Anda di halaman 1dari 4

Khotbah Biblis dan Khotbah Kontekstual

Mata Kuliah: HOMILETIKA

Mazmur 130-6 “Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pengawal mengharapkan pagi,
lebih dari pengawal mengharapkan pagi.”

Saudara/i yang terkasih di dalam nama Tuhan Yesus Kristus,

Ada pertanyaan buat kita semua, Pernahkah kita menyesal terhadap apa yang telah kita
lakukan yang membuat kita tidak sanggup dalam melewatinya? Penyesalan yang membuat
dirinya terjatuh hingga terpuruk? Ya. Tentunya setiap manusia pernah menyesal atas apa
yang telah ia lakukan, hingga ia pun ingin putus asa. Kehidupan yang kita lewati saat ini
tentunya tidak selalu berjalan baik dan lancar seperti yang kita harapkan, pastinya banyak
sekali hal-hal yang menguras emosi hingga air mata. Dalam memahami kenyataan ini, ada
masanya kita bertanya-tanya Apakah Tuhan melupakanku?

Demikianlah penggambaran Daud ketika menuliskan mazmur 130 tersebut. Mazmur 130 ini
merupakan salah satu dari tujuh mazmur yang mengutarakan penyesalan diri. Mazmur ini
sekaligus menunjukkan, sekuat apa pun seseorang, ia tentu akan menghadapi masa-masa
yang sulit, yang menekan, termasuk karena dosa-dosanya. Dan dalam kondisi yang
menyedihkan sekali pun, kita dapat berseru kepada Allah melalui doa-doa kita. Dalam
Mazmur 130 ini pemazmur juga mendorong kita untuk senantiasa mempercayakan diri
sekaligus bergantung penuh hanya kepada Allah. Apakah ini didasari oleh kesadaran bahwa
manusia tidak bisa berjuang sendiri melawan dosa? Sangat mungkin. Kata “Dosa” dalam
bahasa Yunani αμαρτια (hamartia) yang artinya adalah suatu perbuatan yang penuh dosa.
Paulus menulis, “Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan
Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanya bertentangan sehingga kamu
setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki” (Gal. 5:17). Sehingga kita perlu hidup
di dalam Roh. Ini berarti kita perlu memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus.

Saudara/i yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,

Terdapat dua kalimat penekanan pada firman Tuhan Kita saat ini, yaitu lebih dari pengawal
mengharapkan pagi, lebih dari pengawal mengharapkan pagi. Kata Pengawal dalam bahasa
Ibrani yaitu (SYAMAR: ‫ )ָׁש ַמר‬yang artinya menjaga, mengawal, memegang, memperhatikan
(Kej. 3:24; 17:9; 37:11; 1 Samuel 26:15, Mazmur 127:1). Sedangkan kata Pengharapan
berasal dari kata harap yang berarti mohon, minta, keinginan supaya sesuatu bisa terwujud,
dan sesuatu itu biasanya sesuai dengan kebutuhan atau keinginan. Ada dua kata pengharapan
dalam dalam perjanjian Lama yang umum dipakai yaitu Yakhal yang berarti “menunggu” dan
Qavah yang memiliki arti yang sama juga “menunggu atau keadaan menunggu. Sedangkan
dalam bahasa Yunani menggunakan kata Elpis yang artinya menantikan yang baik. Baik
dalam bahasa Ibrani maupun dalam bahasa Yunani kata Pengharapan memiliki arti yang sama
yaitu menunggu atau menantikan. Dan yang dinanti-nantikan oleh orang percaya adalah
adalah Tuhan, seperti Pemazmur berkata “Aku menanti-nantikan TUHAN, Jiwaku menanti-
nanti dan aku mengharapkan Firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada
pengawal mengharapkan pagi” (Mazmur 130:5-6). Seruan itu memohon agar Tuhan
mengampuni orang yang berdosa; karena hanya pengampunan Tuhan sajalah yang
memungkinkan dan memampukan orang berdosa untuk kembali berdiri dan beribadah kepada
Allah. Semua yang berdoa menantikan datangnya Tuhan yang memberikan kata-kata
pengampunan dan pendamaian kembali. Kedatangan Tuhan yang demikian itu digambarkan
dalam upacara terbitnya fajar, ketika harus dipersembahkan korban pagi hari. Itulah sebabnya
maka masa penantian kedatangan Tuhan digambarkan sebagai masa penantian datangnya
fajar. Dan mereka yang menantikannya penuh kerinduan digambarkan sebagai para pengawal
yang menantikan datangnya fajar yang sangat mereka rindukan. Dengan datangnya fajar
maka terpenuhilah kerinduan itu. Oleh karena itulah, Setiap manusia pasti mengharapkan
kehadiran TUHAN di dalam hidupnya. Kedatangan TUHAN selalu dinanti bagaikan seorang
pengawal. Kita mungkin bertanya-tanya, apakah pengampunan ini berlaku bagi semua dosa
kita? Tentulah dalam kondisi tertentu keragu-raguan seperti ini bisa menerpa kita. Namun,
kita tidak perlu merasa khawatir. Sebab, pengampunan yang Allah sediakan bersifat
menyeluruh dan untuk segala jenis dosa. Bahkan Allah menyediakan pengampunan yang
berlimpah, cukup bagi setiap orang yang datang kepada-Nya.

Saudara/i yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus

Pada ayat sebelumnya yaitu pada ayat 3 dan 4 secara khusus menekankan betapa perlunya
kita menyadari kesalahan dan dosa-dosa kita di hadapan Allah. Kita tidak mungkin
membenarkan diri dan membuktikan diri kita tidak bersalah di hadapan-Nya. Kita tidak
mungkin bertahan kalau la menyatakan segala dosa kita. Untuk itu, kita perlu merendahkan
diri di hadapan-Nya, mengakui dosa-dosa kita. Sebab la sendiri telah menyediakan
pengampunan itu. Di ayat 5, Daud mengatakan “Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku
menanti-nanti, dan aku mengharapkan firmanNya”. Artinya adalah bahwa Daud benar-benar
menyadari bahwa dengan menantikan Dia, Daud bisa mendapatkan firman-Nya. Bagi Daud,
firman Tuhan itu hal yang tidak bisa digantikan dengan apa pun. Baginya, firman Tuhan lebih
manis dari tetasan madu. Itulah yang seharusnya juga terjadi dalam kehidupan kita.

Saudara saudari yang terkasih di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Melalui kitab itu mazmu.
Pada siapakah si pemazmur berharap? Dari seruan ini nampaklah ia berharap kepada Allah
bukan manusia. Dengan penuh pengharapan pemazmur bergantung penuh pada pertolongan
Tuhan. Sikap ini timbul karena kesadaran bahwa di hadapan Tuhan, manusia tidak berdaya
dan tak mampu berbuat apa-apa. Pemazmur menuliskan bahwa ia mengharapkan Tuhan lebih
dari pada pengawal mengharapkan pagi. Seorang pengawal ditempatkan di malam hari untuk
menjaga kota dan penduduknya dari ancaman berbagai hal buruk yang biasa terjadi, seperti
serangan musuh, hewan liar, atau bencana alam.

Kesabaran dan ketekunan dalam menanti-nantikan Tuhan pasti akan membuahkan hasil dan
mendatangkan berkat yang luar biasa. Jika kita boleh kembali ke masa-masa penderitaan
covid 2019, tentunya itu adalah salah satu penyakit yang sangat merugikan dunia bukan
cuman negara Indonesia, banyak yang kehilangan harapan, banyak yang kehilangan
pekerjaan, bahkan keluarga sekaligus. Salah satu fenomena yang benar-benar terjadi dalam
kehidupan dunia.

Saudara-saudari yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus, dalam keadaan tersebut
banyak sekali manusia berharap atas sembuhnya dunia ini. Banyak sekali yang ingin kembali
ke masa-masa di mana belum ada covid 19. Semua segala kegiatan berhenti secara tiba-tiba,
dan yang paling sakitnya terkadang yang miskin semakin miskin.

Saudaraku keadaan ini adalah salah satu contoh yang menghadirkan kuasa Yesus dalam hidup
kita. Pengharapan kita tidak sia-sia dalam hidup ini, dua kita semua didengarkan oleh Tuhan,
dan yang pasti Tuhan tidak pernah meninggalkan kita semua.

Berharaplah dalam segala hal. Masa depan itu sangat indah dan luarbiasa.

Saudara saudari yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Secara manusia kita tidak
kuat, tapi saat kita memandang Tuhan dan berserah penuh kepada-Nya, kekuatan itu akan
muncul dan membuat kita tetap bersemangat dan tetap tekun menantikan Dia. Karena itu,
teruslah menanti-nanti TUHAN di sepanjang hidup kita

Sama seperti halnya dengan ayat yang ke 7. Selama kita hidup maka kita tidak akan pernah
lepas dari masalah. Masalah datang silih berganti. Sekalipun demikian jangan pernah kita
menjadi tawar hati, karena yang terpenting adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapi
setiap masalah. Oleh sebab itu kita perlu memiliki sifat yang positif serta tetap optimis dalam
menghadapi setiap masalah. Setiap persoalan tidak dapat dihindari dan harus tetap dihadapi,
namun kekuatan manusia terbatas. Maka dari itu saat di tengah persoalan kita harus tinggal di
dalam Tuhan. Di dalam Dia, kita akan mendapatkan kekuatan yang menopang kita untuk
dapat bertahan dalam menghadapi setiap goncangan masalah. Tinggal di dalam Tuhan artinya
kita lebih banyak memiliki hubungan intim dengan Tuhan, lebih banyak berdoa sehingga
kekuatan Tuhan boleh turun ke atas kita. Pada saat kita tinggal di dalam Tuhan, Dia akan
memberikan hikmat dalam menghadapi setiap persoalan supaya pada akhirnya kita
mendapatkan kemenangan. Meskipun dalam hidup kita, kita sering mengalami pergumulan
berat yang seringkali membuat kita lemah, baik secara roh maupun tubuh. Tapi,
kekuatan yang baru akan diberikan Tuhan ketika kita senantiasa menanti-nantikan
Dia.

Dalam hidup kita, menunggu adalah salah satu hal yang sangat tidak kita sukai, apalagi
menunggu suatu ketidakpastian pasti sangat menyakitkan. Namun dalam hal ini Tuhan Yesus
tidak pernah mengkhianati dan menghiraukan kita umatnya.

Menunggu memang menjadi perjuangan tersendiri bagi orang-orang yang mau berjumpa
dengan Tuhan saat itu. Kita mendapati dalam nas bacaan kita, bagaimana perjumpaan dengan
Tuhan adalah hal yang layak dinanti, meski harus dibayar dengan harga yang mahal.

Oleh karena itu, marilah kita tetap semangat dan tekun dalam menantikan Tuhan Yesus.
Amin.

Anda mungkin juga menyukai