Anda di halaman 1dari 44

YAYASAN HYPATIA PAWANTEH

SMK NURUL FIRDAUS


Dusun Panoongan Desa Kertaraharja Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis
Email : smknurulfirdaus@yahoo.co.id. Kode Pos 46263

LEMBAR PENGESAHAN
KARYA INOVASI

Judul Karya Inovasi:


Modul Ajar Geografi Kelas X SEMESTER 1 (satu)

Bidang Studi
Geografi

Peneliti
Gilar Tia Juniawan, S.Pd

Karya Inovasi ini disahkan pada tanggal 04 Juni 2021 dan dinyatakan benar-benar merupakan
karya orisinil guru tersebut di atas sebagai bentuk kreativitas dan inovasi dalam dunia
pendidikan khususnya di SMK Nurul Firdaus.

Mengesahkan,
Kepala SMK Nurul Firdaus,

Gilar Tia Juniawan, S.Pd


NIP.
MODUL AJAR
KELAS X
SEMSETER 1

MATA PELAJARAN GEOGRAFI

Oleh,

GILAR TIA JUNIAWAN, S.Pd.

DINAS PENDIDIKAN
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
KAB. TASIKMALAYA
2021
BAB I
PENGETAHUAN DASAR DAN PENELITIAN GEOGRAFI

A. Pengertian Geografi
Usia geografi sudah sangat tua. Sebutan geografi pertama kali
dikemukakan oleh Erastostenes (276-196 SM) dalam buku hasil
karyanya yang berjudul Geographika.
Untuk memudahkan mendefinisikan geografi, maka para pakar
geografi mengadakan Seminar dan Lokakarya (Semiloka) yang
diadakan di Semarang pada tahun 1988 di IKIP Semarang. Dalam
Semiloka tersebut disepakati bahwa Geografi adalah ilmu yang
mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan
sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks
keruangan.

B. Objek Studi Geografi


Objek studi geografi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
objek material dan objek formal. Objek material berkaitan dengan
substansi materi yang dikaji, sedangkan objek formal berkaitan
dengan cara pandang dan cara berfikir terhadap suau fenomena.
Objek material studi geografi adalah fenomena geosfer,
sedangkan objek formalnya adalah cara pandang dan cara berfikir
(pendekatan) yang digunakan dalam memahami fenomena geosfer
tersebut.
Objek material utama studi geografi adalah fenomena geosfer
yang meliputi: litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer.

Geografi memiliki objek formal atau pendekatan yang secara


spesifik membedakannya dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan tersebut
adalah:
1. Pendekatan Keruangan (Spatial Approach).
2. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach)
3. Pendekatan Kewilayahan (Regional Approach)

C. Pendekatan Geografi
1. Pendekatan Keruangan (Spatial Approach)
Pendekatan keruangan adalah merupakan suatu metode analisis
yang menekankan analisisnya pada eksistensi ruang (space)
sebagai wadah untuk mengakomodasikan kegiatan manusia dalam
menjelaskan fenomena geosfer.
Pendekatan keruangan terdiri dari:
a. Analisis Pola (Spatial Pattern Analysis)
b. Analisis Struktur Keruangan (Spatial Structure Analysis)
c. Analisis Proses Keruangan (Spatial Process Analysis)
d. Analisis Interaksi Keruangan (Spatial Interaction Analysis)
e. Analisis Organisasi Dalam Sistem Keruangan (Spatial
Organization Analysis)
f. Analisis Asosiasi Keruangan (Spatial Association Analysis)
g. Analisis Tendensi atau Kecenderungan (Spatial
Tendency/Trend Analysis)
h. Analisis Pembandingan (Spatial Comparison Analysis)
i. Analisis Sinergisme Keruangan (Spatial Sinergism Analysis)

2. Pendekatan Kelingkungan (Ecologycal Approach)


Pendekatan ini dianalisis berdasarkan interkasi dan interelasi antara
manusia dengan lingkungannya.

Dalam geografi mempunyai 4 tema analisis utama, yaitu sebagai


berikut:
a. Tema analisis interaksi antara perilaku manusia -- lingkungan.
b. Tema analisis aktivitas manusia -- lingkungan.
c. Tema analisis keterkaitan antara kenampakan fisik alami –
elemen-elemen lingkungan.
d. Tema analisis keterkaitan antara fisikal buatan – lingkungan.

3. Pendekatan Kewilayahan (Regional Approach)


Pendekatan ini merupakan integrasi dari pendekatan keruangan dan
pendekatan ekologis. Pengunaan istilah regional kompleks
mengisyaratkan adanya adanya pemahaman yang mendalam
tentang properti yang ada di suatu wilayah yang bersangkutan dan
merupakan kesatuan regional.

D. Konsep Dasar Geografi


Konsep dasar geografi berdasarkan hasil Semiloka IGI ada 10, yaitu:
1. Konsep Lokasi
Konsep lokasi merupakan ciri khusus ilmu geografi sejak awal
pertumbuhannya. Dalam kajian geografi ada dua macam lokasi,
yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut menunjukkan
letak suatu tempat/wilayah dipermukaan bumi yang secara eksak
dapat dipastikan dan tidak berubah. Letak ini ditunjukkan oleh
letak lintang dan bujur (letak astronomis). Letak relatif merupakan
letak suatu tempat/wilayah dikaitkan dengan wilayah yang lain.

2. Konsep Jarak
Konsep jarak ini mempunyai arti penting bagi kehidupan sosial dan
ekonomi. Jarak berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya
pemenuhan kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan.

3. Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan memiliki arti penting peranannya dalam
perkembangan suatu wilayah. Keterjangkauan tidak selalu identik
dengan jarak. Konsep keterjangkauan (accessibility) tidak selalu
berkait dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi medan
atau ada tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat
dipakai.

4. Konsep Pola
Pola menggambarkan bentuk persebaran fenomena yang ada pada
ruang di permukaan bumi, baik yang bersifat alamiah maupun hasil
karya manusia. Fenomena yang berkaitan dengan fisik permukaan
bumi antara lain berupa pola aliran sungai, persebaran gunung api,
curah hujan, sedangkan yang terkait dengan hasil karya manusia
antara lain pola persebaran penduduk, penggunaan lahan, kawasan
industri.

5. Konsep Morfologi
Morfologi atau bentuk muka bumi memiliki peranan penting dalam
mewarnai fenomena geografi di suatu tempat. Morfologi di suatu
wilayah, antara lain akan berpengaruh terhadap pola persebaran
penduduk, aktivitas penduduk penduduk dalam pengelolaan lahan,
dan lain-lain. Penduduk yang tinggal di dataran rendah di
Indonesia sebagian besar memanfaatkan lahan untuk persawahan.
Hal ini sesuai dengan karakteristik wilayahnya, yaitu kesesuaian
iklim dan kemudahan untuk melakukan irigasi. Sementara
penduduk yang tinggal di daerah pegunungan akan mengelola
lahannya sebagai tanah tegalan yang menghasilkan palawija,
sayuran, maupun tanaman perkebunan.

6. Konsep Aglomerasi
Aglomerasi merupakan kecenderungan pengelompokan suatu
fenomena tertentu pada suatu wilayah. Hal ini didorong oleh
adanya faktor-faktor yang menguntungkan dari adanya
pengelompokan tersebut.

7. Konsep Nilai Kegunaan


Nilai kegunaan berkaitan dengan manfaat fenomena atau sumber
daya alam tertentu. Jenis sumber daya alam yang sama tidak selalu
memberikan manfaat yang sama bagi penduduknya.

8. Konsep Interaksi/Interdependensi
Tidak ada satu wilayah di permukaan bumi ini yang bisa
memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Itulah sebabnya maka
diperlukan interaksi bahkan interdependensi. Antara desa dan kota
selalu terjadi interaksi. Desa menghasilkan bahan pangan, kota
menghasilkan produk industri. Keduanya saling membutuhkan
bahkan ada saling ketergantungan.

9. Konsep Diferensisi Areal


Setiap wilayah memiki kharakteristik yang membedakannya
dengan wilayah yang lain. Karakteristik ini bisa berupa fisik, sosial
budaya, maupun karakteristik sebagai hasil interaksi antara unsur
alam dan manusia dalam suatu wilayah. Secara fisik, terdapat
perbedaan-perbedaan seperti jenis iklim, jenis tanah, jenis batuan,
keadaan hidrologi, potensi bahan tambang, atau sumberdaaya alam
yang lain. Adanya perbedaan sumberdaya alam yang dimiliki akan
menimbulkan perbedaan aktivitas penduduk dan jenis kebutuhan
hidup yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Inilah maka, adanya
diferensisi areal akan mendorong terjadinya interaksi antar
wilayah.
10.Konsep Keterkaitan Keruangan
Dalam suatu ruang tertentu terdapat keterkaitan antara satu
fenomena dengan fenomena yang lain. Keterkaitan tersebut bisa
berupa fenomena yang bersifat alami atau sosial budaya.
Keterkaitan antara fenomena alami, misalnya anatara ketinggian
suatu tempat, suhu, dan jenis tumbuhan yang ada di suatu wilayah
tertentu

E. Tema-tema Kajian Geografi


Menurut Yunus (2007) ada 8 tema utama dalam kajian geografi, yaitu:
1. Tema Verifikasi
Tema ini bertitik tolak dari dari keinginan untuk mengadakan
verifikasi terhadap suatu teori yang sudah diuji di tempat tertentu
apakah juga berlaku di tempat lain.

2. Tema Inquiri
Tema ini bertitik tolak dari adanya keingin tahuan terhadap gejala
yang dianggap istimewa atau mencolok.

3. Tema Eksplorasi
Tema ini bertujuan untuk mencari kemunkinan-kemungkinan
ditemukannya sesuatu yang diinginkan dan biasanya mempunyai
nilai pembangunan atau nilai ilmu pengetahuan yang besar.

4. Tema Evaluasi
Tema ini bertitik tolak dari keinginan untuk mengetahui efektivitas
dari suatu kebijakan tertentu, misalnya kebijakan pembangunan.

5. Tema Kesenjangan antara Harapan dan Kenyataan


Tema ini bertitik tolak dari suatu realitas bahwa kenyataan di
masyarakat sering terjadi bahwa kenyataan tidak selalu sesuai
dengan harapan.

6. Tema Solusi
Tema ini didasarkan pada suatu upaya untuk mencari pemecahan
atas suatu fenomena yang dianggap mengancam kesejahteraan
manusia dalam lingkup yang lebih luas maupun jiwa manusia baik
jangka pendek maupun jangka panjang.

7. Tema Inovasi
Tema ini didasarkan pada usaha untuk mencari bentuk baru dari
pemanfaatan teknologi.

8. Tema Rehabilitasi
Tema ini didasarkan pada upaya untuk memperbaiki kinerja suatu
hal agar memiliki kinerja yang lebih efektif dan efisien.

F. Prinsip Geografi
Prinsip merupakan dasar sebagai landasan untuk menjelaskan suatu
fenomena, berfungsi sebagai pedoman untuk memahami fenomena
tersebut. Terdapat 4 prinsip dalam geografi, yaitu:
1. Prinsip Penyebaran
Fenomena yang terdapat pada geosfer, baik terkait dengan unsur
fisik maupun manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran
fenomena tersebut tidak merata, masing-masih wilayah memiliki
karakteristik sendiri-sendiri.

2. Prinsip Interelasi
Fenomena yang terjadi di permukaan bumi, baik terkait dengan
unsur fisik maupun manusia terdapat keterkaitan antara satu
dengan yang lain. Tidak ada suatu fenomena di permukaan bumi
yang berdiri sendiri. Keterkaitan bisa antara unsur fisik satu dengan
unsur fisik yang lain, unsur fisik dengan manusia atau antara
manusia dengan manusia. Keterkaitan antara unsur fisik dengan
fisik yang lain, misalnyaterjadinya tanah longsor di suatu wilayah
yang disebabkan oleh tingkat kemiringan lereng yang curam,
terdapat lapisan tanah yang berada diatas batuan yang licin sebagai
bidang luncur, dan terjadinya curah hujan yang deras dengan durasi
waktu yang lama. Sementara itu terjadinya banjir di suatu wilayah
dapat terjadi bukan hanya karena curah hujan yang tinggi, tetapi
juga bisa disebabkan oleh ulah manusia yang menggunduli hutan
di wilayah hulu

3. Prinsip Deskripsi
Suatu fenomena dideskripsikan secara jelas melalui tulisan, tabel,
gambar, peta, grafik, dan lain-lain dengan penjelasan baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.

4. Prinsip Korologi
Prinsip Korologi merupakan gabungan atau perpaduan dari ketiga
prinsip di atas. Dalam prinsip ini gejala dan permasalahan geografi
dianalisis persebarannya, interaksi dan interelasinya dari berbagai
aspek yang mempengaruhinya.
Prinsip korologi merupakan prinsip geografi yang komprehensip,
karena memadukan prinsip-prinsip lainnya. Prinsip ini merupakan
ciri dari geografi modern.Prinsip korologi merupakan gabungan
atau keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan
deskripsi.
G. Penelitian Geografi
Langkah-langkah dalam penelitian geografi sama dengan penelitian
pada umumnya. Perbedaan antara penelitian geografi dengan
penelitian ilmu yang lain adalah terletak pada objek formalnya.

Langkah-langkah penelitian tersebut pada umumnya adalah sebagai


berikut (Suryabrata, 1989).
1. Identikasi, pemilihan, dan perumusan masalah.
2. Penelaahan kepustakaan (teori, konsep, dan hasil penelitian).
3. Penyusunan hipotesis.
4. Identifikasi, klasifikasi, dan pemberian definisi operasional
variabel-variabel.

5. Pemilihan, pengembangan alat pengambil data atau instrumen.


6. Penyusunan rancangan penelitian.
7. Penentuan sampel.
8. Pengumpulan data.
9. Pengolahan dan analisis data.
10. Interpretasi hasil analisis.
11. Penyusunan laporan

H. Identifikasi, Pemilihan, dan Perumusan Masalah


1. Masalah
Penelitian diawali keinginan untuk memecahkan suatu masalah.
Itulah sebabnya maka dalam usulan penelitian atau dalam laporan
hasil penelitian selalu didahului oleh pernyataan mengenai latar
belakang masalah. Masalah dapat diartikan sebagai kesenjangan
antara harapan dan kenyataan.

2. Perumusan Masalah
Menurut Sumadi (1989), tidak ada aturan umum mengenai cara
merumuskan masalah itu, namun dapat disarankan hal-hal berikut:
a. Masalah hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
b. Rumusan ini hendaklah padat dan jelas.
c. Menautkan hubungan antara dua atau lebih variabel.
d. Rumusan itu hendaklah memberikan petunjuk tentang
mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu

3. Penelaahan Kepustakaan
a. Menemukan konsep-konsep yang relevan dengan pokok
maslaah yang dibahas dalam penelitian.
b. Menggali teori-teori yang relevan dengan permasalahan
penelitian dan melakukan komparasi-komparasi.
c. Menelaah hasil-hasil penelitian yang lampau yang sangat erat
kaitannya dengan pokok-pokok masalah yang akan dibahas.
d. Menyusun suatu kerangkan yang akan digunakan sebagai
tumpuan semua kegiatan berikutnya.
e. Menyusun dugaan-dugaan (hipotesis) yang dapat memberikan
arah yang jelas bagi pengumpulan data dan analisisnya
(Sutrisno Hadi, 1991).

4. Penyusunan Hipotesis
Hipotesis dapat juga dipandang sebagai suatu kesimpulan yang
sifatnya sementara.

Kerangka isi laporan penelitian pada umumnya berisi hal sebagai berikut:
1) Judul
2) Nama Peneliti
3) Kata Pengantar
4) Abstrak
5) Daftar Isi
6) Daftar Tabel
7) Daftar Gambar24
8) Daftar Lampiran
9) Bab I Pendahuluan
10) Bab II Telaah Pustaka dan Kerangka Teoritis
11) Bab III Metode Penelitian
12) Bab IV Hasil penelitian dan Pembahasan
13) Simpulan dan saran
14) Daftar Pustaka
15) Lampiran-lampiran

BAB II
DINAMIKA PLANET BUMI

A. Sifat Fisik Bumi


1. Bentuk Bumi
Bumi merupakan bangun berbentuk spheroid dengan jari-jari di
wilayah kutub lebih pendek dari pada jari-jari di wilayah khatulistiwa.
Bentuk ini diakibatkan oleh rotasi bumi yang berputar pada sumbunya
yang menimbulkan gaya sentrifugal. Permukaan bumi menjadi agak datar
(flat) di daerah kutub dan lebih cembung di wilayah khatulistiwa
(equator).
Ukuran-ukuran bumi yang dikemukakan oleh Hayford adalah
sebagai berikut:
a) Jari- jari lingkaran equator (jari-jari bumi terpanjang) = 6.378,38 km.
b) Jari- jari lingkaran meridian (jari-jari bumi terpendek) = 6.356,96 km
c) Panjang rata- rata jari – jari bumi = 6.370 km
d) Elipsitas (kelonjongan) bumi = 1/2972
e) Keliling lingkaran equator = 40.075,30 km
f) Keliling lingkaran meridian = 40.008,19 km
g) Jarak 1˚ meridian di equator = 111,318 km
h) Jarak 1˚ paralel (lintang) di equator = 110,562 km
i) Jarak 1˚ paralel di kutub = 111,688 km

2. Gravitasi Bumi
Batasan gravitasi digunakan untuk sifat percepatan pada bumi yang
menghasilkan benda jatuh secara bebas. Tingkat percepatan tidak sama
untuk semua tempat di permukaan bumi. Di equator, percepatan karena
gravitasi sekitar 9,78 meter perdetik, sedangkan di daerah kutub 9,83
meter perdetik tiap detik. Perbedaan itu terjadi karena pada equator jarak
dari pusat bumi lebih besar dan adanya tenaga sentrifugal yang menantang
kekuatan gravitasi lebih besar di equator.
3. Berat Jenis Bumi
Bumi mempunyai berbagai macam batuan yang kepadatannya
berbeda-beda. Bumi mempunyai lapisan dalam (geosphere) sebagai
berikut:
a. Kerak bumi (lithosfer)
1) Lapisan bumi sampai kedalaman kurang lebih 70 km, berat jenisnya
berkisar antara 1,5 sampai dengan 3,3 dengan berat jenis rata-rata
2,7.
2) Kebanyakan batuan yang terdapat di lapisan atas bumi yaitu batuan
pasir, tanah liat, batuan kapur, batu granit, basalt dan lain-lain.
3) Lapisan di bawahnya yang terletak antara kedalam 70 km sampai
dengan 1200 km mempunyai berat jenis antara 3,4 sampai dengan
4.
4) Jenis batuannya banyak mengandung magnesium, silisium dan
oksigen.

b. Mantel Bumi
1) Terletak pada kedalam 1200 km
2) Berat jenisnya berkisar anatara 4 sampai 6.

c. Inti Bumi
1) Terletak di bawah kedalaman 2900 km
2) Berat jenisnya antara 6 sampai 12.

4. Sifat Magnetik Bumi


Kemagnetan bumi ditandai oleh dua hal yaitu deklinasi magnetis dan
inklinasi magnetis. Deklinasi magnetis merupakan sudut yang dibentuk
antara jarum magnetis dengan bujur geografik. Garis pada peta yang
menghubungkan titik dengan deklinasi sama disebut isogon. Deklinasi
dengan isogon nol disebut meredian magnetis. Garis-garis isogon akan
menuju ke satu titik titik utara atau titik selatan kutub magnet bumi.
Koordinat titik kutub utara magnet adalah N; W sedangkan titik
kutub selatan magnet adalah S;E.
Inklinasi magnetis adalah sudut yang dibentuk jarum magnet
terhadap horizon. Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat
yang mempunyai inklinasi magnetis sama disebut isoklin. Sudut inklinasi
makin besar kearah kutub dan mencapai maksimum di kutub-kutub
magnet dengan posisi jarum magnet tegak lurus terhadap horizon.

5. Tekanan Bumi
Tekanan di permukaan bumi ditentukan ukurannya satu atmosfer.
Tekanan ini semakin meningkat seiring kedalamannya. Pada kedalaman 1
km misalnya, tekanannya 4 sebesar adalah 275 atmosfer, pada kedalaman
70 km diperkirakan tekannya 18900 atmosfer, dan di pusat bumi
tekanannya diperkirakan 4.163.450 atmosfer.

6. Temperatur Bumi/Suhu Bumi


Temperatur yang dimiliki oleh bumi berasal dari dua sumber yaitu
matahari (external heat) dan dari dalam bumi itu sendiri (internal heat).
Temperatur bumi berganti setiap hari dan setiap musim.
Temperatur di permukaan bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
a. Insolasi (radiasi matahari)
b. Tinggi rendahnya permukaan bumi
c. Distribusi tanah dan air di permukaan bumi yang tidak merata

d. Tanah dan air mempunyai sifat menyerap dan menyimpan panas yang
berbeda

e. Tumbuh-tumbuhan yang ada di permukaan bumi


f. Arus laut dan arus udara
B. Gerakan Bumi
Bumi berputar pada porosnya, poros tempat berputarnya bumi adalah
kutub utara dan kutub selatan bumi. Perputaran bumi tersebut dinamakan
rotasi. Ketika berotasi, bumi bersama-sama planet yang lain juga mengitari
matahari yang disebut dengan revolusi.
1. Rotasi
Bumi berputar pada porosnya dari arah barat ke timur, sekali
putaran memerlukan waktu 23 jam 56 menit. Kecepatan rotasi tidak sama
di semua bagian bumi. Di khatulistiwa, kecepatan rotasi lebih tinggi
daripada kutub.
Berikut adalah akibat dari terjadinya rotasi:
a. Terdapat perbedaan waktu pada pada wilayah yang berbeda lokasi
merediannya. Setiap derajat meridian terdapat perbedaan waktu 4
menit, atau dengan kata lain, setiap perbedaan 15 derajat meridian
terdapat perbedaan waktu satu jam.
b. Terjadi pembelokan arah angin, yaitu di sebelah utara khatulistiwa
angin berbelok ke kanan dan di sebelah selatan ekuator angin berbelik
ke kiri. Pembelokan arah angin ini disebabkan rotasi di khatulistiwa
lebih cepat dibandingkan daerah manapun di permukaan bumi.
c. Terjadinya peredaran harian semu matahari, yaitu seolah-olah matahari
bergerak dari arah timur ke arah barat.

2. Revolusi
Revolusi bumi memakan waktu selama 365 hari 5 jam 48 menit dan 48
detik sekali putaran (berdasarkan tarikh matahari). Revolusi bumi
menimbulkan peredaran semu matahari, seolah-olah matahari mengalami
pergeseran dari utara khatulistiwa bergeser ke arah selatan khatulistiwa,
dan itu terjadi secara terus menerus. Pergeseran dalam satu siklus
memerlukan waktu satu tahun. Pergeseran tersebut terjadi akibat peredaran
semu matahari sepanjang ekliptika dalam setahun. Ekliptika adalah
lingkaran besar pada 6 bola langit yang letaknya berpotongan dengan
khatulistiwa langit yang membentuk sudut 23°39’. Siklus pergeseran
tersebut terjadi sebagai berikut.
a. Tanggal 21 Maret matahari tepat di atas khatulistiwa, akibatnya semua
tempat dipermukaan bumi mengalami panjang siang dan malam hari
sama, selanjutnya matahari bergeser ke arah utara.
b. Tanggal 21 Juni matahari tepat di atas garis balik utara, yaitu 23°30’
lintang utara (LU). Pada saat ini panjang hari di belahan bumi bagian
utara mengalami siang hari lebih panjang daripada malam hari. Sekitar
Juni dan Juli belahan bumi bagian utara mengalami musim panas,
sedangkan belahan selatan mengalami musim dingin. Selanjutnya
matahari akan bergeser ke arah selatan.
c. Pada tanggal 23 September matahari kembali beredar di khatulistiwa.
Keadaan yang timbul persis sama dengan tanggal 21 Maret. Dari
posisinya ini, matahari terus bergeser kearah selatan.
d. Pada tanggal 22 Desember posisi matahari berada di atas garis balik
selatan, yaitu 23°30’ lintang Selatan (LU). Sekitar bulan Desember dan
Januari, belahan bumi selatan mengalami musim panas, sedangkan
belahan utara mengalami musim dingin.

C. Litosfer dan Dinamikanya


Salah satu objek materiil geografi adalah litosfer. Idealnya, seseorang
yang mempelajari geografii harus pula memahami litosfer dan dinamikanya.
Keadaan litosfer di suatu wilayah menentukan sumberdaya alam yang
dimiliki yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap aktivitas
penduduknya. Berikut akan dijelaskan litosfer, baik susunannya, bahan
penyusunnya, maupun dinamikanya.
1. Litosfer
Litosfer merupakan lapisan yang paling atas dari tubuh bumi.
Secara keseluruhan, tubuh bumi terdiri dari tiga bagian utama, yaitu inti,
mantel dan litosfer.
Bagian pusat bumi diduga berupa padatan yang disebut inti dalam
(inner core) dengan Jari-jari diperkirakan 1215 km. Di sekeliling inti
dalam terdapat inti luar (outer core) diperkirakan merupakan bahan
dengan ketebalan 2270 km. Bagian inti bumi dikelilingi oleh selubung
(mantle) yang ketebalannya diperkirakan 2535 km.
Selubung terdiri dari dua bagian, yaitu selubung dalam dan
selubung bagian atas. Selubung bagian atas (upper mantle) disebut
asthenosphere yang terdiri dari substansi yang bersifat plastis. Di atas
asthenosphere terdapat litosfer yang merupakan lapisan paling atas dari
tubuh bumi.
Lapisan ini terdiri terdiri dari 3 bagian yaitu kerak benua
(continental crust), kerak samudera (oceanic crust) dan mantel bagian atas
(upper mantle).
Suees dan Wiechert mengadakan pembagian lapisan bumi seperti
berikut:
a. Kerak bumi (Earth’s crust : The Upper Sell), merupakan lapisan bumi
yang paling atas, mempunyai tebal 30 km sampai 40 km pada daratan,
dan pada pegunungan ketebalannya bisa mencapai 70 km. Berat jenis
rata-rata 2,7 yang terdiri dari unsurunsur dominan berupa oksigen,
silisium dan aluminium, sehingga dinamakan lapisan sial. Kerak bumi
dan selubung bumi bagian atas, disebut lithosfer.
b. Selubung bumi atau mantel, ketebalannya sampai kedalaman 1.200 km
dari permukaan bumi. Berat jenis laipsan ini antara 3,4 sampai 4.
Unsur-unsur yang dominan pada selubung bumi adalah oksigen,
silisium dan magnesium sehingga dinamakan sima.
c. Lapisan antara (intermediate shell) atau mantel umi atau chalkosfera
yang merupakan silikat oksida dan sulfida dengan ketebalan 1.700 km
d. Inti Bumi (The earth’s core) atau Barysfera.
Lapisan ini diperkirakan mencapai kedalaman 5.500 km, banyak
mengandung besi dan nikel sehingga disebut Nife, berat jenisnya
antara 6 samapi 12 dengan rata-rata 9,6. Ketebalan inti bumi
mempunyai jari-jari kurang lebih 3.500 km.

Kerak bumi terdiri dari beberapa bagian. Holmes melakukan pembagian


kerak bumi seperti berikut:
a. Bagian atas yang mempunyai tebal 15 km dengan berat jenis kurang
lebih 2,7 dan mempunyai tipe magma granit.
b. Bagian tengah yang mempunyai tebal 25 km dengan berat jenis 3,5
dan mempunyai tipe magma basalt.
c. Bagian bawah yang mempunyai tebal 20 km dengan berat jenis 3,5 dan
mempunyai tipe magma peridotit dan magma eklogit.

2. Mineral dan Batuan


a. Mineral
Mineral adalah persenyawaaan anorganik asli yang mempunyai
persenyawaan kimia tetap, terdapat dalam keadaan padat, setengah padat,
gas atau cair.
Berdasarkan komposisi kimianya, mineral dapat dibedakan sebagai
berikut.
1) Native elements: unsur mulia yang jarang ditemukan. Bukan
merupakan rockforming, misalnya grafit , Intan, sulfur, emas, dan
platinum
2) Sulfida: memiliki jumlah anggota mineral terbanyak setelah silikat, lbh
dari 250 anggota) tetapi massanya sedikit, sehingga tdk termasuk rock-
forming), misalnya: pyrite, chalcopyrite, galena, spalerite
3) Halida: mencakup sebagian besar dari mineral yg yg mengendap dari
larutan. Hanya beberapa yang merupakan rock-forming. Contoh: halit,
Sylfite, Fluorite.
4) Oksida dan Hidroksida: merupakan mineral-mineral yang memiliki arti
ekonomi penting seperti hematit, magnetit, cromit, manganit, dll.
5) Karbonat:yg termasuk ini adalah garam-garam asam karbon (carbonic
acid salt), sebagian diantaranya merupakan rock-forming. Mereka
bereaksi dengan HCl. Contoh: Calsite, aragonit, magnesit, dolomit,
siderit, malachite, azurite.
6) Sulfat: mieral dari kelompok ini mayoritas sebagai rock-forming.
Contoh gypshum dan anhydrite.
7) Fosfat: sebagian besar terdiri atas fosfat-fosfat, tetapi jarang
terdapatnya. Mineral yg banyak dijumpai dari kelompok ini adalah
apatite.
8) Silikat: 40% dari mineral yang ada termasuk ineral silikat, sebagai
pembentuk batuan terpenting, yang menempati lebih kurang 90% dari
lithosfer. Contoh: augite, hornblede, muscovite, biotite, serpentine.

Mineral merupakan penyusun batuan, terkait dengan hal ini, mineral


dapat dibedakan menjadi mineral utama, mineral sekunder dan aksesor.
a. Mineral utama
Mineral utama merupakan mineral yang penting dalam fungsinya
sebagai mineral pembentuk batuan yang mendominasi batuan di
permukaan bumi. Mineral tersebut adalah kuarsa kalsedon, feldspar,
ortoklas, plagioklas, nefelin, leusit, muskofit, biolit, ambifol, piroksin,
olivine, kalsit, granit.
b. Mineral sekunder
Mineral sekunder adalah mineral-mineral yang dibentuk kemudian
dari mineral primer (utama), misalnya oleh proses pelapukan.
Contohnya mineral khorit yang terbentuk dari mineral biotit karena
pelapukan. Jadi dapat di simpulkan bahwa mineral sekunder pasti
terdapat pada batuan yang telah lapuk, tetapi belum tentu batuan yang
telah lapuk terdapat mineral sekunder. Ada juga mineral sekunder
yang terdapat dalam batuan metamorfik.
c. Mineral aksesor
Mineral ini tidak terdapat dalam jumlah banyak tetapi hamper terdapat
pada semua batuan sebagai contoh magnetit, suatu oksida besi yang
terdapat dalam jumlah kecil – kecil pada batuan beku. Sirkon juga
merupan mineral aksesor yang terdapat pada batuan masam.

b. Batuan
Batuan dalam geologi dapat diartikan sebagai himpunan
mineral-mineral sejenis atau tidak sejenis yang satu dengan yang lain
terikat secara padat ataugembur yang mempunyai peran penting
sebagai penyusun kerak bumi.

1) Proses terjadinya batuan


Batuan dapat terjadi melalui proses-proses antara lain sebagai berikut:
a) Akibat proses kimia
b) Sebagai akibat proses-proses kimia-fisis
c) Sebagai akibat proses-proses biologi
d) Karena berubahnya batuan yang telah ada oleh pelbagai proses.

2). Klasifikasi batuan


Berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dikelompokkan menjadi
3 macam:
a) Batuan Beku
Batuan beku terbentuk dari pembekuan magma yang berupa
substansi cair pijar yang terjadi baik dalam tekanan tinggi maupun
dalam tekanan atmosfer (udara).
Berdasarkan tempat terjadinya, magma dapat dibedakan menjadi 3
jenis, yaitu:
- Batuan beku dalam.
- Batuan beku luar
- Batuan beku gang
b) Batuan Sedimen (Endapan)
Batuan sedimen ialah batuan yang terbentuk dari endapan hasil
dari proses pelarutan atau pengikisan batuan yang sudah ada
sebelumnya, baik berasal dari batuan beku, batuan metamorf, atau
batuan sedimen. Batuan sedimen merupakan hasil pengendapan
yang berasal dari tempat lain dan diangkat oleh gaya geologi
berupa air, angin, es dan salju maupun tumpukan batuan yang
dibentuk oleh aktivitas makhluk hidup.

Klasifikasi batuan sedimen berdasarkan kategorinya dibagi sebagai


berikut:
1) Berdasarkan cara terbentuknya
- Batuan Sedimen Kimia
Batuan yang terbentuk melalui pengendapan unsur-unsur yang ada
pada larutan-larutan.
- Batuan Sedimen Organik
Batuan sedimen organik terbentuk sebagai hasil endapan secara
langsung dari larutan-larutan dengan pertolongan jasad-jasad hidup
baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Sedimen organik dibentuk
karena proses-proses biokimia dan biomekanik
- Batuan Sedimen Mekanik
Batuan sedimen mekanik terdiri dari fragmen-fragmen atau
bagian batuan.

2) Berdasarkan media pembentuknya:


- Sedimen akuatis dibentuk oleh air
- Sedimen aeris/aeolis dibentuk oleh media udara
- Sedimen glasial dibentuk oleh media es atau salju
- Sedimen marine dibentuk oleh media air laut
3) Berdasarkan tempat terbentuknya
- Sedimen teristris terbentuk di darat
- Sedimen fluvial terbentuk di sungai
- Sedimen limnis terbentuk di rawa/danau
- Sedimen marin terbentuk di laut
- Sedimen glasial terbentuk di daerah es atau salju

4) Berdasarkan ukuran butiran


- Bouler >256 mm
- Gravel 2 – 256 mm
- Very coarse sand 1 – 2 mm
- Coarse sand 0,5 – 1 mm
- Mediumsand 0,25 – 0,5 mm
- Fine sand 0,125 – 0, 25 mm
- Very fine sand 0,0625 – 0,125 mm
- Silt 0,002 – 0,0625 mm
- Clay 0,0005 – 0,002 mm
- Dissolved <0,0005 mm18

5) Berdasarkan ketebalan lapisan


>100 Sangat tebal
30 – 100 Tebal
10 – 30 Menengah
3 – 10 Tipis
1 – 3 Sangat tipis
0,3 – 1 Laminasi tebal
< 0,3 Laminasi tipis
c) Batuan Metamorf
Secara umum batuan metamorf berkembang dari batuan yang
mengalami tiga macam proses yaitu panas, tekanan dan aktivitas zat-
zat kimia baik bekerja secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-
sama.
Berdasarkan 3 macam prosesnya, metamorphosis dapat
dibedakan menjadi metamorphosis thermal (sentuh), metamorfosis
dinamo, dan metamorphosis regional.

D. Dinamika Litosfer
1. Teori pembentukan relief permukaan bumi
Permukaan bumi memiliki relief yang bervariasi, yaitu ada yang berupa
dataran, lembah, pegunungan, dan gunung api. Ada beberapa teori yang
menjelaskan terjadinya pembentukan relief di permukaan bumi, antara
lain sebagai berikut:
a. Teori Kontraksi
Teori ini dikemukakan oleh James Dana dan Elie De Beaumont dan
merupakan teori tertua (1820) yang berusaha menjelaskan terjadinya
relief di permukaan bumi. Mereka menyatakan bahwa tubuh bumi
telah lama mengalami pendinginan di permukaannya, namun di
bagian dalam masih merupakan substansi cair pijar.

b. Teori Laurasia-Gondwana
Teori ini dikemukakan oleh Eduard Zuess dan Frank B. Taylor yang
menyatakan bahwa pada awalnya di bumi ada dua benua, yaitu
Laurasia dan Gondwana yang masing-masing terletak di kedua kutub
bumi. Kedua benua kemudian bergerak secara lambat menuju kearah
Ekuator dan kemudian terbentuklah benua-benua di permukaan bumi
seperti saat ini. Benua gondwana meliputi Amerika Selatan, Afrika,
Australia dan anak benua India, sedangkan Eropa, Asia, dan Amerika
Utara termasuk benua Laurasia.

c. Teori Pergeseran Benua (Continental Drift Theory)


Dikemukakan oleh Alfred Wegener yang menyatakan bahwa pada
awalnya di bumi terdapat satu benua yang disebut Pangea.

d. Teori konveksi
Teori ini mengemukakan bahwa di bawah lapisan kerak bumi, yaitu
pada lapisan astenosfer terdapat arus yang memutar (arus konveksi).

e. Teori Lempeng Tektonik


Teori ini dikemukakan oleh Mc Kenzie dan Robert Parker yang
merupakan penyempurnaan dari teori-teori sebelumnya (Teori
Pergeseran Benua, Teori konveksi, dan Teori Pemekaran dasar
samudera). Teori yang menjelaskan bahwakerak bumi mengapung di
atas lapisan astenosfer.

2. Tenaga Endogen
Endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam perut bumi yang bersifat
membangun (konstruktif).
Contoh dari gejala endogen berupa:
a. Tektonisme
Tektonisme dapat diartikan sebagai peristiwa pergerakan
lempengan penyusun kulit bumi. Contoh gejala tektonisme ialah
adanya lipatan dan patahan.
Lipatan yang berupa puncak disebut antilin, sedangkan lipatan
yang berupa lembah disebut sinklin.
Patahan yang mengalami pengangkatan disebut horst, sedangkan
patahan yang mengalami penurunan disebut graben/slenk.
b. Vulkanisme
Vulkanisme adalah peristiwa alam yang berkaitan dengan
aktivitas magma atau kegunungapian.
c. Seisme
Seisme adalah peristiwa alam yang berhubungan dengan
aktivitas pergerakan kulit bumi yang menyebabkan gempa.

3. Tenaga Eksogen
Eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi yang bersifat merusak
(destruktif).
Contoh dari fenomena eksogen, yaitu:
a. Pelapukan
Pelapukan adalah proses penghancuran massa batuan oleh
tenaga luar. Pelapukan ada 3 jenis, yaitu: Pelapukan Mekanik,
Pelapukan Organik, dan Pelapukan Kimiawi
b. Erosi
Erosi adalah peristiwa pengikisan tanah oleh tenaga
pengangkutnya.
c. Pengendapan (Sedimentasi)
Sedimentasi adalah peristiwa mengendapnya material hasil
erosi akibat tenaga pengangkutnya berkurang.
d. Masswasting
Masswating adalah longsoran tanah yang disebabkan
kemiringan lereng dan pengaruh gravitasi bumi.
e. Ekstraterestrial
Ekstraterestrial adalah bentukan di permukaan bumi yang
merupakan hasil jatuhnya benda-benda langit dari luar angkasa.
f. Aktivitas Geologi oleh tenaga manusia
Manusia dengan segala macam kemampuan akalnya dan
ditunjang dengan teknologi mampu mengubah kondisi alam sesuai
dengan kehendaknya.
E. Mitigasi Bencana
Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, bencana didefinsikan sebagai
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan faktor alam
maupun faktor manusia yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis.
UU Nomor 24 Tahun 2007 mengelompokkan bencana menjadi:
bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
Beberapa istilah yang terkait dengan kebencanaan:
1. Ancaman (Hazard)
2. Kerentanan (Vulnerability)
3. Kemampuan (Capacity)
4. Risiko (Risk)
5. Pencegahan (Prevention)
6. Mitigasi (Mitigation)
7. Mitigasi fisik (Structure mitigation)
8. Mitigasi nonfisik (Nonstructure mitigation)
9. Kesiapsiagaan (Preparedness)
10. Peringatan dini (Early warning)
11. Tanggap darurat (Emergency response)
12. Bantuan darurat (Relief)
13. Pemulihan (Recovery)
14. Rehabilitasi (Rehabilitaion)
15. Rekonstruksi (Reconstruction)
16. Penanggulangan bencana (Disaster management)
17. Status keadaan gawat darurat
18. Pengungsi
19. Korban bencana
20. Prosedur Tetap
21. Pengurangan resiko bencana (Disaster Risk Reduction)
Kegiatan mitigasi meliputi:
1. Pra bencana, meliputi (prevention, kesiapsiagaan dini, dan mitigasi)
2. Kegiatan saat terjadi bencana, meliputi (tanggap darurat dan bantuan
darurat)
3. Kegiatan pasca bencana, meliputi (recovery, rehabilitation,
reconstruction)
BAB III
HIDROSFER

Hidrosfer adalah lapisan bumi yang berisi air, baik air darat yang sifatnya
tawar maupun air laut yang sifatnya asin. Dari seluruh air yang ada di permukaan
bumi sebagian besar diisi oleh air laut 97,22%, sedangkan air tawar sebanyak
2,78%.
Air laut yang jumlahnya 97,22% ada di samudera sebagian besar berada di
Samudera Pasifik 50%, sisanya tersebar di Samudera Atlantik 26%, Samudera
Hindia 20%, dan Samudera Arktik 4%.
Air tawar yang berjumlah 2,78% sebagian besar terdapat di permukaan
bumi 77,78% dan sisanya 22,12% merupakan air tanah. Air tanah yang ada di
permukaan bumi sebagian besar berwujud es/salju 99,35% dan sisanya terdiri dari
air tawar yang sebagian besar terdapat di danau, dan sisanya merupakan uap air
yang ada di atmosfer dan aliran sungai.
Keberadaan air tidak selalu tetap, namun volumenya secara keseluruhan di
bumi tidak berubah. Volume air stabil dikarenakan adanya siklus hidrologi.
Siklus hidrologi adalah perputaran air yang takkan pernah berhenti dari
atmosfer menuju bumi melalui proses presipitasi dan infiltrasi, dan dari bumi
kembali lagi menuju atmosfer melalui proses evaporasi dan transpirasi. Siklus
hidrologi terjadi melalui serangkaian proses evapotranspirasi, kondensasi,
presiptasi, run off, perkolasi, dan infliltrasi.
Siklus air terbagi 3 jenis:
1. Siklus pendek (Laut – Evapotranspirasi – Kondensasi – Presipitasi –
Laut)
2. Siklus sedang (Laut – Evapotranspirasi – Kondensasi – Pedataran -
Presipitasi – Infiltrasi – Laut)
3. Siklus panjang (Laut – Evapotranspirasi – Kondensasi – Pegunungan -
Presipitasi – Run off – Infiltrasi – Sungai – Laut)
A. Samudera dan Laut
Sebagian besar permukaan bumi terdiri dari laut. Luas laut seluruhnya
362 juta km2, sedangkan luas daratan 149 juta km2. Keadaan ini menyebabkan
karakteristik iklim benua. Dasar laut yang terdalam terdapat pada Palung
Mindanau dengan kedalaman 10,170 km.
Salinitas atau kadar laut di tiap laut berbeda. Perbedaan tersebut
diakibatkan oleh faktor penguapan dan curah hujan.
Berdasarkan reliefnya, laut dibagi menjadi dua yaitu: Continental
Margin dan Ocean Basin.
1. Continental Margin
Dasar laut yang berbatasan dengan benua. Dapat dibedakan menjadi 3
bagian, yaitu:
a. Continental shelf
- Dasar laut yang berbatasan langsung dengan benua
- Kemiringan lerengnya landai 10
- Kedalamannya mencapai 130 meter
b. Continental slope
- Dasar laut yang terletak di bawah continental shelf
- Kemiringan lerengnya berkisar 2-50
- Kedalamannya berkisar 1400 – 3000 meter
- Terdapat jurang-jurang
c. Continental rise
- Bagian dasar laut yang lebih dalam daripada continental slope
- Bagian terbesar dari dasar laut
- Munculnya perbukitan yang dikenal dengan nama abysal hill
2. Ocean Basin
Dasar laut yang relatif lebih bervariatif, meliputi:
a. Abysal plain
- Dasar laut yang paling rata
- Dataran terbesar di dasar laut
- Munculnya perbukitan
b. Trench/trough
- Dasar laut yang sangat dalam, panjang, dan sempit
- Terdapat pegunungan yang bersifat vulkanik
c. Sub marine ridge
- Pegunungan yang muncul dari dasar laut yang dalam
d. Seamount
- Gunungapi yang muncul dasar di bawah laut dengan puncak yang
berada di permukaan air laut

Berdasarkan kedalamannya, dasar laut dibedakan sebagi berikut:


1. Zone litoral
- Terletak di pantai
- Terletak pada zona pasang surut air laut
2. Zone neritik
- Dasar laut sejak dari pantai sampai kedalaman 200 meter
- Banyak ditemukan ikan dan organisme
3. Zone bathyal
- Dasar laut dengan kedalaman 200 – 1800 meter
4. Zone abysal
- Dasar laut dengan kedalaman lebih dari 1800 meter

B. Sungai
Air sungai berasal dari presipitasi dari atmosfer yang jatuh dan
mengalir membentuk saluran-saluran air.
Berdasarkan sumbernya, sungai dibedakan menjadi:
1. Sungai yang airnya dari pencairan es/salju
2. Sungai yang berasal dari hujan
3. Sungai yang berasal dari salju dan hujan
Jenis aliran sungai:
1. Dendritik, aliran sungai seperti cabang pohon
2. Rectangular, pertemuan aliran yang membentuk tegak lurus
3. Paralel, anak sungai utama hampir dan saling sejajar bermuara pada sungai
dan langsung ke laut
4. Trellis, percabangan anak sungai hampir sejajar, berkembang sinklin dan
antiklin
5. Radial sentrifugal, aliran yang mengalir ke segala arah
6. Radial centripetal, aliran yang mengalir memusat
7. Annular, sungai utama melingkar, anak sungai membentuk tegak lurus
8. Pinnate, anak sungai yang membentuk sudut lancip dengan induknya
9. Memusat, percabangan sungai yang tidak bermuara pada sungai utama,
melainkan hilang ke bawah permukaan

Sungai berdasarkan debitnya:


1. Sungai permanen
Sungai yang alirannya relatif tetap sepanjang tahun
2. Sungai periodik
Sungai yang ketersediaan airnya sedang saat musim hujan, dan saat
kemarau airnya kecil
3. Sungai episodik
Sungai yang ketersediaan airnya banyak saat musim hujan, dan saat
kemarau airnya kecil

C. Danau
Suatu genangan air pada ledokan/cekungan besar di permukaan bumi
yang tidak ada hubungan langsung dengan laut.
Berdasarkan pembentukannya, danau dibagi menjadi 3:
1. Danau tektonik, terbentuk karena adanya aktivtas gerak lempeng
2. Danau vulkanik, terbentuk karena adanya aktivitas magma
3. Danau tektonovulkanik, terbentuk karena aktivitas lempeng dan magma
D. Air Tanah

Air yang terdapat di dalam batuan dinamakan air bawah tanah atau
underground water. Pada rongga batuan air dapat membentuk suatu aliran.
Permeabilitas dari suatu batuan adalah kemampuan batuan untuk
menahan air. Dalam hal ini batuan dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Batuan permeable, batuan yang memiliki kemampuan baik dalam
menyerap air, misalnya: batuan sedimen, gravel, pasir, dll.
2. Batuan semi permeable, batuan yang memiliki kemampuan sedang
dalam menyerap air, misalnya: loss, peat, dan argillaceous sand.
3. Batuan impermeable, batuan yang memiliki daya serap kecil atau
bahkan resisten terhadap air, misalnya: batuan kristalin tanpa belah,
lempung, dll.
A. MATERI YANG SULIT DIPAHAMI
1. Cara menganalisis dan menerapkan konsep, pendekatan, dan prinsip
geografi masih saja sering tertukar dan salah menganalisa
2. Menghafal istilah-istilah geografi yang berkaitan dengan struktur proses
pembentukan bumi
3. Memahami metode penelitian khususnya pada bagian Bab II tentang
tinjauan pustaka dan landasan teoretik
4. Penggunaan analisis data yang tepat melalui statistik
5. Menganalisa teori sejarah pembentukan bumi
6. Membayangkan proses terjadinya bumi dan perkembangannya
7. Membedakan karakteristik zaman/era perkembangan bumi
8. Praktek atau simulasi mitigasi bencana karena keterbatasan nara sumber
dan anggaran pelatihan

B. MATERI ESENSIAL YANG TIDAK ADA DALAM SUMBER


BELAJAR
1. Manfaat geografi dalam berbagai bidang kehidupan
2. Teori pembentukan jagat raya
3. Galaksi
4. Tips mitigasi masing-masing jenis bencana alam

C. MATERI YANG TIDAK ESENSIAL NAMUN ADA DALAM SUMBER


BELAJAR
1. Penejelasan sistematika laporan ilmiah geogafi secara detail
2. Berat jenis bumi
3. Sifat magnetik bumi
4. Peta persebaran kerawanan bencana di dunia
D. JAWABAN LATIHAN SOAL URAIAN

BAB 1 :
PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI DAN METODE PENELITIAN
GEOGRAFI

1. Hubungan fenomena kemacetan di Kota Surabaya yang berkedudukan sebagai


pusat kegiatan seperti pemerintahan, perdagangan, jasa, dan pendidikan
termasuk dalam kajian geografi termasuk pada Pendekatan Keruangan. Hal ini
disebabkan pendekatan keruangan terdapat unsur: Pendekatan Topik,
Pendekatan Aktivitas Manusia, dan Pendekatan Regional, yang penjabarannya
sebagai berikut:

 Pendekatan Topik
Pendekatan ini difokuskan pada perhatian utama suatu fenomena. Dalam
hal ini Kota Surabaya sebagai pusat kegiatan memunculkan permasalahan
kemacetan. Jika dikaji secara mendalam terjadi kaitan antara fungsi kota
dengan ramainya arus lalu lintas karena terdapatnya interaksi yang kuat
manusia dalam melakukan aktivitasnya

Faktor keruangan lainnya juga Kota Surabaya yang secara topografi


merupakan daerah dataran rendah yang landai hampir rata permukaan
lahannya menyebabkan lancarnya berbagai akses untuk beraktivitas
sehingga Surabaya layak menjadi pusat bisnis dan pemerintahan serta pusat
pendidikan.

 Pendekatan Aktivitas Manusia


Mudahnya akses transportasi dan komunikasi serta sarana dan prasarana
menyebabkan Surabaya menjadi kota yang sangat ramai dan layak jadi
pusat pertumbuhan dan perkembangan pembangunan. Penduduk di sana
sangat variatif dalam melakukan aktivitas kesehariannya tentunya sesuai
dengan kelompok usia, jenis kelamin, maupun mata pencahariannya.

 Pendekatan Regional
Surabaya yang merupakan ibukota Propinsi Jawa Timur secara
kewilayahan berada di zona pantai yang landai dan aman serta mendukung
untuk berbagai jenis pusat kegiatan masyarakat. Dengan kekhasan keadaan
udara yang memilki derajat suhu yang tinggi kisaran 350C Surabaya
mampu menjadi salah satu sentra pembangunan di Indonesia. Di dukung
pula dengan memiliki bandara dan pelabuhan yang besar untuk
memudahkan orang dalam beraktivitas social secara dinamis

2. Pada musim hujan beberapa wilayah di Indonesia mengalami bencana banjir.


Hal ini paling tepat menggunakan Prinsip Distribusi/Penyebaran. Wilayah di
Indonesia tidak merata penyebaran daerah rawan banjir dikarenakan adanya
pertimbangan aspek fisik dan aspek sosial.

Dari segi fisik, faktor penyebab banjir adalah terjadinya intensitas presipitasi
yang tinggi, topografi curam, kian menyusutnya volume vegetasi atau hutan
lindung beralih fungsi menjadi lahan perumahan/industry/bisnis, sehingga
volume air yang besar tidak tertampung lagi di tempat tertentu. Bentuk muka
bumi seperti cekungan membuat fisik buminya terancam kesulitan membuang
air, maka akan terjadi banjir

Dari segi sosial, banjir ini dipicu oleh sikap dan perilaku manusianya yang
tidak peduli pada lingkungan semisal membuang sampah sembarangan, illegal
logging, tidak terkendalinya efek gas rumah kaca khsusunya dalam aspek
polusi kendaraan bermotor yang menyebabkan peristiwa global warming.
Global warming inilah yang bisa menyebabkan anomaly cuaca atau bahkan
pemicu cuaca ekstrim.

3. Sistematika Metode Ilmiah Geografi:


 Judul Penelitian
Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Bencana Banjir di Sidoarjo Jawa
Timur

 Masalah Penelitian
1. Apa motivasi perubahan lahan pesawahan menjadi kawasan
pemukiman dan industri di Sidoarjo?
2. Bagaimanakah pengaruh konservasi lahan terhadap timbulnya
bencana banjir di Sidoarjo

 Variabel Penelitian

Penelitian ini terdapat variable pengikat (X) dan terikat (Y)


Yang menjadi Variabel X = Konversi Lahan
Yang menjadi Variabel Y = Bencana banjir
X Y

Konversi Lahan Bencana Banjir

 Jenis Data
Berdasarkan sifatnya data yang diambil merupakan data kuantitatif,
yang berdasarkan sumber datanya berupa data primer dan data sekunder

Data primer kami mengambil data dari respondennya langsung,


sementara data sekunder diambil dari berbagai jenis sumber informasi
semisal menggali dari buku referensi yang akurat serta dari bantuan
internet.

 Teknik Pengumpulan Data


- Observasi
Peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian di Sidoarjo

- Wawancara
Peneliti mewawancara beberapa tokoh masyarakat, aparat
pemerintahan, dan para pakar lingkungan yang kesemuanya
mewakili dari responden/sampel.

- Angket
Peneliti menyiapkan blangko isian yang berkaitan dengan
pengungkapan informasi dari penelitian tersebut berupa lembaran
pertanyaan yang akan diisi oleh sampel.

- Dokumentasi
Peneliti mendapatkan data dari pihak yang berwenang, misalnya
berupa foto, video, kliping, artikel, nota perjanjian, dsb sebagai bukti
untuk didokumentasikan

- Referensi
Peneliti melakukan studi literatur

 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan analisis
statistik.
BAB II
SEJARAH PEMBENTUKAN BUMI DAN PERKEMBANGANNYA,
LITOSFER, DAN MITIGASI

1. Tiga lempeng tektonik besar yang bertemu di wilayah Indonesia, yaitu:


Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik.

 Dampak positif pertemuan tiga lempeng tersebut:


- Merupakan zona kaya barang tambang dan mineral
- Merupakan zona kaya akan zat hara bagi tumbuhan dari hasil aktivitas
vulkanik
- Terbentuknya tanah muda sebagai zona subur
- Memudahkan mendapatkan bahan galian
- Banyak menjadi tempat wisata alam geologi
- Banyaknya tersimpan potensial sumberdaya energi alternatif

 Dampak negatif pertemuan tiga lempeng tersebut:


- Sering menyebabkan terjadinya gempa bumi yang menyebabkan kerusakan
di muka bumi
- Sering menyebabkan terjadinya aktivitas gunungapi/vulkanisme yang
mengancam ekosistem
- Ancaman bahaya tanah longsor/land slide
- Ancaman terjadinya tsunami sewaktu-waktu dampak dari gempa besar
yang terjadi di dasar lautan yang hiposentrumnya dangkal

2. Wilayah Banda Aceh, Padang, dan Pangandaran memiliki kerawanan


terjadinya tsunami karena wilayah tersebut memiliki karakter lautan luas dan
laut lepas tepatnya di Samudera Hindia. Di samudera tersebut merupakan
tempat bagi bertemunya 3 lempeng aktif dunia, yaitu: Lempeng Eurasia,
Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik.

Aktifnya aktivitas ketiga lempeng tersebut terkadang menyebabkan gempa


yang sangat besar terjadi di dasar samudera yang hiposentrumnya dangkal dan
terjadi patahan sehingga air laut akan tiba-tiba surut untuk mengisi hancuran
ruangan akibat patahan tersebut dengan gelombang balik yang sangat dahsyat
besar meninggi ke arah pantai. Hal ini menyebabkan tsunami yang bisa
menghancurkan seluruh benda dan ekosistem yang berada di dekat pantai.
3. Alasan mengapa bagian utara Jawa dan bagian timur Kalimantan memiliki
potensi kaya bahan tambang dikarenakan secara geologis Jawa Utara berupa
dataran rendah yang terhampar luas dan bertopografi landai sehingga
organisme di laut pun khususnya plankton sebagai sumber nutrisi
pembentukan bahan tambang. Di samping itu posisi Indonesia sebagai Ring of
Fire menyebabkan tingginya aktivitas gunungapi menyebabkan persebaran
tambang di setiap wilayah berbeda.

4. Lapisan konsentris bumi terdiri dari:

 Kulit bumi (Crust), karakternya:


- Merupakan lapisan bumi paling atas yang disebut litosfer
- Senyawa utamanya SiO2
- Ketebalan mencapai 1.200 Km
- Berat jenisnya rata-rata mencapai 2,8 gr/cm3
- Terdiri dari dua lapisan: SiAl (Kerak Samudera) dan SiMa (Kerak Benua)

 Selaput bumi (Mantle), karakternya:


- Lapisan berada di posisi tengah antara kulit bumi dengan inti bumi
- Disebut astenosfer
- Ketebalannya 1.700 km
- Merupakan cairan yang bersuhu tinggi
 Inti bumi (Core), karakternya:
- Lapisan bumi yang terletak paling dalam
- Nama lainnya adalah barisfer
- Terdiri dari bahan padat berupa nikel dan besi
- Jari-jarinya mencapai kisaran 3.470 km

Lapisan yang memiliki pengaruh paling besar terhadap perubahan geologis


adalah Lapisan Kulit Bumi atau Litosfer karena semua terjadi gejala alam
terletak pada lapisan ini dikarenakan berpijaknya daratan/benua dan
lautan/samudera yang didalamnya terdapat aktivitas tektonisme,
vulkansime, maupun seisme. Hal ini dipengaruhi selain oleh aktifnya gerak
lempeng, juga akibat pengaruh senyawa penyusun benua dan samudera
berbeda massa jenis maupun ketebalannya. Juga pengaruh pemanasan yang
tiada henti dari dalam bumi menyebabkan lapisan atas ini terus bergerak.

5. Mitigasi menghadapi aktivitas vulkanisme di Indonesia:


 Tahap pra kejadian
- Sosialisasi kegunungapian ke masyarakat
- Membuat zonasi daerah rawan dampak vulkanisme
- Membuat jalur evakuasi
- Membuat shelter/tempat pengungsian
- Pengamatan terus dari statsiun vulkanologi

 Tahap saat kejadian


- Segera tinggalkan daerah asal yang rawan terkena dampak vulkanik sesuai
arahan tim penyelamat, BPBD, dan Satkorlak ke tempat evakuasi yang
lebih aman
- Menghindari jalur atau arus aliran lahar
- Menggunakan jaket dan pakaian tahan panas, pelindung kepala, kacamata,
masker
- Berusaha tidak panik tetap tenang
 Tahap pasca kejadian:
- Cek kelengkapan anggota keluarga
- Data atau inventarisasi barang yang dimiliki
- Pantau situasi situasi status gunungapi
- Jangan dulu ke rumah sebelum situasi dinyatakan oleh badan yang
berwenang
- Lakukan terapi fisik maupun kejiwaan
- Berikan pelatihan wirausaha agar bisa survive melanjutkan kehidupannya
6. Cara mengantisipasi banjir di beberapa wilayah bagian kota besar Indonesia
diantaranya melalui:
- Sosialisasi awal kepada masyarakat tentang fenomena banjir, penyebab,
dampak yang ditimbulkan, serta upaya mitigasi banjir
- Menumbuhkembangkan sikap masyarakat untuk peduli lingkungan
- Membiasakan diri membuang sampah ditempatnya
- Menerapkan pola manajemen pengelolaan sampah lewat 4 R: Reuse,
Reduce, Replacement, Recycle
- Melalukan AMDAL terlebih dahulu atas segala perencanaan pembangunan
atau pengadaan proyek
- Mendukung Program Kali Bersih (Prokasih)
- Tidak mendirikan bangunan rumah atau lapak di bantaran kali
- Mendirikan bangunan harus sesuai dengan tata ruang wilayah yang
mengedepankan visi misi Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan
Pembangunan Berkelanjutan
- Menerapkan sanksi tegas kepada para pelanggar kelestarian lingkungan
- Mengendalikan pola hidup yang dapat memicu terjadinya global warming
sebagai pemicu utama anomali cuaca
BAB III
HIDROSFER

1. Alasan perbedaan Daerah Aliran Sungai (DAS) ada yang mudah banjir dan
tidak mudah banjir karena:
- Di beberapa anak sungai mengalami pendangkalan
- Banyaknya volume sampah di DAS
- Tingginya intensitas dan volume presipitasi saat terjadinya musim hujan
- Hilangnya vegetasi di daerah hutan lindung atau pegunungan
- Terjadinya konversi lahan, semula zona hutan lindung menjadi villa
- Terkikisnya lahan hijau oleh pembukaan lahan untuk kegiatan industri
- Rendahnya partisipasi aktif masyarakat terhadap kepedulian alam
- Bantaran sungai jadi pemukiman

2. Faktor penyebab daerah Gunung Kidul Yogyakarta mengalami kekurangan air


minum saat musim kemarau ialah karena Gunung Kidul merupakan daerah
yang didominasi oleh pegunungan karst/kapur yang memilki karakteristik air
tanahnya dangkal dan lebih banyak sungai di bagian dalam bawah permukaan
tanah daripada bagian atas permukaan tanah. Faktor lainnya adalah keadaan
curah hujannya juga rendah dengan tingkat penguapan yang tinggi.
3. Faktor yang mempengaruhi kedalaman air tanah di suatu wilayah:
- Tipis tebalnya lapisan tanah
- Kedudukan topografi yang berbeda setiap wilayah
- Perbedaan jenis tanah

Potensi air tanah:


- Untuk memenuhi kebutuhan aktivitas keseharian manusia (minum, mandi,
mencuci, dsb)
- Untuk ketersediaan nutrisi bagi pertumbuhan vegetasi
- Untuk kegiatan perindustrian
- Menyuburkan kualitas tanah dan pertanian
- Menjaga kestabilan ekosistem

Anda mungkin juga menyukai