DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil‘alamin, segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta
alam, yang telah menganugerahkan akal fikiran kepada manusia. Tetesan
sholawat serta siraman salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi agung
Muhammad SAW, pelita akhir zaman, penerang kegelapan.
Dengan sebuah keyakinan bahwa dengan pertolongan Allah SWT, segala
sesuatu yang sulit akan menjadi mudah, walau dengan langkah yang tertatih dan
harus menaklukkan terjalnya jurang yang bernama malas. Kami mencoba
membangun indahnya kebersamaan dalam nasyruddin wanasyrul ilmi,
sehingga terselesaikanlah makalah ini.
Makalah dengan judul “Al-Ihsan” Dalam menjelaskan hal-hal yang
hendaknya ditinggalkan para insan adalah isi dari kitab Mirqoh Su’ud at-
Tasdiq ala Syarhi Sulam at-Taufiq karya Syaikh Abdullah bin Husain bin Thohir
bin Muhammad bin Hasyim Ba’lawi. Kitab ini di kenal dengan sebutan “syarah
Sulam at-Taufiq” yang merupakan salah satu kitab yang banyak digunakan
sebagai acuan untuk menambah rasa cinta kepada Allah Swt.
Dalam makalah ini kami memaparkan poin-poin terkait sifat terpuji dan
sifat tercela serta hukum-hukum permasalahan yang sering terjadi disekitar kita
agar menjadi renungan dan tadabbur sehingga kita lebih berhati-hati dalam
menjalani kehidupan. Dan untuk meningkatkan ketakwaan serta keimanan kita
kepada Allah SWT.
Sebagai cerminan rasa syukur atas selesainya makalah ini, tak lupa kami
ucapkan banyak terima kasih kepada ustadz Moch Qoidul Ghurril Muhajjalin
selaku pembimbing kami yang tanpa henti, tanpa pamrih, dan tanpa pilih kasih
senantiasa mengeluarkan segala partisipasinya dalam menyelesaikan makalah
ini. Dan kepada semua guru-guru kami yang senantiasa memberikan bimbingan
dan tuntunan kepada kami dalam mengarungi samudera keilmuan. Wa bil
khusus al mukarrom Romo Yai Nurul Huda Djazuli yang senantiasa kami
harapkan berkah keilmuan serta amaliahnya.
|2
Tim Penyusun
|3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................1
Daftar Isi .........................................................................................................3
Bab I : Pendahuluan ....................................................................................5
A. Latar Belakang ...................................................................................5
B. Rumusan Masalah ..............................................................................7
C. Tujuan Penulisan ................................................................................7
Bab II : Pembahasan ....................................................................................8
1. Sifat Terpuji ........................................................................................8
A. Membenci Setan .....................................................................8
B. Membenci Dunia ....................................................................15
2. Sifat Tercela ........................................................................................18
A. Maksiat Telinga ......................................................................19
B. Maksiat Farji ..........................................................................22
C. Maksiat Kaki ..........................................................................30
Bab III : Penutup .........................................................................................
Kesimpulan ..................................................................................
Daftar Pustaka ..............................................................................
|4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perspektif manusia menurut islam adalah makhluk yang di berikan amanah
oleh Allah SWT dan wajib untuk di tunaikan. Perspektif adalah cara seseorang
melihat sesuatu. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sudut pandang manusia dalam memilih opini dan kepercayaan mengenai suatu
hal.
Selain makhluk yang diberi amanah manusia juga memiliki berbagai macam
karakter, yang dengan karakter tersebut antara satu dengan yang lainnya
menjadi kelebihan sekaligus kekurangannya.
Karakter dalam Islam dapat dikatakan sebagai akhlak yang Islami yaitu
akhlak yang bersumber pada ajaran Allah SWT dan Rasulnya. Akhlak Islami
ini merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka. Sehingga dapat menjadi
indikator apakah seorang muslim yang baik atau buruk.
Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumber pada Alqur’an dan Hadist. Dan
masalah akhlak dalam Islam Mendapat perhatian besar.
Berdasarkan bahasa akhlak adalah sifat, watak, karakter, budi pekerti, tabiat,
perangkai dan tingkah laku. Sedangkan berdasarkan istilah akhlak adalah suatu
sifat yang tertanam dalam diri manusia yang bisa bernilai baik atau bernilai
buruk.
Konsep akhlak menurut imam Al Ghozali adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa seseorang yang kemudian lahir darinya perbuatan yang mudah tanpa
pertimbangan fikiran terlebih dahulu.
Akhlak terbagi menjadi dua bagian yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela.
Akhlak terpuji sendiri memiliki makna menghilangkan perilaku tercela yang
melanggar norma agama dan menghiasi diri dengan perbuatan baik sedangkan
akhlak tercela memiliki makna perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama.
Dan sifat tergantung pada diri sendiri dan lingkungan disekitarnya.
|5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakter yang sesuai dalam syariat islam?
2. Apa faktor yang mempengaruhi baik dan buruknya karakter seseorang?
3. Bagaimana cara merealisasikan karakter yang baik dalam kehidupan sehari-
hari?
4. Apa konsekuensi bagi seseorang yang melakukan hal-hal yang tidak sesuai
dalam syariat islam?
5. Bagaimana peran karakter untuk menyikapi hal-hal yang tidak sesuai dalam
syariat Islam?
6. Bagaimana cara menyingkap problematika terkait hal-hal yang tidak sesuai
dengan syariat Islam yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui karakter yang sesuai dalam syariat Islam
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi baik buruknya karakter
seseorang
3. Untuk mengetahui cara merealisasikan karakter yang baik dalam kehidupan
sehari-hari
4. Untuk mengetahui konsekuensi bagi seseorang yang melakukan hal-hal yang
tidak sesuai dalam syariat Islam
5. Untuk mengetahui peran karakter dalam menyikapi hal-hal yang tidak sesuai
dalam syariat Islam
6. Untuk mengetahui cara menyingkap problematika terkait hal-hal yang tidak
sesuai dengan syariat Islam yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari
|7
BAB II
PEMBAHASAN
1. SIFAT TERPUJI
A. MEMBENCI SETAN
Kita semua harus meyakini adanya setan tetapi bukan berarti kita harus takut
apalagi malah tunduk kepadanya. Karena bagaimanapun berbagai dalil telah
menyebutkan dengan jelas bahwa setan termasuk ke dalam makhluk Allah.
Disisi lain kita juga harus meyakini bahwa sejatinya manusia adalah
makhluk Allah yang paling mulia, tetapi kemuliaan ini tidak pantas menjadikan
manusia sombong terhadap makhluk lainnya. Jika kesombongan itu ada, maka bisa
mengakibatkan derajatnya akan jauh lebih rendah dari pada setan.
1. Pengertian Setan
Setan adalah sebuah nama dari jin yang sesat dan memberontak. Adapun
lafadz شيطانitu di ambil dari lafadz شاطyang berarti terbakar atau di ambil dari
ولقد خلقنكم ثم صورنكم ثم قلنا للملئكة اسجدوا لدم فسجدوا ال ابليس لم يكن من
السجدين
قال فاهبط منها فما يكون لك ان تتكَّب فيها فاخرج انك من الصغرين
“Allah berfirman, Maka turunlah kamu dari surga, karena kamu tidak
sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu
termasuk makhluk yang hina.”Q.S al-A’raf:13
Peperangan setan dengan manusia semakin penuh dengan tipu muslihat.
Semakin tinggi kualitas seorang manusia dalam hal ketakwaan maka semakin tinggi
pula kualitas tipu muslihat setan untuk mengganggunya. Dan cara setan
mengganggu orang biasa tentu akan berbeda dengan cara setan mengganggu
seorang yang berilmu.
“Sesungguhnya (setan) itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat dan
keji, dan mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah.”Q.S al-
Baqarah:169
Sehingga dari penjelasan di atas kita sebagai manusia yang beriman harus
memposisikan setan sebagai musuh yang sebenarnya sekaligus harus mewaspadai
tipu daya setan. Karena setan selalu memiliki cara untuk menyesatkan umat-umat
manusia sehingga disebut sebagai musuh yang nyata. Godaan setan tidak akan
|9
pernah behenti sampai manusia benar-benar berpaling dari jalan Allah dan menjadi
pengikutnya.
Allah SWT berfirman:
ان الشيطن لكم عد ٌّو فاَّتذوه عد ًّوا انما يدعوا حزبه ِلكونوا من اصحب السعي
Banyak ayat-ayat al-Quran yang memberi peringatan kepada kita agar selalu
waspada terhadap bujukan setan dan keterampilannya dalam menyesatkan manusia
menggunakan ketekunan dan semangat yang tinggi. Sehingga strategi setan dan
para pengikutnya dalam menyesatkan manusia terus menerus diperbarui.
Diantara cara-cara setan menyesatkan manusia adalah1:
a) Memandang baik perbuatan yang buruk
Cara ini dilakukan setan dengan memperindah amalan buruk dan menyamarkan
kebenaran. Memandang baik perbuatan buruk akan membuat manusia semakin
banyak melakukan kemaksiatan. Hal inilah yang akan ditanamkan setan ke dalam
hati dan fikiran manusia.
َافمن زين ل سوء عمله فراه حسنا فان الل يضل من يشاء ويهدي من يشاء فل تذهب نفسك
عليهم حسات ان الل علي رم بما يصنعون
“Maka apakah pantas orang dijadikan terasa indah perbuatan buruknya, lalu
menganggap baik perbuatannya itu? Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang
dia kehendaki. Maka janganlah engkau (Muhammad) biarkan dirimu binasa
karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa
yang mereka perbuat.” QS. Fatir:8
b) Membuat lupa larangan
Setan akan membuat manusia lupa terhadap apa yang dilarang oleh Allah
1
Syaikh Ihsan Muhammad Dahlan, Siroj At-Tholibin, Al-Haramain, Juz 1, Hal 294
| 10
واذا رايت اّلين يوضون ف ايتنا فاعرض عنهم حّت يوضوا ف حديث غيه واما ينسينك
الشيطن فل تقعد بعد اّلكرى مع القوم الظلمي
ولضلنهم ولمنينهم ولمرنهم فليبتكن اذان النعام ولمرنهم فليغين خلق الل ومن يتخذ
الشيطن وِلًّا من دون الل فقد خس خسانا مبيا
وقال الشيطن لما قض المر ان الل وعدكم وعد الق ووعدتكم فاخلفتكم وما كن ل
عليكم من سلطن ال ان دعوتكم فاستجبتم ل فلتلومون ولوموا انفسكم ماانا بمصخكم
وما انتم بمصخ اّن كفرت بما اشكتمون من قبل ان الظلمي لهم عذ ر
اب اِل رم
“Sungguh, Setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman
dan bertawakkal kepada Allah.” Q.S an-Nahl:99
Maka dari uraian di atas sebagai peringatan dan pedoman agar umat islam
tidak mudah mengikuti dan bagaimana cara menjaga serta membentengi diri dari
langkah-langkah setan.
2
Syaikh Ihsan Muhammad Dahlan, Siroj At-Tholibin, Al-Haramain, Juz 1, Hal 282
3
Syaikh Ihsan Muhammad Dahlan, Siroj At-Tholibin, Al-Haramain, Juz 2, Hal 57
| 12
B. MEMBENCI DUNIA
1. Pengertian Dunia
Dunia adalah perkara yang melebihi kadar kebutuhan. Atau dunia adalah
setiap perkara yang ada sebelum kematian, sedangkan akhirat adalah setiap perkara
yang ada setelah kematian.4
2. Pembagian Dunia
a. Dunia yang bisa dirasakan kenikmatannya hingga akhirat kelak. Yakni ilmu
dan amal. Ilmu adalah mengetahui Allah dengan sifat-sifat-Nya, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan para utusan-Nya serta mengetahui
syariat Nabi. Sedangkan yang dimaksud dengan amal yaitu ibadah yang di
lakukan semata-mata karena mencari ridhonya Allah.
b. Dunia yang tidak bisa dirasakan kenikmatannya di akhirat kelak. Seperti
contoh: bersenang-senang dengan kemaksiatan dan menikmati perkara
mubah yang berlebihan.
c. Dunia yang berada di tengah-tengah antara dua kategori di atas. Contoh:
Setiap perkara yang digunakan untuk kekuatan dalam melakukan suatu amal
ibadah. Sebagaimana Nabi SAW bersabda:
كم من عمل يتصور بصورة اعمال النيا ويصي بسن الية من اعمال الخرة
“Banyak bentuk contoh amal dunia yang menjadi amal akhirat sebab
bagusnya niat.”
3. Dunia yang Harus di Hindari
Bagi kita yang masih berada di dunia, mau tidak mau suka tidak suka kita
selalu bersinggungan langsung dengan perkara duniawi. Dan Allah SWT juga tidak
melarang untuk mengambil bagian kita dari dunia.
Sebagaimana firman Allah:
وابتغ فيما اتك الل الار الخرة ولتنس نصيبك من النيا واحسن كما احسن الل اِلك ول
تبغ الفساد ف الرض ان الل ل يب المفسدين
“Dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah di anugerahkan
Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat
baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
4
Al-Imam Abi Hamid Muhammad bin Muammad Al-Ghazali, Ihya al Ulumuddin, Dar al-Kutub al-
Ilmiah, Beirut, Juz 3, Hal 267
| 13
janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang
yang berbuat kerusakan.”Q.S al-Qasas:77
Disamping itu, dunia merupakan tempat kita menanam kebajikan yang pada
akhirnya akan kita petik kelak di akhirat. Oleh karenanya tidak mungkin kita
melepaskannya.
Maka janganlah melupakan bagianmu di dunia untuk menuju akhirat sebab
dunia merupakan ladang tempat kita menanam kebaikan untuk kepentingan akhirat.
Pada akhirnya dapat kita simpulkan bahwa dunia yang harus kita benci
adalah perkara duniawi yang lebih dari kebutuhan. Yang sehingga kelebihan itu
justru akan menjauhkan kita dari selamat di akhirat. Hal ini sebagaimana pepatah
“Segala sesuatu yang berlebebihan pasti ada kebaikan yang terabaikan”
Dalam kitab Sulam at-Taufiq dikatakan:
Diantara sifat terpuji adalah membenci dunia karena mematuhi syariat
Allah. Karena sesungguhnya Allah tidak pernah melihat dunia sejak Allah
menciptakannya, hal ini tidak lain karena kebencian Allah pada dunia.
4. Cara Mencegah Diri dari Dunia
Mencegah diri dari syahwat dunia bisa membersihkan hati dari kotoran.
Adapun cara mencegahnya yakni dengan dzikir, fikir dan amal5
1.) Dzikir
Dengan cara memperbanyak ibadah, karena Allah menciptakan manusia
tidak lain agar beribadah kepada-Nya. Dan memperbanyak amal, karena
Allah menciptakan hidup dan mati untuk menguji siapa yang lebih baik
amalnya.
2.) Fikir
Ketahuilah bahwasannya dunia ada tiga keadaan:
1. Keadaan yang mana kita tidak mendapatkan sesuatu apapun dari dunia,
yakni dunia sebelum wujudnya kita sampai zaman azali.
2. Dunia yang tidak bisa kita lihat,yakni perkara setelah kematian sampai
selamanya.
3. Keadaan antara zaman azali dan selamanya, yakni hari-hari kehidupan
kita di dunia.
Maka lihatlah pada kira-kira masanya dunia dan membandingkan
pada zaman azali dan selamanya. Sehingga kamu mengetahui
5
Al-Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali, Ihya Al Ulumuddin, Dar Al-Kutub
Al-Ilmiah, Beirut, Juz 3, Hal 269
| 14
3.) Amal
Seperti hidup sederhana, tidak khawatir dengan rizki yang akan datang, suka
berinfaq, dan sebaik-baiknya infaq yakni perkara yang paling di senangi.
Sebagaimana firman Allah:
لن تنالوا الَّب حّت تنفقوا مما ُتبون
“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu
menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai.”Q.S Ali Imron:92
Dan salah satu bentuk qona’ahnya Nabi yaitu dalam peristiwa
perang khondaq.
Alkisah ketika nabi sedang menggali khondaq (parit), sahabat Jabir
bin Abdillah melihat nabi dalam keadaan kelaparan, kemudian sahabat Jabir
menanyakan pada sang istri tentang apa yang ia miliki sekarang kemudian
sahabat Jabir menumbuk sya’ir (biji gandum) dan menyembelih hewan
yang ia miliki. Kemudian sahabat Jabir mendatangi rasulullah dan meminta
rasulullah untuk datang kerumahnya karna ia mempunyai makanan untuk
rasulullah kemudian rasulullah mengajak sahabat lain untuk pergi kerumah
sahabat Jabir untuk menikmati makanan yang dihidangkan oleh sahabat
Jabir.
Begitulah sifat qona’ah rasulullah meskipun beliau bisa meminta
langsung kepada Allah, tapi beliau tidak melakukannya, karena untuk
mengajarkan kepada para sahabat bahwasanya segala sesuatu tidak bisa
didapatkan secara instan kecuali dengan cara berusaha.
2. SIFAT TERCELA
Diantara sifat tercela adalah melakukan maksiat. Maksiat merupakan suatu
sifat dari perbuatan yang wajib di hindari. Dan maksiat merupakan perilaku atau
tindakan manusia yang melanggar hukum yang bertentangan dengan perintah
Allah. Maksiat harus di hindari tidak lain agar kita tidak melanggar larangan Allah
6
Al-Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali, Ihya Al Ulumuddin, Dar Al-Kutub
Al-Ilmiah, Beirut, Juz 3, Hal 263
| 15
SWT meskipun sejatinya, dalam semua perintah atau larangan Allah pasti ada
hikmah berupa kemanfaatan atau kerugian baik pada tubuh kita atau dalam
kehidupan sehari-hari.
A. MAKSIAT TELINGA
Maksiat telinga adalah perbuatan maksiat yang melibatkan anggota badan
telinga dan indera pendengaran. Diantaranya adalah:
1). Mendengarkan Pembicaraan Suatu Kaum yang di Rahasiakan
Didalam hadist shohih yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas bahwasanya
Rasulullah bersabda:
من استمع ال حديث قوم وهم كرهون صب ف اذنيه النك يوم القيامة
“Barang siapa yang mendengarkan alat malahi pada saat di dunia maka
dia tidak akan bisa mendengarkan bacaannya ahli surga yakni Nabi Yusuf dan
Nabi Muhammad Saw.”
Alasan di haramkannya:8
a) Kenikmatan yang hasil dari suara tersebut mengajak kepada keburukan ,
seperti meminum khamr
7
Mu’jam al-Mu’ashoroh
8
Abi al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar al-Maliki al-Haitami, Zawajir an iktirof
al-kaba’ir, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Juz 2, Hal 282
| 16
9
Syaikh Hafidz Hasan al-Mas’ud, Taysir al-Khalaq, Hal 36
10
Syaikh Muhammad bin Salim bin Said Babashil As-Syafi’i, Is’ad Ar-Rofiq, Dar Aly, Juz 2, Hal
94
| 17
واذا كث اللوطية رفع الل عز وجل يده عن اللق ول يبال ف اي واد هلكوا
“Jika pelaku kaum Luth sudah merajalela, Allah SWT akan mengangkat
tangannya dari makhluk. Allah tidak peduli mereka akan binasa dilembah mana
saja.”
Dosa liwath lebih besar daripada zina, berdasarkan pendapat yang
diungkapkan oleh Imam Malik dan Imam Ahmad bahwasanya pelaku liwath harus
di ranjam walaupun ia tidak muhson. Sedangkan menurut pendapat lain dosa zina
lebih besar dibanding liwath dengan alasan adanya dorongan nafsu dari kedua belah
pihak yang mengakibatkan bercampurnya garis keturunan.11
Begitu juga dengan hubungan sesama jenis perempuan atau disebut dengan
lesbian hukumnya adalah haram dan termasuk dosa besar. Lesbian yaitu seorang
perempuan melakukan hubungan intim dengan sesama perempuan seperti layaknya
hubungan suami istri.12
Lesbian atau dalam bahasa arab disebut dengan sihaq merupakan dosa besar
yang mana siksaan yang akan diberikan Allah kepada pelakunya sangat
mengerikan. Disebutkan oleh Imam Ibn Hajar al Haitami, berdasarkan sabda Nabi
lesbian adalah zinanya wanita dengan sesama wanita.
Nabi SAW bersabda:
ر
ثلثة ليقبل الل منهم شهادة ان لال الالل الراكب والمركوب والراكبة والمركوبة والمام الائر
11
Syaikh Muhammad bin Salim bin Said Babashil asy-Syafi’i, Is’ad ar-Rofiq, Dar Aly, Juz 2, Hal
136
12
Syaikh Muhammad bin Salim bin Said Babashil asy-Syafi’i, Is’ad ar-Rofiq, Dar Aly, Juz 2, Hal
138
| 19
“Ada tiga kelompok manusia yang Allah tidak akan menerima syahadat
mereka: pelaku homoseksual, pelaku lesbian, dan penguasa yang keji.”
3. Onani atau Mastrubasi
Onani atau masturbasi adalah memberikan rangsangan pada alat vital laki-
laki atau perempuan dengan tangannya sendiri atau dengan tangan orang lain agar
memperoleh kenikmatan dengan keluarnya mani. Masturbasi berasal dari bahasa
inggris yakni nama bagi perempuan yang berusaha untuk mengeluarkan mani
dengan tangannya sendiri. Sedangkan onani berasal dari bahasa yunani yakni nama
bagi laki laki yang berusaha untuk mengeluarkan mani dengan tangannya sendiri
dan dalam bahasa arab disebut istimna’ bil yadd.
Rasulullah SAW bersabda:
من أت حائضا او امرأة ف دبرها او كهنا فقد كفر بما انزل َع ممد صّل الل عليه وسلم
13
Imam Abi Bakr bin Sayyid Muhammad Syato ad-Dimyati, Ianah at-Tholibin, Toha Putra, Juz 1,
Hal 144
14
Imam Abi Bakr bin Sayyid Muhammaf Syato ad-Dimyati, ianah at-Tholibin, Toha Putra, Juz 1,
Hal 107
| 21
istilah bermakna الصyaitu memutus sebagian anggota yang tertentu dari anggota
tertentu.
a) Hukum Khitan
| 22
Khitan hukumnya wajib bagi laki-laki atau perempuan. Adapun yang wajib
bagi laki-laki adalah memotong semua kulit yang menutupi hasyafah
sedangkan bagi perempuan adalah memotong juz dari klitoris.
b) Waktu khitan
Wajib ketika sudah baligh dan sunnah pada saat masih kecil sampai umur-
umur tamyiz.15
MENJAGA FARJI
Menjaga farji tidak dapat tercapai kecuali dengan menjaga mata dari
pandangan, menjaga hati dari berfikir, dan menjaga perut dari kenyang dan dari
sesuatu yang syubhat. Karena hal-hal tersebut merupakan faktor yang
menggerakkan syahwat.16
Yang dimaksud pandangan adalah pandangan liar yang tidak menghargai
kehormatan diri sendiri dan orang lain. Dan orang yang tidak bisa menjaga
kemaluannya pasti tidak bisa menjaga pandangannya. Karena menjaga kemaluan
tidak akan bisa di lakukan jika seseorang tidak bisa menjaga pandangannya.
Menjaga kemaluan dari zina adalah hal yang sangat penting dalam menjaga
kehormatan, karena dengan terjerumusnya seseorang kedalam zina bukan hanya
harga dirinya yang rusak, akan tetapi orang terdekat di sekitarnya seperti orang tua
juga akan ikut tercemar.
Dan menjaga kemaluan bisa tercapai dengan menjaga aurat. Berdasarkan
yang telah dijelaskan dalam hadits Nabi, Allah SWT memerintahkan kepada setiap
orang mukmin untuk menutup auratnya kepada mereka yang bukan mahramnya
kecuali yang biasa tampak dengan memberikan penjelasan siapa yang boleh
melihat. Sebagaimana firman Allah Swt:
“Dan katakanlah kepada para perenpuan yang beriman agar mereka menjaga
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaklah mereka
menutup kain kerudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
(auratnya), kecuali pada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-
saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-
putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan sesama islam mereka,
atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki tua yang tidak
mempunyai kinginan terhadap perempuan, atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar
15
Mausuah, Juz 19, Hal 270
16
Abi Hamid al-Ghazali, Bidayah al-Hidayah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Hal 191
| 23
واّلين يؤذون المؤمني والمؤ منت بغي ما اكتسبوا فقد احتملوا بهتانا واثما مبينا
2. Budak yang Melarikan Diri dari Tuannya dan Istri yang Melarikan Diri
dari Suaminya
Sebagian dari maksiat kaki yaitu larinya seorang budak baik laki-laki atau
perempuan dari tuannya dan seorang istri yang lari dari suaminya. Budak dan istri
merupakan dua golongan yang wajib berada dirumah dalam rangka melayani tuan
dan suaminya. Oleh karena itu ketika budak atau istri keluar tanpa seizin dari tuan
atau suaminya maka hukumnya haram dan termasuk dosa besar.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
ر
ايما عبد ابق فقد برئت من اّلمة
“Apabila seorang hamba melarikan diri maka aku sudah terbebas dari
tanggung jawabnya.”
Yang dimaksud melarikan diri seorang hamba yaitu melarikan diri dari
ketentuan tuannya atau ketetapan seorang hamba, dengan menjaga kehambaannya
terhadap tuannya dan menjalankan hak-hak seorang hamba kepada tuannya, yaitu
berkhidmat dengan baik kepada tuannya.
Ketika seorang hamba melarikan diri maka dia akan mendapat
konsekuensinya. Seperti yang disabdakan Nabi:
ر
اذا ابق العبد لم تقبل ل صلة
“Ketika seorang hamba melarikan diri maka sholatnya sah tetapi tidak diterima.”
Dalam sebuah riwayat dia telah kufur sampai dia kembali. Kufur disini yaitu
mengkufuri nikmat tuannya, bahkan amal seorang hamba tersebut seperti amal
orang kafir, dalam arti amalnya tidak bisa diterima selama dia masih dalam keadaan
yang sama.
Nabi SAW bersabda:
ر ر
اثنان لتاوز صلتهما رؤوسهما عبد ابق من مواِله حّت يرجع وامرءة اغضبط زوجها حّت ترجع
“Ada dua orang yang sholatnya tidak bisa melewati kepala mereka yaitu
seorang hamba yang melarikan diri dari tuannya sampai dia kembali dan
perempuan yang marah pada suaminya sampai dia kembali.”
Maksud tidak bisa melewati kepala mereka sendiri yaitu amalnya tidak
berangkat sampat gusti Allah atau bahkan tidak berangkat sama sekali.
| 25
17
Syaikh al-Islam Zakaria al-Anshori, Hasiyah Jamal Ala Syarhi al-Minhaj, Syarikah al-Qudus,
Juz 1, Hal 305
18
Ibn Qasim al-Ghazi, Hasyiyah al-Baijuri, Dar al-Kutub al-islamiyah, Juz 2, Hal 97
| 26
Pendapat lain menyatakan tidak haram, sesuai firman Allah dalam Qur’an
surat an-Nur:31: “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali
yang biasa nampak dari padanya.” Yang ditafsirkan dengan wajah dan kedua
telapak tangan.
Pendapat pertama yang mengatakan haram adalah pendapat yang mu’tamad,
dan boleh mengikuti pendapat yang kedua yang mengatakan tidak haram. Terutama
pada masa sekarang ini di mana banyak wanita keluar di jalan-jalan dan pasar-pasar.
Keharaman tadi juga mencakup rambut dan kukunya.
3. Tidak Menepati Tanggung Jawab
Sebagian dari maksiat kaki adalah tidak menepatinya seseorang dari apa
yang menjadi tanggung jawabnya seperti qisos, hutang, nafaqoh, berbakti pada
kedua orang tua dan mendidik anak kecil yang menjadi kewajibannya.
Begitu juga dengan seseorang yang melarikan diri atau menyia-nyiakan
seseorang yang menjadi tanggung jawabnya seperti memberi nafkah kepada orang
lain tetapi keluarganya sendiri tidak dinafkahi, maka orang tersebut telah berdosa.
Seperti sabda Nabi SAW:
“Seseorang itu sudah cukup dikatakan pendosa ketika menyia-nyiakan
seseorang yang menjadi tanggung jawabnya.” HR. Abdullah bin Amr.
Maka seseorang yang mempunyai tanggung jawab hendaklah ia kerjakan
karena Allah akan menanyakan pertanggung jawaban seseorang tersebut.
Seperti yang sudah dijelaskan dalam hadits Nabi:
“Sesungguhnya Allah mempertanyakan pada setiap pemimpin dari apa
yang dia pimpin apakah dia menjaganya atau menyia-nyiakannya sampai
menanyakan pada laki-laki atas keluarganya.”
Nabi SAW bersabda “Kalian semua adalah pemelihara dan kalian semua
bertanggung jawab atas apa yang kalian pelihara. Laki-laki memelihara
keluarganya yang mana dia bertanggung jawab atas apa yang dia pelihara.
Perempuan memelihara rumah suaminya yang mana dia bertanggung jawab atas
apa yang dia pelihara. Budak memelihara harta sayyidnya yang mana dia
bertanggung jawab atas apa yang dia pelihara. Dan laki-laki memelihara dalam
harta ayahnya yang mana dia bertanggung jawab atas apa yang dia pelihara.
Maka kalian semua adalah orang yang memelihara dan akan dimintai pertanggung
jawaban tentang apa yang kalian pelihara.”
Bagi orang yang tidak mempunyai anak, istri, budak atau semisalnya maka
cukup baginya dengan memelihara dirinya sendiri yaitu dengan menjalankan apa
| 27
yang diwajibkan oleh syara’ serta menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah
dan menjauhi larangannya.
4. Melewati Pundak Seseorang Ketika Hendak Sholat Berjamaah
Melewati pundak seseorang hukumnya haram kecuali jika ada shaf yang
kosong dan tidak ada yang mengisi ketika hendak sholat berjamaah. Syariat
mengajarkan kita untuk beretika yang baik dan melewati pundak hukumnya haram
karna ada unsur menyakiti orang lain.
Maksud dari melangkahi pundak adalah orang yang melewati shof dengan
mengangkat kakinya diatas pundak orang-orang yang sedang duduk. Dengan
demikian, lewat diantara orang-orang untuk sampai ke shaf pertama bukan
termasuk melangkahi tetapi dikatakan menerobos barisan kalau ada celahnya.
Sementara kalau melewati disela-sela celah dan kekosongan yang ada diantara
orang-orang yang duduk tanpa melangkahi pundak mereka maka hal tersebut tidak
dilarang.19
Jadi yang dinamakan melangkahi adalah jika diantara dua orang yang duduk
itu sempit dan tidak ada seorangpun yang mungkin untuk melewatinya sehingga
terpaksa mengangkat kakinya diatas pundak orang-orang yang duduk agar dapat
melewati diantara keduanya.
Dikecualikan larangan melangkahi pundak adalah imam kalau disana tidak
ada jalan menuju minbar atau mihrab kecuali dengan melangkahinya.
Sebagian ulama juga mengecualikan ketika orang-orang yang duduk
membiarkan shaf didepannya kosong maka diperbolehkan bagi orang yang
terlambat untuk melangkahinya agar sampai ke tempat yang kosong. Dan sebagian
ulama mensyaratkan diperbolehkan hal tersebut sebelum imam berkhutbah diatas
minbar agar tidak mengganggu orang-orang yang duduk saat mendengarkan
khutbah.20
5. Congkak Ketika berjalan
Dan termasuk dosa besar adalah apabila dalam berjalan ternyata dia merasa
lebih hebat daripada orang lain dalam artian ada unsur kesombongan dalam dirinya.
Allah SWT berfirman:
ول تمش ف الرض مرحا انك ان َّترق الرض ولن تبلغ البال طول
19
Syamsuddin Muhammad bin Abi al-Abbas Ahmad bin Hamzah bin Syihabuddin ar-Ramli,
Nihayah al-Muhtaj, Dar al-Fikr Juz 2, Hal 338
20
Abi Yahya Zakariya al-Ansori, Asna al-Matholib dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Juz 1, Hal 268
| 28
لو يعلم المار بي يدي المصّل ماذا عليه من الثم لكن ان يقف اربعي خريفا اي سنة خيا ل
من ان يمر بي يديه
“Andaikan seseorang yang lewat didepan orang yang sholat itu mengetahui
dosanya, niscaya dia akan diam berdiri selama 40 musim gugur (1 tahun) karena
itu lebih baik baginya daripada lewat di depan orang yang sholat.”HR. Bukhori21
Mengecualikan ketika ada syarat yang tidak terpenuhi, maka diperbolehkan
lewat didepannya sebagaimana ketika ada kecerobohan semisal sholat di tempat
yang tidak diperuntukkan untuk sholat atau membiarkan ada benggangan pada shaf
didepannya ketika jamaah.
21
al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Ibn al-Mughiroh bin Bardizbah al-
Bukhori al-Ja’fi, Toha Putra, No 50
| 29
22
Syaikh Burhanuddin az-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’allim Thoriq at-Ta’allum, Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
Beirut, Hal 50
| 30
Dan termasuk maksiat kaki yaitu berjalan untuk melakukan setiap perkara
yang diharamkan oleh syara’ baik sisi keharamannya dari melakukan,
mengucapkan, atau mendengarkan perkara tersebut.
Juga termasuk sesuatu yang haram, berjalan untuk melakukan perkara yang
diperbolehkan semisal jual beli, tetapi perjalan tersebut menjadi penyebab
mengakhirkan atau menunda-nunda dari perkara yang diwajibkan oleh syara’
semisal menjadi penyebab mengakhirkan sholat dari waktunya atau semisal
menjadi penyebab meninggalkan sholat jum’at.
Masih dalam kategori ini, ketika hanya diam dalam arti tidak melakukan
pekerjaan sama sekali, namun dalam keadaan tersebut dia meninggalkan sesuatu
yang diwajibkan oleh syara’.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sebagai umat islam tindakan yang harus dilakukan adalah selalu mengikuti
syariat agama yang di atur dalam kitab suci al-Qur’an. Setiap tindakan harus di
fikirkan terlebih dahulu, karena setiap perbuatan memiliki resiko yang akan
berdampak pada dirinya sendiri maupun pada orang lain. Allah SWT juga sudah
menjelaskan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas semua perbuatannya.
Sebagai pondasi utama dalam menjalankan syariat agama, akhlak seorang
muslim harus di jaga. Rasulullah SAW di utus oleh Allah untuk menyempurnakan
| 31
akhlak umat manusia di dunia. Setiap perbuatan beliau harus di contoh dan di tiru
agar kita menjadi umat islam yang kaffah.
Akhlak di artikan sebagai tindakan berulang-ulang yang menjadi kebiasaan
dalm kehidupan sehari-hari serta menjadi ciri dari orang tersebut. Pengertian akhlak
tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat di katakan berakhlak
ketika dia mampu menerapkan nilai-nilai islam dalam aktivitas hidupnya. Jika
aktivitas itu terus di lakukan berulang-ulang dengan kesadaran hati maka, akan
menghasilkan kebiasaan hidup yang baik.
Akhlak merupakan perpaduan antara hati, fikiran, perasaan, kebiasaan, yang
membentuk satu kesatuan tindakan dalam kehidupan. Sehingga bisa membedakan
antara yang baik dan buruk. Dan hal ini timbul dari fitrahnya sebagai manusia.
Ukuran akhlak itu baik atau buruk adalah motif yang mendasari perbuatan
dan tindakan serta adanya petunjuk yang mengatakan itu baik, berdasarkan firman
Allah dan sabda Rasul. Jadi, pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti
benar tentang segala sesuatu tindakannya hanya mengharap ridho Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim
al-Ja’fi al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Ibn al-Mughiroh bin
Bardizbah al-Bukhori
Ba’lawi Syaikh Abdullah bin Husain bin Thohir bin Muhammad bin Hasyim,
Mirqoh Su’ud at-Tasdiq fi Syarh Sulam at-Taufiq
asy-Syafi’i Syaikh Muhammad bin Salim bin Said Babashil, Is’ad ar-Rofiq, Dar
‘Aly
Al-Ghazali Al-Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad, Ihya al-Ulumuddin,
Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut
Syaikh Ihsan Muhammad Dahlan, Siroj at-Tholibin, al-Haramain
al-Haitami Abi al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar al-Maliki,
zawajir an iktirof al-kaba’ir, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut
al-Mas’ud Syaikh Hafidz Hasan, Taysir al-Khalaq
| 32
ad-Dimyati Imam Abi Bakr bin Sayyid Muhammad Syato, Ianah at-Tholibin, Toha
Putra
al-Ghazi Ibn Qasim, Hasyiyah al-Baijuri, Dar al-Kutub al-Islamiyah
al-Ghazali Abi Hamid, Bidayah al-Hidayah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut
az-Zarnuji Syaikh Burhanuddin, Ta’lim al-Muta’allim Thoriq at-Ta’allum, Dar al-
Kutub al-Ilmiyah, Beirut
al-Anshori Syaikh al-Islam Zakaria, Hasiyah Jamal Ala Syarh al-Minhaj, Syarikah
al-Qudus
ar-Ramli Syamsuddin Muhammad bin Abi al-Abbas Ahmad bin Hamzah bin
Syihabuddin, Nihayah al-Muhtaj, Dar al-Fikr
al-Ansori Abi Yahya Zakariya, Asna al-Matholib dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut
Mu’jam al-Mu’ashoroh
Mausuah