Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

LABORATORIUM BIOPROSES

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI MALANG
TAHUN PELAJARAN 2024
BAB 1
STERILISASI
1.1 PENGERTIAN STERILISASI
Sterilisasi adalah suatu proses pengelolaan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk mikroba termasuk endospore yang dilakukan dengan
proses kimia/fisika.

1.2MACAM-MACAM STERILISASI
*Sterilisasi uap.
Sterilisasi yang menggunakan uap jauh dibawah tekanan selama 15 menit pada suhu
sekitar 1200C. jadi uap panas pada suhu dibawah tekanan mampu membunuh mikroba
dengan cara denaturasi protein dari enzim dan membrane sel.Alat yang digunakan
yakni autoclave
*Sterilisasi panas kering
Sterilisasi panas kering yakni menggunakan suatu alat yang disebut oven dengan
prinsip ini panas akan diabsorbsi oleh permukaan luar dari peralatan yang akan
disterilkan lalu panas merambat kebagian seuluh oven sehingga sterilisasi tercapai
merata mikroba akan mati dengan cara oksidasi dimana protein mikroba akan
mengalami koagulasi.teknik yang digunakan yakni pemanasan udara dalam oven
dengan memanfaatkan gas/Listrik suhu dapat mencapai160-1800C dengan waktu 1-
2jam.durasinya lebih lama dari pengunaan Autoclave karena daya penetrasinya tidak
sebaik uap panas.
*Sterilisasi gas kimia
Sterilisasi gas kimia terbagi menjadi 3 etilen oksida, formaldehid dan plasma.
 Etilen oksida : Sterilisasi ini menggunakan autoclave khusus pada suhu 30-60
serta konsentrasi yang tidak kurang dan 400 mg/liter mikroba akan mati setelah
melalui proses kimia Bernama reaksi alkilasi pada reaksi ini terjadi pegantian
gugus.Atom hidrogen pada sel mikroba dengan gugus alkil sehingga
metabolisme dan reproduksi sel terganggu.Sterilisasi ini digunakan untuk alat
medis dari plastic,alat-alat optic pacmeter.
 Formal dehid : cara ini dapat membunuh mikroba dengan mengikat gugus asam
omina dan protein mikroba digunakan pada alat-alat uang spesifik yaitu kata
tater dan sarung tangan. Gas formal dehid sangat menyengat bisa menyebabkan
iritasi kulit mata dan saluran pernafasan.
 Plasma :menggunakan gas plasma yang terdiri dari electron, ion dan partikel
netral.
*Sterilisasi Radiasi ion
Ada 2 jenis yaitu: disentregasi radioaktif dari radiosotop ( radiasi gamma) dan radiasi
bekas electron sterilisasi ini apabila bahan yang disterilkan tidak tahan terhadap panas
dan dapat membahayakan gas etilen oksida.
*Sterilisasi Penyaringan
Menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba dapat dipisahkan dan alat. Larutan
tersebar disaring melalui persaringan bakteri steril. Kemudian dimasukkan ke dalam
wadah steril setelah itu ditutup menggunakan Teknik aseptic.
BAB I
PRAKTIKUM STERILISASI

1.1 KOMPETENSI
Setelah mengikuti praktikum STERILISASI, mahasiswa dapat
a. Menerapkan prinsip sterilisasi alat dan media dibidang ilmu bioproses
b. Menggunakan autoclave oven dengan baik dan benar sesuai sop autoclave

1.2 METODOLOGI
1.2.1 ALAT DAN BAHAN
 Cawan petri
 Tabung reaksi beserta rak
 Pipet ukur 10 ml
 Labu takar 1000 ml
 Batang pengaduk
 Cawan arloji
 Kertas pembungkus
 Kain kassa
 Kapas berlemak
 Tali Kasur
 Hot plate
 Gunting
 Oven
 Autoclave
 Neraca analitis
 Nutrient Agar bubuk (NA)
 Potato Dextrose agar bubuk (PDA)
 Aquadest

1.2.2 CARA KERJA


A. Sterilisasi alat
a. Cuci alat yag digunakan dengan air dan sabun hingga tidak terasa berminyak, bilas
dengan air mengalir kemudian dengan aquadest atau alcohol. Tiriskan hingga kering.
b. Untuk tabung reaksi dan peralatan terlebar disumbat dengan kapas terbungkus kain
kassa steril. Sumbatan harus padat dibagian luar agar dapat menahan debu dan kotoran.
c. Bungkus semua peralatan dengan kertas kecuali Erlenmeyer yang memiliki sumbatan
kapas
d. Masukkan dalam autoclave pada suhu 121oC, selama 30 menit
e. Setelah selesai disterilkan, simpan alat dalam oven bersuhu 80 oC selama 24 jam.
Selanjutnya alat disimpan dalam kotak peralatan steril yang sudah disediakan.
B. Sterilisasi media NA/PDA
a. Larutkan nutrient agar (NA) atau potato dextrose agar (PDA) bubuk dengan
aquadaest sesuai keperluan
b. Panaskan larutan dengan hot plate sampai larut semua. Kehilangan aquadest selama
pemanasan diganti dengan penambahan aquadest.
c. Sering dengan kapas atau kain steril
d. Sterilisasi dalam autoclave pada 121oC salama 30 menit
C. SOP Aautoclave
*Persiapan
a.Buka pengunci autoclave
b.Periksa kedalaman air. Tinggi air harus tepat dibawah plat berlubang.
c.Jika kurang tambahan aquadest dari bagian atas autoclave.
d.Pasang keranjang sesuai kebutuhan.
e.Tata alat / media yang akan disterilkan dalam keranjang sedemikian hingga masih ada
ruang.
*Pelaksanaan
a.Tutup autoclave dan kunci dengan rapat pastikan tidak ada yang bocor
b.Tutup kran kukus (20) di kran udara (19)
c.Pilih tanda gunting untuk strarilisasi alat dan tanda Erlenmeyer untuk sterilisasi media
menggunakan tombol (18). Pastikan petunjuk waktu menunjukkan angka “0” dan
petunjuk suhu menunjukkan angka dibawah 120oC dan tidak ada indikasi error
d.Tekan tombol pilihan progam (13) dan pilih sesuai kebutuhan untuk modifikasi
progam
e.Suhu, tekan tombol 9 dan 14/15 bebarangan
f.Waktu, tekan tombol 1 dan 14/15 bebarengan.
AUTOCLAVE
HIRAYAMA HVE 50

Autoclave Hirayama HVE 50 merupakan alat yang digunakan untuk strerilisasi


alat/bahan dengan menggunakan temperature dan uap tekanan tinggi. Sterilisasi
termasuk alat gelas, keramik, logam abu karet, air, media, reagen dan obat-obatan cair.
1.Tujuan
Memberi petunjuk cara menghidupkan, menggunakan dan mematikan Autoclave
Hirayama 50 dengan benar sehingga fungsi peralatn dapat terjaga dengan benar,
menghindari resiko kesalahan mekanisme kerja, kesalahan perasional peralatan,
kerusakan peralatan, kesalahan pengujian pengukuran dan meningkatan kualitas
pengujian/pengukuran.
2. Ruang lingkup
Prosedur ini mencakup persiapan, menghidupkan, mematikan dan
menyimpan/peliharaan Autoclave Hirayama 50.
3. Prinsip kerja
a. Alat ini digunakan untuk sterilisasi alat/bahan dengan menggunakan temperature dan
atau uap tekanan tinggi.
b. Untuk menghidupkan atau mengaktifkan Autoclave Hirayama HVE 50 diperlukan
supply arus Listrik.
4. Acuan
a. Manual prosedur Autoclave Hirayama HVE 50
b. Spesifikasi Autoclave Hirayama 50
5. Tata cara
5.1. Tampilan alat
Gambar 1. Autoclave Hirayama HVE 50
5.2 Bagian-bagian Alat
a. Bagian Utama

Gambar 2.bagian-bagian Autoclave Hirayama HVE 50

b Bagian-bagian untuk mengoperasikan Autoclave Hirayama HVE 50


Gambar 3.bagian untuk mengoperasikan Autoclave Hirayama HVE 50

Keterangan
1. Digital display (Temperature, Error)
2. Digital display ( Time, Exhaust, pattem)
3. Cycle display ( ST-BY, HEATG, STER, EXHT, WARM, COMP)
4. Mode display (LIQ,SOLID)
5. Mode switch
6. Power ON/OFF switch
7. Set value Increase/Decrease switches
8. SET/ENT Switch
9. NEXT Switch
10. START/STOP Switch
6.2.1 Tata cara penggunaan
1. Letakkan Autoclave Hirayama HVE 50 pada permukaan yang stabil dan rata dan
hindarkan dari sinar matahari langsung
2. Hubungkan stop kotak dengan sumber tenaga Listrik
3. Tekan tombol “ON” yang ada disisi kanan.
6.2.2 Pengoperasian
1. Power on. Tekan power ON/OFF dibagian depan alat
2. Menuangkan air, Hirayama HVE -50 membutuhkan 2 liter air aquadest.
3. Memuat bahan, tempatkan suubstansi yang akan disterilkan kedalam chamber tekan
tutup geser tuas open/close ke sisi LOCK.
4. Memilih mode (process)

MODE APLIKASI
1. LIQ Sterilisasi medium agar ( dihangatkan untuk pencegahan
koagulasi setelah sterilisasi
2. LIQ Sterilisasi cairan, seperti air, media, reagen, dan obat-
obatan cair yang bertahan pada suhu tinggi, uap bertekanan
tinggi.
3. LIQ Sterilisasi alat dari kaca, logam, logam keramik, atau karet
tahan terhadap suhu tinggi. Uap tekanan tinggi dan
penurunan tekanan uap secara tiba-tiba selama proses
pembuangan.

5.Mengubah nilai set


a.Tekan tombol SRT/ENT
b.Tekan tombol NEXT untuk memilih item untuk mengubah
c.Ubah nilai ditampilkan menggunakan tombol increase/decrese
d.Tekan tombol SET/ENT
*Untuk membatalkan perubahan pengaturan selama perubahan operasi, tekan tombol
MODE. Nilai – nilai yang berubah tidak akan disimpan dan peralatan akan Kembali ke
keadaan stanboy
6.Memulai operasi. Tekan tombol START/STOP
7.Membongkar Pastikan bahwa pengukur tekanan dalam chamber tertera “o”
8.Setelah operasi komplit matikan tombol power setelah sesuai operasi
9.Membatalkan operasi. Tekan tombol START/STOP
6.2.3 Mengakhiri penggunaan
1. Tekan tombol “OFF” yang ada diisi kanan
2. Cabut kabel stop kontak
3. Simpan ditempat yang kering

CATATAN
1. Sterilisazation temperature: 105-135oC
2. Sterilization time: 1-250 menit
3. Exhaust pattern: unit 0-2
4. Warming temperature: 45-80oC
5. Referenncecuaalues of dealy time ( per flask)

Liquid volume Delay time


3 liters 30 minuts
2 liters 25 minuts
1 liters 20 minuts
500 cc 15 minuts
GRAFIK HUBUNGAN WAKTU (MENIT) VS SUHU (0C)
BAB II
Pembuatan preparate dan pengoperasian mikroskop

MIKROSKOP
1. Pelaksanaan
2. Penanggung jawab
3. Peralatan
4. Bahan
*Preparat bakteri/jamur/alga
5. Langkah kerja
a. Letakkan mikroskop majemuk dihadapan anda pada jarak sedemikian
hingga anda mudah melakukan pengamatan
b. Hidupkan lampu mikroskop
c. Tempatkan lensa objektif pada jarak terjauh dari pentas dengan memutar
tombol pengatur kasar.
d. Letakkan preparate dipentas mikroskop (mechanical stage). Japit dengan
baik menggunakan specimen retainer.
e. Selalu memulai pengamatan dengan menggunakan lensa obyektif
berkekuatan rendah (pembesaran lox)
f. Buka diafragma maksimal agar sinar masuk maksimal menggunakan
condenser aperture diaphragm lever.
g. Amati dan temukan garis tepi dari gelas benda dahulu hingga Nampak
garis yang benar-benar jelas dengan mengerak-gerakkan. Tombol
pengatur kasar, jika perlu gunakan tombol pengatur halus. Hal ini
bertujuan agar dapat jarak aman bagi pengamatan selajutnya.
h. Setelah didapat jarak aman tersebut, maka jangan pernah mengubah
tombol pengatur kasar. Untuk perbesaran objektif selanjutnya cukup
dengan mengubah tombol pengatur harus saja untuk mendapatkan
pengamatan yang baik.
i. Pada perbesaran kuat (obyektif 100 kali) sebelumnya bahkan diafragma
dikurangi.
j. Setelah sesuai memakai mikroskop pastikan mikroskop benar-benar
bersih dan kering.
k. Cabut kabelnya dan tempatkan lensa obyektif pada jarak terjauhnya.
Gambar 1. Mikroskop
PRAKTIKUM MIKROSKOP
N LACTOBACILLUS BULGARICUS LACTOBACILLUS BULGARICUS
O HASIL REFERENSI HASIL PRAKTIKUM PENGAMATAN
1000×
1.

NO ASPERGILLUS ORYZAE HASIL ASPERGILLUS ORYZAE HASIK


REFERENSI PRAKTIKUM, PENGAMATAN 400×
1
BAB 3
Isolasi mikroorganisme metode cawan tuang

3.1 KOMPETENSI
Setelah mengikuti praktikum “ISOLASI MIKROORGANISME METODE
CAWAN TUANG” mahasiswa diharapkan dapat

a) Menerapkan isolasi mikroorganisme metode cawan tuang dengan baik dan


benar
b) Menggunakan pipet mikro, vortex mixer dengan baik dan benar
c) Membuat pengenceran biakan secara aseptic dengan baik dan benar
d) Memindahkan biakan kedalam cawan petri steril, secara aseptic dengan baik
dan benar
e) Mengisolasi mikroorganisme dengan metode cawan tuang dengan baik dan
benar.

3.2 METODOLOGI
3.2.1 ALAT DAN BAHAN
 Cawan petri steril
 Tabung reaksi steril
 Pembakar spirtus
 Korek api
 Pipet mikro 100-1000 ml
 Tip pipet mikro steril
 Pipet ukur steril 10 ml
 Bav pipette
 Vortex mixer
 Incubator oven
 Autoclave
 Air steril
 Ethanol 70%
 Media (NA/PDA)
 Biakan campuran organisme
3.2.2 CARA KERJA
 Tuliskan kode kolompok dan tanggal pada permukaan luar dasar cawan
petri. Beri nomor dibagian atasnya.
 Ambil 6 tabung reaksu berisi air steril masing-masing 9 ml, letakkan di
rak tabung reaksi dan beri penomoran
 Kocok tabung reaksi berisi susupensi campuran bakteri (disediakan)
dengan Gerakan kesamping, jangan sampai sumbatnya basah
 Langkah selanjutnya dapat dilihat pada gambar 3-1 berikut.

Gambar 3-1 urutan proses isolasi metode cawan tuang


 Ambil 1 ml campiuran biakan secara aseptic dengan pipet mikro,
pindahkan ketabung reaksi 1 kotak
 Ambil 1 ml dari tabung reaksi 1 campuran biakan secara aseptic dan
pindahkan ke tabung reaksi 2 kocok. Lakukanlah hal yang sama sampai
kelima tabung reaksii berisi bakteri
 Dari masing-masing tabung, pindahkan 1 ml campuran biakan secara
aseptic ke 5 petridsh steril (beri penomoran dan keterangan pengenceran
pada petridsh sesuai dengan asdl biakan tabung)
 Untuk variasi pengenceran tanyakan pada dosen pendaping
 Tambahkan agar cair bersuhu kurang dari 40oC secukupnya kedalam
petridshh secara aseptic dengan posisi cawan petri dimeja kerja. Putar-
putarkan cawan petri searah jarum jam sebanyak 5 kali. Selanjutnya
putarkan cawan petri hinggga membenttuk angka delapan sebanyak 5
kali kemudian biarkan beku. Bungkus dengan kertas pembungkus dan
inkubasi selama 2.24 jam dalam incubator oven dalam keadaan terbalik
(tutup cawan di bawah) pada suhu yang sesuai
 Amati diameter (MM), warna, tinggian koloni tepian, bentuk,
konsentrasi serta bau.
Gambar 3-2 bentuk,tepian dan elevasi koloni hasil isolasi
 CATATAN: Setelah pengamatan, jangan dibuang atau dibersihkan untuk
digunakan dalam perhiyungan koloni (colony counter)

3.3 HASIL PENGAMATAN


Data yang didapat ditampilkan dalam table dibawah. Untuk tiap caawan
diamati bentuk tepian dan elevasi tiap koloni yang tumbuh. Untuk
kontaminan (bila ada) dilaporkan tersediri.
3.3.1 KOLONI
CAWAN BENTUK, TEPIAN,ELEVASI
A B C D
*Jenis *jenis *jenis *jenis
koloni koloni koloni koloni

*bentuk *bentuk *bentuk *bentuk


Bundar Tak Bundar Bundar
dengan beraturan dengan
tepian dan tepian
xarang menyebar menyebar

*elevasi *elevasi *elevasi *elevasi


Flat/datar Flat/datar Flat/datar Cembung

*margin *margin *margin *margin


berambok undulate erose licin
3.3.2 KOLONI
CAWAN BENTUK,TEPIAN, ELEVASI
A B C D
*Jenis koloni *jenis *jenis *jenis
koloni koloni koloni
*bentuk
Fllamentous *bentuk *bentuk *bentuk
Irregular Spindle Circular
*elevasi
Convex *elevasi *elevasi *elevasi
Raisod Flat/datar Flat/datar
*margin
erose *margin *margin *margin
undulate entire entire

BAB 5
PERHITUNGAN MIKROOGANISME

6.1 KOMPETENSI
Setelah mengikuti praktikum “PERHITUNGAN MIKROORGANISME” mahasiswa
diharapakan dapat
 Mengetahui jumlah mikroorganisme dengan menggunakan metode yang sesuai
 Mengoperasikan colony counter dengan baik dan benar
 Menentukan jumlah mikroorganisme dengan menggunakan colony counter
 Menggunakan haemocytometer dengan baik dan benar
 Menentukan jumlah mikroorganisme dengan menggunakan haemocytometer
6.2 METODOLOGI
6.2.1 ALAT DAN BAHAN
 Biakan campuran yang sudah disediakan (yeast, bakteri, dll)
 Biakan hasil isolasi metode cawan tuang
 Pipet mikro
 Tip pipet mikro steril
 Pembakar spiritus
 Haemocy counter
 Mikroskop binokuler
6.2.2 CARA KERJA
A. Perhitungan dengan colony counter
 Siapkan cawan petri hasil isolasi dengan metode cawan tuang. Perhatikan factor
pengenceran
 Hidupkan colony counter, letakkan cawan petri diwadah yang mudah disediakan
dengan posisi tutup dibawah.
 Tunjuk tiap titik koloni dengan spidol permanen hingga tercatat angka yang
menunjukkan jumlah koloni yang ada dalam cawan petri tersebut.
 Angka yang diperoleh dikalikan dengan factor pengencerannya, misal: koloni
yang berasal dari cawan petri dengan pengenceran I : 1000000 memiliki koloni
sejumlah 155, maka jumlah mikroba per ml biakan adalah 155 . 10 6 = 1,6 . 108
mikroba per ml biakan (dipakai 1 desimal saja)
 Bila dilakukan pengulangan, maka harus di rata-rata. Lihat table dibawah.
Tabel 6-1 contoh perhitungan jumlah koloni (spc) dengan pengulangan.
Biakan 10-2 10-3 10-4 SPC keterangan
A 175 15 5 =(17.500+20.800)/2 Data lain <30
208 20 2 =1,9 . 104
B 135 45 5 =(13.500+16.500)/2 45.000/13.500>2
165 45 8 =1,5 . 104 45.000/16.500>2,
maka dilaporkan
pengenceran
terendah
C 275 35 5 =(27.500+35.000)/2=a 25.000/16.500>2
285 40 7 =(28.500+40.000)/2=b 40.000/28.500<2,
(a+b)/2=3,3 . 104 maka dilaporkan
hasil rata-rata
D 290 25 5 =(29.000+30.500)/2 25<30, dirata-rata
305 28 0 =3 . 104 meskipun 305>300

 Bila ada lebih dari satu cawan yang memenuhi syarat, maka dilakukan
perhitungan sebagai berikut:
 Urutkan data anda sesuai factor pengenceran dari yang paling kecil ke yang
paling besar
 Lakukan perhitungan seperti table dibawah
Tabel 6-2 contoh perhitungan jumlah koloni (SPC) dengan lebih dari satu cawan
memenuhi syarat
Biakan 10-2 10-3 10-4 SPC Keterangan
A 295 40 5 =(29.500+40.000)/2 40.000/29.500>2
4
=3,5 . 10
B 35 1 1 1,4 . 104 35.000/14.000>2
 Demikian seterusnya sampai akhirnya hanya didapat satu angka yang
menunjukkan jumlah koloni biakan
 Jumlah koloni adalah perkalian dari hasil perhitungan dengan angka
pengencerannya ((fu/ml),(colony forming unit/ml).

Perhitunggan mikroba
 Jumlah mikroba suatu bahan dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara,
tergantung pada bahan dan jenis mikroba yang ditentukan. Dalam Analisa
mikrobiologi, menghitung jasad renik mikroorganisme suatu sediaan, harus
diperhitungkan sifat-sifat dari bahan yang akan diperiksa, terutama: kelarutan,
kemungkinan adanya zat anti mikroba, dan derajat kontaminasi yang
diperkirakan.
 Pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni dapat dianggap bahwa
setiap koloni yang tambah berasal darinsatu sel, maka dengan menghitung
jumlah koloni dapat diketahui penyebaran bakteri yang ada pada bahan.
 Koloni adalah Kumpulan dari mikroba yang memiliki kesamaan sifat-sifat
seperti bentuk, susunan, permukaan, dan sebagainya.

 Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh dipermukaan


medium adalah:
1. Besar kecilnya koloni, ada koloni yang hanya serupa suatu titik, namun ada
pula yang melebar sampai menutup permukaan medium
2. Bentuk-bentuk ada koloni yang bulat, ada yang memanjang. Ada yang
tepinya rata, ada yang tidak rata
3. Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata saja dengan permukaan medium,
ada pula yang timbul yaitu menjulang tebal diatas permukaan medium
4. Halus kasarnya permukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada yang
permukaannya kasar dan tidak rata
5. Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat ada yang
permukaannya suram
6. Warna kebanyakkan koloni bakteri berwarna keputihan dan kekuningan
7. Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lender, ada yang keras dan kering

PERTUMBUHAN
 Pertumbuhan adalah bertambahnya tinngi atau berat suatu organisme.
Pertambahan tinggi atau berat suatu organisme merupakan bertambahnya ukuran
sela tau bertambahnya jumlah sel.
Dalam dunia mikroba pertumbuhan diartikan sebagai bertambahnya jumlah sel,
hal ini karena mikroba Sebagian besar adalah organisme bersel Tunggal.
Mikroba memperbanyak diri melalui pembelahan sel maupun reproduksi
seksual. Reproduksi seksual hanya dijumpai pada mikroba bersel banyak seperti
jamur.

 Kuantitas atau ukuran pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur dari:


[1] segi pertambahan dimensi satu, misalnya: Panjang, diameter, jari-jari,
dan jumlah sel;
[2] segi pertambahan dimensi dua, misalnya: luas
[3] segi pertambahan dimensi tiga, misalnya: volume, berat segar, berat kering
[4] segi komponen seluler, misalnya:RNA, DNA, dan protein dan.
[5] segi kegiatan metabolisme secara langsung, misalnya: kebutuhan oksigen,
karbon dioksida, hasilan gas-gas tertentu dan lain-lain.

 Ada empat cara yang umum digunakan untuk memperkirakan besar populasi
mikroorganisme, yaitu:
 Perhitungan langsung (direct count) jumlah sela tau biomasa mikroorganisme
 Pengukuran langsung (direct measurement) biomassa organisme
 Perhitungan tidak langsung (indirect count) jumlah sel
 Perkiraan tidak lansung (indirect estimate) biomassa mikroorganisme

 Untuk menentukan jumlah bakteri dapat digunakan beberapa cara, antara lain:
 Jumlah bakteri secara keseluruhan (total cell count), dihitung semua
bakteri, baik yang hidup dan yang mati
 Jumlah bakteri yang hidup (viable count); dihitung bakteri yang hidup
saja
 Direct count
 Aduantage
 More accurate
 Disaduantage
 More time
 Uses
 To get accurate counts of cell in (linical or environmental samples)
 Indirect count
 Hdvantage
 Quicker todo
 Disaduantage
 Less accurate
 Usess
 To get quick and disty count in controlld clrcumstances

 Vlabe
 When you are concerned about only living and metabolically active organisms
 (EX) (LINICAL SAMPLES)
 Total
 When you need to know a number of all organisms
 (EX) microbral Ecology
Gambar. Pembelahan sel

Gambar.
Jika 100 sel ditumbuhkan selama 5 jam menghasilkan 1.720.320 sel maka:
log number of cell ( end )−log number of cells (beginning)
Number of generations=
0.301

60 min× hours
Generatiom time = = 21 minutes/generation
number of generation

Gambar.
 FASE PERTUMBUHAN
Terdapat 5 face pertumbuhan bakteri ketikan ditumbuhkan pada kultur curah
( batch culture), yaitu:
1. Fase adaptasi (lag phase)
2. Perbanyakan (exponention phase)
3. Fase pengaruh pertumbuhan
4. Fase statis (stationer phase)
5. Fase kematian (death phase)
# Pertumbuhan mikroorganisme dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu:
1. Pertumbuhan individu
2. Pertumbuhan koloni atau pertumbuhan populasi

 Pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme unisel lainnya dapat ditunjukkan


dengan cara menghitung jumlah sel setiap koloninya maupun mengukur
kandungan senyawa tertentu yang dihasilkan.

# Waktu generasi
 Waktu yang dibutuhkan dari mulai tumbuh sampai berkembang dan
menghasilkan individu baru
 Untuk mikroorganisme yang membelah, waktu generasi diartikan sebagai selang
waktu yang dibutuhkan untuk membelah diri menjadi dua kali lipat.
 Contoh: waktu generasi bakteri E.Coli sekitar 17 menit, artinya dalam 17 menit
satu E.Coli menjadi dua atau lebih E.Coli.

Waktu generasi = t/n


t= Waktu pertumbuhan Eksponensial (menit)
n= Jumlah generasi
 Dalam bentuk logaritma, rumus N= No2n menjadi=
Log N= Log No + n Log 2

log N−log No log N−log No


n= =
log 2 0,031

# Faktor yang mempengaruhi waktu generasi


[1] Tahapan pertumbuhan mikroorganisme
[2] Takson mikroorganisme
Gambar.
1. Faktor Adaptasi
Fase lag adalah priode penyesuaian pada lingkungan dan lamanya dapat yaitu 1 jam
hingga beberapa hari. Lama waktu ini tergantung pada malam bakteri, umur biakan
dan nutrient yang terdapat dalam medium yang disediakan.
2. Fase perbanyakan ( exponential pnase)
Fase perbanyakan adalah priode pembiakan yang cepat dan melupan priode yang
didalamnya biasanya teramati ciri khas sel-sel yang aktif. Selama fase inilah waktu
generasi tetap tak perubah lagi setiap jenis.
3. Fase pengaruh pertumbuhan
Merupakan puncak dari fase logaritma sebelum mencapai fase selanjutnya, Dimana
penambahan jumlah individu dimulai berkurang atau menurut yang disebabkan oleh
banyak factor lain berkurangnya sumber nutrient dalam media.
4. Fase Statis ( Stationer phase)
Sementara biakan menjadi tua dan mendekati populasi bakteri maksimum yang dapat
ditunjang medium, laju pembiakan berkurang dan beberapa sel mati. Apabila laju
pembiakan sama-sama dengan laju kematian, jumlah keseluruhan bakteri akan tetap.
Hal ini dinamakan fase stasioner.
5. Fase Kematian ( death phase)
Beberapa bakteri mampu bertahan beberapa jam selama fase kematian, sedangkan
ada bakteri yang mampu bertahan sampai harian bahkan mingguan pada fase statis
dan akhirnya masuk ke fase kematian. Berberapa bakteri bahkan mampu bertahan
sampai puluhan tahun sebelum mati dengan mengubah sel menjadi spora.
 Kurva pertumbuhan mikroorganisme meerupakan gambaran pertumbuhan secara
bertahap yang diukur dari kuantitas. (N) sel dalam waktu (t) tertentu. Jika misalnya
bakteri berjumlah No sel membelah (tumbuh), maka:

Pada generasi ke-1 N1 = No kali 21


Pada generasi ke-2 N2 = No kali 22
Pada generasi ke-3 N3 = No kali 23
Pada generasi ke-n N = No kali 2n
Log N = Log No kali n Log 2
n Log 2 = Log N – Log No

 Pengukuran Pertumbuhan Bakteri


Pertumbuhan sel bakteri terdiri atas 2, yaitu:
a. Perhitungan langsung
 Metode turbidimesi
 Total count
 Berat kering

c. Perhitungan tidak langsung


 Vlable count

 Perhitungan mikroba berdasarkan berat kering


Metode ini relative mudah dan cepat dilakukan, yaitu: kultur disaring
(disentrifugasi ) kemudian yang mengendap dikeringkan.

Pada metode ini juga tidak dapat membedakan sel yang hidup dan yang mati. Akan
tetapi, keterbatasan itu tidak menutupi manfaat metode ini dalam hal mengukur
efisiensi ferruentasi, karena pertumbuhan diukur dengan satuan berat. Sehingga dapat
di perhitungan dengan parameter konsumsi substrat dan produksi senyawa yang
diinginkan.

Gambar.

METODE PERHITUNGAN CAWAN MERUPAKAN CARA YANG PALING


SENSITIF UNTUK MENGHITUNG JUMLAH MIKROBA:

#Keuntungan:
A). Hanya sel yang hidup yang dapat dihitung
B). Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus
C). Digunakan untuk isolasi dan identifiksi mikroba

# Kerugian
A). Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah mikroba yang sebenarnya beberapa sel
yang berdekatan membentuk 1 koloni.
B). Media dan kondisi yang berbeda menghasilkan nilai yang berbeda pula.
C). Mikroba yang tumbuh harus pada media padat dan membentuk koloni yang
kompak, jelas serta tidak menyebar
D). memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari sehingga pertumbuhan
koloni baru dapat dihitung.

Metode cawan ada dua cara:


 Metode tuang ( Pour Plate)
 Metode permukaan (Sulface plate)

Gambar.

 Perhitungan melalui pengenceran dan diteruskan dengan menumbuhkan pada media


kultur ada dua cara menumbuhkan pada media kultur, yakni: bentang rata ( spread-plate
dan tabur tuang rata ( pour – plate)).
 Cara spread-plate dilaksanakan dengan meneteskan 100 ml suspense sampel diatas
medium kultur padat kemudian dibentang ratakan menggunakan batang gelas bentuk
huruf L.
 Cara pour – plate dilaksanakan dengan meneteskan 100 ml suspense sampel didalam
cawan petri kemudian ditungi medium cair dan digoyang-goyang supaya sampel
bercampur homogen dengan medium kultur.

Gambar.

 Syarat-syarat perhitungan
 Hitung jumlah koloni, kalikan jumlah koloni (atau rata-rata jumlah jika
digunakan dengan dalam pengenceran yang sama) dengan kebalikan
pengencerannya.
 Catat pengenceran yang digunakan dan jumlah koloni dihitung atau diduga
pertiap petri
 Untuk mencegah kesalahan ketelitian dan akurasi, catat hanya dua digit
pertama saja. Digit kedua dapat ditingkatkan jika digit ke tiga diatas 5:
gunakan 0 untuk digit setelah digit kedua.
 Laporkan jumlah koloni ( atau dugaan jumlah) sebagai ( Fu per g atau m)
 Hitung jumlah koloni yang hanya memenuhi syarat yang dihitung
 Spreader tidak dihitung
 Hitung semua koloni termasuk yang kecil, catat pengenceran yang
digunakan dan hitung jumlah koloni.
 Contoh 1:
Pengenceran 1:100 jumlah koloni 243*
Pengenceran 1:100 jumlah koloni 23
Maka jumlah bakteri = 24.300 ditulis 2,4 . 104 (fu/ml)

 Perhitunggan bakteri
 Contoh 2:
Pengenceran 1: jumlah koloni spreader
Pengenceran 1: 1000 jumlah koloni 31
Maka jumlah bakteri = 31.000 ditulis 3,1 . 104 (fu/ml)
 Contoh 3
Pengenceran 1: 100 jumlah koloni 305
Pengenceran 1: 1000 jumlah koloni 31
Maka jumlah 42.000 ditulis 4,2 . 104(fu/ml)
 Jika dua pengenceran memenuhi syarat
 Contoh 4
Pengenceran 1:100 jumlah koloni 200
Pengenceran 1:1000 jumlah koloni 42
1 bandingka dua pengenceran tersebut, jika > 2 maka rata-rata < 2
gunakan pengenceran yang lebih kecil.
Maka jumlah bakteri = 42.000/20.000 > 2 maka jumlah bakteri ditulis 20 . 103(fu/ml)

 Perhitungan dengan 2 ulangan


 Contoh 5
Pengenceran Petri 1 Petri 2
2
10 175 208
3
10 16 17

Maka:
 Rata-rata terlebih dahulu pada pengenceran yang memenuhi syarat
 Yang memenuhi syarat hanya pengenceran 1:100 sehingga (175+208)/2 = 191,5
 Karena digit ketiga kurang dari 5 maka jumlah bakteri adalah 19.000 (fu/g) atau 1,9
. 104 (fu/ml)

# Syarat-syarat perhitungan
1 jumlah koloni 25.250 dengan dua ulangan
 Contoh 6
Pengenceran Petri 1 Petri 2
10-2 228 240
-3
10 28 23
Maka:
23 tidak memenuhi syarat tetapi karena 28 memenuhi syarat maka tetap dirata-rata
terlebih dahulu.
(280+230)/(228+240) = 510 / 468 < 2 maka
Jumlah sel =(280+230+228+240) / 4= 244,5 x 102
= 2,5 x 104 (fu/ml)

Tidak ada petri dengan jumlah koloni antara 25-250


 Jika tidak ditemui petri dengan jumlah koloni antara 25 dan 250 dan salah satu
petri memiliki jumlah koloni lebih dari 250 maka, pilih yang paling mendekati
250 dan hitung sebagai hasil pendugaan ( dugaan) (fu/g)
 Contoh 7
Pengenceran 1 : 100 jumlah koloni 325
Pengenceran 1 : 1000 jumlah koloni 20
Maka jumlah mikroba adalah 33.000 (dug) (fu/g/3,3x104(fu/ml(est/dug)
 Tidak ada petri dengan jumlah koloni 25-250
Contoh 8
Pengenceran 1:100 jumlah koloni 287 dan 263
Pengenceran 1 :1000 jumlah koloni 23 dan 19
Yang dipakai adalah yang mendekati 250
(287+263)/2=(550/2):27,5 karena desimal terakhir 5 maka menjadi 28.
Jadi mikroba = 28.000(fu/g atau 2,8x104(fu/ml(est)
 Semua petri dengan jumlah koloni kurang dari 25
 Jika petri dari semua pengenceran menunjukan jumlah koloni kurang dari
25,catat jumlah aktual koloni pada pengenceran yang paling rendah dan
laporkan sebagai dugaan (fu/g)
Contoh 9
Pengenceran 1:100 jumlah 0
Pengenceran 1:1000 jumlah 0
Maka jumlah mikroba adalah < 100(dug)(fu/g)
Contoh 10
Pengenceran 1 :100 jumlah 18 dan 16
Pengenceran 1 :1000 jumlah 2 dan 0
Maka jumlah mikroba < 1.700(dug)(fu/g)

 Tidak ada koloni yang tumbuh


 Jika pada semua pengenceran tidak dijumpai adanya koloni dan tidak terdapat
senyawa penghambat, laporkan jumlah pemndugaan dengan kurang dari(<) pada
pengenceran yang paling rendah.
Contoh 11
Pengenceran 1 :100 jumlah koloni 0
Pengenceran 1: 1000 jumlah koloni 0
Maka jumlah mikroba <100(dug)(fu/g)

 MPM Method
 Mpn adalah suatu metode endomerasi mikroorganisme yang
menggunakan data dari hasil padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah
sampel atau dienterkan menuju tingkat Jelly tabungnya sehingga dihasilkan
kisaran jumlah mikroorganisme yang diuji dalam nilai mpn atau suatu Volume
atau massa sampel.
 Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel-sampel tingkat
tersebut sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas atau sesuai
dan jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung
positif kadang-kadang tetapi tidak selalu
 Semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan (semakin rendah
pengenceran yang dilakukan) maka semakin "sering" tabung positif yang
muncul. semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi
pengenceran yang dilakukan) maka semakin jarang tabung positif yang muncul
jumlah sampel atau pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung
positif kadang-kadang tetapi tidak selalu.
 Semua tabung positif yang dihasilkan sangat tergantung dengan
probabilitas sel yang tertampil oleh pipet saat memasukkan ke dalam media.
Oleh karena itu homogenisasi sangat mempengaruhi metode ini frekuensi positif
(ya) atau negatif (tidak) ini menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada
sampel sebelum di encerkan.

Asumsi yang diterapkan dalam metode mpn adalah


1.bakteri yang terdistribusi sempurna dalam sampel
2. sel bakteri terpisah secara individual tidak dalam bentuk rantai atau komponen
(bakteri coliforem yang termasuk E coli terpisah sempurna setiap selnya dan tidak
membentuk rantai)
3.Media yang dipilih telah sesuai untuk mempertumbuhkan bakteri target dalam suhu
dan waktu inkubasi tertentu sehingga minimal satu sel hidup mampu menghasilkan
tabung positif selama masa inkubasi tersebut.
4.Jumlah yang didapatkan menggambarkan bakteri yang hidup (viable)saja sel yang
terluka mampu menghasilkan tabung positif tidak ada terdeteksi
5.MPN dinilai dari perubahan unit tubah(GOWTH unit/bu) seperti cfu(colony, forming
unit) Bukan dari sel mdivide Meskipun begitu baik nilai CFU atau MPN dapat
menggambarkan seberapa banyak sel individu yang tersebut dalam sampel metode mpn
dirancang dan lebih cocok untuk diterapkan pada sampel yang memiliki konsentrasi C
100/g atau mili Oleh karena itu nilai MPN dari sampel yang memiliki populasi
mikroorganisme yang tinggi umumnya tidak begitu menggambarkan jumlah
mikroorganisme yang sebenarnya jika jumlah kombinasi tabung positif tidak sesuai
dengan tabel maka sampel harus diuji ulang semakin banyak seri tabung maka semakin
tinggi akurasinya tetapi juga akan mempertinggi biaya analisa.

 Aspek peluang dalam metode MPH


 Berdasarkan prinsip di atas maka "seharusnya / sebaiknya" jumlah tabung positif
pada pengenceran 1/10>1/00>1/1000 (misalnya 5-3-1) karena setiap
pengenceran mengurangi jumlah mikroorganisme target dan akibatnya semakin
kecil kesempatannya untuk membuat tabung menjadi positif.
 Namun seringkali hasil yang didapat tidak sesuai dengan logika peluang, seperti
5-3-4 yang menghasilkan nilai 210 (lihat tabel). bisa saja banyak sel tidak
sengaja terambil dan memperbanyak pengenceran selanjutnya atau
homogenisasi tidak berlangsung sempurna.

Tabung Tabung Conf.lim Conf.lim


positif positif Mpu/ml
0,1 0,01 0,001 Batas Batas atas
bawah
5 3 0 79 22 220
5 3 1 110 34 250
5 3 2 140 52 400
5 3 3 180 70 400
5 3 4 210 70 400

 untuk memahami peranan peluang dalam mendistribusikan sel sehingga


menghasilkan tabung positif maka jumlah tabung positif (digaris bawah).
Gambar.

 Jumlah koloni lebih dari 250


 Jika jumlah koloni tiap Petri di atas 250,hitung koloni dalam bagian Petri berdasar
distribusi yang mewakili.
 jika dalam hitungan <10 koloni/cm2, pilih dalam 12 cm2 dengan cara 6 luasan
horizontal berurutan dan 6 luasan sudut kanan berurutan.
 Ingat jangan ada koloni yang dihitung dua kali.
 jika dalam hitungan ada 10 koloni/cm2 hitung koloni dalam 4 luasan yang
mewakili seperti cara di atas.kalikan rata jumlah koloni per cm2 dengan luas petri.
 pada umumnya luas petrisi sekitar 56 cm2 gunakan ini sebagai faktor pengali.

 Spreader
 Ada tiga tipe spreader
 tipe pertama adalah rangkaian koloni, tidak dapat dipisahkan secara tepat,
disebabkan oleh disintegrasi gumpalan bakteri ketika inokulum ditebarkan dalam
medium plating.
 jika salah atau lebih rantai jelas asalnya dari sumber terpisah.
 hitung masing-masing sebagai satu koloni, jangan hitung tiap-tiap koloni individu
dalam rantai sebagai koloni terpisah.
 tipe kedua adalah perkembangan koloni yang meluas dalam fim air antara agar
dan dasar Petri.
 tipe ketiga bentuk dalam fim air pada tipe permukaan agar.
 kedua tipe ini berkembang karena akumulasi kelembaban pada tiap sebaran asli
dan
 Spreader ini dapat mewakili pertumbuhan koloni individu, jika pengenceran
terdistribusi secara merata dalam medium.

 MENGHITUNG DENGAN RUANG HITUNG


 Perhitungan sel menggunakan ruang hitung dilakukan dengan menggantikan
suspensi hasil pengenceran di teteskan ke dalam ruang hitung kemudian ditutup
menggunakan gelas penutup preparat
 Ruang hitung yang digunakan heru apa himasitometer/ ruang penghitung
sel"darah merah

Gambar.

 Pemeriksaan selanjutnya dilakukan di bawah mikroskop dengan cara menghitung


jumlah sel yang ada di dalam ruang hitung.
 ada tiga macam ruang hitung yang dapat digunakan dengan ukuran ruang yang
saling berbeda perhitungan akan lebih mewakili dari jumlah sel yang sebenarnya
jika menggunakan semua macam ruang hitung sistem pengencerannya yang benar-
benar homogen sehingga rata-rata menjadi lebih akurat.

 Perhitungan secara langsung dengan mikroskop.


 Menggunakan hemacytometer alat Petrof houser counter
Misal Buret luas kotak pada hemacytometer 4x10-2mm2
Tinggi:2x10-2 mm
Maka volume daerah kotak: 8x10-4mm3=8x10-7ml
Jumlah sel dihitung 14 maka jumlah mikroba.
number of celir counted
Number of bactoira/ml =
volume of area counted
14
= 17,500,000
8 x 10

 Bread slide method


 Pada metode ini tidak dibedakan sel yang hidup dan sel mati perhitungan dilakukan
secara langsung. Pada setiap bidang pandang mikroskop. Sampel berupa cairan
disebar (kira-kira 0,001 ml) pada mikroskop slide setelah dilakukan pewarnaan
kemudian dilakukan penghitung pada setiap bidang pandang mikroskop.
Gambar.

 Berdasarkan berat kering


 Cara ini terutama digunakan untuk penentuan jumlah jamur benang misalnya dalam
industry mikrobiologi kenaikan berat kering suatu mikroba berarti juga kenaikan sel
yang dipakai untuk menentukan jumlah mikroba.

Gambar.

 Kultur continiu
Kultur continiu adalah metode kulturasi yang dapat memperpanjang umur fase
perbanyakan bakteri.
Kultur continue dapat dirancang dengan dua metode yaitu metode kemustal dan
turbidastat.

 Perbedaan kemustat dan turbidastat


 Komostat
pada metode kemusta kemustat kontrol populasi bakteri berdasarkan pada
pemasukan media pakan steril.
 Turbidastat
Pada metode turbidastat control populasi berdasarkan sensor foto sel yang dapat
mengukur populasi bakteri.

 Khemostat
 Teknik continu cions coture dengan menggunakan kemostat dilakukan dengan
membiakkan nutrient melalui sebuah tangki sedemikian rupa sehingga komposisi
nutrient di dalam fermentasi tempat kultivasi mikroba selalu dalam keadaan tetap
Hal ini dapat dicapai dengan mengukur kecepatan aliran medium baru ke dalam
fermentor disesuaikan dengan aliran medium keluar untuk dipanen.
 Di dalam sistem ini sel dapat dipertahankan terus-menerus pada fase pertumbuhan
eksponensial/ fase pertumbuhan logaritmik continuous culture mempunyai ciri
ukuran populasi dan kecepatan pertumbuhan dapat diatur pada nilai konstan
menggunakan kemostat untuk mengatur proses di dalam khemostat diatur
Kecepatan aliran medium dan kadar substrat (nutrient pembatas) sebagai nutrient
pembatas dapat menggunakan sumber C(karbon), sumber N atau factor tumbuh.
Pada system ini, ada aliran keluar untuk mempertahankan volume biakan dakam
kemostat sehingga tetap konstan

Gambar.

 Turbidastat
 Teknik kultivasi dengan sistem turbidastat dilakukan dengan menambahkan nutrien
secara kontinu sehingga kerapatan sel selalu dalam keadaan tetap dalam teknik
turbide start aliran medium diatur berdasarkan atas kerapatan optik kultur mikroba
pertumbuhan konsentrasi sel dipertahankan konstan dengan cara memonitor
kekeruhan kulit.
 Sistem ini didasarkan pada kerapatan bakteri tertentu atau kekeruhan tertentu yang
dipertahankan konstan ada perbedaan mendasar antara biak statik klasik dengan
biak Sinabung dalam kemostat statik arus dilihat sebagai sistem tertutup (boleh
disamakan dengan organisme sial tahap stationer dan tahap kematian kalau pada
bias Sinambung merupakan sistem terbuka yang mengupayakan keseimbangan
aliran untuk organisme selalu terdapat kondisi lingkungan yang sama.

Gambar.
 Pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba
*Temperatur
*Kelembaban
*Tekanan osmosa
*PH
*Senyawa toksin
*Arus listrik
*Radiasi
*Tekanan muka
*Tekanan hidrostatik dan mekanik.
 Pengaruh temperatur
a. Psikrofil
Merupakan kisaran suhu pertumbuhan mikroba antara 0
b. Mesti
Merupakan kisaran suhu pertumbuhan mikroba antara 25
c. Thermofi
Merupakan kisaran suhu pertumbuhan mikroba antara 45
Jika mikroba mampu tumbuh di atas 80 disebut thermofil ekstrim atau hipertermofil,
sedangkan yang mampu tumbuh di bawah 0 disebut psikrofil ekstrim dan hipopsikrofil.
 Kelembaban
Untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85℅,
Sedangkan untuk jamur aktinomiset diperlukan kelembaban yang rendah di bawah 80℅.
 Tekanan osmosa
 Larutan hiportonis menghambat pertumbuhan karena dapat menyebabkan
plasmolisa. Tekanan osmosa tinggi banyak digunakan dalam praktek untuk
pengawetan bahan-bahan penambahan gula.
 Pengaruh PH
 Mikroba dapat ditemukan setiap lingkungan berPH 1-14, tetapi sebagai besar
ditemukan pada lingkungan berPH 7 (netral)
Berdasarkan ketergantungan terhadap PH, maka mikroba dapat dikelompokkan
menjadi 4 kelompok yaitu asidofil (2,0-50), neufil/mesofil (5,5-8,0) dan alalifil (8-
11).
 Senyawa toksin
 Ion-ion logam berat spt,Hg,Zn,Li,Pb, walaupun pada yang sangat rendah akan
bersifat toksit terhadap mikroba karena ion-ion logam-berat dapat bereaksi dengan
gugusan senyawa sel.
 Arus Listrik
 Arus Listrik bolak-balik ataupun searah yang bertegangan tinggi dapat
menyebabkan elektrolisis bahan penyusun medium dan juga menghasilkan panas
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
 Radiasi
 Pada umumnya cahayanya mempunyai daya perusak kepada sel mikroba yang tidak
mempunyai pigruen fotosistensis, sedang cahaya dengan gelombang pendek dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba
 Sinar dengan gelombang Panjang yang mempunyai daya fotodinamiu dan daya
biofisik, Ex: cahaya matahari

 Tegangan permukaan
 Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan akan mempunyai
membrane yang elastis
 Tekanan osmosa
 Tekanan yang tinggi akan menyebabkan meningkatkan beberapa reaksi kimia
pengecilan volume koloid organic enzim, molekul,dll.
ISOLASI METODE CAWAN GORES

1. Pelaksana
2. Penanggung jawab
3. Peralatan
 Cawan petri steril
 Lup inokulasi
 Pembakar spiritus
4. Bahan
 Suspensi campuran bakteri
 Cawan petri hasil isolasi dengan metode cawan tuang.
 Agar Nutrient steril
5. Langkah kerja
a. Tuliskan kode kelompok pada permukaan luar dasar cawan petri. Beri nomor
dibagian atasnya
b. baliklah cawan petri dan buatlah sketsa area penggoresan dengan spidol lihat di
bawah
c. Dengan berpedoman pada gambar di atas lakukan langkah-langkah berikut:
1. letakkan cawan petri di atas meja dengan posisi tutup terletak di sisi atas dan sektor
o di sisi kiri
2. kocoklah tabung reaksi berisi campuran suspensi mikroba dengan gerakan ke
samping jaga agar sumbat kapas tidak basah atau gunakan biakan yang anda susah
dapat dari isolasi dengan metode
cawan tuang pilih koloni yang bukan kontaminan konsultasikan dengan dosen
pembimbing
3. panaskan bibir cawan petri dengan pembakar spirtus kurang lebih 3 putaran
4. dengan loop inokulasi pindahkan secara aseptik satu loop penuh biakan mikroba
pada sektor O dan goreskan membentuk pola zigzag perhatikan agar tutup cawan
petri tidak terbuka terlalu lebar karena permukaan agar dapat terlukai oleh lup
maka goresan dilakukan tanpa tekanan terlebih tetapi mantap lingkaran di ujung
lop harus terletak datar dan horizontal terhadap permukaan agar bila biakan
campuran tersedia dalam bentuk padat jaga agar inokulum yang dipindahkan
tidak terlalu banyak cukup sentuhkan lup pada biakan yang akan digoreskan
gunakan sop pembuatan preparat
5. pijarkan kembali loop dan biarkan dingin suhu lup dapat diperiksa dengan
menyentuhkannya ke pinggiran media agar Dan bila mendesis berarti masih panas
pemijaran lup yang kedua kali ini akan mematikan sel-sel yang masih tersisa
sehingga membantu pengenceran jumlah sel
6. goreskan lup ke sektor o1 sampai 3 kali saja dan susul dengan goresan ke arah tepi
luar sektor 1 lanjutkan dengan goresan zigzag pada sektor 1 dan tidak tumpang
tindih
7. putar cawan petri hingga sektor 1 terletak di sisi kiri anda ulangi langkah 5 di atas
untuk mengencerkan biakan dan sektor 1 ke sektor 2
8. putar lawan betri hingga sektor 2 terletak di sisi kiri anda ulangi langkah 5 di atas
untuk mengencerkan biakan dari sektor 2 ke sektor 3
 perhatikan: JANGAN LUPA UNTUK SELALU MEMIJARKAN LUP
SETIAP KALI BERPINDAH SEKTORI
9. panaskan sekali lagi bibir cawan petri dengan pembakar spiritus kemudian
bungkus rapi
10. letakkan cawan petri terbalik dalam inkubator pada suhu yang sesuai selama 2 x
24 jam
11. Amati diameter (MM), warna, ketinggian koloni, tepian, bentuk, konsisten serta
bau. lihat gambar 3
# Catatan: untuk tiap koloni tunggal pindahkan satu loop ke akar miring inkubator
selama 2 x 24 jam lalu dapat disimpan dalam kulkas.
SEDERHANA

1. Pelaksana: Mahasiswa
2. Penanggung jawab: Dosen pembimbing
3. Peralatan:
 mikroskop
 gelas benda
 bak pewarna
 botol semprot
 penjepit kayu
 kertas serap/ tisu
4. Bahan
 preparat yang sudah disiapkan sesuai IKJ preparat pewarnaan sederhana
 larutan zat warna biru metilene loffler
 larutan zat warna karbolfuchsin
 air steril
 alkohol
5. Langkah kerja
a.)Gunakan olesan bakteri yang sudah disiapkan sebanyak 2 buah olesan pertama akan
diwarnai dengan biru metilen dan yang kedua akan diwarnai dengan karbol fuchsin
b.)letakkan gelas benda yang sudah berisi olesan di atas bak pewarna bila menggunakan
biru metilen benangi selama 1- 2 menit bila menggunakan karbon fuchsin genangi
selama 15 - 30 detik
e.)pegang gelas benda dengan penjepit kayu miringkan gelas benda lalu bilas dengan air
hingga hanya tersisa sedikit
d.)seraplah air yang tersisa dengan kertas tisu lihat gambar 2
e.) Selanjutnya preparat di kering angin kan jaga keseterilan area kerja anda
f.)Amatilah dengan mikroskop menggunakan pembesaran kuat.
NEGATIF

1. Pelaksanaan : mahasiswa
2. Penanggung jawab : dosen pembimbing
3. Peralatan :
 Mikroskop
 kaca obyek
 kaca penutup
 Lup inokulasi
 pembakar spiritus
 penjepit kayu
 Rak tabung reaksi
4. Bahan :
 Biakan bakteri murni atau hasil isolasi sebelumnya
 larutan nigrosin
 kertas serap / tissue
 alkohol
5. Langkah kerja :
a) bersihkan kaca obyek dengan sabun, bilas lalu seka dengan alkohol sehingga bebas
lemak, kemudian panggang di atas api pembakar spiritus
b) setelah dingin ambil suspensi biakan murni bakteri atau hasil isolasi anda dengan lup
inokulasi secara aseptis, dan letakkan di atas gelas obyek
c) kemudian ambil nigrosine dengan lup inokulasi dan campurkan dengan suspensi
bakteri yang telah diletakkan di atas gelas obyek. Ratakan suspensi ini sehingga
membentuk lapisan yang tipis, lihat gambar 1
d.) Selanjutnya preparate dikering anginkan, jaga kesterilan area kerja anda
e.) Amatilah dengan mikroskop menggunakan pembesaran buat
f.) Ulang Langkah 1-5 untuk biakan murni bakteri lainnya.

GRAM
1.Pelaksana: Mahasiswa
2.Penanggung jawab: Dosen pembimbing
3.Peralatan
 mikroskop
 kaca objek
 kaca penutup
 lup inokulasi
 bak pewarna
 rak tabung reaksi pembakaran spirtus
 botol semprot
 penjepit kayu
4.bahan
 biakkan bakteri murni atau hasil isolasi sebelumnya
 seperangkat pewarna gram:
a. ungu kristal (modifikasi hucker)
b. larutan iodium garam
c .alkohol 95% d.safranine
 air suling
 kertas serap/ tisu
5.langkah kerja
a.)ambillah sebuah kaca objek bersihkan dengan tisu
b.)supaya debunya hilang kemudian panaskan kira-kira 10 sampai 20 kali di atas nyala
api sehingga lemaknya hilang
c.)letakkan kaca objek dengan sisinya yang tidak berlemak pada bagian atas bejana
untuk mewarna dan biarkan sampai dingin
d.)kemudian taruhlah setetes air di atasnya tetesan ini harus menyebar sama rata jika
tidak menyebar berarti lemaknya masih belum hilang dan pekerjaannya harus diulangi
e.)bakar lup inokulasi hingga pijar dengan jarum ini ambillah sedikit bakteri dan
biakannya dan letakkan di pinggir tetesan tersebut
f.)kemudian campurkan bakteri dalam tetesan air dengan menggosokkan lup inokulasi
dalam suspensi tersebut hingga terdapat suatu lingkaran dengan garis tengah kira-kira 1
cm
g.)jumlah bakteri yang tepat ditunjukkan jumlah bakteri yang tepat keruh
h.)pijarkan jarum yang telah dipakai keringkan suspensi bakteri tersebut sebaiknya
jangan dipanaskan tetapi jika ingin mempercepat keringnya suspensi tersebut preparat
boleh dipanaskan dengan hati-hati dan menggoyangkannya selama 30 menit di atas
nyala api kecil
i.)buatlah dua garis tebal di kanan kiri preparat dengan sebuah kaca hal ini berguna
untuk menahan aliran larutan zat warna keluar dan sebagai penandaan.
j.) Fikser-kan preparat tersebut dengan menggerakkan kaca obyek dengan bagian atas
yang ada preparatnya. Hal ini dilakukan beberapa kali dengan melalui api pembakar
spiritus.
k.) Warnailah dengan karbon kristal violet, diamkan selama 20 detik
l.) Cuci sebentar dengan air
m.) Teteskan larutan lugol (iodium) pada preparat dan diamkan selama 1 menit.
n.) Cuci dengan menggunakan alkohol 95% selama 10-20 detik dengan menggoyangkan
preparat di dalam gelas kimia yang berisi alkohol.
o.) Bilas dengan air sebentar saja
p.) Taruhlah preparat ini tegak lurus di atas kertas serap/tissue, sehingga sebagian besar
airnya diserap.
q.) Warnailah dengan larutan safranine selama 20 detik.
r.) Cuci dengan air dan keringkan dengan kertas serap/tissue
s.) Amatilah dengan mikroskop perbesaran kuat tanpa gelas penutup
t.) Catat jenis mikroba yang diperiksa dan bedakan antara gram negatif dan gram positif.
1. Silahkan searching gambar jamur aspergillus oryzae dan sebutkan fungsinya
2. Jelaska napa itu pewarnaan bakteri dan sebutkan fungsi dari pewarnaan bakteri
terrsebut
1. Aspergillus oryzae dikenal sebagai salah satu kapang yang paling banyak
menghasilkan enzim yaitu a-amilae, a-galaktosidase, amiloglukosidase,
glutaminase, protease dan a-glukoslidase (wedhastri, 1990) serta Aspergillus
oryzae juga menghasilkan enzim selulosa ( kasmiran dan tarmizi, 2012)
 Berfungsi untuk fermentasi tahap pertama dalam pewarnaan kecap dan
tauco
2. Pewarnaan bakteri adalah proses pewarnaan /pengecatan bakteri untuk
membantu identifikasi, klasifikasi dan analisis mikroorganisme tersebut dibawah
mikroskop
 Pewarnaan bakteri berfungsi untuk memudahkan melihat bakteri dengan
menggunakan mikroskop memperjelas ukuran dan bentuk bakteri untuk
melihat struktur. War dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel vokoula
menghasilkan sifat-sifat kimia yang khas bakteri dengan zat warna serta
meningkatkan kontras mikroorganisme

BAB I

PENGENALAN ALAT DI LABORATORIUM BIOPROSES


Kategori I.
NO NAMA ALAT FUNGSINYA
1 Beaker glass Berfungsi sebagai wadah penampung
yang digunakan untuk mengaduk,
mencampur, dan memanaskan cairan
yang biasanya digunakan dalam
laboratorium.
2 Bola hisap/ pipet filler Berfungsi untuk memindahkan sejumlah
volume larutan untuk menguji keasaman
larutan, mereaksikan zat dalam jumlah
kecil.
3 Gelas ukur Berfungsi untuk mengukur volume 10 ml
hingga 200 ml baik volume benda cair
maupun volume benda padat.
4 Pipet ukur Berfungsi untuk mengambil larutan
dengan volume tertentu sesuai dengan
label yang tertera pada bagian yang
menggembung.
5 Penyangga kaki 3 Berfungsi sebagai penyangga ring dan
penahan kawat kasa serta penyangga
dalam proses pemanasan
6 Penjepit tabung Berfungsi untuk mengangkat alar/ tabung
reaksi yang dalam keadaan /kondisi panas
7 Labu destilasi Berfungsi untuk destilasi (penyulingan
larutan), Dimana lubang atas tempat air
keluar dan lubang bawah tempat air
masuk dan memisahkab masing-masing
ke dalam komponennya.
8 Kondensor Berfungsi untuk mengubah suhu panas
menjadi dingin dalam sebuah cairan
panas/uap selain mendinginkan larutan,
alat ini dapat difungsikan untuk
menghembuskan uap.
9 Klem Berfungsi untuk menjepit buret.
10 Statif Berfungsi sebagai penyangga buret.
11 Pembakar spirtus Berfungsi untuk pemanas
larutan/membakar zat.
12 Desikator Berfungsi untuk menyimpan bahan-bahan
yang harus bebas air dan mengeringkan
zat-zat dalam laboratorium.
13 Spatula besi Berfungsi sebagai sendok praktikum.
14 Krusible Berfungsi untuk memanaskan atau
melarutkan bahan kimia yang berbentuk
serbuk, cair, maupun padat.
15 Sikat tabung reaksi Berfungsi sebagai sikat untuk
membersihkan tabung reaksi.
16 Corong gelas Berfungsi untuk memasukkan cairan ke
dalam suatu wadah yang memiliki leher
yang kecil.
17 Pipet tetes Berfungsi untuk meneteskan/mengambil
larutan dengan volume kecil.
18 Erlenmeyer Berfungsi untuk menampung hasil
ekstraksi suatu bahan dan tahan terhadap
panas.
19 Labu ukur Berfungsi sebagai tempat melarutkan
standart suatu bahan yang telah diketahui
konsentrasinya.
20 Rak tabung reaksi Berfungsi sebagai tempat tabung reaksi
pada saat melakukan percobaan yang
membutuhkan banyak tabung reaksi.
21 Tabung reaksi Berfungsi untuk mereaksikan dua atau
lebih zat.
22 Kawat kasa Berfungsi sebagai alat bantu
menyebarkan panas
23 Kaca arloji Berfungsi untuk menutup gelas kimia
pada saat proses memanaskan dan untuk
menimbang bahan kimia.
24 Buret Beefungsi untuk mengeluarkan larutan
dengan volume tertentu
25 Mortar & alu Berfungsi untuk
menghaluskan/menggerus suatu benda
atau zat.
26 Batang pengaduk Berfungsi sebagai pengaduk larutan.
27 Kaca preparat Berfungsi sebagai tempat diletakkannya
sampel yang ingin diamati di mikroskop
yang kemudian ditutupi dengan deck
glass.
28 Deck glass Berfungsi sebagai penutup kaca preparat
29 Washing bottle Berfungsi untuk membersihkan alat-alat
laboratorium yang berukuran kecil.
30 Sparayer Berfungsi untuk menyemprotkan cairan
biasanya berisi alcohol untuk
mensterilkan tangan
31 Neraca Berfungsi untuk menimbang massa suatu
zat.
32 Jarum preparat Berfungsi untuk mengatur
mikroorganisme pada preparate glas
objek pada mikroskop
33 Termometer Berfungsi untuk mengukur suhu suatu zat
kimia sehingga memiliki jarak skala ukur
yang jauh, mulai dari 00C sampai 3500C.
34 Magnetic stirer Berfungsi untuk mengaduk dan
memanaskan larutan satu dengan larutan
yang lain yang bertujuan untuk membuat
suatu larutan homogen dengan bantuan
pengaduk magnet (stir).
35 Cawan petri Berfungsi untuk membiaskan (kultivasi)
mikroorganisme.
36 Jarum loop Berfungsi untuk
memindahkan/mengambil koloni suatu
mikroba ke media yang akan digunakan
Kembali.
37 Nampan Berfungsi sebagai tempat menaruh alat
laboratotium.
Kategori 2
NO. NAMA ALAT FUNGSINYA
1. Inkubator shaker Sebagai alat untuk mengaduk suatu sampel
yang memerlukan kecepatan dan temperature.
Berfungsi untuk mengikubasi inoculum dan
mikroorganisme seperti bakteri dan jamur
2. Fementor Berfungsi untuk menjalankan suatu proses
fermentasi
3 Colony counter Berfungsi untuk menghitung koloni bakteri
yang di tumbuhkan dimedia yang disimpan
dalam cawan petridsh
4. Vortex mixer Berfungsi untuk mencampur larutan yang ada
dalam tabung reaksi, maupun mencampur
cairan dalam wadah kecil.
5. Shaker Berfungsi untuk pengadukan suatu bahan
atau larutan hingga berbentuk bahan atau
larutan yang berhomogen
6. Inkubator oven Berfungsi untuk mengikubasi sampel/
mikroorganisme agar dapat hidup pada suatu
media atau subtrat
7. Oven Berfungsi untuk memanaskan dan
mengeringkan sampel melakukan proses
sterilisasi dll
8. Freeze Berfungsi untuk mempertahankan suatu hasil
pengeringan khususnya untuk produk- produk
yang sensitive terhadap panas/biasa disebut
(pengering beku)
9. Hot plate Berfungsi untuk memanaskan atau
menghangatkan sekaligus mencampurkan dan
menghomogenkan larutan kimia
10. Fermentor Peralatan atau system yang mampu
menyediakan sebuah lingkungan biologis
yang dapat menimbang terjadinya reaksi
biokimia dan bahan mentah menjadi bahan
yang dikehendaki
11 Autoclave Berfungsi untuk membersihkan mensterilkan
alat (gelas kaca, besi) dan kontaminasi
mikroba dengan cara uap panas
12 Refraktometer Berfungsi untuk mengukur kadar/ konsentrasi
bahan terburuk dengan prinsip kerja
Namanya adalah memanfaatkan reaksi
cahaya dan mengetahui indeks biasnya
sebuah larutan / cairan
13 Mikroskop Berfungsi untuk mengamati struktur
bakteri/virus yang digunakan sebagai objek.
(alat bantu untuk mengamati objek yang
berukuran sangat kecil)
14 BCS (Biological Salah satu alat yang digunakan dalam ruang
Safety Cabinet) bidang mikrobiologi dan berfungsi untuk
memberikan perlindungan bagi pengguna,
meminimalisir terjadinya kontaminasi dan
virus/bakteri yang bersifat potogen serta
dapat menjaga lingkungan area kerja dengan
merekayasa ventilasi udara
15 Lemari pendingin Berfungsi untuk menyimpan bahan yang
membutuhkan suhu dingin serta sebagai
tempatpenyimpanan untuk menghambat
pertumbuhan mikroba/untuk menyimpan alat
laboratorium dan untuk menyimpan
mikroorganisme
16 Mikropipet Merupakan alat untuk menghisap cairan
dalam jumlah yang kecil (mikro) secara
akurat
17 Centrifunge Berfungsi untuk memisahakan sel-sel besar
dari sel-sel kecil memisahkan sel-sel padat
dari sel-sel yang ringan dan memisahkan
endapan dari suatu suspense/memisahkan
organel berdasarkan massa jenisnya
18 Water bath Berfungsi untuk mempertahankan suhu air
pada kondisi tertentu selama selang waktu
yang ditentukan
19 Oil bath Berfungsi untuk memanaskan suatu bahan
dengan suhu yang tetap.

Anda mungkin juga menyukai