Anda di halaman 1dari 9

MODUL 02: DASAR PENGUKURAN

Matthew Waraney Somahe Pasoreh ∘ Mufti Afifur Rahman ∘ Nashwan Chakap Nanggala ∘ Bayu
Ridho Abd Ghani
10222034 ∘ 10222038∘ 10222036 ∘ 10222106
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung
pasorehmatthew2003@gmail.com

Tanggal : 13-09-2023
Asisten : 10221059 / Masrinaldo

sederhana karena yang dilakukan hanyalah


I TUJUAN menempelkan kedua probe pada multimeter di
Tujuan praktikum ini adalah: kedua kaki dari resistor, kapasitor, maupun
induktor. Sementara itu, kode pada resistor dan
1. Mengukur resistansi, induktansi, dan
induktor adalah sebagai berikut.
kapasitansi dengan menggunakan pita
warna dan multimeter.
2. Mengukur tegangan dan arus pada Tabel II.1 : Tabel arti warna pita pada resistor
rangkaian seri dan paralel. Koef.
3. Membandingkan pengukuran nilai Warna Nilai Pengali Toleransi Tempratur
tegangan DC dengan menggunakan (ppm/0C)
osiloskop. Hitam 0 1 - -
Coklat 1 10 ±1% 100
4. Membandingkan nilai frekuensi sinyal Merah 2 100 ±2% 50
terukur pada signal generator dan Jingga 3 1000 ±3% 15
osiloskop. Kuning 4 10000 ±4% 25
5. Membandingkan sinyal tegangan AC Hijau 5 105 ±0.5% -
yang diukur dengan menggunakan Biru 6 106 ±0.25% 10
multimeter dan osiloskop. Ungu 7 107 ±0.1% 5
6. Mencari nilai tegangan Thevenin dan Abu 8 108 ±0.05% -
hambatan Thevenin yang membebani Putih 9 109 - -
resistor tertentu. Emas - 0.1 ±5% -
Perak - 0.01 ±10% -
II DASAR TEORI
II.1. Pengukuran Resistansi, Induktansi, dan
Kapasitansi, dan Tegangan Dioda. Tabel II.2 : Tabel penjelasan urutan pita pada resistor.
Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara Pita Resistor 4 Resistor 5 Resistor 6
yaitu dengan menggunakan kode nilai yang ke- pita pita pita
tertera pada resistor, induktor, dan kapasitor. Angka Angka
Angka
Cara kedua dengan menggunakan multimeter. 1 pertama nilai
pertama pertama
Pengukuran resistansi, induktansi, dan resistor
nilai nilai
kapasitansi dengan multimeter terbilang cukup resistor resistor

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi 1


Angka kedua
Angka Angka Tegangan dan arus pada rangkaian seri dan
2 kedua nilai kedua nilai paralel dapat dihitung menggunakan hukum
nilai resistor
resistor resistor ohm dan hukum pertama kirchoff.
Angka Angka
Faktor 𝑉 = 𝐼𝑅 (𝐼𝐼. 1)
3 ketiga nilai ketiga nilai
pengali
resistor resistor Persamaan (II.1) merupakan hukum ohm yang
Faktor Faktor akan digunakan sebagai perhitungan.
4 Toleransi
pengali pengali
5 - Toleransi Toleransi Dari hukum ohm juga akan turun persamaan
Koefisien untuk menghitung resistansi total pada
6 - - rangkaian seri dan parallel.
tempratur
Hambatan total rangkaian seri (persamaan II.2)

Lalu, nilai kapasitansi dibaca dengan cara yang 𝑅𝑡𝑜𝑡 = 𝑅1 + 𝑅2 + ⋯ + 𝑅𝑛 (𝐼𝐼. 2)


berbeda. Hambatan total rangkaian paralel (persamaan
II.2)
Tabel II.3 : Tabel arti kode angka pada kapasitor. 1 1 1 1
= + + ⋯+ (𝐼𝐼. 3)
𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑅1 𝑅2 𝑅𝑛
Angka ke- Arti
Angka pertama nilai Sementara hukum kirchoff menyatakan bahwa
1 arus listrik yang masuk dalam percabangan
kapasitansi
Angka pertama nilai dalam rangkaian tertutup akan sama dengan
2
kapasitansi arus yang keluar dari percabangan tersebut.
3 Faktor pengali (10angka ketiga)
∑ I in = ∑ 𝐼 𝑜𝑢𝑡 (𝐼𝐼. 4)
Sehingga dengan hukum ini, dapat diketahui
Tabel II.4 : Tabel arti kode huruf pada kapasitor. bahwa arus pada rangkaian seri tidak terbagi,
sehingga pada setiap resistor dalam rangkaian
Arti untuk C < Arti untuk C > ±
Huruf seri, arus terukur di setiap resistornya akan
10pF ± pF %
sama.
B 0.1 -
C 0.25 - Dengan persamaan II.1, jika arus pada seluruh
D 0.5 0.5 rangkaian seri adalah sama, maka tegangan
F 1 1 pada setiap resistor akan berbeda-beda dan
G 2 2 berbanding lurus dengan nilai resistansinya.
J - 5
K - 10 Sementara persamaan II.4 berlaku pada
M - 20 rangkaian paralel karena adanya percabangan
Z +80 -20 arus. Namun, karena pada rangkaian paralel,
setiap percabangan berawal dan berakhir di
Contoh : titik yang sama, maka setiap percabangan akan
375M = 37x105 pF ± 20%. memiliki tegangan yang sama. Sementara
untuk arus yang mengalir pada setiap resistor
Pembacaan nilai induktansi pada induktor tidak yang tersusun paralel, akan berbanding terbalik
menggunakan kode tertentu dan nilai dengan besar resistornya, sesuai persamaan II.1
induktansi biasanya sudah tertera pada yang dimodifikasi sedikit.
induktornya. Terakhir, untuk dioda, nilai
tegangan ada pada datasheet atau dapat diukur
dengan multimeter secara langsung. II.3 Rangkaian Thevenin
Rangkaian Thevenin akan menyederhanakan
II.2 Hukum Ohm dan Kirchoff rangkaian rumit menjadi hanya sumber
tegangan dan sebuah resistor saja. Tentu
Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi 2
rangkaian Thevenin hanya berlaku dari satu 1 1
𝑅𝑎𝑏 = 𝑅2 + ( + )−1 = 𝑅𝑡ℎ (𝐼𝐼. 6)
sudut pandang saja, yaitu dari sudut pandang 𝑅3 𝑅1
resistor beban. Setelah telah didapatkan hambatan dan
tegangan Thevenin, susun ulang rangkaian
menjadi rangkaian setara Thevenin seperti
gambar dengan label 4 pada gambar II.1. Lalu,
untuk rangkaian yang lebih rumit, langkah
penyederhanaan seperti pada gambar II.1 dapat
dilakukan beberapa kali atau secara bertahap.

III DATA PERCOBAAN

Percobaan 1: Pengukuran Resistansi,


Kapasitansi, Induktansi, dan Dioda
Pada percobaan ini, akan dilakukan pengukuran nilai
resistansi, kapasitansi, induktansi, dan dioda.
Pengukuran dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan
membaca label pada produk dan menggunakan
multimeter. Rinciannya, akan digunakan pita warna
untuk nilai resistansi, menggunakan kode huruf dan
angka untuk membaca nilai kapasitansi, serta dengan
label untuk membaca nilai induktansi. Lalu data yang
didapatkan telah tercantum pada tabel VII.1 untuk
pengukuran resistansi, tabel VII.2 untuk pengukuran
kapasitansi, tabel VII.3 untuk pengukuran induktansi,
dan tabel VII.4 untuk pengukuran tegangan dioda.

Percobaan 2: Pengukuran Besar Tegangan


dan Arus pada Resistor
Gambar II.1 : Gambar langkah menyederhanakan
rangkaian dengan teorema Thevenin.
Label 1 adalah rangkaian yang akan
disederhanakan. Label 2 adalah langkah awal
peyederhanaan rangkaian, yaitu dengan
memutus muatan beban untuk mencari
tegangan Thevenin. Karena R2 tidak terhubung,
maka arus tidak ada yang melewati R2,
sehingga Vab = Vcd = Vth. Untuk mencari Vcd
digunakan prinsip pembagi tegangan.
𝑅3
𝑉𝑡ℎ = 𝑉𝑐𝑑 = 𝑉𝑠𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 (𝐼𝐼. 5)
𝑅3 + 𝑅1
Lanjut ke label 3, setelah ditemukan tegangan
Thevenin, maka akan dicari hambatan
Thevenin dengan melakukan hubung singkat Gambar III.1 : Gambar rangkaian seri dan paralel pada
pada tegangan sumber. Hambatan Thevenin percobaan 2.
dicari dengan menghitung total hambatan dari R1 merupakan resistor dengan hambatan paling
titik A ke titik B. besar, diikuti R2, R3, dan R4 dengan resistansi
yang paling kecil. Keempat resistor disusun

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi 3


seperti gambar III.1 pada breadboard, lalu tegangan pengganti jika kita memandang
dikur arusnya secara seri dan tegangannya rangkaian rumit pada gambar III.2 dari sudut
secara paralel dengan menggunakan pandang muatan beban (RL). Hasil pengukuran
multimeter. Hasil pengukuran sudah menunjukkan tegangan Thevenin yang terukur
dicantumkan pada tabel VII.5 untuk adalah 0.6352 V dan hambatan sebesar 2,492
pengukuran rangkaian yang disusun seri dan kiloohm.
tabel VII.6 untuk pengukuran rangkaian yang
disusun paralel. IV PEMBAHASAN
Pada percobaan pertama, nilai kapasitansi,
Percobaan 3: Perbandingan pengukuran resistansi, dan induktansi yang terukur pada
sinyal DC menggunakan multimeter dan multimeter dapat berbeda dengan nilai yang
osiloskop tertera pada label dikarenakan nilai pada label
Pada percobaan ini, digunakan sumber arus DC sebenarnya sudah disertai dengan toleransi.
dan akan diukur menggunakan osiloskop dan Artinya nilai yang sebenarnya tertera pada label
multimeter untuk dibandingkan hasilnya. berupa rentang nilai tertentu. Selain itu, banyak
Namun, sebelum osiloskop digunakan, tentu faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan
akan dilakukan kalibrasi terlebih dahulu pada nilai terukur yaitu, hambatan dalam pada
osiloskop. Lalu, untuk data telah tercantum multimeter ataupun suhu sebagai salahsatu
pada tabel VII.7. koordinat termodinamika yang akan
mempengaruhi nilai yang akan terukur.
Percobaan 4: Perbandingan pengukuran Pada percobaan kedua, terdapat perbedaan
sinyal AC menggunakan multimeter dan hasil antara teori dan eksperimen pada hasil
osiloskop pengukuran tegangan dan arus. Hal ini
disebabkan banyak hal seperti alat ukur yang
Pada percobaan ini, digunakan sumber arus AC memiliki hambatan dalam, kabel-kabel yang
dan akan diukur menggunakan osiloskop dan memiliki hambatan dalam, suhu ruangan yang
multimeter untuk dibandingkan hasilnya. tidak konstan yang merupakan salah satu faktor
Namun, sebelum osiloskop digunakan, tentu yang mempengaruhi nilai hambatan dan akan
akan dilakukan kalibrasi terlebih dahulu pada mempengaruhi arus serta tegangan terukur.
osiloskop. Lalu, data telah tercantum pada tabel Lalu, agar galatnya kecil, maka dibutuhkan
VII.8. resistor dengan rentang galat kecil, serta suhu
ruang yang stabil walaupun akan memakan
Percobaan 5: Rangkaian Thevenin biaya.
Percobaan ini dilakukan dengan menyusun Pada percobaan 3, terdapat perbedaan hasil
rangkaian seperti pada gambar III.2. pengukuran antara menggunakan osiloskop dan
multimeter sesuai tabel VII.7. Hal ini karena
osiloskop memiliki ketelitian yang berbeda
dengan multimeter. Selain itu, faktor kondisi
lab seperti suhu ruangan, atau hambatan dalam
pada alat, serta medan magnet induksi yang
dihasilkan arus mengalir akan mempengaruhi
hasil pengukuran. Lalu, untuk pengukuran
Gambar III.2 : Gambar rangkaian yang akan dicari lebih baik tergantung kebutuhan, jika
nilai tegangan dan hambatan Theveninnya. membutuhkan output berupa gelombang
dengan kata lain sinyalnya AC, maka osiloskop
lebih baik dalam hasil dan visualisasi.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
Sementara untuk sinyal DC, multimeter lebih
multimeter. Tegangan dan hambatan Thevenin
baik dalam menggambarkan hasil yang lebih
yang diukur merupakan hambatan dan
teliti.

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi 4


Pada percobaan 4 terdapat perbedaan frekuensi Lalu, akan difokuskan untuk menyederhanakan
terukur pada signal generator dan osiloskop, rangkaian untuk kedua kalinya pada Rth1, R4,
seperti pada tabel VII.8. Sekali lagi dan R5, untuk mendapatkan Rth2 dan Vth2.
penyebabnya banyak seperti hambatan dalam 𝑅4
pada alat, suhu ruangan, dan hal lainnya. 𝑉𝑡ℎ2 = 𝑉𝑡ℎ1 (𝐼𝑉. 3)
𝑅4 + 𝑅𝑡ℎ1
Pada percobaan 5, terdapat perbedaan tegangan 1 1 −1
Thevenin dan hambatan Thevenin. Hal ini 𝑅𝑡ℎ2 = 𝑅5 + ( + ) (𝐼𝑉. 2)
𝑅4 𝑅𝑡ℎ1
disebabkan karena adanya hambatan dalam
pada alat dan kabel, faktor lingkungan seperti
suhu dan kelembaban udara, dan masih banyak
faktor lainnya. Untuk menghitung tegangan
dan hambatan Thevenin, rangkaian perlu tiga
kali disederhanakan.

Gambar IV.3 : Gambar rangkaian setelah dua kali


disederhanakan.

Setelahnya, untuk mendapatkan Vth dan Rth,


Gambar IV.1 : Gambar rangkaian yang akan
maka dilakukan penyederhanaan terakhir.
disederhanakan.
𝑅6
Langkah pertama akan difokuskan pada 𝑉𝑡ℎ = 𝑉𝑡ℎ2 (𝐼𝑉. 5)
Vsumber, R1,R2, dan R3. Untuk mencari Vth1, 𝑅6 + 𝑅𝑡ℎ2
maka digunakan prinsip pembagi tegangan. 1 1 −1
𝑅𝑡ℎ = 𝑅7 + ( + ) (𝐼𝑉. 6)
𝑅2 𝑅6 𝑅𝑡ℎ2
𝑉𝑡ℎ1 = 𝑉𝑠𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 (𝐼𝑉. 1)
𝑅2 + 𝑅1
Lalu Rth1 akan menggunakan prinsip mencari
hambatan total biasa.
1 1
𝑅𝑡ℎ1 = 𝑅3 + ( + )−1 (𝐼𝑉. 2)
𝑅2 𝑅1
Setelah itu akan didapatkan rangkaian yang
lebih sederhana.
Gambar IV.4 : Gambar rangkaian final
Setelah semua angka pada data yang ada di
gambar III.2 dimasukkan, maka akan didapat
Rth = 2,635kiloohm dan Vth = 0,63439V.
Berbeda dengan hasil yang didapat dari
eksperimen yaitu, Rth = 2,492 kiloohm dan Vth
= 0,6532V.

V SIMPULAN
Gambar IV.2 : Gambar rangkaian setelah satu kali Kesimpulan dari praktikum ini adalah:
disederhanakan.
1. Hasil pengukuran resistansi, kapasitansi,
induktansi, dan tegangan dioda terdapat

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi 5


pada tabel VII.1, VII.2, VII.3, dan VII.4 sebesar 2,492 kiloohm. Sementara teori
di lampiran. mengatakan hambatan Thevenin adalah
2. Besar arus dan tegangan pada setiap 2,635kiloohm dan tegangan Thevenin
resistor yang disusun secara seri dan adalah 0,63439V.
paralel dapat dilihat pada tabel VII.5
dan VII.6 di bagian lampiran.
3. Perbandingan pengukuran sinyal DC VI REFERENSI
antara multimeter dan osiloskop dapat
dilihat di tabel VII.7 pada bagian [1] J. Walker, D. Halliday and R. Resnick, in
lampiran. Principles of Physics, New York, Wiley,
4. Perbandingan frekuensi sinyal terukur 2014.
pada signal generator dan osiloskop
dapat dilihat pada tabel VII.8. [2] A. Malvino, D. Bates and P. Hoppe, in
5. Perbandingan pengukuran sinyal AC Electronic Principles Ninth Edition, New
antara multimeter dan osiloskop dapat York, McGraw-Hill, 2021.
dilihat di tabel VII.8 pada bagian
lampiran.
6. Tegangan dan hambatan Thevenin
antara teori dan eksperimen terdapat [3] P. Horowitz and W. Hill, in The Art of
sedikit perbedaan. Hasil pengukuran Electronics Third Edition, New York,
menunjukkan tegangan Thevenin yang Cambridge University Press, 2015.
terukur adalah 0.6352 V dan hambatan

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi 6


VII LAMPIRAN

Lampiran Tabel
Tabel VII.1 : Tabel Nilai Resistansi Terukur dengan Multimeter dan Label
Nilai Terukur dengan Nilai pada Label
No.
Multimeter (Ω) Resistansi (Ω) Toleransi (%) Rentang (Ω)
R1 20050 20000 1 19800-20200
R2 9970 10000 5 9500-10500
R3 1954 2000 5 1900-2100
R4 981 1000 5 950-1050

Tabel VII.2 : Tabel Nilai Kapasitansi Terukur dengan Multimeter dan Label
Nilai Terukur dengan Nilai pada Label
No.
Multimeter (pF) Kapasitansi (pF) Toleransi (%) Rentang (pF)
1. 22,78 x 103 22 x 103 5 (20,9 – 23,1) x 103
2. 2,2 x 106 2,2 x 106 5 (2,09 – 2,34) x 106
3. 104,66 x 106 100 x 106 20 (80 – 120) x 106

Tabel VII.3 : Tabel Nilai Induktansi Terukur dengan Multimeter dan Label
Induktansi
No.
Multimeter (μH) Nilai pada label (μH)
1. 4,1 470±10%

Tabel VII.4 : Tabel Data Pengukuran Tegangan Dioda


Tegangan (V)
No.
Multimeter saat probe hitam di bagian anoda Saat probe hitam di bagian katoda
1. 0 0,61

Tabel VII.5 : Tabel Data Pengukuran Arus dan Tegangan pada Setiap Resistor yang Dirangkai Seri
Rangkaian Seri
V1(V) 1,217 V1(V) 1,497
V2(V) 0,605 V2(V) 0,743
V3(V) 0,119 V3(V) 0,145
V4(V) 0,0595 Eksperimen V4(V) 0,073
Teori
I1(mA) 0,06 I1(mA) 0,06
I2(mA) 0,06 I2(mA) 0,05
I3(mA) 0,06 I3(mA) 0,05
I4(mA) 0,06 I4(mA) 0,05

Tabel VII.6 : Tabel Data Pengukuran Arus dan Tegangan pada Setiap Resistor yang Dirangkai Paralel

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi 7


Rangkaian Paralel
V1(V) 5 V1(V) 4,95
V2(V) 5 V2(V) 4,95
V3(V) 5 V3(V) 4,96
V4(V) 5 Eksperimen V4(V) 4,96
Teori
I1(mA) 0,25 I1(mA) 0,25
I2(mA) 0,5 I2(mA) 0,48
I3(mA) 2,53 I3(mA) 2,53
I4(mA) 5,05 I4(mA) 5,02

Tabel VII.7 : Tabel Data Pengukuran Sinyal DC dengan Menggunakan Multimeter dan Osiloskop
Tegangan (V)
No. Volt/div
Multimeter Osiloskop
1. 1V 2,106 2
2. 1V 3,624 3,6
3. 1V 4,74 4,6

Tabel VII.8 : Tabel Data pengukuran sinyal AC menggunakan multimeter dan osiloskop.
Rangkaian Paralel
No. Volt/div Jumlah kotak Time/div Jumlah kotak Frekuensi (Hz) Tegangan (V)
1. 1V 4 2 ms 4 SG 100 MM 2,06
OS 125 OS 2
2. 1V 4 2 ms 2,6 SG 150 MM 2,059
OS 192 OS 2
3. 1V 6 2 ms 2,6 SG 150 MM 3,051
OS 192 OS 3
4. 1V 6 2 ms 2,4 SG 200 MM 3,049
OS 208 OS 3
Keterangan : SG = Signal Generator OS = Osiloskop MM = Multimeter

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi 8


Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi 9

Anda mungkin juga menyukai