Disusun Oleh :
STEBY PATRISIA MOGELEA
N21020013
CI RUANGAN PEMBIMBING
UNIVERSITAS TADULAKO
PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTRA ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
A. Pengertian...................................................................................................
B. Tanda Dan Gejala.......................................................................................
C. Etiologi........................................................................................................
D. Patofisiologi................................................................................................
E. Pathways.....................................................................................................
F. Penatalaksanaan..........................................................................................
i. Pemeriksaan penunjang BPH................................................................
ii. Penatalaksanaan nyeri pasca oprasi.......................................................
G. Pengkajian...................................................................................................
i. Intervensi keperawatan post operasi BPH.............................................
ii. Intervensi Rasional................................................................................
iii. Implementasi Keperawatan....................................................................
iv. Evaluasi Keperawatan............................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
A. Pengertian BPH (Benigna Prostat Hiperplasia)
kondisi ketika kelenjar prostat membesar. Pembesaran prostat ini dapat menjepit uretra
(bagian dari saluran kemih) dan menimbulkan gejala gangguan berkemih. Kelenjar
prostat hanya dimiliki oleh pria. Oleh karena itu, penyakit ini hanya dialami oleh pria.
Hampir semua pria mengalami pembesaran prostat, terutama pada usia 60 tahun ke
atas. Meski begitu, tingkat keparahan gejalanya bisa berbeda pada tiap penderita, dan
rutin, terutama bila mengalami gangguan buang air kecil. Bila tidak ditangani,
terhambatnya aliran urine akibat BPH dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan
kandung kemih. Namun perlu diketahui, pembesaran prostat jinak tidak terkait dengan
kanker prostat.
Tingkat keparahan gejala pembesaran prostat jinak bisa berbeda pada tiap
penderita benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah gangguan saat buang air kecil,
ketidakmampuan mengeluarkan urine sama sekali. Tapi perlu diingat, tidak semua
pembesaran kelenjar prostat menimbulkan keluhan buang air kecil, baik buang air kecil
C. Etiologi
Belum diketahui apa yang menyebabkan pembesaran prostat jinak. Akan tetapi, kondisi
ini diduga terkait dengan perubahan pada keseimbangan kadar hormon seksual seiring
Pada sebagian besar pria, prostat akan terus tumbuh seumur hidup. Ketika ukurannya cukup
besar, prostat akan menghimpit uretra, yaitu saluran yang mengalirkan urine dari kandung
atas.
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena pembesaran prostat
jinak, yaitu:
Kurang berolahraga
Pertama kali BPH terjadi salah satunya karena faktor bertambahnya usia,
tergantung pada hormon testosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon
ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim alfa
kelenjar prostat mengalami hyperplasia yang akan meluas menuju kandung kemih
mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan
itu (Presti et al, 2013). Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan
selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase
keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom
dalam fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi
sehingga terjadi retensi urin. Retensi urine ini diberikan obat-obatan non invasif
tetapi obat-obatan ini membutuhkan waktu yang lama, maka penanganan yang
paling tepat adalah tindakan pembedahan, salah satunya adalah TURP (Joyce,
2014).
TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra
tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotongan
dan counter yang disambungkan dengan arus listrik. Trauma bekas resectocopy
Faktor usia
(usia lanjut)
Perubahan
keseimbangan hormon
testosterone dan
Kadar esterogen meningkat
Kadar testosteron esterogen
menurun
Hiperplasia sel prostat
memacu m-RNA di dalam sel-sel
kelenjar prostat
Tindakan pembedahan
Rangsangan saraf
Diameter kecil
Saraf eferen
memberi
respon
Nyeri akut
1. Terapi medikamentosa
2. Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala dan
komplikasi, adapun macam-macam tindakan bedah meliputi:
a. Prostatektomi
melalui insisi abdomen yaitu suatu insisi yang di buat kedalam kandung kemih dan
perineum.
prostat yaitu antara arkuspubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung
kemih.
melalui uretra. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil
(30 gr / kurang) dan efektif dalam mengobati banyak kasus dalam BPH.
b. Transuretral Reseksi Prostat (TURP)
untuk pembedahan uretra yang di lengkapi dengan alat pemotong dan counter
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus sfingter anus
mukosa rectum kelainan lain seperti benjolan dalam rectum dan prostat.
2. Ultrasonografi (USG)
Digunakan untuk memeriksa konsistensi volume dan besar prostat juga keadaan
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC (Red Blood Cell)
dkk, 2014).
Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat ada tidaknya perdarahan internal dalam
abdomen. Sampel yang di ambil adalah cairan abdomen dan diperiksa jumlah sel
darah merahnya.
5. Ureum, Elektrolit, dan serum kreatinin
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai data
6. PA(Patologi Anatomi)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi. Sampel jaringan
benigna atau maligna sehingga akan menjadi landasan untuk treatment selanjutnya.
ii. Penatalaksanaan nyeri pasca oprasi
1. Farmakologis
a. Analgesik: yang diberikan pada pasien pasca bedah TUR-Prostat pada umumnya
drugs (NSAIDs) dan digunakan untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang.
mampu merelaksasikan otot polos prostat dan saluran kemih akan lebih terbuka.
2. Non farmakologis:
yang dapat mengubah persepsi pasien tentang nyeri, mengubah perilaku nyeri dan
memberi pasien rasa pengendalian yang lebih besar terhadap nyeri. Relaksasi akan
dan penurunan tegangan otot. Selain itu, relaksasi akan berdampak terhadap
b. Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapat
sering dialami oleh laki –laki diatas umur 45 tahun (Rendy clevo, 2012)
b. Keluhan Utama : pada klien post operasi BPH biasanya muncul keluhan nyeri,
sehingga yang perlu dikaji untk meringankan nyeri (provocative/ paliative), rasa
c. Riwayat penyakit sekarang: Keluhan yang sering dialami klien BPH dengan istilah
LUTS (Lower Urinary Tract Symtoms). Antara lain: hesistansi, pancaran urin
lemah, intermittensi, ada sisa urine pasca miksi, frekuensi dan disuria (jika
obstruksi meningkat).
d. Riwayat penyakit dahulu : tanyakan pada klien riwayat penyakit yang pernah
diderita, dikarenakan orang yang dulunya mengalami ISK dan faal darah beresiko
(Ackley, 2011)
(Prabowo,2014).
1) Mata : lihat kelopak mata, konjungtiva (pucat atau tidak) (aziz Alimul, 2009).
2) Mulut dan gigi : kaji bagaimana kebersihan rongga mulut dan bau mulut, warna
bibir (pucat atau kering), lidah (bersih atau kotor). Lihat jumlah gigi, adanya
3) Leher : Palpasi daerah leher untuk merasakan adanya massa pada kalenjar tiroid,
kalenjar limfe, dan trakea, kaji juga kemampuan menelan klien, adanya
4) Dada : lihat bentuk dada, pergerakan dinding dada saat bernafas, apakah ada
5) Abdomen
a) Perkusi : Pada klien post operasi BPH dilakukan perkusi pada 9 regio
b) Palpasi : Teraba kistus di daerah suprasimfisis akibat retensi urin dan sering
pyelonefrosis.
6) Genetalia
a) Pada klien post operasi BPH terpasang treeway folley kateter dan biasanya
darah pada kateter. Dan dilakukan tindakan spolling dengan Ns 0,9% / PZ, ini
tergantung dari warna urine yang keluar. Bila urine sudah jernih spolling
7) Ekstermitas
Pada klien post opersi BPH perlu dikaji kekuatan otot dikarenakan mengalami
7) Ajarkan teknik relaksasi seperti nafas dalam dan tehnik distraksi seperti menonton tv,
mendengarkan music, atau hal kesukaan klien untuk mengalihkan perhatian nyeri
klien.
1) Penilaian reguler terhadap klien sangat penting untuk rencana manajemen nyeri.
2) Penilaian nyeri dapat diandalkan sebagai ukuran tingkat intensitas nyeri 3) Imobilisasi
infeksi.
7) Strategi perilaku mandiri dapat mengembalikan rasa kontrol diri, kemanjuran pribadi,
8) Salah satu langkah terpenting menuju peningkatan kontrol rasa sakit adalah suasana
tenang.
9) Bekerja sebagai anti inflamasi dan efek analgesic ringan dalam mengurangi kekakuan
laporan tindakan dari perawat shift sebelumnya hal-hal tersebut merupakan kunci dari
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, pada tahap ini membandingkan
hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil. Evaluasi berfokus pada klien,
baik itu individu ataupun kelompok (Deswani, 2009). Evaluasi keperawatan pada post
N : 60-100x/menit
S : 36,5 -37,5 °C
RR : 16-24x/menit
berlangsung.
g) Menyatakan kenyamanan
Prabowo Eko dan Pranata Eka. 2014 .Buku ajar asuhan keperawatan sistem perkemihan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Presti J, et al. 2013. Neoplasm of The Prostate Gland. USA: The McGraw Hill Compaines Inc
Purnomo. 2014. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV.Agung
Rendy, clevo. 2012. Asuhan keperawatan medical bedah penyakit dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Sjamsuhidajat R, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC
Smeltzer dan Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Edisi 8.
Jakarta: EGC
Suharyanto, toto. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Trans Info Me
Sulistyo. 2013. Konsep dan proses keperawatan nyeri. Yogyakarta : nuha medika
Widijanto G. 2011. Nursing: Menafsirkan Tanda-Tanda dan Gejala Penyakit. PT Indeks Permata
Puri Media : Jakarta Barat