Anda di halaman 1dari 19

PENELITIAN SEJARAH

BERDIRINYA PONDOK PESANTREN


SIDOGIRI DI PASURUAN TAHUN 1745

Disusun oleh:

M. Ali Musthofa

NISN. 0077907047

SMA NEGERI 17 SURABAYA

Tahun 2023
LEMBAR PENGESAHAN

PENELITIAN SEJARAH PROSES HISTORIS PONDOK PESANTREN SIDOGIRI DI


PASURUAN PADA TAHUN 1745-2023

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas


Oleh:

M. ALI MUSTHOFA
NISN. 0077907047

Menyetujui:
Pembimbing

(Siti Astriana, S.Pd)


Surabaya, 07 November 2023

Mengetahui:
Kepala Sekolah

Elis Ristyorini, M.Pd


NIP. 197208181996022001

1
Kata Pengantar

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
Ucapan terima kasih ini saya sampaikan kepada:

1. Ibu Elis Ristyorini, M.Pd. Selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 17 Surabaya yang
telah memberikan kesempatan kepada saya selaku siswa untuk dapat menyelesaikan
penelitian sejarah ini.
2. Bapak/Ibu guru pembimbing yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada
saya untuk selalu berkarya dan berkreasi.

Demikian Karya Tulis Ilmiah ini saya buat dengan konsep bermuatan lokal dengan nilai-
nilai moral seperti jujur, disiplin, berani, kreatif, beriman, bertakwa, dan mampu
mengungkapkan rasa tanggung jawab. Saya berharap Karya Tulis Ilmiah ini mendapatkan
dukungan dan saran yang bersifat membangun.

Surabaya, 13 November 2023

M. ALI MUSTHOFA

2
Daftar isi:

Disusun oleh:...........................................................................................................................................0
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................................1
Kata Pengantar........................................................................................................................................2
Daftar isi:.................................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................................4
B. Batasan Masalah...........................................................................................................................8
C. Perumusan Masalah.....................................................................................................................9
E. Tujuan Penelitian..........................................................................................................................9
F. Manfaat Penelitian........................................................................................................................9
G. Metode Penelitian.......................................................................................................................10
H. Kajian Penulisan.........................................................................................................................11
BAB II...................................................................................................................................................13
A. Sejarah berdirinya pondok pesantren Sidogiri pada tahun 1745-1999M...............................13
B. Sejarah Pondok Pesantren Sidogiri Pada Tahun 2000-Sekarang...........................................15
BAB III..................................................................................................................................................18
A. Kesimpulan dan Saran...............................................................................................................18
Daftar Pustaka.................................................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah merupakan peristiwa kejadian yang telah terjadi di masa lampau, setiap
peristiwa sekali terjadi dan tidak bisa terulang kembali. Setiap peristiwa meninggalkan bekas
yang kemudian di gunakan sebagai “Saksi” atau “Bukti” bahwa kejadian tersebut terjadi,
Sejarah sangat berperan dalam berbagai hal seperti pada diri sendiri, benda dan sebagainya. .
Sejarah memang hanya menceritakan yang terjadi dimasa lampau akan tetapi sejarah pula
berpengaruh besar bagi kehidupan saat ini dan pada masa depan, Sejarah menjadi tolak ukur
dalam setiap perubahan yang terjadi di masa dan masa yang akan datang.
Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri
dan berbeda dengan pendidikan lainnya. Pendidikan dipesantren meliputi pendidikan Islam,
dakwa, pengembangan kemasyarakatan, dan pendidikan lainnya yang sejenis. Para peserta didik
pada pesantren disebut “santri” yang umumnya menetap dipesantren, disebut dengan istilah
“pondok”. Dari sinilah timbul istilah “Pondok Pesantren”.1
Pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional di Indonesia merupakan aset
pendidikan genuin bangsa Indonesia yang mampu bertahan hidup di tengah terpaan angin
modernitas. Kemampuan ini tentu saja bukan sesuatu yang kebetulan, tapi pesantren memang
memiliki elemen-elemen subkultur yang unik dan khas, baik pada supra maupun infra
strukturnya.
Pesantren adalah benteng moral dan aqidah masyarakat yang tak bisa tergantikan.
Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja umumnya disebut pesantren salafi.
Pola tradisional yang diterapkan dalam pesantren salafi adalah para santri bekerja untuk kyai
mereka bisa dengan mencangkul sawah, mengurusi empang (kolam ikan), dan lain sebagainya
dan sebagai balasannya mereka diajari ilmu agama oleh kyai mereka tersebut.
Sebagian besar pesantren salafi menyediakan asrama sebagai tempat tinggal para
santrinya dengan membebankan biaya yang rendah atau bahkan tanpa biaya sama sekali. Para
santri, pada umumnya menghabiskan hingga 20 jam waktu sehari dengan penuh dengan
kegiatan, dimulai dari salat shubuh di waktu pagi hingga mereka tidur kembali di waktu malam.
Pada waktu siang, para santri pergi ke sekolah umum untuk belajar ilmu formal, pada waktu sore
mereka menghadiri pengajian dengan kyai atau ustadz mereka untuk memperdalam pelajaran
agama dan Al-Qur'an. Pesantren modern.2
1
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah,
(Jakarta: 2003), hal. 1
2
Majalah Tajdid, Lembaga Penelitian dan Pengembangan (ciamis:2009), hal. 358
4
Ada pula pesantren yang mengajarkan pendidikan umum, dimana persentase ajarannya
lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum (matematika, fisika, dan
lainnya). Ini sering disebut dengan istilah pondok pesantren modern, dan umumnya tetap
menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri.
Pada pesantren dengan materi ajar campuran antara pendidikan ilmu formal dan ilmu agama
Islam, para santri belajar seperti di sekolah umumatau madrasah. Pesantren campuran untuk
tingkat SMP kadang-kadang juga dikenal dengan nama Madrasah Tsanawiyah, sedangkan untuk
tingkat SMAdengan nama Madrasah Aliyah. Namun, perbedaan pesantren dan madrasahterletak
pada sistemnya. Pesantren memasukkan santrinya ke dalam asrama, sementara dalam madrasah
tidak.3
Sehingga sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan pondok pesantren, pendidikan
di Indonesia juga mengenal Madrasah Diniyah. Kemudian setelah Indonesia merdeka,
pendidikan di Indonesia yang terkutub dalam pendidikan keagamaan dan pendidikan umum,
secara berangsur semakin mencair, antara lain dengan masuknya pendidikan agama kesekolah
umum dan semakin meningkatnya pendidikan umum dimadrasah.4
Menurut M. Arifin pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam tumbuh serta
diakui masyarakat sekitar, dengan sistem komplek asrama dimana santri menerima pendidikan
agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya dibawah kedaulatan leadership
seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen
dalam segalah hal.5
Demi kewajiban untuk menuntut ilmu santri menyesuaikan diri terhadap segalah aktifitas,
budaya dan kebiasaan yang ada dipesantren. Sebagaimana penyesuaian diri menurut Syamsu
Yusuf diartikan sebagai suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan
individu dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhannya, serta mengatasi ketegangan, frustasi
dan konflik dengan memperhatikan dengan memperhatikan norma-norma lingkungan tempat dia
hidup.6
Istilah “santri” berasal dari bahasa “Tamil” yang berarti guru ngaji, dan ada pula yang
mengatakan bahwa santri mempunyai arti yang tahu bukubuku suci, buku agama, atau buku-
buku tentang ilmu pengetahuan.7 Menurut Departemen Agama, pesantren berasal dari kata
“santri” yang memiliki awalan ”pe” dan akhiran "an” yang berarti tempat tinggal para santri. 8

3
Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren. Diakses pada tanggal 12 Februari 2011
4
Ibid, hal. 2
5
Hadimulyo, Dua Pesantren Dua Waja Waja Budaya, dalam M. Dawam Rahardjo (ed), Pergulatan Dunia
Pesantren Membangun Dari Bawah, (Jakarta: LP3Es, 1985) hal. 99
6
Abdullah Bin Abbas, Kiat Mengatasi Mengatasi Stress Anak Melalui Sikap Kasih Sayang Orang Tua, (Jakarta :
Restu Agung, 2007). Hlm. 11
7
Dhofier Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, Studi Pandangan Hidup Kyai. LP3ES, Jakarta : 1986, hlm: 18
8
Departemen Agama RI. Rekontsruksi Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta : 2005, hal : 95
5
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang sekurang-kurangnya mempunyai 3
(tiga) ciri umum, yaitu kyai sebagai figure central, asrama sebagai tempat tinggal para santri,
masjid sebagai pusat kegiatan, kemudian adanya proses belajar mengajar kitab dengan metode
yang khas, sepertiSorogan dan musyawarah.9Adapun ciri khususnya adalah adanya
kepemimpinan yang kharismatik dan suasana keagamaan yang mendalam.10Menurut tradisi
pesantren ada 2 (dua) kelompok santri11, yaitu: “Santri mukim” dan “Santri kampung” (kalong).
Pesantren saat inilah adalah benteng moral dan aqidah masyarakat yang tak bisa
tergantikan. Tapi sekarang semua pesantren kelihatannya tidak lagi mampu memberikan banyak
harapan masyarakat dan orang tua dan wali santri, karena banyak pesantren yang sudah berubah
menjadi lembaga pendidikan formal/negeri dan mengesampingkan formalitas pesantren yang
sesungguhnya.
Ada beberapa hal yang menyebabkan menurunnya mutu Pesantren dan ada beberapa
wacana dan indikasi yang kelihatannya sangat mendorong banyak Kyai melakukan reformasi
pendidikan Pesantren dari salaf/tradisional ke semi modern atau modern yang terkadang
kebablasan sehingga mengakibatkan tidak jelasnya sistim pendidikannya, ala kadarnya:
Pertama, wacana formalisasi Ijazah pesantren dengan dalih kondisi dan tuntutan zaman
yang mengahruskan ijazah negeri bagi setiap sektor kemasyarakatan dan kenegaraan. Hal inilah
yang kemudian mendorong para kyai rameh-rameh “gagah-gagahan” bangunan dan sistim
pendidikan formal dengan segala formalitasnya untuk menarik santri baru yang terkadang. 9
menjerumuskannya kepada hal yang menghilangkan kewira’ian yang pernah dipegang teguh
para pendahulunya. Hingga sampailah kepada lobi-lobi proposal dana bangunan yang sering
terkesan monopoli dan dimenangkan oleh satu yayasan karena kuatnya lobi.
Kedua, banyak pesantren yang misi utamanya hanya memberikan kesempatan kepada
lulusannya untuk bisa masuk ke perguruan tinggi negeri di dalam dan luar negeri. Ini jelas
merupakan “pembodohan” masyarakat yang sistimatis. Karena itu satu bukti bahwa lembaga itu
tidak mampu mendidik santrinya menjadi lulusan yang berkualitas. Pesantren model inilah yang
sekarang laris manis. Ketiga, perbedaan kekyaian yang dimiliki Kyai sekarang sangat jauh
berbeda dengan kyai pesantren tempo dulu. Kalau dulu Kyai seneng puasa, riyadloh dan tirakat
untuk diri dan santrinya, kini sifat-sifat tulus dan karomah seperti itu sangat jarang kita temukan.
Justru yang menjadi wacana adalah kampanye partai, calon gubernur, bupati dan caleg serta
perseteruan dan perebutan posisi di dalam dan luar Pesantren.
Ini jelas-jelas merusak nilai lahir dan batin Pesantren yang mengakibatkan tidak
“mberkahinya” kyai kepada santri. Walaupun itu adalah buah perputaran waktu tapi semuanya
tetap memberikan dampak negative bagi pribadi dan Pesantren dalam penilaian masyarakat yang
harus kita jaga. Ponpes Sidogiri merupakan jenis pesantren salaf , Ponpes ini didirikan pada awal
abad ke-18 oleh Sayyid Sulaiman.

9
Ibid., hal. 55
6
Berdirinya pondok pesantren Sidogiri jarang diketahui oleh masyarakat Indonesia, di
setiap daerah dan masyarakat yang menempati daerah, hal ini di sebabkan masyarakat yang
berada di kota pasuruan tida mempedulikan sejarah tempat yang mereka tempati. Berdirinya
pondok pesantren Sidogiri juga menjadi salah satu tujuan pemerintah Republik Indonesia dalam
pembangunan nasional, agar Masyarakat Indonesia khususnya pada daerah pasuruan seperti
warga kota pasuruan dapat mengetahui peristiwa sejarah yang di tempatinya. Sampai saat ini
banyak generasi muda tidak mengetahui sejarah berdirinya pondok pesantren Sidogiri yang di
tempatinya. Hal ini disebabkan pemerintah kota hanya memfokuskan dalam perkembangan
ekonomi dan pembangunan pada pondok pesantren tersebut.
Pondok pesantren Sidogiri adalah salah satu pondok yang berada di kecamatan Kraton
kabupaten pasuruan yang sudah ada sekitar tahun 1718 atau 1745 serta sudah cukup lama
diketahui oleh masyarakat pada tahun 1963,pondok pesantren Sidogiri yang dahulunya
mempunyai santri yang masih sedikit banyak adanya jumlah santri yang banyak dilakukan oleh
para kyai bertujuan untuk mengembangkan pondok. Pengembangan dan perubahan suatu
bangunan seperti halnya pondok pesantren Sidogiri tidak luput dari peran seorang kyai yang
memimpin wilayah tersebut
Keturunan Rasulullah S. A. W di sebut dengan kepala pimpinan pondok, begitu pun
dengan pondok-pondok sangat berperan penting dengan adanya kemajuan pondok, begitu pun
dengan pondok pesantren Sidogiri pada tahun-ketahun kepala pimpinan pondok yang terus
berganti dengan adanya pergantian keturunan jika kyai yang meninggal dunia maka yang
menggantikan adalah gusnya/anaknya

7
B. Batasan Masalah

Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau upaya membatasi ruang lingkup
masalah yang terlalu luas atau lebar sehingga penelitian itu lebih bisa fokus untuk dilakukan. Hal
ini dilakukan agar pembahasannya tidak terlalu luas pada aspek-aspek yang jauh dari relevansi
sehingga penelitian itu bisa lebih fokus untuk dilakukan
Arti lain dari batasan masalah adalah suatu batasan terhadap suatu cakupan ruang dari
suatu permasalahan agar pembahasan yang akan kita lakukan tidak terlampau jauh dan melebar
dengan tujuan agar pembahasan yang kita bahas fokus pada satu penelitian saja.Batasan masalah
juga merupakan konsep yang digunakan untuk mengkomunikasikan upaya-upaya peneliti untuk
membatasi atau membedakan ruang lingkup masalah yang telah teridentifikasi dan masalah
tersebut diyakini akan diteliti. Batasan masalah perlu dilakukan agar identifikasi masalah pada
penelitian pendahuluan tampak tidak melebar kemana-mana. Adapun dua macam batasan
masalah pada penelitian ini, yakni:
1. Ruang lingkup spasial : batasan yang di dasarkan pada kesatuan wilayah geografis
atau satuan wilayah administratif tertentu, misalnya: desa, kecamatan, kabupaten,
provinsi dan sebagainya. Oleh karena itu peneliti membatasi aspek spasial yang di
pilih oleh penulis yakni wilayah pondok pesantren Sidogiri .Batasan ini di buat agar
aspek spasial hanya membahas masalah-masalah yang terkait dengan pembahasan,
sehingga tidak keluar dari materi pembahasan. Pembahasan dalam penelitian ini di
lihat dari awal mula terbentuk sampai pada perkembangan masyarakat waktu itu yang
telah menyaksikan berdirinya pondok pesantren Sidogiri, pondok pesantren Sidogiri
saat ini sudah mengalami banyak perubahan dalam aspek sosial masyarakat dan aspek
ekonomi pada masyarakat pasuruan yang khususnya berada di kecamatan kraton.
Sehubungan dengan hal itu dalam berjalanya waktu perkembangan hal yang sangat
mencolok dari perubahan suatu daerah, sehingga menjadikan suatu hal yang menarik
dalam penelitian di lapangan yang akan berlangsung. Sehubungan dengan hal tersebut
ada kaitanya dengan peneliti, pondok pesantren Sidogiri dipilih karena alasan peneliti
yang menetap di Desa Tamboo. Sebagai salah satu Penduduk dibesarkan dari sari-sari
alam setempat memiliki keinginan untuk memberikan distribusi atau sumbangsih
dalam bidang pendidikan kepada daerah lokal.Selain itu, tidak dibebankan dengan
finansial yang besar dan jarak tempuh yang jauh. Sehingganya penelitian diusahakan
agar tidak memiliki kendala yang besar dan memungkinkan adanya hambatan untuk
menyukseskan penelitian

2. Ruang lingkup temporal : batasan waktu yang di pilih dalam penelitian. Kajian
penelitian ini mulai dari awal berdirinya pondok pesantren Sidogiri dan juga
perkembangan masyarakat di pasuruan khususnya kecamatan kraton. Adanya batasan
tempat ini maka akan lebih mudah untuk mengetahui gambaran serta mendapat data-
data penelitian yang sesuai fakta yang ada, akurat dan dapat lebih di percaya
kebenaranya. Berdasarkan cerita masyarakat pada awalnya pondok pesantren Sidogiri
8
hanyalah berupa pondok pesantren yang kecil jumlah santrinya dan merupakan
daerah persawahan karena berada di daerah yang dekat dengan Masyarakat kraton.

Maka penulis mengambil kesimpulan untuk menentukan aspek temporal penelitian yakni
pada tahun 1718-2023. Berjalanya waktu perkembangan masyarakat mengalami perubahan-
perubahan yaitu berupa, sosial, ekonomi serta sistem pemerintahan pada tahun 1718 -2023.
Berdasarkan aspek tersebut, selanjutnya mengenai pembahasan juga akan masuk bagaimana
pondoktersebut terbentuk. Dengan adanya aspek temporal maka memudahkan penulis untuk
meneliti.10

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang yang telah dikemukakan, ada beberapa perumusan
masalah untuk karya tulis ini, yaitu:
A. Bagaimana kondisi bangunan pondok pesantren Sidogiri pada masa lalu?
B. Bagaimana kondisi bangunan pondok pesantren Sidogiri pada masa sekarang?
C. Apa yang perlu dilakukan pemerintah kota pasuruan untuk menjaga atau merawat
keberadaannya dalam tempat berdirinya pondok pesantren Sidogiri?

E. Tujuan Penelitian

Bedasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti juga memiliki tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian sebagai berikut:
1. Peneliti ingin mengidentifikasi berdirinya pondok Pesantren Sidogiri di pasuruan
2. Peneliti ingin mengidentifikasi pengaruh berdirinya pondok Pesantren Sidogiri
kepada masyarakat setempat.
3. Peneliti ingin mengidentifikasi upaya pemerintah dalam menjaga keberadaan pondok
Pesantren Sidogiri .

F. Manfaat Penelitian

Bedasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai, maka peneliti juga memiliki manfaat
penelitian yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua khalayak umum.
1. Manfaat bagi Akademisi
Tim Jurusan Sejarah Fakultas sastra Universitas Diponegoro, Pedoman Penulisan Skripsi:
10

Mahasiswa Program Sastra 1 Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Diponegoro,


Semarang: Fakultas Sastra Universitas Diponegoro, 2006, hal. 10-11.

9
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi akademisi yang sedang mencari wawasan mengenai
proses historis pondok Pesantren Sidogiri di wilayah pasuruan.
2. Manfaat bagi Masyarakat
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya wilayah pasuruan dalam
mengetahui sejarah dari berdirinya pondok Pesantren Sidogiri pada tahun 1718-2023.
3. Manfaat bagi Lembaga Pemerintah
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi lembaga pemerintah untuk terus mejaga keberadaan
pondok Pesantren Sidogiri agar terus dilestarikan dan di jaga dengan baik

G. Metode Penelitian

Metode penelitian atau kerangka kerja merupakan tuntutan untuk melakukan kegiatan
penelitian sejrah dan permasalahannya sehingga penelitian menjadi valid, efektif, dan efisien,
serta dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan empat metode
penelitian sebagai berikut:
A. Heuristik
Metode heuristic yakni aktivitas untuk mencari dan menemukan sumber yang diperlukan.
Bedasarkan sifatnya sumber sejarah terdiri dari dua macam , yakni:

a) Sumber Primer: sumber yang pembuatannya tidak jauh atau bahkan pada saat
waktu terjadinya peristiwa tersebut. Pada penelitian ini menggunakan sumber
primer dengan menggunakan bangunan pondok dan pendiri pondok itu yang
ditemukan di kecamatan Kraton.
b) Sumber Sekunder: sumber yang waktu pembuatannya jauh dari waktu terjadinya
peristiwa tersebut. Pada sumber ini peneliti menggunakan artikel dari internet dan
skripsi.

B. Kritik Sumber/Verifikasi
Kritik sumber merupakan kegiatan memeriksa, mengoreksi, serta menilai sumber-sumber
sejarah yang telah dikumpulkan sehingga bisa dipisahkan mana yang merupakan sumber
penting dan mana yang bukan. Kritik sumber memiliki dua macam yaitu kritik intern dan
kritik ekstern.
a) Kritik Intern: penilaian terhadap keaslian dan kebenaran isi atau materi sumber
sejarah, baik yang berupa keterangan lisan maupun keterangan tertulis. Pada kritik
ini diperkuat dengan adanya bangunan kuno dan pendiri pondok pesantren
Sidogiri yang ada dalam silsilah keluarga pendiri pondok di pasuruan.

10
b) Kritik Ekstern: proses penilaian terhadap bahan-bahan yang digunakan untuk
membuat sumber sejarah. Pada kritik peneliti menggunakan sumber dari
artikel,internet , dan skripsi.

C.Interprestasi
Interpretasi dalam sejarah adalah penafsiran (interpretasi) terhadap sumber-
sumber sejarah yang terpilih sebagai bukti penelitiannya. Penafsiran sumber sejarah harus
bersifat logis terhadap keseluruhan konteks peristiwa sehingga berbagai sumber sejarah
yang lepas satu sama lainnya dapat disusun dan dihubungkan menjadi satu kesatuan yang
masuk akal. Pada waktu melakukan interpretasi atas sumber sejarah.Dalam interpretasi
sejarah, harus diusahakan semaksimal mungkin menghindari subjektivitas.Dengan cara
tersebut, diharapkan interpretasi sejarah akan lebih objektif.

D. Historiografi
Historiografi adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber
yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Historiografi merupakan
rekaman tentang segala sesuatu yang dicatat sebagai bahan pelajaran tentang perilaku
yang baik. Dalam proses penulisan sejarah harus memperhatikan beberapa hal berikut.
Bersifat Indonesiasentris atau berpandangan untuk kepentingan bangsa Indonesia.
Sesuai dengan perkembangan zaman sekarang agar dapat diterima oleh seluruh
masyarakat
Mengingat bahwa sejarah merupakan bagian dari pembangunan pendidikan karakter
bangsa (nation building).
Memperhatikan struktur dan gaya penulisan sehingga cara penyajian sejarah memiliki
unsur- unsur seni serta komunikatif.
Historiografi yang baik biasanya menyajikan latar belakang, kronologi peristiwa,
analisis sebab akibat, dan uraian mendalam mengenai hasil penelitian, dampak, serta
kesimpulan. Dengan demikian, hasilnya dapat memberikan pemahaman baru yang
bermakna kepada pembaca tentang topik tersebut.

H. Kajian Penulisan

Kajian pustaka ini dilakukan untuk menghindari terjadinya duplikasi atas hasil karya
orang lain yang telah ada. Penulis melakukan penelusuran dan menggali informasi seputar
masalah yang akan diteliti dari data yang telah ada untuk kemudian dikembangkan. Penulis pun
menemukan beberapa karya yang telah ada dan berkaitan dengan judul penelitian diantaranya
sebagai berikut :
Buku "Modul Praktis Ilmu Pengetahuan Sejarah Kelas X Semester 1 Kurikulum
Merdeka" yang diterbitkan oleh Viva Pakarindo, memberikan penjelasan yang cukup lengkap

11
mengenai metode penelitian sejarah. Halaman 35 dari buku tersebut menjelaskan bahwa metode
penelitian sejarah mencakup lima tahapan: pemilihan topik, heuristik, kritik sumber, interpretasi,
dan historiografi. Metode penelitian ini membantu peneliti sejarah dalam menggali dan
menganalisis data historis dengan cermat.
Selain itu, sumber-sumber dari internet dan literatur lainnya juga digunakan untuk
mendukung penelitian ini. Kajian pustaka ini membantu dalam memahami dasar pengetahuan
yang ada tentang proses historis pondok Pesantren Sidogiri di pasuruan pada tahun 1718-2023
sebelum melanjutkan penelitian lebih lanjut

12
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah berdirinya pondok pesantren Sidogiri pada tahun 1745-1999M

Sidogiri dibabat oleh seorang Sayyid dari Cirebon Jawa Barat bernama Sayyid Sulaiman.
Beliau adalah keturunan Rasulullah dari marga Basyaiban. Ayahnya, Sayyid Abdurrahman,
adalah seorang perantau dari negeri wali, Tarim Hadramaut Yaman. Sedangkan ibunya, Syarifah
Khodijah, adalah putri Sultan Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati. Dengan demikian, dari garis
ibu, Sayyid Sulaiman merupakan cucu Sunan Gunung Jati.
Sayyid Sulaiman membabat dan mendirikan pondok pesantren di Sidogiri dengan dibantu
oleh Kiai Aminullah. Kiai Aminullah adalah santri sekaligus menantu Sayyid Sulaiman yang
berasal dari Pulau Bawean. Konon pembabatan Sidogiri dilakukan selama 40 hari. Saat itu
Sidogiri masih berupa hutan belantara yang tak terjamah manusia dan dihuni oleh banyak
makhluk halus. Sidogiri dipilih untuk dibabat dan dijadikan pondok pesantren karena diyakini
tanahnya baik dan berbarokah.Tahun Berdiri
Terdapat satu versi tentang tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri yaitu 1718Dalam
suatu catatan yang ditulis Panca Warga tahun 1963 disebutkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri
didirikan tahun 1745. Catatan itu ditandatangani oleh Almaghfurlahum KH Noerhasan Nawawie,
KH Cholil Nawawie, dan KA Sa’doellah Nawawie pada 29 Oktober 1963.1158 H atau 1745 M,
Mbah Sayid Sulaiman membabat tanah Sidogiri yang saat itu masih berupa hutan belantara.
Beliau adalah putra pertama pasangan Sayid Abdurrahman bin Umar ba Syaiban dan Syarifah
Khadijah, cucu Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Beliau memiliki garis keturunan dari
Hadramaut, Yaman. Ditemani oleh seorang santrinya, Aminulloh, asal pulau Bawean, beliau
mendirikan sebuah pesantren yang di kemudian hari dikenal dengan nama Pondok Pesantren
Sidogiri.
Pertengahan abad ke-18 M, kepengasuhan dipangku oleh KH. Aminullah asal Bawean
kelahiran Hadhramaut. Beliau adalah santri pertama sekaligus menantu Mbah Sayid Sulaiman .
Sekitar akhir abad ke-18 M, kepengasuhan dipangku Kiai Mahalli, santri KH. Aminullah
asal Bawean yang juga turut membantu membabat tanah Sidogiri. Menantu KH. Aminullah ini
diperkirakan wafat pada awal 1800-an dan hingga kini pasarean beliau tidak diketahui
tempatnya.Sekitar awal abad ke-19 M, kepengasuhan beralih kepada KH. Abu Dzarrin (menurut
satu versi), santri asal Magelang yang mempunyai hubungan darah dengan Sayid Sulaiman.
Terkenal alim ilmu nahwu-sharraf dan memiliki banyak karangan karya, di antaranya yang
sempat terbukukan adalah kitab “Sorrof Sono”.
Sekitar awal s.d pertengahan abad ke-19 M, KH. Noerhasan bin Noerkhotim menjadi
pengasuh. Santri asal Bangkalan itu adalah keturunan Sayid Sulaiman dari jalur Kiai Noerkhotim
13
bin Kiai Asror bin Abdullah bin Sulaiman. Diambil mantu oleh Kiai Mahalli. Pernah berguru
kepada Sayid Abu Bakar Syatha, pengarang I’ânatuth-Thâlibîn. Mulai merintis pengajian kitab-
kitab besar seperti Ihya’ Ulumuddin, Shahih Bukhari, dan Shahih Muslim. Merintis kegiatan
pembacaan shawalat ba’da maghrib dan peletak pertama pambangunan Surau Daerah H.
Sekitar pertengahan ke-19 s.d awal abad ke-20 M, KH. Bahar bin Noerhasan melanjutkan
estafet kepengasuhan. Bersama adiknya KH. Nawawie, nyantri kepada Syaikhona Kholil di
Bangkalan.
Awal abad ke-19 M, pengasuh dijabat oleh KH. Nawawie bin Noerhasan. Termasuk kiai
khos yang dimintai pendapat oleh KH Hasyim Asy’ari sebelum pendirian NU. Menjadi
Mustasyar NU hingga akhir hayat. Awal abad ke-19 M, KH. Abd. Adzim bin Oerip, menantu
tertua KH Nawawie menjadi pangasuh. Awal abad ke-19 s.d 1947 M, KH. Abd. Djalil bin
Fadhil, menantu kedua KH Nawawie menjadi pangasuh hingga wafat di tangan penjajah
Belanda.14 Shafar 1357 H atau 15 April 1938 M, KH. Abd. Djalil mendirikan madrasah yang
diberi nama Madrasah Miftahul Ulum (MMU). Sejak saat itu PPS mulai memakai dua sistem
pendidikan, sistem pengajian ma’hadiyah dan sistem madrasiyah (klasikal).
1936 M, gedung MMU pertama kali dibangun dalam tempo dua tahun. Saat ini
dialihfungsikan menjadi gedung perpustakaan. 1947 M, KH. Abd Djalil wafat pada, kemudian
PPS diasuh oleh KH. Cholil Nawawie. Pada saat itulah, dibentuk suatu wadah permusyawaratan
yang diberi nama Pancawarga. Anggotanya adalah lima putra KH. Nawawie bin Noerhasan,
yaitu: KH. Noerhasan (w. 1967), KH. Cholil (w. 1978), KH. Siradjul-Millah Waddin (w. 1988),
KA. Sa’doellah (w. 1972) dan KH. Hasani (w. 2001).
1952 M, MMU mulai mengeluarkan ijazah pertama kali (Tingkat Ibtidaiyah) dan 1962 M
(Tsanawiyah).Dzul Hijjah 1376 H atau Juli 1957 M, MMU Tsanawiyah didirikan sebagai
jenjang pendidikan kedua setelah Madrasah Ibtidaiyah. 1961 M, KA. Sadoellah Nawawi
membuka madrasah ranting (fillial). Dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pendidikan madrasah di sekitar PPS. 1961 M, KH. Cholil Nawawie (Pengasuh) dan KA.
Sadeollah Nawawie (Ketua Umum) menggagas pengiriman guru tugas.
1961 M, KA. Sadoellah Nawawie merintis Kopontren Sidogiri. Awal berdiri, Kopontren
Sidogiri hanya berupa kedai makanan dan toko kelontong sederhana. Kopontren Sidogiri resmi
berbadan hukum sejak 15 Juli 1997. 1964 M, Kahanas (Kaderisasi Ahlusunah wal Jamaah) lahir.
Pada tahun 1973 diganti menjadi Annajah. Di masa awal, kegiatan Annajah dikhususkan bagi
murid kelas III Ts. Sejak tahun 1984 kegiatan pembekalan ini mulai dibuka untuk kelas I dan II
Ts dengan fokus materi yang berbeda.
1965 M, lambang resmi pesantren dibuat oleh HM. Usman Anis berdasarkan ide K.
Sadoellah Nawawie dengan tujuan untuk memperjelas dan mempertegas identitas santri.
Sebelumnya sudah ada lambang yang dikenal dengan singkatan PAPSID (Pelajar Asrama
Pesantren Sidogiri). 1978 (21 Ramadan), KH. Kholil Nawawi wafat. Digantikan oleh KH. Abdul
Alim bin Abd. Djalil 03 (atau 13) Muharam 1403/21 Oktober 1982 MMU Aliyah didirikan
sebagai jenjang pendidikan tertinggi untuk menampung santri purna tugas.
14
1983 M, Perpustakaan Sidogiri berdiri. koleksi pertamanya adalah kitab-kitab koleksi
KH. Kholil Nawawie yang diwakafkan untuk santri. 1983 (versi lain 1987) M, Balai Pengobatan
Sidogiri resmi berdiri. Sejak tahun 2004, BPS mulai membuka layanan kesehatan untuk
masyarakat umum. 14 Syawal 1409 H/21 Mei 1989 M, MMU tingkat Istidadiyah didirikan
sebagai fase persiapan bagi santri baru.
1989 M, PPS mendirikan Labsoma (Laboratorium Soal Madrasah). Anggotanya khusus
direkrut untuk merancang, menyusun dan mengoreksi soal-soal ujian. 1412 H/1991-1992,
Lembaga Pengembangan Bahasa Arab dan Asing (LPBAA) resmi berdiri. 1991 M, latihan seni
hadrah ala ISHARI mulai dibuka untuk santri.
28 Muharam 1414 H/18 Juli 1993 M, Organisasi Murid Intra Madrasah (OMIM)
didirikan sebagai wadah bagi murid-murid MMU Aliyah
1414 H/ 1994 M, DAS (Darul Aitam Sidogiri) didirikan, berlokasi di Jl. Benowo
Simolawang Simokerto Surabaya. Sejak tahun 1419 H, pengelolaan DAS Surabaya diserahkan
kepada PPS.
1415 H/1994 M, Majalah IJTIHAD terbit perdana sebanyak 24 halaman hitam-putih.
Dikelola oleh OMIM MMU Aliyah. IJTIHAD adalah media pertama di PPS sebelum
berkembang hingga mencapai 17 media seperti saat ini.
1419 H, balai tamu atau ruang pertemuan santri dengan walinya dibangun.
1419 H, pelatihan bela diri dibuka atas anjuran KH. Hasani Nawawie.
1419 H, mading HIMMAH terbit perdana. Juga dikelola oleh OMIM.
1988 M, P3S didirkan dengan nama Pekerjaan Umum (PU). Tahun 1996 diganti nama
menjadi Pekerjaan Umum dan Pembangunan (PUPEM). Tahun 2003 diganti lagi menjadi
Pengadaan, Perbaikan, danPerawatan Sarana (P3S).
1993/1414 OMIM (Organisasi Murid Intra Madrasah) lahir atas prakarsa Drs. M. Zainal
Falah, S.Hud dan Anwar Sadad Usma, M.Ag.
1420 H, Mading Maktabati terbit, dikelola oleh Perpustakaan Sidogiri. Dan pada 1420-
1421 Mading Himmah terbit perdana. Tahun 1421/2000 Mading Ibtikar terbit. Mading Madinah
Jumat, 29 Muharram 1423

B. Sejarah Pondok Pesantren Sidogiri Pada Tahun 2000-Sekarang

1421 H/2000 M, PPS mulai membuka kursus bahasa Inggris pertama kali melalui
LPBAA atas perintah KH. Abdul Alim bin Abdul Djalil.Rabiul Awal 1420 H, website resmi
www.sidogiri.com di-launching atas perintah Mas d. Nawawy Sadoellah.

15
1421 H, start pembangunan MMU as-Suyuthi, 36 lokal, 3 lantai.15 Syaban 1422 H/01
Nopember 2001 M, IASS (Ikatan Alumni Santri Sidogiri) berdiri. 15 Syaban 1422 H/01
Nopember 2001 M, ISS (Ikatan Santri Sidogiri) berdiri.
1422 H, kelas program khusus (PK) dengan sistem akselarasi atau percepatan mulai
dibuka.1423 H, Silaturrahim Nasional pertama IASS.1425-1426 H, MMU Aliyah mulai
menerapkan sistem kejuruan di kelas II dan kelas III dengan tiga jurusan: Tarbiyah (pendidikan),
Dakwah, dan Muamalah (ekonomi syariah).
28 Dzul Qadah 1425 H/2005 M, KH. Abdul Alim bin Abd. Djalil wafat. Digantikan oleh
KH. A. Nawawi bin Abd. Djalil1426 H, peletakaan batu pertama kantor IASS di Desa
Sungikulon Pohjentrek Pasuruan.Syaban 1426 H, Buletin SIDOGIRI diterbitkan pertama kali
oleh Majelis Keluarga.
1426 H, start pembangunan Kantor Sekretariat yang baru.1426-27 H, pengiriman dai ke
daerah-daerah minus ilmu agama Islam dimulai.20 Rabiul Awal 1427 H/April 2006 M, Pustaka
Sidogiri berdiri dengan nama CV. Pustaka Sidogiri as-Salafy. PS mengusung motto, “Benteng
Ahlussunnah wal Jamaah”.
23 Syaban 1428 H/September 2007 M, peletakan batu pertama DKS Bekasi. 11 Shafar
1431 H, Pabrik AMDK Kopontren Sidogiri resmi pindah ke Desa Umbulan Winongan Pasuruan
dan dimiliki penuh oleh PPS. Sebelumnya berada di Pakoren Rembang Pasuruan. Syaban 1428
H, Badan Pers Pesantren (BPP) didirikan sebagai lembaga yang mengontrol, mengatur dan
mengarahkan media PPS.11 Jumadal Ula 1431 H. DKS Surabaya (Darul Khidmah Sidogiri)
diresmikan oleh Majelis Keluarga.
1433-1434 H, Annajah Center berdiri atas prakarsa Mas d. Nawawy Sadoellah.26
Muharam 1433 H, Majelis Keluarga membentuk badan Dana Investasi Maslahah (DIM) Sidogiri
yang bertugas menghimpun dana untuk kepentingan pendidikan dan dakwah PPS. 17 Rajab 1434
H/27 Mei 2013 M, Gerai Kopontren Sidogiri yang semula menggunakan brand swalayan diganti
menjadi Toko BASMALAH. Bertepatan dengan dibukanya cabang Kopontren Sidogiri di
Robatal Sampang.
23 Muharam 1434 H, peletakan batu pertama pembangunan MMU al-Ghozali oleh
Pengasuh PPS, KH. A. Nawawi Abd. Djalil. Direncanakan 48 ruang, 4 lantai.01 Muharam 1435
H, peletakan batu pertama pembangunan gedung LAZ-Sidogiri dan L-Kaf Sidogiri oleh KH.
Fuad Noerhasan.11 Maret 2016 M, Peresmian Gedung Ikatan Alumni Santri Sidogiri (IASS),
yang terletak di Jln. Sidogiri KM. 1 Sungiwetan Pohjentrek Pasuruan.
Syawal 1437 H, Mabna ar-Rofii yang awalnya menjadi madrasah dialihfungsikan sebagai
daerah N. Begitu pula Mabna an-Nawawi dialihfungsikan sebagai daerah O. Rabiuts Tsani 1438
H, lahan yang dibebaskan di selatan Lapangan as-Suyuthi mulai digarap.
15 Syaban 1438 H, Cegah Berantas Barang Berbahaya (CB3) diremikan. Syaban 1438 H,
Perpustakaan Sidogiri yang awalnya berada di tengah pemukiman santri, direlokasi di Kantor
Kopontren (utara Balai Tamu). Syawal 1439 H, relokasi warga Daerah D menjadi daerah khusus
16
kelas 4 ibtidaiyah ke bawah. Safar 1439 H, peletakan batu pertama pembangunan MMU baru di
barat Gedung MMU as-Suyuthi oleh Pengasuh, KH. A. Nawawi Abd. Djalil. Direncanakan 48
ruang, 4 lantai.
2 Januari 2019 M, peletakan baru pertama pembangunan kamar mandi baru di timur
gedung MMU al-Ghazali. Rabiul Awal 1440 H, penambahan fasilitas kamar mandi di lantai dua
kamar mandi Dearah M. Rabiul Awal 1440 H, proses penyekatan Aula Kantor Sekretariat Lantai
III untuk merelokasi sementara beberapa kantor Instansi. Muharam 1441 H, penambahan daerah
baru yaitu daerah J II yang bertempat di eks. daerah N (Mabna ar-Rofii). Sedangkan lantai dasar
digunakan sebagai daerah N.
-

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka

18

Anda mungkin juga menyukai