Anda di halaman 1dari 4

Effects of Environmental Variables on Aqueous Corrosion

A. Introduction
Korosi melibatkan interaksi (reaksi) antara logam atau paduan dengan
lingkungannya. Korosi dipengaruhi oleh sifat logam atau paduan maupun
lingkungannya. Pembahasan ini hanya akan membahas variabel lingkungan,
sementara variabel logam atau paduan tidak dibahas. Variabel lingkungan yang
penting meliputi:
- pH (keasaman)
- Kekuatan oksidasi (potensial)
- Suhu (transfer panas)
- Kecepatan aliran cairan (kecepatan fluida)
- Konsentrasi zat terlarut (komponen larutan)
Pengaruh organisme biologis terhadap variabel lingkungan ini juga merupakan
pertimbangan yang penting. Sebelum membahas hubungan antar variabel, diagram
potensial-pH logam besi pada suhu 25°C harus dipertimbangkan. Diagram ini
menunjukkan ketergantungan korosi besi terhadap kuasa oksidasi (emf), keasaman
(pH), suhu, dan konsentrasi spesies. Misalnya, jika potensial korosi berada pada -0,5
V pada pH 8. Kondisi stabil bagi besi adalah Fe2+, menunjukkan bahwa pelarutan
besi mungkin terjadi. Jika pH dinaikkan menjadi 10, kondisi stabil menjadi magnetit
(Fe3O4), dan kemungkinan besar korosi besi akan sangat berkurang.

B. Effect of pH (Acidity)
pH adalah konsep yang kompleks. pH terkait tetapi tidak sama dengan
konsentrasi ion hidrogen atau jumlah asam. pH didefinisikan sebagai negatif dari
logaritma basis sepuluh dari aktivitas ion hidrogen. Aktivitas ion hidrogen terkait
dengan konsentrasi melalui koefisien aktivitas. pH biasanya diukur menggunakan pH
meter, yang sebenarnya adalah elektrometer. Tegangan elektrode spesifik ion
hidrogen diukur relatif terhadap elektrode acuan. Tegangan ini dibandingkan dengan
kalibrasi internal untuk menentukan pH yang tidak diketahui. Konsentrasi ion
hidrogen aktual dapat dihitung dari pH yang diukur jika koefisien aktivitas diketahui.
Namun, pH yang diukur dan konsentrasi asam sebenarnya tidak selalu sama.Ion
hidrogen berperan penting dalam berinteraksi dengan permukaan aloi. Banyak aloi
yang membentuk daerah oksidasi di luar lapisan atomik yang sering mengandung
spesies seperti hidroksida. Struktur ini cenderung memiliki ketergantungan terhadap
konsentrasi ion hidrogen, mungkin melalui reaksi yang menjadi langkah korosi.
Dengan kata lain, dalam banyak kondisi, konsentrasi ion hidrogen dapat
mempengaruhi korosi melalui ekulibrium antara ion hidrogen, air, dan ion hidroksida
yang terbentuk pada permukaan aloi. Interaksi ini sering menghasilkan
ketergantungan laju korosi terhadap konsentrasi ion hidrogen dalam bentuk
persamaan.

C. Oxidizing Power (Potential)


Kekuatan oksidasi, atau potensial, berkaitan dengan kemampuan untuk
menghilangkan atau menambahkan elektron dari logam sehingga dapat mengoksidasi
atau mengurangi lapisan permukaan. Variabel ini dipisahkan dari diskusi tentang
kimia larutan karena potensial semacam ini dapat diterapkan oleh sumber tegangan
eksternal, melalui hubungan galvanik logam yang berbeda, atau oleh komponen
larutan. Aplikasi praktisnya meliputi meningkatkan pasivasi dengan mengubah
lapisan oksida permukaan (perlindungan anodik) atau mencegah korosi dengan
menyuplai elektron ke logam yang biasanya dilepaskan akibat korosi logam
(perlindungan katodik). Laju reaksi anodik bergeser atau berubah pada logam yang
dilindungi. Contoh praktis menggunakan potensial anodik yang diterapkan secara
eksternal untuk memitigasi korosi adalah baja ringan dan tipe 304 baja tahan karat
pada H2SO4 yang berkonsentrasi tinggi, dan NaOH. Tambahan konstituen ke
lingkungan juga dapat mengubah potensial permukaan untuk menciptakan lapisan
pasif. Dalam kasus ini, konstituen bereaksi dengan logam untuk membentuk senyawa
oksida logam yang tahan karat yang mempasivasi permukaan. Ada beberapa contoh
terkenal dari polarisasi potensial permukaan dengan mengubah lingkungan. Polarisasi
potensial permukaan ke arah aktif atau katodik juga dapat digunakan untuk
mengurangi korosi. Ketika potensial dikurangi dengan sumber tegangan eksternal,
tekniknya disebut perlindungan katodik. Banyak contoh praktis yang ada, seperti
perlindungan baja di defek lapisan bawah tanah pada pipa baja karbon (Ref 25) atau
perlindungan lambung kapal di air laut (lihat artikel "Perlindungan Katodik", "Korosi
Marin", dan "Korosi Pipa" dalam volume ini). Elektron dipasok dari elektrode hilang
muatan atau aktif.

D. Temperature and Heat Transfer


Suhu merupakan variabel lingkungan yang kompleks. Suhu serupa dengan
potensial, di mana perbedaan potensial menghasilkan aliran listrik untuk
menghilangkan perbedaan potensial tersebut. Demikian pula, perbedaan suhu akan
menghasilkan aliran panas untuk menghilangkan perbedaan suhu. Keduanya
merupakan ukuran energi. Suhu dapat mempengaruhi korrosi melalui beberapa
mekanisme. Jika laju korrosi ditentukan sepenuhnya oleh proses oksidasi logam, laju
korrosi akan meningkat secara eksponensial dengan peningkatan suhu. Hubungan ini
tercermin dalam persamaan Arrhenius. Suhu logam dan suhu larutan seringkali tidak
dapat dipisahkan dari variabel lain. Keberadaan perbedaan suhu antara dinding dan
cairan dapat mempengaruhi korrosi, tergantung mekanisme korosinya. Jika laju
korrosi ditentukan oleh difusi spesies, seperti oksigen, ke permukaan, maka transfer
panas dapat secara signifikan mengubah laju korrosi.Transfer panas dapat mengubah
kestabilan galvani pada korosi galvani. Potensial anoda dapat lebih peka terhadap
suhu daripada katoda. Contohnya adalah pasangan besi-seng, di mana besi dapat
melindungi seng pada suhu tertentu. Suhu larutan juga dapat mempengaruhi
terjadinya korrosi terlokalisasi pada paduan pasif seperti stainless tipe 304 dan 316.
Waktu untuk memulai korosi celah bergantung pada suhu. Demikian pula, suhu kritis
untuk memulai korosi celah merupakan fungsi dari kandungan kromium dan
molibdenum.

E. Velocity/Fluid Flow Rate


Laju aliran cairan atau kecepatan cairan merupakan variabel lingkungan yang
kompleks. Pengaruhnya terhadap korosi tergantung pada logam/ paduan, komponen
cairan, sifat fisik cairan, geometri, dan mekanisme korosi. Hubungan ini lebih baik
dibahas dengan contoh spesifik. Dalam banyak kasus, laju korosi ditentukan oleh laju
transfer spesies dari atau ke cairan bulk. Situasi ini muncul ketika reaksi korosi itu
sendiri sangat cepat dan salah satu reaktan atau produk korosi memiliki kelarutan
rendah di cairan bulk. Laju korosi menjadi fungsi gradien konsentrasi dan dinyatakan
dengan: r = k (Cw - Cb)
dimana r adalah laju korosi, k adalah koefisien transfer massa, Cw adalah konsentrasi
spesies pembatas laju di dinding logam, dan Cb adalah konsentrasi spesies pembatas
laju di cairan bulk. Nilai k sering dikorelasikan dengan bilangan Reynoldes dan
Schmidt. Contohnya adalah korosi baja karbon dalam asam sulfat pekat, di mana laju
korosi bergantung pada laju transfer feri sulfat dari lapisan jenuh di permukaan.
Hadirnya aliran cairan dapat meningkatkan atau mengurangi serangan terfokus,
terutama pitting dan korosi celah.Adanya partikel padat dalam cairan dapat
menyebabkan erosi padat dan korosi. Erosi disebabkan oleh gaya gesek partikel
terhadap permukaan. Oleh karena itu, tegangan geser tinggi sering diperlukan agar
erosi ini terjadi.

F. Concentration
Konsentrasi zat terlarut dalam cairan berpengaruh terhadap laju korosi logam.
Konsentrasi klorida dalam asam sulfat (H2SO4) meningkatkan laju korosi besi.
Peningkatan laju korosi ini berbanding lurus dengan akar kuadrat konsentrasi klorida.
Efek konsentrasi klorida terhadap laju korosi paduan austenitik (misal 316) lebih
merugikan daripada asam sulfat. Kehadiran ion klorida meningkatkan kemungkinan
terjadinya korosi lokalisasi seperti korosi celah, korosi titik, dan nirkar. Konsentrasi
zat inhibitor atau pelindung minimal dapat menurunkan laju korosi secara drastis.
Misalnya, konsentrasi natrium nitrit (NaNO2) atau natrium sulfat (Na2SO3) sebesar
0,0023 mol/L dapat mengurangi tingkat inisiasi korosi lubang pada aluminium.
Peningkatan konsentrasi lebih dari itu tidak memberikan perbaikan yang berarti pada
sistem tersebut. Perbandingan efektivitas satu inhibitor bergantung pada kehadiran zat
lainnya, misal oksigen atau zat oksidator lainnya. Konsentrasi inhibitor yang
dibutuhkan untuk suatu sistem harus ditentukan secara eksperimen.Begitu pula
dengan efek konsentrasi satu komponen terhadap laju korosi seringkali bergantung
pada variabel lingkungan lainnya. Pengaruh konsentrasi harus dikaji secara
menyeluruh dengan mempertimbangkan variabel lingkungan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai