pengalaman masa kecil, terutama usia 2-5 tahun, untuk
diatur, dianalisis dan ditafsirkan sehingga kepribadian klien bisa direkontruksikan
lagi.
4
3. Teknik Konseling Psikoanalisis
a. Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas adalah teknik yang memberi kebebasan pada klien untuk mengatakan
apa saja perasaan, pemikiran dan renungan yang ada dalam pikiran klien tanpa
memandang baik buruknya atau logis tidaknya sehingga klien dapat terbuka dalam
mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya. Tujuan Asosiasi bebas adalah untuk
membantu mengangkat represi dengan membuat materi yang tidak disadari menjadi
semakin disadari.
b. Analisis Mimpi
Dalam analisis mimpi ini, mimpi dipandang sebagai jalan utama menuju ke alam tak
sadar. Karena mimpi juga diartikan sebagai pemuasan yang melambangkan dari
keinginan-keinginan dan sebagian besar isinya mencerminkan pengalaman-
pengalaman masa kanak-kanak awal. Dari analisis mimpi tersebut konselor dapat
memahami konflik yang dihadapi oleh klien. Teknik ini membuka hal-hal yang tidak
disadari dan memberi kesempatan pada klien untuk masalah-masalah yang belum
terpecahkan
Setiap mimpi memiliki isi yang bersifat manifes atau disadari dan juga yang bersifat
laten (tersembunyi). Isi yang bersifat manifes adalah mimpi sebagai tampak pada diri
orang yang mimpi, sedangkan isi yang bersifat laten terdiri atas motif-motif tersamar
dari mimpi tersebut. Tujuan analisis mimpi adalah untuk mencari isi yang laten atau
sesuatu yang ada dibalik isi yang manifes, untuk menemukan sumber-sumber konflik
terdesak. Analisa mimpi hendaknya difokuskan kepada mimpi-mimpi yang sifatnya
berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.
c. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran adalah teknik yang digunakan oleh konselor untuk
menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi perasaan klien
dengan tujuan utama untuk menemukan materi yang tidak disadari. Dengan demikian
ego klien dapat mencerna materi tersebut melalui pemahaman baru dan dengan penuh
kesadaran.
5
Dalam memberikan penafsiran, konselor harus hati-hati serta dapat memilih waktu
dan kata-kata yang tepat agar klien tidak justru menjadi menutup diri atau
mengembangkan pertahanan dirinya. Untuk itu, penafsiran hendaknya bersifat
hipotetik, bukan menyatakan fakta, mendekati kesadaran klien, dimulai dari yang
sifatnya permukaan menuju ke arah yang mempunyai bobot emosional yang lebih
mendalam, serta dilakukan dengan terlebih dahulu menunjukkan pertahanan diri
klien sebelum ke hal-hal yang dianggap mendasarinya.
d. Analisis Resistensi
Freud memandang bahwa resistensi merupakan suatu dinamika yang tidak disadari
untuk mempertahankan kecemasan. Resistensi atau penolakan adalah keengganan
klien untuk mengungkapkan materi ketidaksadaran yang mengancam dirinya, yang
berarti ada pertahanan diri terhadap kecemasan yang dialaminya. Apabila hal ini
terjadi, maka sebenarnya merupakan kewajaran. Namun, yang penting bagi konselor
adalah bagaimana pertahanan diri tersebut dapat diterobos sehingga dapat teramati,
untuk selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan, sehingga klien menyadari alasan
timbulnya resistensi tersebut.
e. Analisis Transferensi
Menurut Freud, setelah pasien mengetahui arti sesungguhnya dari hubungan
transferensi dengan konselornya, pasien akan memperoleh pemahaman atas
pengalaman-pengalaman dan perasaan masa lalunya, serta menghubungkan
pengalaman-pengalaman dan perasaan-perasaan masa lalunya tersebut dengan
kesulitan-kesulitan yang dialaminya sekarang. Transferensi atau pengalihan adalah
pergeseran arah yang tidak disadari kepada konselor dari orang-orang tertentu dalam
masa silam klien. Pengalihan ini terkait dengan perasaan, sikap, dan khayalan klien,
baik positif maupun negatif yang tidak terselesaikan pada masa silamnya.
6
2.3 Psikoterapi
Psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara psikologi,
dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerjasama
secara professional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan,
mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit. Definisi
lain adalah bahwa psikoterapi adalah jalan atau pendekatan yang menggunakan teknik
psikologis untuk mengobati gangguan maladaptif atau mental. Psikoterapi disebut
pengobatan karena merupakan bentuk intervensi dengan berbagai cara dan metode
yang bersifat psikologis untuk tujuan tertentu. Psikoterapi adalah proses redukasi yang
ditujukan untuk membantu seseorang dengan gangguan kejiwaan, terutama melalui
intervensi psikologis yang merupakan kebalikan dari pengobatan fisik, seperti yang
menggunakan obat-obatan.
a) Tujuan Psikoterapi
Tujuan dari terapi psikoanalisa adalah untuk mengubah kesadaran individu, sehingga
segala sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak
sadar menjadi sadar, serta memperkuat ego individu untuk dapat menghadapi
kehidupan yang realita. Terapi psikoanalisis sangat dibutuhkan sifat dari terapeutik,
maksudnya adalah adanya hubungan interpersonal dan kerja sama yang professional
antara terapis dan klien, terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar klien dapat
merasakan kenyamanan, ketenangan dan bisa rileks menceritakan permasalahannya
serta tujuannya untuk menemui terapis. Karena fokus utama dalam proses terapi ini
adalah menggali seluruh informasi permasalahan dan menganalisis setiap kata-kata
yang diungkapkan oleh klien. Terapi psikoanalisa juga bertujuan untuk mengurangi
simptom psikopathologi dengan memunculkan pikiran dan perasaan-perasaan yang
tertekan atau direpresi ke dalam alam kedasarannya, dengan membentuk kembali
struktur kepribadian klien dengan menggali kembali hal-hal yang terpendam dalam
alam ketidaksadarannya sehingga menjadi bagian dari alam kesadarannya.
b) Teknik Teknik Psikoterapi
Sampai saat ini, sebagaimana dikemukakan Atkinson “66”, terdapat enam teknik
psikoterapi yang digunakan oleh para psikiater atau psikolog, antara lain:
1. Teknik Terapi Psikoanalisis Bahwa di dalam tiap-tiap individu terdapat kekuatan yang
saling berlawanan yang menyebabkan konflik internal tidak terhindarkan. Konflik ini
mempunyai pengaruh kuat pada perkembangan kepribadian individu, sehingga
menimbulkan stres dalam kehidupan. Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah
dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini banyak
dikembangkan dalam Psiko-analisis Freud. Menurutnya, paling tidak terdapat lima macam
teknik penyembuhan penyakit mental, yaitu dengan mempelajari otobiografi, hipnotis,
chatarsis, asosiasi bebas, dan analisa mimpi. Teknik freud ini selanjutnya disempurnakan
oleh Jung dengan teknik terapi Psikodinamik.
7
2. Teknik Terapi Perilaku Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi
perilaku individu, antara laindesensitisasi, sistematik, flooding, penguatan sistematis,
pemodelan, pengulanganperilaku yang pantas danregulasi diriperilaku.
3. Teknik Terapi Kognitif Perilaku Teknik modifikasi perilaku individu dan mengubah
keyakinan maladatif. Terapis membantu individu mengganti interpretasi yang irasional
terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik.
4. Teknik Terapi Humanistik Teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang
membantu individu menyadari diri sesunguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan
intervensi terapis yang minimal (client-centered-therapy). Gangguan psikologis diduga
timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau
orang lain.
5. Teknik Terapi Elektik atau Integratif Yaitu memilih teknik terapi yang paling tepat untuk
klien tertentu. Terapis mengkhususkan diri dalam masalah spesifik, seperti alkoholisme,
disfungsi seksual, dan depresi.
6. Teknik Terapi Kelompok dan Keluarga Terapi kelompok adalah teknik yang memberikan
kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan
orang lain yang memiliki masalah serupa. Sedang terapi keluarga adalah bentuk terapi
khusus yang membantu pasangan suami-istri, atau hubungan orang tua-anak, untuk
mempelajari cara yang lebih efektif, untuk berhubungan satu sama lain dan untuk
menangani berbagai masalahnya.
Berbagai teknik terapi di atas, tidak satupun menyebutkan teknik terapiukhrawi
(psikoterapi yang berpijak pada ajaran agama). Freud bahkan dalam The Future of an
Ilusion mengaggap bahwa orang yang memeluk suatu agama berarti ia telah menderita
delusi, ilusi dan (obsessional neurosis) yang berasal dari ketidakmampuan manusia
(helplesness) dalam menghadapi kekuatan alam di luar dirinya dan juga kekuatan insting
dari dalam dirinya sendiri. Agama merupakan kumpulan neurosis yang disebabkan oleh
kondisi serupa dengan kondisi yang menimbulkan neurosis pada anak-anak. “67” Teori
freud ini kemudian dibantah oleh Carl Jung putra mahkotanya sendiri. Jung terpaksa
mengadakan penelitian pada mitologi, agama, alkemi dari sumber-sumber kontemporer.
“68” Selanjutnya Allport juga membantah teori Freud. Para dan astrologi. Penelitiannya
ini dapat membantuarchetipe-archetipeyang sulit diperoleh psikolog kontemporer tidak
menemukan patologi-patologi yang terjadi pada pemeluk agama yang salih. Pemeluk
agama yang salih justru mampu mengintegrasikan jiwanya dan tidak pernah mengalami
hambatan-hambatan hidup secara serius. ”69” Dengan demikian, teori Freud yang hanya
mengutamakan psikoterapi duniawi tidak dapat dipertahankan lagi dan dipandang perlu
untuk penambahan psikoterapi lain yang dikaitkan dengan kehidupan agama, yakni
psikoterapi ukhrawi yang berasaskan agama.
2.4 Intervensi Non Klinis
a. Meditasi
Meditasi dalam penelitian ini merupakan meditasi Bali Usada yang terdiri dari dua teknik
yaitu mindfulness dan loving kindness. Meditasi mindfulness merupakan meditasi yang
8
mengajarkan individu untuk menyadari dan menerima keadaan saat ini tanpa
menghakiminya.
Teknik kedua adalah meditasi loving kindness. Meditasi loving kindness merupakan
meditasi yang membantu individu untuk mengembangkan perasaan cinta kasih kepada
diri sendiri dan semua mahluk hidup tanpa syarat. Meditasi Bali Usada terdiri delapan
kali pertemuan yang dilakukan seminggu dua kali. Rangkaian meditasi yang lengkap
berlangsung selama 25 menit, terdiri dari 20 menit melakukan meditasi mindfulness yaitu
10 menit mengamati nafas dan 10 menit mengamati sensasi tubuh serta lima menit
melakukan meditasi loving kindness.
b. Yoga
9
c. Psikodrama
Dengan melakukan psikodrama siswa diharapkan dapat memiliki cara pandang yang
berbeda akan permasalahan yang dihadapi ketika dimainkan dengan orang yang berbeda,
serta mempu meningkatkan kemampuan untuk berempati.
Psikodrama juga akan terjadi sebuah realitas suplus yaitu klien akan memerankan diluar
kehidupan sehari-harinya dengan memperluas tindakan dramatis yang dilakukan dengan
secara aktif mengeksplor ketakutan atau harapan dimasa lalu dan masa depan. Selain itu
dalam psikodarma klien dapat mengeksplor berbagai cara untuk mengatasi permasalahan
tersebut tanpa mengkhawatirkan konsekuensi yang akan didapatkan (Orkibi, Azoulay,
Regev, & Snir. 2017)
10
Psikodrama mampu memberikan pemahaman yang paling akurat mengenai perasaan
menonjol yang diungkapkan dan dapat mengetahui respons yang jelas dari seseorang
untuk mendorong seseorang tersebut mengkomunikasikan perasaan dan pemikirannya.
1. Panggung permainan (stage) Merupakan ruang kehidupan psikologis dan fisik bagi
subjekatau pasien
3. Pemegang peran utama (protagonist) anggota kelompok yang dipilih untuk mewakili
tema yang akan didramatisasikan.
4. Peran pembantu (Auxilary egos) Anggota kelompok yang dipilih untuk menjadi
lawan main dari peran utama yang diharapkan dapat membantu pemeran utama dalam
menemukan solusi permasalahan
Bermain merupakan aktivitas yang menjadi fokus utama pada masa kanak-kanak yang
dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang terjadi secara spontanitas, biasanya
menyenangkan, sukarela, dan tidak memiliki tujuan (Landreth, 2012). Menurut Landreth
(2012) bermain merupakan cara anak belajar sesuatu yang tidak diajarkan oleh orang
dewasa, cara anak untuk mengeksplor dan mengorientasi dirinya dalam dunia nyata.
Keterlibatan anak dalam proses bermain membuatnya dapat belajar mengenai makna dan
nilai, di waktu yang sama mereka juga menjelajahi memiliki pengalaman, dan belajar
dengan cara mereka sendiri. Bermain dapat digunakan sebagai media terapi melalui
arahan seorang ahli atau disebut sebagai terapis. Istilah terapi dengan pendekatan bermain
dikenal dengan play therapy.
11
Menurut Kaluas. Ismanto, & Kundre (2015) adalah suatu proses penanganan dengan
metode bermain yang bisa digunakan pada anak dengan tujuan mengubah tingkah laku
anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan. Menurut Meany Walen,
Bratton, & Kottman (2014), play therapy juga bisa membantu siswa untuk bisa
memahami suatu ekspresi secara lebih konkrit yang juga melampaui batasan bahasa dan
budaya.
Tokoh-tokoh yang menggunakan teori psikoanalisa sebagai metode terapi bermain antara
lain adalah Anna Freud dan Melanie Klein. Tepatnya mereka menggunakan bermain
sebagai metode terapi psikoanalisa bagi anak. Dalam melakukan terapinya Melanie Klein
menggunakan ruangan khusus yang sudah terencana dan terorganisir dengan baik.
a) Anna Freud (dalam Schaefer, 2003, h.2) menyebutkan bahwa suasana dalam terapi
bermain dapat membantu anak untuk secara sadar memahami apa yg mereka
pikirkan,rasakan dan melakukan apa yang telah mereka lakukan, yang mendasari
pemahaman terhadap perubahan pribadi.
b) Sedangkan menurut Klein( dalam wolman, 1972, h.403) terapi bermain berfungsi
untuk mengetahui permainan anak sebagai simbol ekspresi dari konflik-konflik dan
kecemasan nya.
Melalu terapi bermain pendekatan Psikoanalisa ini terapis mencoba untuk mengubah
perilaku yang maladaptive dengan perilaku yang lebih adaptif dengan cara menggali alam
bahasa sehingga persema salalu yang menjadi pengalaman korang menyang mantan dan
menjadi energi negatif dapat dikeluarkan. Energi negatif yang menjadi penyebab perilaku
maladaptif dikatarsiskan, dengan demikian setelah lalu proses terapi ini diharapkan anak
dapat memiliki perilaku yang lebih adaptif dan diterima oleh lingkungan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat jenis Intervensi khususnya
dalam bidang Psikoanalisa yaitu melalui pendekatan konseling dan psikoterapi.
1. Konseling
Pendekatan merupakan pengembangan dari konsep-konsep utama ke dalam penerapan
dan implementasi praktis. Pendekatan psikoanalisis dalam konseling merupakan pendekatan
yang banyak mempengaruhi munculnya pendekatan-pendekatan lain dalam konseling. Konseling
psikoanalisis memberikan perhatian terhadap kemampuan konselor untuk menggunakan apa
yang terjadi, dalam hubungan antara konseling dan konselor yang bersifat segera dan terbuka
dalam rangka mengeksploriasi tipe perasaan dan didalam hubungan yang mengakibatkan
kesulitan bagi konseling dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konseling di Psikoanalisa terdapat
beberapa teknik yaitu Asosiasi Bebas, Analisis Mimpi, Interpretasi, Analisis Resistensi, dan
Analisis Transferensi.
2. Psikoterapi
Psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara psikologi,
dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerjasama secara
profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau
menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit. Definisi lain adalah bahwa
psikoterapi adalah jalan atau pendekatan yang menggunakan teknik psikologis untuk mengobati
gangguan maladaptif atau mental.
Tujuan dari terapi psikoanalisa adalah untuk mengubah kesadaran individu, sehingga
segala sumber permasalahan yang ada di dalam diri individu yang semulanya tidak sadar
menjadi sadar, serta memperkuat ego individu untuk dapat menghadapi kehidupan yang realita.
Dalam Psikoterapi di Psikoanalisa, terdapat beberapa teknik yaitu Teknik Talking Car, Teknik
Katarsis, Asosiasi Bebas, dan Teknik Penafsiran Bebas.
13
Selain itu, beberapa contoh Intervensi non klinis seperti Meditasi, Yoga, Psikodrama, dan
Terapi Bermain.
- Meditasi, dalam penelitian ini merupakan meditasi Bali Usada yang terdiri dari dua
teknik yaitu mindfulness dan loving kindness. Meditasi mindfulness merupakan meditasi yang
mengajarkan individu untuk menyadari dan menerima keadaan saat ini tanpa menghakiminya.
- Yoga
Melalui yoga seseorang akan lebih baik mengenal tubuhnya, pikirannya, dan jiwanya.
Yoga merupakan kombinasi unik antara gerak-an yang bermanfaat untuk meningkatkan
kesehatan fisik dan cara bernapas serta meditasi yang dapat memberikan ketenangan
pikiran.
- Psikodrama
Psikodrama merupakan sebuah intervensi yang menggunakan metode psikoterapi berbasis
tindakan yang dapat digunakan untuk intervensi masalah di dunia pendidikan dan telah
diterapkan di Asia maupun di Indonesia terutama dalam layanan bimbingan konseling (Lai &
Tsai, 2014).
- Terapi Bermain
Menurut Kaluas. Ismanto, & Kundre (2015) adalah suatu proses penanganan dengan
metode bermain yang bisa digunakan pada anak dengan tujuan mengubah tingkah laku anak
yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan. Menurut Meany Walen, Bratton, &
Kottman (2014), play therapy juga bisa membantu siswa untuk bisa memahami suatu ekspresi
secara lebih konkrit yang juga melampaui batasan bahasa dan budaya.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga ke depannya penulis dapat
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada terutama dalam membuat makalah yang akan
datang.
14
DAFTAR PUSTAKA
Tejena, N. R., & Sukmayanti. (2018). "Meditasi Meningkatkan Regulasi Emosi pada
Remaja Jurnal "Psikologi Udayana Edisi Khusus Psikologi Positif", hal 147-158.
Pranawati, S.( 2009). Terapi Bermain Pendekatan Psikoanalisa. Artikel. hlm 12-14
Wahidah, E. Y. (2017). Resistensi dalam Psikoterapi Terhadap Trauma KDRT pada Anak
(Perspektif Psikoanalisa). Al Murabbi, 3 (2), 159-177.
Jones, Richard Nelson. (2011). Teori dan Praktik, Konseling dan Terapi. Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Pelajar.
15
materi_ajar_pdf/TEORI_KONSELING.pdf&ved=2ahUKEwi06cL0l9b9AhWHELcAHR_vBZw
QFnoECCkQAQ&usg=AOvVaw3TzD0QKowVAVdHwNHhoWG_ . 11 Maret 2023.
https://books.google.co.id/books?id=cqzqDwAAQBAJ&lpg=PP1&hl=id&pg=PA95#v=onepage
&q&f=false
Purnomo, Singgih Aji. (2018). KONSEP DASAR, BENTUK, DAN TEKNIK PSIKOTERAPI
DALAM ISLAM. Jurnal Alasma, vol 7, 56-72.
16
17