Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap
orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan
fakta bahwa kurang gizi yan terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak
dapat pulih). Kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak dan
motorik kasar anak (Marimbi, 2017).
Status Gizi Anak dapat dinilai atau ditentukan dengan Standar Antropometri.
Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat
badan dan panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak. Standar
Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan panjang/tinggi badan
yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2020):
2. Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U
atau TB/U)
Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi
badan anak berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat mengidentifikasi anak-anak
yang pendek (stunted) atau sangat pendek (severely stunted), yang disebabkan
oleh gizi kurang dalam waktu lama atau sering sakit. Anak-anak yang tergolong
tinggi menurut umurnya juga dapat diidentifikasi. Anak-anak dengan tinggi
badan di atas normal (tinggi sekali) biasanya disebabkan oleh gangguan
endokrin, namun hal ini jarang terjadi di Indonesia.
Kapasitas lambung balita usia 6-23 bulan masih kecil yaitu 25-30 ml/kg
(sehingga belum dapat menampung makanan dalam jumlah besar. MP ASI yang
diberikan harus berupa makanan padat gizi sesuai dengan kebutuhan anak dengan
volume yang tidak terlalu besar. Berikut ini kebutuhan energi pada balita usia 6-59
bulan (Kemenkes RI, 2020):
a. Balita usia 6-8 bulan 600 kkal/hari dengan porsi ASI 60-70%, MP ASI 200
kkal dan kandungan lemak 30-45% dari kebutuhan energi.
b. Balita usia 9-11 bulan 800 kkal/hari dengan porsi ASI 60-70%, MP ASI 300
kkal dan kandungan lemak 30-45% dari kebutuhan energi.
c. Balita usia 12-23 bulan 1100 kkal/hari dengan porsi ASI 30-40%, MP ASI 550
kkal dan kandungan lemak 30-45% dari kebutuhan energi.
d. Balita usia 24-59 bulan kebutuhan energinya adalah 90 kkal/kg BB, porsi
lemak 30-35% dari kebutuhan energi dan sisanya dipenuhi dari protein dan
karbohidrat.
Pada usia 12 bulan, anak sudah dapat diberikan menu makanan seperti menu
keluarga, hal ini berhubungan dengan pertumbuhan gigi bayi pada usia ini. Meskipun
demikian perhatikan pula bumbu yang digunakan dalam menu makanan, hindari
menggunakan bumbu dengan bau yang tajam dan juga tekstur yang terlalu keras.
Ajaklah untuk makan bersama dengan keluarga di meja makan sehingga terbiasa
dengan pola makan keluarga, siapkan pula piring dan sendok dengan bahan khusus
bayi (Pritasari et al., 2017).
6-8 bulan Mulai dengan bubur 2-3x /hari, ASI Mulai dengan 2-3
halus, lembut, cukup tetap sering sdm/kali ditingkatkan
kental, dilanjutkan diberikan. bertahap sampai ½
bertahap menjadi lebih Tergantung nafsu mangkok (= 125 ml)
kasar makannya, dapat Lama makan maksimal
diberikan 1-2x 30 menit
selingan
Pemberian MP ASI pada bayi dan anak usia 6-23 bulan baik yang mendapatkan ASI
maupun yang tidak mendapatkan ASI adalah sebagai berikut (Supardi & dkk, 2023):
4-6 tahun (48-72 bulan) 1-3 piring nasi pengganti 3 kali sehari
2-3 potong lauk hewani
1-2 potong lauk nabati
1-1½ mangkuk sayur
2-3 potong buah-buahan
1-2 gelas susu