Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PERENCANAAN AGREGAT

MATA KULIAH PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL

Dosen Pengampu:
Dr. Wiwik Handayani, S.E., M.Si.

Disusun oleh Kelompok 3:


1. M. Idris Ariyanto 21012010042
2. Nur Shadrina Prameswari 21012010188
3. Kevin Adi Septian 21012010383
4. Roficho Nuranisyah 2399200107
5. David Fanggi 2399200205
6. Astrif Shaqinah 2399200221

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

SURABAYA

2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ................................................................................................................................ 2
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3
2.1 Perencanaan Kapasitas ......................................................................................................... 3
2.2 Perencanaan Agregat ........................................................................................................... 4
2.2.1 Opsi Perencanaan Agregat .................................................................................... 4
2.2.1.1 Demand Option (Opsi Permintaan) ....................................................... 5
2.2.1.2 Capacity Option (Opsi Kapasitas) ......................................................... 5
2.3 Strategi Agregat ................................................................................................................... 7
2.3.1 Level/Capacity Strategy ........................................................................................ 7
2.3.2 Chase/Demand Strategy ........................................................................................ 8
2.3.3 Mixed Strategy .................................................................................................... 10
2.4 Teknik Perencanaan Agregat ............................................................................................. 10
2.4.1 Graphical Methods .............................................................................................. 10
2.4.2 Mathematical Approaches .................................................................................. 15
2.4.2.1 Metode Transportasi dalam Program Linear ....................................... 15
BAB 3 KESIMPULAN............................................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 20

i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permintaan konsumen dapat terealisasi seluruhnya di dalam jadwal induk produksi jika
didukung oleh kapasitas produksi yang sesuai dengan kebutuhan produksi di dalam
menghasilkan persediaan produk jadi. Master Schedule produksi dapat dengan mudah
direalisasikan apabila permintaan konsumen bersifat konstan, namun kenyataannya perusahaan
tak jarang mengalami fluktuasi permintaan yang cenderung meningkat dan tidak stabil
(Hutagalung, et al., 2013).

Perencanaan agregat merupakan salah satu bagian terpenting dari manajemen operasi dan
memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja rantai pasokan yang kompetitif.
Perencanaan agregat menyeimbangkan jumlah pasokan (supply) dengan permintaan (demand).
Dikutip dari Arfiana, et al. (2021), menurut Mehdizadeh et al. (2018), tujuan perencanaan
agregat adalah untuk menetapkan tingkat output secara keseluruhan untuk menghadapi
permintaan yang berfluktuasi atau tidak menentu serta untuk menyediakan pasokan.
Perencanaan agregat menghasilkan kuantitas produksi dan waktu produksi barang yang
optimal serta bahan baku dan sumber daya yang ada, untuk meminimalkan total biaya
operasional organisasi. Merujuk pada Heizer, et al. (2020), perencanaan agregat umumnya
merupakan perencanaan kapasitas jangka menengah selama jangka waktu 3-18 bulan.

Dalam prakteknya, perencanaan agregat umumnya memiliki tujuan saling bertentangan dengan
penggunaan sumber daya yang dipertimbangkan dan dinilai dari berbagai perspektif dan
ukuran kinerja. Perencanaan agregat dapat memberikan kemampuan merespon permintaan
yang berfluktuasi, maka hal ini menjadi penting dilakukan dalam menentukan waktu produksi
pada jangka menengah dan menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan dengan tetap
mempertimbangkan efisiensi biaya. Perencanaan agregat menjadi tanggung jawab penting bagi
seorang manajer operasi dan kunci dari penggunaan sumber daya yang ada secara efisien
sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik dan terkendali. Dengan adanya
perencanaan agregat mampu membuat perusahaan memenuhi permintaan yang berfluktuasi
dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat persediaan, tingkat tenaga kerja, tingkat
subkontrak, tingkat lembur, dan variabel lainnya yang dapat dikendalikan sehingga dapat
meminimumkan biaya produksi pada perusahaan (Febryanti, et al. 2019).

1
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijabarkan diatas, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Apa pengertian dari perencanaan kapasitas?


2. Apa pengertian dari perencanaan agregat?
3. Bagaimana strategi dalam perencanaan agregat?
4. Bagaimana teknik perhitungan perencanaan agregat?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari perencanaan kapasitas.
2. Mengetahui pengertian dari perencanaan agregat.
3. Memahami strategi dalam perencanaan agregat.
4. Memahami teknik perhitungan perencanaan agregat.

1.4 Manfaat
1. Mengerti pengertian dan jenis-jenis perencanaan kapasitas.
2. Mengerti pengertian dan jenis-jenis perencanaan agregat.
3. Mengerti dan mampu menerapkan strategi perencanaan agregat.
4. Mengerti dan mampu menerapkan teknik perhitungan perencanaan agregat.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Perencanaan Kapasitas

Perencanaan kapasitas adalah proses menentukan tingkat kapasitas yang sesuai (yaitu jumlah
sumber daya, seperti tenaga kerja, peralatan, fasilitas) yang diperlukan untuk memenuhi
permintaan saat ini dan yang akan datang untuk produk atau layanan dalam suatu organisasi.
Tantangan dalam perencanaan kapasitas adalah membuat rencana-rencana tersebut sesuai
dengan permintaan pasar yang selalu berubah-ubah. Menurut Heizer et. al (2020) dan
Stevenson (2015) perencanaan kapasitas dapat dibagi kedalam tiga tingkatan, yaitu:

1. Jangka Panjang

Sesuai dengan hasil ramalan jangka panjang demand, Keputusan jangka panjang
umumnya berlangsung lebih dari 5 atau 10 tahun, dan menjadi tanggung jawab top
management untuk menyediakan data perencanaan selama beberapa tahun bagi
perusahaan. Keputusan jangka panjang berkaitan dengan pemilihan produk dan layanan
(yaitu, menentukan produk atau layanan mana yang akan ditawarkan), ukuran dan
lokasi fasilitas, keputusan peralatan, dan tata letak fasilitas. Keputusan jangka panjang
ini pada dasarnya menetapkan batasan bagi perencanaan tingkat menengah agar dapat
berfungsi dengan baik.

2. Jangka Menengah

Keputusan jangka menengah dibuat untuk rentang waktu 1 sampai dengan 5 tahun.
Keputusan jangka menengah dirancang untuk berjalan konsisten dengan rencana jangka
panjang dan strategi manajemen puncak, serta perencanaan ini bergerak dalam batasan
sumber daya yang telah ditentukan oleh keputusan strategis sebelumnya. Perencanaan
jangka menengah menjadi tanggung jawab manajer operasional yang bekerja bersama
dengan area fungsional lain dari perusahaan. Perencanaan ini berkaitan dengan
penempatan kerja secara umum, produksi, dan inventaris, yang pada gilirannya
menetapkan batasan bagi kapasitas jangka pendek yang akan dibuat.

3. Jangka Pendek

Keputusan jangka pendek umumnya mengacu pada permintaan kapasitas di dalam


rentang satu tahun. Perencanaan ini juga menjadi tanggung jawab dari anggota

3
operasional. Manajer operasional bekerja dengan supervisor dan mandor untuk
menginterpretasikan rencana jangka panjang dan menengah menjadi rencana-rencana
jangka pendek yang terdiri dari jadwal mingguan, harian, dan per jam untuk mencapai
hasil terbaik yang diinginkan. Keputusan jangka pendek melibatkan penjadwalan
pekerjaan, pekerja, peralatan, dan sejenisnya.

2.2 Perencanaan Agregat

Aggregate Planning atau perencanaan agregat adalah perencanaan untuk menentukan jumlah
dan waktu produksi di masa yang akan datang dalam waktu jangka menengah, rata-rata hingga
18 bulan secara tepat berdasarkan peramalan (Stevenson, 2015). Perencanaan ini dibuat setelah
demand forecasts diketahui untuk semua periode yang dicakup oleh Planning Horizon.
Rencana-rencana tersebut dikembangkan untuk bentuk permintaan total (total dari permintaan
untuk semua produk) dan tidak dihitung secara terpisah untuk permintaan produk individu.
Sebagai contoh, tiga jeruk, dua pisang, lima apel, dan tujuh anggur merupakan total 17 buah
dalam perencanaan agregat (Gupta & Starr, 2014).

Perencanaan agregat dibuat untuk merumuskan jadwal pekerjaan atau produksi, yaitu
menyesuaikan kemampuan tingkat produksi dalam menghadapi permintaan pasar yang tidak
pasti dengan mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja, perubahan inventori, serta beberapa
variabel yang dapat dikendalikan, sehingga ongkos total produksi dapat ditekan seminimal
mungkin. Hal ini dilakukan agar perusahaan siap membuat produk on-demand dan
mengirimkannya saat diperlukan. Hal yang sama berlaku agar dapat memberikan layanan
kepada pelanggan dengan tepat waktu. Dengan menggunakan perencanaan agregat dapat
meminimalkan biaya dengan melakukan penyesuaian terhadap perencanaan di tingkat
produksi, tingkat tenaga kerja, serta beberapa variabel lain yang dapat dikendalikan.
Perencanaan agregat merupakan langkah awal aktivitas perencanaan kapasitas yang dipakai
sebagai pedoman untuk langkah selanjutnya, yaitu penyusunan Master Schedule.

2.2.1 Opsi Perencanaan Agregat

Strategi perencanaan agregat dapat berkaitan dengan permintaan, kapasitas, atau


keduanya. Strategi permintaan dimaksudkan untuk mengubah permintaan sehingga
sesuai dengan kapasitas. Strategi kapasitas melibatkan perubahan kapasitas sehingga
sesuai dengan permintaan. Strategi campuran melibatkan kedua pendekatan ini.

4
2.2.1.1 Demand Option (Opsi Permintaan)

1. Mempengaruhi permintaan: Ketika jumlah permintaan rendah, sebuah


perusahaan dapat mencoba meningkatkan jumlah permintaan mereka
melalui iklan, promosi, penjualan personal, dan pemotongan harga.
Contohnya maskapai penerbangan dan hotel menawarkan diskon akhir
pekan dan tarif musim-sepi; bioskop memotong harga untuk jam tayang
pagi; dan beberapa perguruan tinggi memberikan diskon kepada warga
lanjut usia. Namun, bahkan iklan khusus, promosi, penjualan, dan
penetapan harga tidak selalu dapat menyeimbangkan permintaan dengan
kapasitas produksi.

2. Backordering saat permintaan tinggi: Backordering atau Pemesanan


Kembali adalah pesanan barang atau layanan yang diterima oleh sebuah
perusahaan tetapi tidak dapat dipenuhi pada saat itu (baik disengaja
maupun kebetulan). Jika pelanggan bersedia menunggu tanpa
kehilangan kebaikan hati atau pesanannya, pemesanan kembali adalah
strategi yang memungkinkan. Banyak perusahaan melakukan
pemesanan kembali, tetapi pendekatan tersebut seringkali
mengakibatkan kehilangan penjualan.

3. Counterseasonal product dan service mixing: Teknik smoothing aktif


yang banyak digunakan di antara produsen adalah dengan
mengembangkan campuran produk yang kontra-musim. Contohnya
termasuk perusahaan yang membuat pemanas dan pendingin udara atau
pemotong rumput dan alat pembuang salju. Namun, perusahaan yang
mengikuti pendekatan ini mungkin menemukan diri mereka terlibat
dalam produk atau layanan di luar area keahlian mereka atau di luar
pasar target mereka.

2.2.2.2 Capacity Option (Opsi Kapasitas)

1. Mengubah tingkat inventaris: Manajer dapat meningkatkan inventaris


selama periode permintaan rendah untuk memenuhi permintaan tinggi
di periode mendatang. Jika strategi ini dipilih, biaya terkait dengan
penyimpanan, asuransi, penanganan, keusangan, pencurian, dan modal
yang diinvestasikan akan meningkat. Di sisi lain, dengan inventaris yang

5
sedikit dan permintaan yang meningkat, kekurangan dapat terjadi,
mengakibatkan waktu tunggu yang lebih lama dan pelayanan pelanggan
yang buruk.

2. Mengubah ukuran tenaga kerja dengan merekrut atau memberhentikan:


Salah satu cara untuk memenuhi permintaan adalah dengan merekrut
atau memberhentikan pekerja produksi sesuai dengan tingkat produksi.
Namun, karyawan baru perlu dilatih, dan produktivitas sementara akan
menurun saat mereka masuk ke dalam bagian tenaga kerja. Pemutusan
atau pemberhentian, tentu saja menurunkan semangat semua pekerja
dan juga mengakibatkan produktivitas yang lebih rendah.

3. Mengubah tingkat produksi melalui lembur atau idle time: Memiliki


tenaga kerja tetap, sementara waktu kerja bervariasi mungkin dilakukan.
Namun, saat permintaan meningkat secara signifikan, ada batasan pada
seberapa realistis waktu lembur yang dapat dilakukan. Upah lembur
akan meningkatkan biaya, dan terlalu banyak lembur dapat
mengakibatkan kelelahan pekerja serta penurunan produktivitas.
Lembur juga menimbulkan biaya overhead tambahan untuk menjaga
fasilitas pekerja tetap buka. Di sisi lain, ketika ada periode permintaan
yang menurun, perusahaan harus mencari cara untuk menyerap idle time
pekerja (seringkali merupakan proses yang sulit dan mahal).

4. Subcontracting: Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas


sementara dengan subcontracting selama periode permintaan puncak.
Namun, pengalihan pekerjaan memiliki beberapa risiko. Pertama,
subcontracting dapat menjadi mahal; kedua, menghadapi risiko
membuka pintu bagi pesaing. Ketiga, menemukan pemasok yang
sempurna bisa menjadi tantangan. Pertanyaan apakah harus membuat
atau membeli (misalnya, dalam manufaktur); menyewa suatu layanan
atau orang lain untuk melakukan pekerjaan umumnya tergantung pada
faktor-faktor seperti kapasitas yang tersedia, keahlian relatif,
pertimbangan kualitas, biaya, serta jumlah dan stabilitas dari permintaan

5. Menggunakan pekerja paruh waktu: Terutama di sektor jasa, pekerja


paruh waktu dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja. Praktik ini umum

6
dilakukan di restoran, toko ritel, dan supermarket. Namun, perusahaan
mungkin menganggap pekerja semacam ini tidak menguntungkan
karena biasanya mereka tidak membayar iuran perusahaan dan dapat
mengurangi kekuatan perusahaan.

2.3 Strategi Agregat

Strategi agregat merupakan pendekatan dalam manajemen operasi yang digunakan untuk
memastikan bahwa kapasitas produksi suatu perusahaan selaras dengan permintaan pasar
selama periode waktu tertentu. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai keseimbangan antara
biaya operasi, seperti biaya tenaga kerja, bahan baku, dan kapasitas produksi, dengan
permintaan pasar agar efisiensi maksimal dapat dicapai. Menurut Heizer dan Render (2015)
dalam (Arius dkk, 2019) mengatakan bahwa kombinasi pilihan kapasitas dan permintaan yang
lebih baik terdiri dari Chase strategy, Level strategy, dan Mixed strategy.

2.3.1 Level/Capacity Strategy

Strategi level, juga dikenal sebagai strategi kapasitas konstan, adalah pendekatan di
mana perusahaan memilih untuk menjaga kapasitas produksi mereka konstan sepanjang
waktu, tanpa memperhatikan fluktuasi permintaan. Pendekatan ini dilakukan dengan
cara berikut:

1. Kapasitas Tetap: Perusahaan mempertahankan jumlah tenaga kerja dan mesin


produksi pada level yang konstan sepanjang tahun, tanpa mengurangi atau
menambah jumlah tersebut berdasarkan perubahan permintaan.
2. Penggunaan Inventori: Untuk menangani perbedaan antara kapasitas
produksi dan permintaan, perusahaan menggunakan inventori. Saat
permintaan rendah, produksi tetap pada level yang sama, dan kelebihan
produk disimpan sebagai inventori. Ketika permintaan meningkat, produk
dari inventori digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut tanpa harus
meningkatkan kapasitas produksi.
3. Overtime dan Idle Time: Sebagai alternatif atau tambahan terhadap
penggunaan inventori, perusahaan juga bisa menggunakan lembur (overtime)
untuk meningkatkan output tanpa harus menambah jumlah mesin atau tenaga
kerja secara permanen. Sebaliknya, saat permintaan rendah, perusahaan
mungkin memilih untuk membiarkan sebagian kapasitasnya tidak terpakai
(idle) daripada mengurangi kapasitas produksi.

7
4. Subkontrak: Dalam beberapa kasus, untuk menangani puncak permintaan
sementara tanpa mengubah kapasitas produksi internal, perusahaan dapat
menggunakan subkontrak untuk bagian dari proses produksinya.
5. Penyesuaian Harga dan Promosi: Untuk meratakan permintaan sepanjang
tahun, perusahaan dapat menggunakan strategi penyesuaian harga atau
promosi. Misalnya, menawarkan diskon atau promosi selama periode
permintaan rendah untuk meningkatkan penjualan.

Kelebihan dan Kekurangan

1. Kelebihan:

a. Prediktabilitas dalam operasi produksi dan perencanaan tenaga kerja.

b. Stabilitas pekerjaan bagi karyawan, yang dapat meningkatkan moral dan


mengurangi turnover.

c. Meminimalkan biaya perubahan kapasitas, seperti biaya perekrutan atau


pemutusan kerja.

2. Kekurangan:

a. Menyimpan inventori berlebih dapat meningkatkan biaya penyimpanan dan


risiko kerusakan atau kadaluwarsa.

b. Kapasitas yang tidak terpakai (idle) selama periode permintaan rendah


menyebabkan pemborosan sumber daya.

c. Mungkin sulit untuk merespons dengan cepat terhadap peningkatan


permintaan yang signifikan atau perubahan mendadak di pasar.

2.3.2 Chase / Demand Strategy

Strategi agregat "chase" atau yang sering juga disebut dengan strategi pengejaran
permintaan adalah sebuah pendekatan dalam manajemen operasional yang berfokus
pada penyesuaian output produksi untuk memenuhi fluktuasi permintaan dari waktu ke
waktu. Tujuan utama dari strategi ini adalah untuk menjaga tingkat inventori serendah
mungkin atau idealnya pada nol, sehingga dapat mengurangi biaya penyimpanan dan
risiko kerusakan atau keusangan produk.

Berikut adalah beberapa aspek penting terkait strategi agregat chase/demand:

8
1. Penyesuaian Kapasitas Produksi
Strategi ini memerlukan perusahaan untuk secara fleksibel menyesuaikan
kapasitas produksinya—baik melalui perubahan jumlah tenaga kerja (misalnya,
dengan mempekerjakan lebih banyak karyawan sementara atau mengurangi
jumlah karyawan melalui pemutusan hubungan kerja) atau dengan mengubah
jam kerja (seperti lembur atau pengurangan jam kerja).
2. Manfaat
a. Mengurangi Biaya Inventori: Dengan meminimalkan tingkat inventori,
perusahaan dapat mengurangi biaya penyimpanan dan manajemen
inventori.
b. Responsif Terhadap Perubahan Permintaan: Strategi ini memungkinkan
perusahaan untuk cepat beradaptasi dengan perubahan permintaan pasar,
menjaga kepuasan pelanggan dengan memenuhi permintaan secara akurat.
3. Tantangan

a. Biaya Tenaga Kerja: Penyesuaian jumlah tenaga kerja bisa meningkatkan


biaya terkait seperti biaya perekrutan, pelatihan, dan pemutusan hubungan
kerja.

b. Kapasitas Produksi: Memerlukan kapasitas produksi yang fleksibel, yang


mungkin sulit dicapai untuk beberapa jenis industri atau teknologi produksi.

c. Stabilitas Tenaga Kerja: Strategi ini bisa menyebabkan ketidakstabilan


pekerjaan bagi karyawan, yang dapat berpengaruh pada moral dan kinerja
mereka.

4. Penerapan

a. Industri dengan Permintaan Musiman: Cocok untuk industri dengan


fluktuasi permintaan yang signifikan, seperti ritel, pariwisata, dan pertanian.

b. Produk dengan Umur Pendek: Efektif untuk produk yang memiliki siklus
hidup pendek atau cepat berubah, dimana inventori berlebih sangat
berisiko.

9
2.3.3 Mixed Strategy

Strategi Campuran atau Mixed Strategy adalah kebijakan penggunaan berbagai strategi
dalam suatu pasar, sehingga tidak memungkinkan bagi pesaing untuk meramalkan
strategi mana yang akan digunakan. Strategi ini merupakan kombinasi antara level
strategy dan chase strategy. Ciri-ciri Mixed Strategy adalah menggabungkan tingkat
produksi dengan tingkat permintaan tetap dan menggabungkan dari dua metode level
dan chase tingkat persediaan, order backlogs dan lost sales. Strategi ini bertujuan untuk
menyeimbangkan antara biaya produksi dan biaya persediaan dengan cara:

1. Mengubah tingkat produksi:


a. Meningkatkan tingkat produksi saat permintaan tinggi.
b. Menurunkan tingkat produksi saat permintaan rendah.
2. Mengubah tingkat persediaan:
a. Menyimpan kelebihan produksi saat permintaan rendah.
b. Menggunakan persediaan saat permintaan tinggi.

Keuntungan Mixed Strategy:


1. Lebih fleksibel dibandingkan chase strategy dan level strategy.
2. Dapat beradaptasi dengan perubahan permintaan.
3. Meminimalkan risiko kekurangan atau kelebihan persediaan.

Kekurangan Mixed Strategy:


1. Lebih kompleks untuk diimplementasikan dibandingkan chase strategy dan
level strategy.
2. Membutuhkan data dan informasi yang akurat.
3. Biaya implementasi yang lebih tinggi.

2.4 Teknik Perencanaan Agregat

Pada bagian ini akan kami perkenalkan teknik-teknik yang digunakan oleh manajer operasional
untuk mengembangkan rencana agregat. Teknik-teknik tersebut berkisar dari Graphical
methods yang banyak digunakan hingga transportation method of linear programing.

2.4.1 Graphical Methods

Metode grafik ini populer karena sangat mudah untuk dipahami dan digunakan.
Perencanaan ini bekerja dengan beberapa variabel pada satu waktu untuk

10
memungkinkan perencana membandingkan permintaan yang diproyeksikan dengan
kapasitas yang ada. Pendekatan ini merupakan pendekatan trial and error yang tidak
menjamin hasil produksi yang optimal, namun hanya memerlukan perhitungan yang
terbatas dan dapat dilakukan oleh staf administrasi,

Berikut adalah lima langkah dalam Graphical methods

1. Tentukan permintaan di setiap periode

2. Tentukan kapasitas untuk waktu reguler, lembur, dan subkontrak setiap periode

3. Temukan biaya tenaga kerja, biaya perekrutan dan pemutusan hubungan kerja,
dan biaya penyimpanan persediaan

4. Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang mungkin berlaku untuk pekerja atau


tingkat persediaan

5. Kembangan rencana alternatif dan periksa total biayanya

Langkah-langkah tersebut diilustrasikan sebagai rencana-rencana berikut.

Pendekatan grafis untuk perencanaan agregat untuk pemasok genteng

Pendekatan: plot permintaan harian dan rata-rata untuk menggambarkan sifat


perencanaan agregat masalah.

Solusi: menghitung permintaan per hari dengan membagi permintaan bulanan yang
diharapkan dengan jumlah hari produksi (hari kerja) setiap bulan dan menggambarkan
grafik perkiraan permintaan. Langkah selanjutnya membuat garis putus-putus pada

11
grafik yang menunjukkan tingkat produksi yang dibutuhkan untuk memenuhi rata rata
selama periode 6 bulan. Grafik tersebut dihitung sebagai berikut:

Perubahan tingkat produksi akan terlihat jelas ketika data dibuat dalam bentuk grafik.
Dalam 3 bulan pertama, permintaan yang diharapkan lebih rendah dari rata-rata,
sementara permintaan yang diharapkan pada bulan April, Mei, dan Juni berada diatas
rata-rata. Untuk mencapai peningkatan dari hasil produksi dan memenuhi rata-rata,
perusahaan harus mempekerjakan staf yang dapat memenuhi rata-rata.

Perencanaan 1 inti pemasok atap-tenaga kerja yang konstan.

Rencana 1 ini memiliki tingkat produksi dan disebut strategi tingkat. Diasumsikan
pemasok atap memproduksi 50 unit atap per hari, tiap pekerja menghasilkan 5 unit per

12
hari, jumlah hari produksi 124, tenaga kerja tetap, tidak ada persediaan pengaman, tidak
subkontrak. Tabel berikut menyediakan informasi biaya dari pemasok atap tersebut.

Diasumsikan bahwa 50 unit diproduksi per hari dan bahwa terdapat tenaga kerja yang
konstan, tidak ada waktu lembur atau waktu menganggur, tidak ada persediaan
pengaman, dan tidak ada subkontraktor. Perusahaan mengakumulasi persediaan selama
permintaan yang lesu, Januari hingga Maret, dan menghabiskannya selama musim
panas dengan permintaan tinggi, April hingga Juni. Diasumsikan persediaan awal = 0
dan persediaan akhir yang direncanakan = 0

Solusi: membuat tabel dan mengakumulasikan biaya

Perusahaan tiap hari dapat memproduksi 50 unit atap per hari, tiap pekerja
menghasilkan 5 unit per hari. Jadi jumlah tenaga kerja = 50/5 = 10 pekerja.

Jadi total biaya pada rencana 1:

13
Perencanaan 2 untuk pemasok genteng menggunakan subkontrak dengan tenaga
kerja konstan.

Pada bulan Maret, memiliki permintaan paling rendah dengan menghasilkan 38 unit per
hari, yang membutuhkan 7,6 pekerja. Jumlah hari produksi = 124 hari. Total produksi
yang diperlukan dalam 6 periode adalah 6200 unit. tabel akumulasi biaya sama dengan
nomor 2.

Solusi: Karena 6200 unit dibutuhkan selama periode perencanaan agregat, perusahaan
harus menghitung berapa banyak yang dapat dibuat oleh perusahaan dan berapa banyak
yang harus di subkontrakkan:

Perencana 3 untuk pemasok atap-Perekrutan dan pemberhentian pekerja

Strategi ke 3 mencakup memvariasikan jumlah tenaga kerja dengan merekrut dan


memberhentikan pekerja sebagaimana diperlukan. Tingkat produksi akan sama dengan
permintaan, tidak terdapat perubahan produksi dari bulan sebelumnya yaitu Desember.
Tabel asumsi biaya sama dengan nomor 2 (biaya untuk mengurangi produksi per hari
= $600 per unit, biaya untuk meningkatkan produksi per hari = $300 per unit).

14
Langkah terakhir dari Graphic methods adalah untuk membandingkan biaya rencana
yang diusulkan dan memilih pendekatan dengan total biaya terkecil, Setelah diketahui
bahwa rencana 2 memiliki biaya terendah menjadikan rencana 2 sebagai rencana
terbaik dari ketiga rencana tersebut.

Tentu saja banyak strategi lain yang layak dipertimbangkan dalam msalah ini, termasuk
kombinasi menggunakan waktu lembus, meskipun grafik adalah alat manajemen yang
populer, Bantuannya adalah dalam mengevaluasi strategi dan bukan menghasilkan
strategi. Untuk menghasilkan strategi diperlukan pendekatan sistematis yang
mempertimbangkan smeua biaya dan menghasilkan solusi yang efektif.

2.4.2 Mathematical Approaches

Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan agregat telah banyak


dikembangkan diantaranya:

2.4.2.1 Metode Transportasi Dalam Program Linear

Jika masalah perencanaan agregat dipandang sebagai masalah alokasi kapasitas


operasi untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan, maka rencana agregat
dapat dirumuskan dalam format program linear. Metode transportasi dalam
program linear bukanlah suatu pendekatan trail-and-error seperti metode
pembuatan diagram tetapi menghasilkan rencana yang optimal untuk
meminimisasi biaya.

15
Metode ini juga fleksibel karena dapat menspesifikasi produksi biasa dan
lembur dalam setiap periode waktu, jumlah unit yang akan disubkontrakkan,
giliran kerja tambahan, dan persediaan dari satu period eke periode berikutnya.

Contoh : Farnsworth Tire Company mengembangkan data yang berkaitan


dengan produksi, permintaan, kapasitas, dan biaya di pabriknya di West
Virginia, seperti diperlihatkan pada tabel berikut.

Pendekatanya adalah dengan memecahkan masalah perencanaan agregat


dengan meminimalkan biaya pencocokan produksi dalam berbagai periode
dengan pemrintaan dimasa depan.

16
Di bawah ini merupakan ilustrasi dari struktur tabel transportasi dan solusi awal
yang layak

Perhatikan hal-hal di bawah ini :

1. Biaya penyimpangan adalah sebesar $2 roda per bulan. Roda yang


diproduksi di satu periode dan disimpan selama satu bulan biayanya
lebih tinggi $2. Karena biaya penahanannya linear, maka biaya
penahanan selama 2 bulan adalah sebesar $4.
2. Masalah transportasi mengharuskan pasokan sejumlah permintaan;
sehingga ditambahkan kolom dummy yang dinamakan “kapasitas tak
terpakai”. Biaya tidak menggunakan kapasitas = nol.
3. Jumlah di setiap kolom pada tabel di atas merupakan tingkat persediaan
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan permintaan. Permintaan
untuk roda sebanyak 800 buah pada bulan Maret dipenuhi dengan

17
menggunakan 100 roda dari persediaan awal dan 700 roda dari waktu
biasa.

18
BAB 3
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Perencanaan agregat memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan produksi


dengan fluktuasi permintaan pasar dalam jangka menengah, yang biasanya berkisar antara 3
hingga 18 bulan. Terdapat beberapa strategi yang digunakan dalam perencanaan agregat,
termasuk strategi level, chase, dan campuran, masing-masing dengan keunggulan dan
kelemahan yang berbeda.

Metode perencanaan grafis dan pendekatan matematis seperti metode transportasi


sering digunakan untuk mengembangkan rencana agregat dengan mempertimbangkan
keterbatasan sumber daya, kapasitas produksi, dan biaya. Dengan menggunakan
perencanaan agregat yang efektif, perusahaan dapat mengoptimalkan penggunaan sumber
daya mereka, meminimalkan biaya produksi, dan secara efisien memenuhi permintaan pasar.
Hal ini memberikan dasar yang kokoh bagi perusahaan untuk tetap kompetitif dalam
lingkungan bisnis yang dinamis dan berubah-ubah. Dengan demikian, perencanaan agregat
menjadi elemen kunci dalam strategi operasional perusahaan untuk mencapai kesuksesan
jangka Panjang dan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan antara
permintaan dan kapasitas produksi suatu perusahaan, sehingga dapat mengoptimalkan
kinerja operasional dan meminimalkan biaya produksi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arfiana, A. N., Djatna, T., Machfud, & Yuliasih, I. (2021). Model Perencanaan Agregat
untuk Sistem Produksi Dua Tahap pada Industri Pangan dengan Bahan
Perishable. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 31(1), 34-45.
https://doi.org/10.24961/j.tek.ind.pert.2021.31.1.34

Bagshaw, K. B. (2015). Assessing the Capacity Strategic Options on Capacity Utilization of


Manufacturing Firms in Rivers State, Nigeria. International Journal of Business
and Social Science, 6(10), 64-75. https://doi.org/10.30845/ijbss.v11n4a2

Febryanti, A. R. & Rani A. M. (2019). Penerapan Perencanaan Agregat untuk


Meminimumkan Biaya Produksi (Studi pada CV. X). Jurnal Manajemen dan
Bisnis: Performa, 6(2), 144-150. https://doi.org/10.29313/performa.v16i2.6047

Gupta, S. & Starr, M. (2014). Production and Operations Management Systems. Boca Raton:
CRC Press.

Heizer, J., Render, B., & Munson, C. (2020). Operations Management: Sustainability and
Supply Chain Management, 13th Edition. London: Pearson Education.

Hutagalung, I. A., Rambe, A. J. M., & Nazlina. (2013). Perencanaan Kebutuhan Kapasitan
Produksi pada PT XYZ. e-Jurnal Teknik Industri FT USU, 2(1), 15-23.

Stevenson, W. J. (2015). Operations Management, 12th Edition. New York: McGraw-Hill


Education.

20

Anda mungkin juga menyukai