Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM

MODEL SIKLUS KEBIJAKAN


Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Analisis Kebijakan Pendidikan Islam

Dosen: Dr. Faridal Arkam, M.Pd

Oleh :

1. Arif Ma‟ruf (2.16.04.00.203)


2. Komariyah (2.16.04.00.210)
3. Miftahul Alam (2.16.04.00.213)
4. Muflihin (2.16.04.00.125)
5. Singgih Aji Purnomo (2.16.04.00.223)
6. Qomaruddin Hidayat (2.16.04.00.220)

PROGRAM MAGISTER (S2)


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) ALHIKMAH
JAKARTA
2016
i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT,


dengan kasih sayang-Nya, telah melimpahkan nikmat tak terhingga yang takkan
mungkin dapat dihitung meski seluruh lautan dijadikan tinta untuk
menuliskannya. Terlebih atas nikmat terbesar yang telah Dia berikan, yaitu nikmat
iman dan Islam.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada revolusioner terbaik sepanjang


masa, pencetak sejarah kebenderangan dunia, Nabi Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini, Kami sangat bersyukur mendapat kesempatan


menyusun karya tulis berbentuk makalah yang berjudul “Model Siklus
Kebijakan”.Makalah ini merupakan tugas pada mata kuliah Analisis Kebijakan
Pendidikan Islam Semester I program studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI)
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) ALHIKMAH Jakarta.

Terima kasih terhatur kepada orang tua Kami yang tak pernah lelah
membimbing Kami dengan segenap cinta kasihnya, kepada dosen mata kuliah
Analisis Kebijakan Pendidikan Islam yang dengan gigih memotivasi kita semua
untuk terus maju dan berkarya, serta kepada semua pihak yang tentunya begitu
banyak membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberi jalan kepada kita untuk selalu
memperbaiki diri dan memperoleh manfaat dari setiap detik yang berlalu. Amin.

Pamulang, 14 Oktober 2016


Penyusun,
ii

DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Balakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat ................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian siklus dan Kebijakan ............................................. 3
B. Model-model Kebijakan .......................................................... 5
C. Manfaat siklus kebijakan ......................................................... 12
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 14
B. Saran ........................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap Negara mempunyai ideologinya masing-masing sebagai platform
untuk menyejahterakan rakyatnya.1 Dari platform inilah dijabarkan berbagai
jenis kebijakan yang akan ditempuh oleh pemerintah beserta aparatnya untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati bersama itu. Bagi Negara Indonesia,
kita mengenal Pancasila sebagai dasar Negara atau sebagai ideologi Negara
kita. Dari landasan Pancasila sebagai nilai-nilai mendasar di dalam
berkehidupan bernegara kita, dijabarkanlah visi dan misi dari hidup dan
kehidupan bernegara.
Dewasa ini kita telah mempunyai visi 2025 sebagai visi jangka panjang
dalam kehidupan bernegara. Dari visi 2025 tersebut dijabarkan berbagai
kebijakan dalam semua sektor kehidupan berbangsa. Salah satu kebijakan
yang lahir dari visi serta misi tersebut adalah kebijakan pendidikan dan
kebijakan publik. Bagaimanakah hubungan antara kedua jenis kebijakan
tersebut? Salah satu jawaban yang elementer dalam pertanyaan ini adalah
pertama-tama kita harus mempunyai orang-orang (pemimpin) yang dapat
merumuskan kebijakan pendidikan dan kebijakan public yang tepat. Para
pemimpin yang demikian adalah hasil dari pendidikan. Hal ini berarti para
pemimpin haruslah mempunyai pengetahuan dan visi mengenai hakikat
pendidikan untuk rakyat Indonesia, dan berikutnya mereka harus mempunyai
pengetahuan dan visi tentang kebijakan public yang sesuai dengan platform
kehidupan bernegara Indonesia.2
Pada bulan Juli 2016, tepatnya pada hari rabu 27 Juli 2016 serah terima
jabatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Muhadjir Effendy
menggantikan Anies Baswedan) ini merupakan contoh kebijakan seorang
pemimpin, dan baru-baru ini tanggal 14 Oktober 2016 Presiden RI melantik

1
H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan. (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2016),
Cet Ke-IV, h. 7
2
H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan. (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2016),
Cet Ke-IV, h. 8
2

Ignasius Jonan menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral


menggantikan Arcandra Tahar. Terkadang masyarakat merasa heran dengan
kebijakan Presiden mereshuffle cabinet kerjanya dengan cepat, kita harus
melihat, mengkritisi kerja Menteri yang dipercaya oleh Presiden agar Negara
Indonesia menjadi Negara yang memiliki pemimpin-pemimpin yang amanah.
Berangkat dari permasalahan tersebut dalam makalah ini akan
mendeskripsikan dan menganalisis Model Siklus Kebijakan mulai dari
pengertian siklus dan kebijakan, model-model siklus kebijakan, manfaat
siklus kebijakan serta dapat menyimpulkan isi dari makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pendapat para ahli mengenai Pengertian Siklus dan Kebijakan?
2. Apa saja model-model siklus kebijakan beserta penjelasannya?
3. Apakah manfaat siklus kebijakan?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan makalah ini adalah secara umum untuk menambah wawasan
keilmuan mengenai model siklus kebijakan, secara khusus memberikan
penjelasan kepada mahasiswa mengenai model siklus kebijakan mulai dari
pengertian, model-model sampai manfaatnya. Berikut tujuan khusus makalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi siklus dan kebijakan.
2. Memberikan penjelasan kepada mahasiswa mengenai model-model
kebijakan.
3. Mahasiswa dapat memahami manfaat dari siklus kebijakan.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Siklus dan kebijakan


a. Pengertian Siklus
Siklus merupakan kegiatan atas sistem yang berjalan dengan tahapan
tahapannya sehingga berulang kembali dan menghasilkan sesuatu.
Pengertian siklus dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), putaran
waktu yang di dalamnya terdapat rangkaian kejadian yang berulang-ulang
secara tetap dan teratur.3
b. Pengertian kebijakan
Berkaitan dengan pengertian kebijakan, berikut ini pendapat dari
para ahli mengenai pengertian kebijakan yaitu :
1) Kebijakan adalah sesuatu ucapan atau tulisan yang memberikan
petunjuk umum tentang penetapan ruang lingkup yang memberi batas-
batas dan arah umum kepada para manajer untuk bergerak. Kebijakan
memberikan ketetapan dengan sangsi tentang kawasan dan arah untuk
diikuti, (Terry & Franklin, 1982).
2) (dengan kata lain) Kebijakan adalah suatu keputusan yang luas, yang
ditetapkan sebelumnya untuk menjadi patokan dasar bagi pelaksana
manajemen serta membimbing keputusan manajemen selanjutnya,
(Broom, 1969).
3) Kebijakan adalah keputusan yang dipikirkan secara matang dan hati-
hati oleh pengambil keputusan puncak bukan kegiatan-kegiatan yang
berulang dan rutin yang terprogram atau terkait dengan aturan-aturan
keputusan, (Mc. Nichols, 1977)
4) Kebijakan adalah seperangkat tujuan-tujuan, prinsip-prinsip, serta
peraturan-peraturan yang membimbing sesuatu organisasi; ; kebijakan
demikian mencakup keseluruhan petunjuk organisasi, (Klein &
Murphy), (Klain & Murphy, 1976)

3
http://kbbi.web.id/siklus diakses pada hari selasa tanggal 18 Oktober 2016 jam 18.31
WIB.
4

5) Suatu kebijakan adalah ungkapan verbal atau tertulis atau tersirat dari
prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang ditetapkan oleh pimpinan
manajerial sebagai garis besar dan batas-batas pemikiran dan tindakan
dari sesuatu organisasi, (Haner, 1976).
6) Dalam konteks global demikian adalah suatu sistem manajemen yang
terpilih yang dinyatakan oleh suatu sistem nilai manajemen tertentu
yang yang sekaligus menyatakan dan menggambarkan pandangan diri
lingkungannya, kepribadian organisasi, intelegensia dari permasalahan,
serta konsep strategi dan struktur dari organisasi, (Tabatoni, & Jarniou,
1979).
7) Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) memberi batas kebijakan
sebagai “rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis besar dari dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dan sebagainya);
pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis
pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran, garis
haluan.”4
Kebijakan dianggap sebagai suatu posisi atau pendirian yang
dikembangkan untuk menanggapi suatu masalah atau isu konflik dalam
rangka mencapai tujuan tertentu, bisanya dibedakan dari konsep-konsep
yang saling terkait. Kebijakan adalah terjemahan dari kata “wisdom” yaitu
: Suatu ketentuan dari pemimpin yang berbeda dengan aturan yang ada,
yang dikenakan pada seseorang atau kelompok orang tersebut tidak dapat
dan tidak mungkin memenuhi aturan yang umum tadi, dengan kata lain ia
dapat perkecualian.
Artinya kebijakan adalah suatu kearifan pemimpin kepada
bawahan atau masyarakatnya.

4
Bahan Kuliah Analisis Kebijakan Pendidikan Islam pada hari Sabtu, 15 Oktober 2016, h.
6
5

Kebijakan adalah pernyataan atau pemahaman umum yang


mempedomani pemikiran dalam mengambil keputusan yang memiliki
esensi batas-batas tertentu dalam mengambil keputusan.
Kebijakan (wisdom) adalah : Kepandaian, kemahiran,
kebijaksanaan, kearifan, rangkaian konsep, dan asas yang menjadi garis
besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan didasarka atas
suatu ketentuan dari pemimpin, yang berbeda dari aturan yang ada, yang
dikenakan pada seseorang karena adanya alasan yang dapat diterima
seperti untuk tidak memberlakukan aturan yang berlaku karena suatu
alasan yang kuat.
Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan
adalah serangkaian konsep dasar yang dibuat oleh pemimpin berdasarkan
pada pengalaman dan pengetahuannya pada suatu organisasi yang
dijadikan dasar dalam melaksanakan tindakan-tindakan untuk mencapai
suatu tujuan organisasi tersebut, yang berbeda dengan aturan yang sudah
ada sebelumnya.
Terdapat beberapa pendekatan kebijakan dalam pendidikan yang
diantaranya :
a. Pendekatan Empirik (Empirical)
Pendekatan empiris menekankan terutama pada penjelasan berbagai
sebab dan akibat dari suatu kebijakan tertentu dalam bidang
pendidikan bersifat faktual atau fakta dan macam informasi yang
dihasilkan bersifat deskriptif dan prediktif.
b. Pendekatan Evaluatif
Pendekatan evaluatif dimaksudkan untuk menerangkan keadaan yang
menerapkan suatu criteria atas terjadinya gejala yang berkaitan dengan
nilai dan pengukuran setelah dihubungkan dengan kriteria yang sudah
ditentukan sebelumnya. Jadi, evaluasi kebijakan bukan hanya sekedar
mengumpulkan fakta tentang sesuatu tetapi menunjukan bahwa
sesuatu itu mempunyai nilai jika dibandingkan dengan kriteria atau
acuan yang menjadi pedoman.
6

B. Model Kebijakan
Jehezkel Dror dan Islamy menyebutkan tujuh model kebijakan, yaitu:
1) „Pure Rational Model‟/Model Rasional Murni; model yang
mengembangkan kebijakan secara rasional.
2) Model Ekonomi; model yang mengembangkan kebijakan berdasar
pertimbangan-pertimbangan ekonomis.
3) „Sequential Decision Model‟/Model Keputusan Berurutan; model yang
mendasari pengambilan keputusan atas dasar beberapa kebijakan alternatif
yang diperoleh dari eksperimen.
4) Model Inkremental; model yang mendasarkan pengambilan kebijakan atas
dasar kebijakan sebelumnya dengan mengadakan perubahan secara sedikit
demi sedikit.
5) „Satisfying Model‟/ Model Memuaskan; model yang mendasarkan
keputusan atas dasar kebijakan alternatif yang paling memuaskan tanpa
menilai secara kritis alternatif lain.
6) „Extra Rational Model‟/Model Ekstra Rasional; model yang mendasarkan
pengambilan kebijakan atas dasar dan pertimbangan sangat rasional.
7) Model Optimal; model yang mendasarkan pengambilan keputusan atas
dasar gabungan berbagai metode secara terpadu untuk menghasilkan
kebijakan yang optimal dan dapat diterima oleh semua pihak.
Model-model kebijakan dalam pendidikan diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Model Deskriptif
Model deskriptif menurut Suryadi dan Tillar adalah suatu prosedur atau
cara yang digunakan untuk penelitian dalam ilmu pengetahuan baik murni
maupun terapan untuk menerangkan suatu gejala yang terjadi dalam
masyarakat. Sedangkan model deskriptif adalah pendekatan positif yang
diwujudkan dalam bentuk upaya ilmu pengetahuan menyajikan sesuatu
“state of the art” atau keadaan apa adanya dari suatu gejala yang sedang
diteliti dan perlu diketahui para pemakai.
7

Jadi model deskripsi ini dapat menerangkan apakah fasilitas pembelajaran


sudah memadai, kualifikasi pendidikan guru memenuhi persyaratan,
anggaran untuk pembelajaran, dan sebagainya. Tujuan model deskriptif
menjelaskan atau memprediksikan sebab-sebab dan konsekwensi-
konsekwensi dari pilihan-pilihan kebijakan.Model deskriptif digunakan
untuk memantau hasil-hasil dari aksi - aksi kebijakan seperti indicator
angka partisipasi murni dan angka drop out yang dipublikasikan.
b. Model Normatif
Pendekatan normatif disebut juga pendekatan preskriptif yang merupakan
upaya ilmu pengetahuan menawarkan suatu norma, kaidah, atau resep
yang dapat digunakan oleh pemakai untuk memecahkan suatu masalah.
Tujuan model normatif bukan hanya menjelaskan atau memprediksikan,
tetapi juga meberikan dalil dan rekomendasi untuk mengoptimalkan
pencapaian beberapa utilitas (nilai), dan juga membantu memudahkan para
pemakai hasil penelitian. Pendekatan normatif menekankan pada
rekomendasi serangkaian tindakan yang akan datang (aksi) yang dapat
menyelesaikan masalah-masslah pendidikan yang dibutuhkan oleh
masyarakat pada semua jenjang dan jenis pendidikan.
c. Model Verbal
Model verbal (verbal models) dalam kebijakan diekspresikan dalam
bahasa sehari-hari, bukannya bahasa logika simbolis dan matematika
sebagai masalah substantif. Dalam menggunakan model verbal, analisis
berdasarkan pada penilaian nalar untuk membuat prediksi dan
menawarkan rekomendasi. Penilaian nalar menghasilkan argumen
kebijakan, bukan berbentuk nilai-nilai angka pasti. Model verbal secara
relatif mudah dikomunikasikan diantara para ahli dan orang awam, dan
biayanya murah.
Keterbatasan model verbal adalah masalah-masalah yang dipakai untuk
memberikan prediksi dan rekomendasi bersifat implisit atau tersembunyi,
sehingga sulit untuk memahami dan memeriksa secara kritis argumen-
8

argumen tersebut sebagai keseluruhan, karena tidak didukung informasi


atau fakta yuang mendasari.
d. Model Simbolis
Model simbolis menggunakan simbol-simbol matematis untuk
menerangkan hubungan antara variabel-variabel kunci yang dipercaya
menciri suatu masalah. Kelemahan praktis model simbolis adalah hasilnya
tidak mudah diinterpretasikan, bahkan diantara para spesialis, karena
asumsinya tidak dinyatakan secara memadai.
e. Model Prosedural
Model prosedural menampilkan hubungan yang dinamis antara variabel-
variabel yang diyakini menjadi cirri suatu masalah kebijakan. Prediksi-
prediksi dan solusi-solusi optimal diperoleh dengan mensimulasikan dan
meneliti seperangkat hubungan yang mungkin.
f. Model Sebagai Pengganti dan Perspektif
Model pengganti diasumsikan sebagai pengganti dari masalah-masalah
substansif. Model perspektif didasarkan pada asumsi bahwa masalah
formal tidak sepenuhnya mewakili secara sah masalah substansif,
sebaliknya model perspektif dipandang sebagai satu dari banyak cara lain
yang dapat digunakan untuk merumuskan masalah substansif.
Proses perumusan kebijakan selalu diawali dengan proses
pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan merupakan bagian
inti dari manajemen, kepemimpinan adalah salah satu bagian penting
dalam manajemen. Tanpa adanya pengambilan keputusan maka tidak ada
kepemimpinan dan tanpa adanya kepemimpinan maka manajemen tidak
berfungsi.
Terdapat beberapa definisi tentang pengambilan keputusan antara lain:
1. Teori keputusan adalah metodologi untuk menstruktur dan
menganalisis situasi yang tidak pasti dan beresiko. Keputusan lebih
bersifat perspektif dari pada diskriptif. Bahwa pengambilan keputusan
merupakan suatu cara yang diperlukan pada kondisi ketidakpastian dan
penuh resiko.
9

2. Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajer


memperolah dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya,
menggeser, dan menganalisis data dengan menanyakan hal lainnya,
menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan
menganalisis data baik untuk manajer secara individual maupun tim
dalam upaya mengatur dan mengawasi informasi terutama informasi
bisnis.
3. Pengambilan keputusan adalah seperangkat langkah yang diambil
individu atau kelompok dalam memecahkan masalah.
Pengambilan keputusan adalah proses memilih diantara alternatif-alternatif
tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi .
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan adalah suatu cara yang dilakukan oleh individu atau kelompok
untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data dan
informasi yang dibutuhkan serta melakukan alternatif-alternatif tindakan
untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Pengambilan keputusan
merupakan langkah awal pembuatan kebijakan. Model pengambilan
keputusan ada 3 macam yaitu :
1. Model Kalkulatif / rasional
Pengambilan keputusan kalkulatif bersifat purposif yakni mempunyai
pedoman: menentukan apa yang harus dilakukan, meneliti segala
alternatif yang mungkin, menimbang buruk baik setiap alternatif, dan
memilih alternatif yang paling banyak diperkirakan memberikan
keuntungan tetapi paling sedikit waktunya, tenaga dan biaya yang
diperlukan. Pengambilan keputusan model kalkulatif dilakukan secara
perhitungan logis dan sistematis.
2. Model Simon
Model ini didasarkan pada asumsi keterbatasan rasionalitas atau
kalkulasi manusia dalam mengambil keputusan dan pada target
pengambilan keputusan bukan sampai pada taraf optimum, tetapi
hanya sampai ketaraf “cukup baik”.
10

Langkah-langkah pengambilan keputusan model ini antara lain:


menetapkan kriteria dan alternatif yang terbatas dengan
mengumpulkan informasi, membandingkan alternatif dengan criteria
yang telah ditetapkan, pemilihan alternatif yang memenuhi criteria
dalam banyak hal. Model Simon ini secara relatif tergantung pada
situasi disekitar keputusan diambil.
3. Model stufflebean
Menurut model ini pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi-
kondisi tertentu, yang dimaksud dengan kondisi dalam hal ini adalah
sejumlah faktor yang berada disekitar karena pengambilan keputusan
itu yang ikut mempengaruhi analisis dan pilihan. Kebanyakan
pengambilan keputusan dalam organisasi didasarkan pada beberapa hal
di bawah ini :
a. Rasionalitas terbatas
Para individu mengambil keputusan dengan merancang bangun
model-model yang disederhanakan, yang menyuling ciri-ciri hakiki
dari masalah tanpa menangkap semua kerumitannya.
b. Intuisi
Pengambilan keputusan intuisi adalah suatu proses tak sadar, yang
diciptakan dari dalam pengalaman yang tersaing. Intuisi ini
berjalan beriringan atau saling melengkapi dengan analisis
nasional. Intuisi adalah kekuatan di luar indra atau indra keenam.
c. Identifikasi masalah
Dalam mengidentifikasi masalah ada dua hal penting yang
berpengaruh, yaitu:
1. Masalah-masalah yang cenderung memiliki probabilitas
terpilih lebih tinggi dibandingkan dengan masalah - masalah
yang penting, dan kepentingan pribadi pengambil keputusan
cenderung menang daripada masalah-masalah yang penting
bagi organisasi.
2. Pengembangan alternatif.
11

3. Membuat pilihan
4. Perbedaan individu.
5. Perbedaan individu berpengaruh terhadap gaya pengambilan
keputusan.
6. Hambatan organisasi.
7. Organisasi itu sendiri bisa menjadi penghambat bagi para
pengambil keputusan. Pengambilan keputusan manajer
dipengaruhi oleh sistem penilaian prestasi, system imbalan,
rutinitas terprogram, pembatasan waktu, dan preseden historis,
yaitu keputusan - keputusan masa lalu.
8. Perbedaan budaya.

Model rasional tidak mengakui adanya perbedaan budaya. Namun


dalam kenyataannya, pengambilan keputusan dipengaruhi oleh latar
belakang budaya pengambil keputusan. Proses pengambilan keputusan
pada organisasi formal adalah bagian suatu keseluruhan proses yang
sebenarnya dimulai dari penetapan tujuan organisasi dan akhirnya
menghasilkan implementasi solusi dan kontrol. Proses pembuatan
keputusan adalah sebagai berikut :
1. Pembahasan yang jelas tentang tujuan yang hendak dicapai oleh
putusan itu.
2. Pengumpulan semua fakta yang mungkin, opini dan ide yang
berkenaan dengan masalahnya.
3. Analisis dan interpretasi data yang dikumpulkan.
4. Formulasi alternatif yang mungkin.
5. Evaluasi setiap alternatif atas dasar efektif.
6. Memilih alternatif tertentu yang paling baik.
Proses pengambilan keputusan dengan model rasional melalui
enam langkah yaitu:
1. Menetapkan masalah
2. Mengidentifikasi kriteria keputusan
3. Mengalokasikan bobot pada kriteria
12

4. Mengembangkan alternatif
5. Mengevaluasi alternatif
6. Memilih alternatif terbaik.
Proses pengambilan keputusan ada lima langkah yaitu:
1. Mengumpulkan informasi untuk diteruskan kepada pengambil
keputusan mengenai apa yang dapat dilakukan
2. Memproses dan menginterpretasikan informasi tersebut untuk
memberi saran kepada pembuat keputusan apa yang harus
dilakukan
3. Membuat pilihan apa yang hendak dilakukan
4. Membari wewenang kepada orang lain mengenai apa yang hendak
dilakukan
5. Melaksanakan.
Dalam penerapannya, untuk menjadikan sebuah sekolah memiliki
budaya lingkungan maka diperlukan beberapa unsur penting yaitu:
a) Pengembangan Kebijakan Sekolah
b) Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan
c) Kegiatan Berbasis Partisipatif
d) Pengelolaan Sarana Prasarana.
C. Manfaat siklus kebijakan
1. Menegaskan proses kebijakan melibatkan banyak institusi dan bukan
sekedar institusi yang berdiri independen tanpa korelasi dengan pihak
lain.
2. Merupakan suatu model yang dapat digunakan untuk membantu
mempermudah kompleksitas kebijakan
3. Mempermudah melakukan kajian-kajian kebijakan secara sistimatis dan
analitis.
4. Memberikan gambaran yang komprehensif dan berbagai implikasi yang
perlu dimengerti oleh para pihak yang berkepentingan dengan kebijakan
tersebut.
13

5. Digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai efektifitas dan efesiensi


sebuah kebijakan dilihat berdasarkan masing-masing tahapan itu.
14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Proses penetapan kebijakan adalah proses yang siklis dan kontinu yang
terdiri dari 3 tahap utama yaitu : policy formulation (perumusan
kebijakan), policy implementation (penerapan kebijakan), dan policy
review (evaluasi kebijakan).
2. Tahap-tahap tersebut dalam siklus kebijakan saling berhubungan,
tergantung, kompleks dan tidak linear yang disebut sebagai analisis
kebijakan.
3. Pada setiap tahap siklus kebijakan perlu disertai dengan penerapan
pendekatan (approaches) yang sesuai, sehingga dapat menentukan
tingkat efektifitas dan keberhasilan suatu kebijakan.
B. Saran
Pemerintah sebaiknya memperhatikan dan memikirkan dampak dari
kebijakan yang akan dilaksanakan sebelum menetapkan kebijakan. Karena
dampak tersebut akan mempengaruhi dan menghasilkan sesuatu yang
berimbas kepada masyarakat ataupun peserta didik (pendidikan). Masyarakat,
pelaksana pendidikan, sekolah dan lembaga lainnya harus lebih selektif dalam
menyikapi kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Contoh:
menganalisis kebijakan, apakah kebijakan tersebut sesuai dengan kondisi
yang sesungguhnya di lapangan serta mencari alternative menyikapi
kebijakan tersebut.
15

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal, Strategi Kebijakan dalam Pembangunan dan Ekonomi


Politik, Jakarta: Suara Bebas, 2008.
Ace Suryadi, H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pendidikan,
Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993.
Engkoswara, Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1987
H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan, Jakarta: Pustaka Pelajar,
2016.
Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah Teori model dan Aplikasi, Jakarta :
Grasindo. 2003.
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2000.

Anda mungkin juga menyukai