Makalah Manajemen Resiko Lembaga Keuangan Syariah Kel 11
Makalah Manajemen Resiko Lembaga Keuangan Syariah Kel 11
Disusun Oleh:
Keysha Alea Arwindra (21108020061)
Andika luthfi arifin (21108020068)
Movelly Alfino (21108020140)
Dosen Pengampu:
Fitri Zaelina, S.E.I.,M.E.K
PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur selalu kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Adapun materi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “MANAJEMEN
RESIKO LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH”. Kami menyadari bahwa penulisan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah
Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah Bapak M. Arif Kurniawan, M.M.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca dan
dapat bermanfaat bagi kita semua dalam mempelajari materi ini serta dapat digunakan
sebagaimana mestinya
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
A. Latar Belakang .........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 6
A. Apa yang dimaksud dengan ketenagakerjaan?.......................................................6
B. Bagaimana hubungan kerja dan industrial? ........................................................7
C. Bagaimana sistem pengupahan dan kesejahteraan pekerja? ...............................11
D. Apa yang dimaksud dengan mogok kerja dan PHK? .........................................14
E. Bagaimana sistem keselamatan dan perlindungan kerja? ...................................16
F. Apa yang dimaksud dengan perselisihan hubungan industrial? ..........................25
BAB III PENUTUP..............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Risiko ada di mana-mana. Jika suatu organisasi tidak bisa mengelola risiko
tersebut dengan baik, maka organisasi tersebut bisa menghadapi konsekuensi negatif
yang cukup substansial. Banyak contoh kejadian semacam itu, seperti kegagalan:
Bank Baring, Enron, fraud di perbankan, kecelakaan pesawat terbang, dan lainnya.
Beberapa perusahaan tersebut bahkan mengalami kebangkrutan karena kegagalan
mereka mengantisipasi dan mengelola risiko tersebut. Lembaga keuangan perbankan
Syariah, meskipun bekerja dengan prinsip Syariah, juga tidak akan kebal terhadap
risiko. Risiko, dari berbagai sumber dan arah, akan selalu mengancam Lembaga
keuangan Syariah. Orang dan organisasi yang peka terhadap risiko merupakan aset
penting untuk mengantisipasi risiko. Risiko yang datang dari berbagai arah tersebut
merupakan katalis yang mempercepat datangnya bencana atau kerugian. Jika suatu
organisasi bisa mengelola risiko dengan baik, maka organisasi tersebut akan mampu
memaksimumkan nilainya, dan kesejahteraan masyarakat secara umum akan
meningkat.
Lembaga keuangan syariah (LKS) yang terdiri dari Bank Umum Syariah
(BUS) dan Non-Perbankan Syariah, seperti Koperasi Syariah, Asuransi Syariah, Pasar
Modal Syariah, Pegadaian Syariah dan sejenisnya secara operasional harus mengacu
pada nilai-nilai ajaran Islam yang telah diproduk-fatwakan oleh Dewan Nasional
Majelis Ulama Indonesia (Fatwa DSN-MUI). Hal ini dimaksud agar produk-produk
yang ditawarkan pada masyarakat tidak mengandung unsur ribā, gharār, Manajemen
Risiko Pembiayaan pada Lembaga Keuangan Syariah dan maysīr. Namun demikian,
bukan berarti produk-produk lembaga keuangan syariah baik yang ada diperbankan
syariah maupun nonperbankan syariah tidak mengandung risiko, utamanya ketika
terjadi transaksi pembiayaan.
Manajemen resiko yang merupakan suatu usaha untuk mengetahui,
menganalisis, serta mengendalikan resiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan
tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi (Darmawi, 2006).
Penerapan manajemen resiko akan memeberikan manfaat yang lebih baik kepada
lembaga syariah yang mana dapat meningkatkan stakeholder value, serta memberikan
gambaran kepada pengelola lembaga syariah mengenai kemungkinan terjadinya
kerugian pada pihak lembaga syariah dimasa yang akan datang. Meningkatkan
metode dan proses pengambilan keputusan yang sisitematis, yang digunakan sebagai
dasar pengukuran yang tepat mengenai kinerja. Selain itu, manajemen resiko
ditemukan untuk menjadi salah satu penentu pengembalian dari saham bank
(Sensarma dan Jaydev, 2009 dalam Ajmi, 2012)
Salah satu fungsi lembaga keuangan adalah mengelola secara efektif resiko
yang ditimbulkannya dalam transaksi keuangan. Untuk menyediakan layanan yang
beresiko rendah, lembaga keuangan konvensional telah membangun berbagai kontrak,
proses, instrumen, serta kelembagaan yang diperlukan dalam meringankan beban
resikonya. Masa depan lembaga keuangan syariah akan ditentukan oleh seberapa
besar perhatian dan bagaimana mereka akan mengelola berbagai macam risiko yang
timbul dari kegiatan operasional mereka. Namun, masih banyak pihak yang awam dan
bias mengenai bagaimana manajemen resiko yang baik itu. Dan bagaimana prosesnya
dalam lembaga syariah. Oleh karena itu pada makalah kali ini, kami memutuskan
untuk membahas mengenai “Manajemen Resiko Lembaga Keuangan Syariah”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen resiko?
2. Apa yang dimaksud dengan Lembaga Keuangan Syariah?
3. Bagaimana peran Dewan Komisaris dan Direksi?
4. Bagaimana Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Sistem
Informasi Manajemen Risiko Pembiayaan?
5. Bagaimana Pengendalian Resiko Pembiayaan Syariah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen Resiko
Manajemen risiko dalam pengertian luas adalah seni pembuatan keputusan
dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian. Keputusan melibatkan sejumlah
risiko dan imbalan. Sebuah pilihan antara melakukan sesuatu yang aman dan
mengambil risiko. Seseorang dapat mengalami kebimbangan saat harus memutuskan
untuk melakukan investasi dalam usaha baru, juga dalam pilihan melakukan
diversifikasi, atau memagari sebuah portofolio aset. Perilaku risiko (risk attitude)
seseorang atau sebuah institusi menentu- kan keputusan yang diambil. Teori utilitas
menawarkan metoda rasional untuk menyatakan perilaku risiko sehingga teori ini
digunakan sebagai pilar utama dalam manajemen risiko. Dua pilar lain dari
manajemen risiko adalah pembentukan sejumlah alternatif yang baik dan penilaian
probabilitas. Tanpa alternatif tindakan maka tidak ada yang dapat dijadikan keputusan
dan dengan penilaian probabilitas dapat diperkirakan konsekuensi yang mungkin
terjadi dari setiap tindakan.
Rasionalitas dalam konteks teori utilitas memiliki arti keputusan harus logis
dan konsisten dengan sejumlah aksioma serta sejalan dengan pola perilaku risiko.
Teori utilitas tidak memaksakan perilaku risiko tertentu. Perilaku risiko merupakan
pilihan personal atau merupakan kebijakan perusahaan dan merupakan kerangka logis
untuk mengembangkan preferensi risiko dari kasus sederhana hingga situasi yang
rumit.Seseorang perlu mencari kerangka aksiomatis untuk menyatakan preferensi
risiko yang dimilikinya. Kita tidak dapat mengandalkan Intuisi tanpa kerangka
aksiomatis. Pembuatan keputusan sederhana dengan pilihan-pilihan intuitif yang
saling bertentangan satu dengan lainnya merupakan hal yang tidak mudah untuk
dilakukan. Hampir semua orang memiliki anggapan dasar bahwa intuisi yang
dimilikinya selalu benar dan membantu dalam setiap keadaan dalam kenyataan- nya
tidak demikian. Serangkaian aturan dasar, namun dalam melihat konsekuensi logis
yang ada merupakan pilihan bijak bagi seorang pembuat keputusan. Teori utilitas
tidak seluruhnya deskriptif dan juga tidak seluruhnya normatif. Teori ini merupakan
disiplin tersendiri dan dapat menjadi dasar kuantitatif bagi pengungkapan perilaku
risiko dikehidupan sehari-hari. Teori utilitas diterapkan dengan mengungkap reaksi
ins- tingtif seseorang atau sebuah institusi pada situasi berisiko. Teori ini
memudahkan pembuat keputusan perusahaan untuk
a. lebih memahami perilaku risiko mana yang harus diadopsi,
b. mengungkap perilaku risiko secara resmi sebagai sebuah elemen kebijakan
perusahaan
c. dapat digunakan dalam mengkomunikasikan perilaku risiko pada seluruh
anggota organisasi.
Dengan demikian, teori utilitas dengan seluruh manfaatnya diharapkan dapat
membantu pendelegasian pembuatan keputusan dalam ketidakpastian secara aman.
Adapun secara umum, tujuan manajemen risiko dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
bagian, yaitu:
1. Tujuan Perorangan
2. Tujuan Masyarakat
3. Tujuan Perusahaan
Tujuan dasar merencanakan bisnis yang jauh dari risiko keburukan dengan cara-cara
bisnis bermartabat dan penuh tanggungjawab merupakan tujuan asasi dari perorangan
maupun kelembagaan. Dari unsur perorangan di samping memperoleh keuntungan
materi juga menjadi ladang akhirat kelak. Bagi perusahaan atau kelembagaan mampu
memberikan persediaan bagi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan bertanggun jawab
dari segi hifdzul māl (menjaga harta), hifdzu al-dīn (menjaga agama), hifdzu al-nasal
(menjaga keturunan), hifdzul nafs (menjaga jiwa), dan hifdzu al-aql (menjaga
idealisme intelek-tualitas) secara bersama-sama dengan individu menjadi tanggung
jawabnya.
Dengan diterapkannya manajemen risiko di suatu per-usahaan ada beberapa
manfaat yang setidaknya dapat diperoleh perusahaan seperti:
a. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap
keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati (prudent) dan
selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.
b. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-pengaruh
yang mungkin timbul baik secara jangka panjang maupun jangka pendek.
c. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari
risiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian khususnya kerugian
dari segi finansial.
d. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum.
e. Dengan adanya konsep manajemen risiko (risk manajemen concept) yang
dirancang secara detail maka artinya perusahaan telah membangun arah dan
mekanisme secara suistainable (berkelanjutan).
Manfaat ini didapat agar risiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, maka
seharusnyalah itu di manajemani dengan sebaik- baiknya. Manfaat manajemen risiko
tersebut sangat penting, khususnya bagi pengambil keputusan atau tindakan.
Prinsip ijarah dapat diterapkan dalam pengendalian risiko pembiayaan syariah dengan
cara melakukan pembiayaan dengan prinsip sewa-menyewa. LKS menyediakan
barang atau jasa yang dibutuhkan oleh nasabah, kemudian nasabah membayar sewa
atas barang atau jasa tersebut. Risiko kerugian dalam proses transaksi sewa-menyewa
ditanggung oleh LKS.
Selain menerapkan prinsip-prinsip pembiayaan syariah, pengendalian risiko
pembiayaan syariah juga dapat dilakukan melalui penerapan manajemen risiko yang
baik dan pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan pembiayaan syariah. LKS
harus memiliki tim manajemen risiko yang kompeten dan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang produk dan layanan pembiayaan syariah. LKS juga harus
melakukan pengawasan terhadap nasabah dan mengambil tindakan yang tepat jika
terjadi pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
KESIMPULAN
Pengendalian risiko pembiayaan syariah sangat penting dilakukan untuk
meminimalkan kerugian yang mungkin terjadi akibat risiko yang ada dalam bisnis
pembiayaan syariah. Langkah-langkah pengendalian risiko meliputi identifikasi
risiko, penilaian risiko, pengembangan strategi pengendalian risiko, monitoring risiko,
evaluasi kinerja pengendalian risiko, dan penyesuaian pengendalian risiko. Penerapan
prinsip-prinsip pembiayaan syariah juga dapat membantu dalam pengendalian risiko
pembiayaan syariah. LKS harus memiliki tim manajemen risiko yang kompeten dan
melakukan pengawasan terhadap nasabah untuk memastikan pelaksanaan pembiayaan
syariah berjalan dengan baik.
Al Arif, M. Nur Rianto. (2012). Lembaga Keuangan Syariah, Suatu Kajian Teoretis
Praktis. Bandung: CV Pustaka Setia.
Aziz, M.Ag., Dr. Abdul. (2021). Manajemen Risiko Pembiayaan pada Lembaga
Keuangan Syariah. Depok: Rajawali Pers.
Soemitra, M.A., Dr. Andri. (2009). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP.
Abdul Aziz, A. Z. (2021). Manajemen Risiko Pembiayaan pada Lembaga Keuangan
Syariah.
Yulianti, R. T., Bustami, A., Atiqoh, N., & Anjellah, R. (2018). Studi komparasi
penerapan manajemen risiko produk pembiayaan di Lembaga Keuangan
Mikro Syariah. Jurnal Syarikah: Jurnal Ekonomi Islam, 4(1).
Rais, S. (2013, November). MANAJEMEN RISIKO DI LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH: BANK SYARIAH. In Performance (Vol. 18, No. 2).