Disusun Oleh:
Luthfansyah (220511610602)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini berjudul “Konsep Psikologi Industri dan Organisasi”.
Harapannya, makalah ini akan memberikan wawasan kepada pembaca tentang
Psikologi Industri yang efektif.
Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki ruang untuk perbaikan.
Oleh karena itu, kami selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi meningkatkan kualitas makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................4
PENGERTIAN PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI.......................4
A. Definisi..........................................................................................................4
B. Sejarah Perkembangan Psikologi..................................................................5
C. Peran Psikologi dalam Dunia Kerja..............................................................9
BAB III..................................................................................................................11
FOKUS UTAMA PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI.................11
A. Seleksi dan Rekrutmen................................................................................11
1. Proses Seleksi........................................................................................ 11
2. Metode Rekrutmen dan Seleksi..................................................................12
B. Kepuasan Kerja...........................................................................................13
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja..............................13
2. Pengukuran Kepuasan Kerja..................................................................15
C. Motivasi dan Produktivitas.........................................................................16
1. Teori motivasi dalam konteks kerja.......................................................16
2. Hubungan dengan produktivitas.............................................................18
BAB IV..................................................................................................................20
APLIKASI PSIKOLOGI DALAM ORGANISASI..........................................20
A. Pengembangan Sumber Daya Manusia.......................................................20
B. Manajemen Konflik....................................................................................21
C. Penilaian Kerja............................................................................................22
D. Pengembangan Kepemimpinan...................................................................23
ii
BAB V....................................................................................................................24
TANTANGAN DAN PERKEMBANGAN TERKINI DALAM PSIKOLOGI
................................................................................................................................24
A. Globalisasi dan Diversifikasi Tenaga Kerja................................................24
B. Teknologi dan Perubahan Organisasi.........................................................25
C. Kesejahteraan Psikologis............................................................................27
BAB VI..................................................................................................................30
PENUTUP.............................................................................................................30
A. Kesimpulan.................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep Psikologi Industri dan Organisasi (I/O) adalah bidang dalam ilmu
psikologi yang fokus pada aplikasi prinsip-prinsip psikologi untuk memahami
perilaku individu dalam konteks lingkungan kerja dan organisasi. Bidang ini
menggabungkan prinsip-prinsip psikologi dengan aspek-aspek seperti
manajemen, sumber daya manusia, dan produktivitas organisasi.
Pada awalnya, psikologi I/O berkembang selama awal abad ke-20 seiring
dengan perkembangan industri dan organisasi yang semakin kompleks. Para
psikolog mulai tertarik untuk memahami bagaimana perilaku individu dapat
memengaruhi kinerja dalam lingkungan kerja. Selama Perang Dunia I dan
Perang Dunia II, psikologi I/O menjadi penting dalam upaya untuk
meningkatkan produktivitas dan efisiensi tenaga kerja di industri-industri yang
mendukung perang. Penelitian tentang seleksi personil, pelatihan, dan desain
pekerjaan menjadi perhatian utama.
1
Pada saat ini, bidang ini semakin memperhatikan kesejahteraan psikologis
karyawan, termasuk aspek-aspek seperti keseimbangan kerja-hidup, stres
kerja, dan kebahagiaan kerja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusun merumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan tujuan
penyusunan sebagai berikut :
2
2. Untuk menganalisis peran krusial Psikologi Industri dan Organisasi dalam
meningkatkan produktivitas dan efisiensi tenaga kerja selama Perang
Dunia I dan II dan dampaknya pada teori dan praktik di bidang ini.
3. Untuk memahami pengaruh pengakuan Psikologi Industri dan Organisasi
sebagai bidang ilmu independen terhadap perkembangan dan praktik
manajemen sumber daya manusia dalam berbagai jenis organisasi.
4. Untuk menilai bagaimana tantangan baru seperti globalisasi dan kemajuan
teknologi telah memengaruhi pendekatan dan aplikasi Psikologi Industri
dan Organisasi dalam dunia kerja modern.
5. Untuk mengidentifikasi strategi dan praktik Psikologi Industri dan
Organisasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis karyawan,
termasuk aspek keseimbangan kerja-hidup, pengelolaan stres, dan
peningkatan kebahagiaan kerja.
3
BAB II
A. Definisi
Psikologi industri/organisasi adalah cabang psikologi yang menerapkan
prinsip-prinsip psikologis di tempat kerja. Tujuan dari psikologi
industri/organisasi adalah untuk “meningkatkan martabat dan kinerja orang-
orang dan organisasi di mana mereka bekerja, dengan memajukan ilmu
pengetahuan dan pengetahuan mengenai perilaku manusia” (Rucci, 2008).
Psikologi industri/organisasi merupakan bidang khusus dalam bidang
psikologi yang mempelajari perilaku manusia di lingkungan kerja (Riggio &
Porter, 2013)[1]. Definisi sederhana dari psikologi industri dan organisasi
adalah “penerapan prinsip-prinsip psikologi, teori, dan penelitian pada
lingkungan kerja”. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan
proses mental dalam kehidupan seseorang sebagai individu atau manusia. Ada
banyak sekali definisi psikologi yang diberikan oleh para ahli di bidang
psikologi. Bidang psikologi industri dan organisasi merupakan bidang
psikologi yang termasuk dalam dunia kerja. Psikologi dikaitkan dengan studi
tentang perilaku karyawan dan proses mental dalam organisasi kerja
(Sudjiwanati, 2022).
Psikologi industri dan organisasi merupakan ilmu yang mempelajari
perilaku manusia sebagai pekerja dan konsumen, baik secara individu maupun
kelompok, sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan untuk mendatangkan
manfaat bagi manusia dan organisasi. Perilaku manusia terbagi menjadi 2
yaitu perilaku yang terlihat (observable), misalnya berjalan, berbicara,
menulis. Dan perilaku yang tidak kasat mata, misalnya perasaan, pikiran,
motivasi, dan lain-lain. Kita dapat mengamati perilaku tak kasat mata dari
perilaku terbuka. Tentu kita bisa mengetahui seseorang sedang marah dengan
melihat ekspresi wajahnya, matanya, yang berbeda dengan seseorang yang
tidak sedang marah. Psikologi industri dan organisasi berfungsi sebagai dasar
untuk memecahkan masalah industri dan organisasi. Karena Psikologi Industri
4
dan Organisasi berkaitan dengan pengetahuan kerja, kesiapan tenaga kerja,
kepuasan perusahaan dan tenaga kerja, produk yang berguna untuk
dikonsumsi masyarakat, cara memberikan informasi kepada konsumen tentang
manfaat produk, dll. Tentu saja informasi ini dapat bermanfaat bagi
organisasi dan karyawan.
Sebagaimana kita ketahui bersama, dunia usaha sedang dalam proses
penggabungan yaitu mengambil bahan baku, informasi, peralatan, mesin,
modal dan tenaga kerja dari lingkungan masyarakat untuk melakukan
transformasi. Sedangkan dalam proses transformasi yaitu konversi bahan
baku, mesin, peralatan, informasi, sumber modal yang ada dengan
menggunakan tenaga manusia untuk diubah menjadi produksi berupa barang
dan jasa. Output yang dihasilkan tidak hanya mencakup barang dan jasa,
tetapi juga kondisi mesin, keadaan modal, keadaan orang yang melakukan
proses produksi. Setelah itu, barang dan jasa tersebut akan dikembalikan
kepada Masyarakat (Diwyarthi, 2022). Industri 4.0 hadir di tengah berbagai
situasi yang dihadapi dunia industri guna mempersiapkan para pelaku
ekonomi yang terlibat, baik di sektor produk maupun jasa, agar tidak
mengalami guncangan budaya (culture shock) (Umama, 2019).
5
Gambar 2.1 Walter Dill Scott
tokoh yang mengemukakan pemikiran mengenai peran psikologi
dalam aktivitas periklanan produk. Buku The Theory of Advertising
(1903) merupakan buku pertama yang membahas dunia kerja dalam
perspektif psikologi. Buku berikutnya yang menjadi lanjutan adalah
The Psychology of Advertising (1908).
b. Frederick Winslow Taylor
6
Gambar 2.3 Frank & Lilian Gilberth
tokoh yang mengembangkan metode dari Taylor dan melakukan
perbaikan pada studi gerak dan waktu. Studi ini meliputi 3 aktivitas:
a. Menurunkan setiap tindakan dalam komponen-kompenen aktivitas
b. Menemukan cara yang lebih baik dalam menyelesaikannya
c. Mengorganisir kembali setiap tindakan menjadi lebih efisien Selain
itu juga ada kajian mengenai masalah kelelahan, cahaya, suhu dan
masalah lain yang dihadapi oleh pekerja
d. Hugo Munsterberg
7
2. Perang Dunia 1 (1917-1918)
Psikologi memegang peranan penting dalam kondisi perang. Ada tes
yang dikembangkan oleh Robert Yerkes sebagai alat pengukuran intelijen
umum yang digunakan dalam proses perekrutan Angkatan Darat. Alat-alat
tersebut adalah Army Alpha dan Army Beta. Terjadi transisi ke sektor
swasta, di mana Walter Dill Scott mendirikan praktik psikologi untuk
menerapkan prosedur analisis pekerjaan pada tentara.
1. Periode Transisi Perang Dunia 1 & 2 (1919-1940)
Walter V Bingham Bingham dan timnya mengembangkan serangkaian
tes bakat dan menyebarkannya ke seluruh dunia industri.. Tes bakat juga
digunakan oleh guru dan konselor untuk membimbing siswa dan klien
menuju karir yang sesuai. Tes psikometri banyak digunakan untuk
memilih pekerja terbaik dalam organisasi.
James Cattell menekankan peran psikologi dan mempromosikan
penggunaannya dalam industri.. Ia mendirikan Psychology Corporation
(1921), kemudian menjadi pendiri alat tes psikologi
Elton Mayo merupakan sosok yang menekankan bahwa faktor
emosional akan memegang peranan penting dibandingkan dengan
kemampuan atau faktor fisik.. Dia melakukan Eksperimen Hawthorne
yang menunjukkan bahwa emosi, pikiran, dan perilaku anggota tim dan
manajer mempengaruhi kinerja pekerjaan. Oleh karena itu, efek
Hawthorne menyimpulkan bahwa pekerja akan berkinerja lebih baik
ketika mendapat perhatian dan dianggap penting. Penelitian Mayo
terutama dilakukan pada hubungan interpersonal dalam kelompok dan
keterampilan sosial.
2. Perang Dunia 2 (1941-1945)
Perang Dunia II memperkuat posisi Psikologi Industri dan Organisasi
sebagai disiplin yang penting dalam mengelola sumber daya manusia dan
memahami aspek psikologis dalam lingkungan kerja, serta menerapkan
pengetahuan ini untuk mencapai tujuan militer dan industri yang
krusial pada saat itu.
8
3. Pasca Perang Dunia (1946-1963)
Pertumbuhan ekonomi global mendorong masyarakat untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.. Penelitian
berkembang di bidang psikologi industri dan organisasi.. Ada banyak
penelitian tentang motivasi kerja (Maslow, Rogers, John Locke, Herzberg)
dan kepemimpinan (Max Weber dan Katz & Khan). Di Indonesia,
psikologi industri dan organisasi bertempat di organisasi profesi APIO
(Asosiasi Psikologi Industri & Organisasi). Dihadiri oleh para praktisi dan
pemerhati dari industri dan organisasi (Widhiasih, 2023).
9
Sumber daya manusia dianggap sebagai aset berharga yang harus dijaga
oleh perusahaan (Darmawan et al., 2020). Oleh karena itu, sebagai sebuah
tanggung jawab, perusahaan harus menjamin keberlangsungan kualitas
kehidupan kerja dan mengembangkan tenaga kerja agar mampu berkontribusi
secara maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi (Ishak et al., 2016;
Sinambala & Ernawati, 2021). Bagi Cascio (2006), kualitas hidup di tempat
kerja mencakup serangkaian aktivitas yang dilakukan di lingkungan bisnis
dengan tujuan untuk meningkatkan kondisi kerja.. Tujuan dari upaya ini
adalah untuk membangun semangat dan motivasi dalam menyelesaikan tugas
dan mencapai tujuan organisasi.
10
BAB III
11
dijabat, baru siapa yang akan menjabatnya. Jabatan atau pekerjaan apapun
yang akan diisi hendaknya diseleksi berdasarkan atas spesisifikasi jabatan
atau pekerjaan tersebut.
3. Ekonomi rasional
Tindakan ekonomi hendaknya atas dasar pelaksanaan seleksi
supaya biaya, waktu dan pikiran dimanfaatkan secara efektif sehingga
hasilnya juga efektif dan dipertanggungjawabkan. 4. Etika sosial
Seleksi harus dilakukan dengan etika sosial. Artinya, memperhatikan
norma-norma hukum, agama, kebudayaan, dan adat istiadat masyarakat
serta hukum yang berlaku di negara bersangkutan.
12
a. Surat lamaran bermaterai atau tidak
b. Ijazah sekolah dan jumlah nilainya
c. Surat keterangan kerja dan pengalaman
d. Refrensi atau rekomendasi dari pihak yang dapat dipercaya
e. Wawancara langsung dengan yang bersangkutan
f. Penampilan dan keadaan fisik pelamar
g. Keturunan dari pelamar
h. Tulisan tangan pelamar
2. Ilmiah
Metode ilmiah merupakan metode seleksi yang didasarkan pada
spesifikasi pekerjaan dan kebutuhan nyata yang akan diisi, serta pedoman
pada kriterian dan standar-standar tertentu. Seleksi ilmiah mencakup pada
hal-hal berikut :
a.Metode kerja yang sistematis
b. Berorientasi pada kebutuhan rill karyawan
c.Berorientasi pada prestasi kerja
d. Berpedoman pada undang-undang perburuhan
e.Berdasarkan kepada analisis jabatan dan ilmu sosial lainnya
B. Kepuasan Kerja
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja dalam konteks psikologi industri dan organisasi adalah
faktor penting yang dapat memengaruhi produktivitas, kinerja, dan retensi
karyawan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja
dalam bidang ini. Berikut adalah beberapa faktor kunci yang dapat
memengaruhi kepuasan kerja dalam psikologi industri dan organisasi:
1. Lingkungan Kerja:
Budaya Organisasi: Budaya perusahaan yang mendukung kerja sama,
inovasi, dan penghargaan terhadap prestasi karyawan
dapat meningkatkan kepuasan kerja.
13
Kepemimpinan: Gaya kepemimpinan yang efektif dan berorientasi pada
pembinaan dan dukungan karyawan dapat meningkatkan
kepuasan kerja.
2. Kebijakan dan Praktik Organisasi:
Kebijakan Kompensasi: Gaji dan insentif yang adil dan kompetitif dapat
meningkatkan kepuasan kerja.
Kesempatan Pengembangan: Kesempatan untuk pengembangan karier,
pelatihan, dan pembelajaran berkelanjutan juga
dapat memengaruhi kepuasan kerja.
3. Kondisi Kerja:
Beban Kerja: Beban kerja yang wajar dan realistis dapat mengurangi stres
dan meningkatkan kepuasan kerja.
Keseimbangan Kerja-Hidup: Fleksibilitas dalam jam kerja dan dukungan
untuk keseimbangan kerja-hidup dapat meningkatkan
kepuasan kerja.
4. Pengakuan dan Penghargaan:
Pengakuan: Penghargaan dan pengakuan atas kontribusi karyawan dapat
meningkatkan kepuasan kerja.
Feedback: Umpan balik yang konstruktif dan teratur dari atasan atau rekan
kerja juga penting.
5. Pengembangan Karier:
Kesempatan Kemajuan: Karyawan yang merasa ada peluang untuk naik
jabatan atau maju dalam karier mereka cenderung lebih
puas.
Pengembangan Keterampilan: Kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan dan kemampuan juga dapat meningkatkan
kepuasan kerja.
6. Hubungan Interpersonal:
Hubungan Tim: Hubungan yang baik dengan rekan kerja dan atasan dapat
memengaruhi kepuasan kerja.
14
Dukungan Sosial: Dukungan sosial di tempat kerja dapat membantu
mengurangi stres dan meningkatkan kepuasan kerja.
7. Tanggung Jawab Pekerjaan:
Rasa Kontrol: Karyawan yang merasa memiliki kendali atas pekerjaan
mereka cenderung lebih puas.
Relevansi Tugas: Kepuasan kerja juga terkait dengan sejauh mana tugas-
tugas pekerjaan terasa relevan dan bermakna.
8. Kesesuaian Pekerjaan dengan Kemampuan dan Minat:
Kesesuaian: Karyawan yang merasa pekerjaan mereka sesuai dengan
kemampuan dan minat mereka cenderung lebih puas.
9. Faktor Individu:
Harapan Pribadi: Harapan dan nilai-nilai individu juga dapat memengaruhi
tingkat kepuasan kerja.
Personalitas: Karakteristik kepribadian seperti optimisme dan resiliensi
dapat memainkan peran dalam kepuasan kerja.
15
2. Selain kuesioner, wawancara individu atau kelompok juga digunakan
untuk mengukur kepuasan kerja. Ini memungkinkan karyawan untuk lebih
mendalam mengungkapkan pemikiran, perasaan, dan pandangan mereka
tentang pekerjaan dan lingkungan kerja. Wawancara semacam itu dapat
memberikan wawasan yang lebih mendalam dan konteks tentang apa yang
memengaruhi kepuasan kerja.
3. Pengamatan langsung melibatkan observasi perilaku karyawan di tempat
kerja. Dengan mengamati tindakan dan interaksi karyawan, peneliti dapat
mengidentifikasi tanda-tanda kepuasan atau ketidakpuasan kerja, seperti
tingkat produktivitas, tingkat absensi, atau interaksi tim yang positif atau
negatif.
4. Beberapa organisasi juga menggunakan data kinerja karyawan, seperti
produktivitas, kualitas kerja, dan efisiensi, sebagai indikator kepuasan
kerja. Peningkatan atau penurunan kinerja dapat mencerminkan perubahan
dalam tingkat kepuasan kerja.
5. Survei kelompok fokus melibatkan kelompok kecil karyawan yang
berkumpul untuk berdiskusi tentang kepuasan kerja mereka. Diskusi ini
dipandu oleh seorang moderator dan dapat memberikan wawasan
mendalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan kerja dari
sudut pandang kelompok.
6. Selain metode kuantitatif, pendekatan kualitatif seperti penelitian kasus
atau penelitian etnografi dapat digunakan untuk mendapatkan pemahaman
mendalam tentang kepuasan kerja karyawan. Ini melibatkan pengamatan
mendalam dan wawancara yang panjang dengan sejumlah kecil karyawan.
C. Motivasi dan Produktivitas
1. Teori motivasi dalam konteks kerja
Dalam konteks psikologi industri dan organisasi, terdapat berbagai
teori motivasi yang digunakan untuk memahami faktor-faktor yang
memengaruhi perilaku karyawan di tempat kerja. Berikut adalah
beberapa teori motivasi yang relevan dalam konteks ini:
16
1. Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow: Teori ini
mengemukakan bahwa individu memiliki hierarki kebutuhan yang
terdiri dari lima tingkatan, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan,
sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Karyawan akan termotivasi
untuk mencapai tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi setelah
memenuhi tingkatan yang lebih rendah. Oleh karena itu, manajer
perlu memahami kebutuhan individu dan menciptakan lingkungan
kerja yang mendukung pemenuhan kebutuhan ini.
2. Teori X dan Teori Y Douglas McGregor: Teori X dan Teori Y
adalah dua pendekatan yang berbeda terhadap motivasi. Teori X
menganggap bahwa kebanyakan orang secara alami malas dan perlu
dipaksa atau diancam untuk bekerja, sementara Teori Y
mengasumsikan bahwa individu memiliki potensi intrinsik yang
dapat diaktifkan jika mereka diberikan peluang dan dukungan yang
sesuai. Manajer yang menganut Teori Y akan lebih cenderung
menciptakan lingkungan kerja yang memberi kepercayaan kepada
karyawan dan memfasilitasi motivasi intrinsik.
3. Teori Motivasi-Higiene Frederick Herzberg: Herzberg
mengemukakan bahwa terdapat dua faktor yang memengaruhi
motivasi di tempat kerja, yaitu faktor motivasi dan faktor higiene.
Faktor motivasi mencakup pencapaian, pengakuan, tanggung jawab,
dan pertumbuhan, sementara faktor higiene mencakup gaji, kondisi
kerja, kebijakan perusahaan, dan hubungan dengan atasan dan rekan
kerja. Herzberg berpendapat bahwa memenuhi faktor higiene hanya
akan mencegah ketidakpuasan, sedangkan faktor motivasi yang
sebenarnya akan meningkatkan motivasi karyawan.
4. Teori Harapan Victor Vroom: Teori ini berfokus pada hubungan
antara harapan individu terhadap hasil kerja, nilai hasil tersebut, dan
hubungan antara usaha dan hasil. Menurut teori ini, motivasi
individu untuk melakukan tugas tertentu dipengaruhi oleh keyakinan
bahwa usaha mereka akan menghasilkan hasil yang diinginkan dan
17
akan memiliki nilai positif bagi mereka. Manajer perlu memahami
dan memenuhi harapan karyawan untuk meningkatkan motivasi.
5. Teori Keterlibatan Edwin Locke: Teori ini berfokus pada peran
tujuan dan harapan dalam motivasi individu. Menurut Locke,
karyawan yang berpartisipasi dalam penetapan tujuan mereka sendiri
akan lebih termotivasi untuk mencapainya. Oleh karena itu, manajer
dapat meningkatkan motivasi dengan melibatkan karyawan dalam
proses penetapan tujuan.
18
pada absensi yang tinggi dan tingkat turnover yang tinggi. Karyawan
yang merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka lebih cenderung
absen lebih sering atau mencari pekerjaan baru. Ini dapat berdampak
negatif pada produktivitas karena perusahaan harus menghabiskan
waktu dan sumber daya untuk melatih karyawan baru.
4. Hubungan dengan Kesehatan Mental dan Fisik: Kepuasan kerja yang
rendah dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik
karyawan. Stres dan ketidakpuasan dapat mengarah pada masalah
kesehatan yang dapat mengganggu produktivitas. Sebaliknya,
karyawan yang merasa puas dengan pekerjaan mereka cenderung
memiliki kesehatan yang lebih baik dan tingkat kehadiran yang lebih
baik.
5. Keterlibatan dan Komitmen: Karyawan yang puas dengan pekerjaan
mereka cenderung lebih terlibat dalam pekerjaan dan organisasi
mereka. Mereka merasa lebih komitmen terhadap tujuan dan nilai
perusahaan, yang dapat meningkatkan produktivitas secara
keseluruhan.
19
BAB IV
20
mengukur produktivitas perusahaan apakah sesuai yang di targetkan atau
tidak, serta mengevaluasi jabatan serta kinerja seorang karyawan.
B. Manajemen Konflik
Manajemen konflik adalah cara yang dilakukan oleh pimpinan pada saat
menanggapi konflik. Tujuan manajemen konflik adalah untuk mencapai
kinerja yang optimal dengan cara tetap memelihara konflik tetap bersifat
fungsional dan meminimalkan akibat konflik yang merugikan. Manajemen
konflik berguna dalam mencapai tujuan yang diperjuangkan dan menjaga
hubungan-hubungan pihak-pihak yang terlibat konflik agar tetap baik. Konflik
tidak muncul secara instan, melainkan melalui banyak tahapan. Banyak alasan
yang dmenjadi penyebab dalam timbulnya suatu konflik, mulai dari yang
paling ringan samapi yang paling berat. Para ahli mencoba menjelaskan lebih
dalam penyebab dan proses konflik dalam organisasi. Beberapa proses
terjadinya konflik yaitu,
1. Peristiwa sehari-hari, ditandai adanya individu yang merasa tidak puas
atau jengkel terhadap lingkungan kerjanya
2. Adanya tantangan, jika terjadi masalah masing masing individu
cenderung mempertahankan pendapatnya dan menyalahkan individu
lainnya
3. Timbul pertentangan, masing masing individua tau kelompok bertujuan
untuk menang dan mengalahkan kepihak lain.
Konflik dalam organisasi tidak muncul secara alami dan tidak muncul tanpa
sebab.. Penyebab konflik dalam setiap organisasi sangat bervariasi tergantung
pada perspektif yang ditafsirkan, dirasakan, dan ditanggapi oleh individu di
lingkungan kerja mereka.. Karena konflik pada pihak tertentu dapat
berdampak positif bagi organisasi, maka konflik tersebut harus dikelola
dengan baik dengan memahami faktor-faktor penyebabnya, antara lain:
1. Konflik nilai
2. Kurangnya komunikasi
3. Kepemimpinan yang kurang efektif
21
4. Pengambilan keputusan yang kurang adil
5. Produktifitas rendah
6. Perubahan keseimbangan
7. Konflik yang belum terpecahkan
8. Saling ketergantungan kegiatan kerja dengan yang lain, dan lain-lain.
C. Penilaian Kerja
Kinerja adalah hasil kerja seorang pegawai yang dicapai dengan
melaksanakan pekerjaan berdasarkan kriteria yang berlaku dalam jangka
waktu tertentu. Kinerja karyawan sering kali mencakup faktor-faktor seperti:
kuantitas dan kualitas hasil, ketepatan waktu, kehadiran, dan kemampuan
bekerja sama.. Apabila hasil kerja pegawai memenuhi standar yang berlaku
maka dapat dikatakan prestasi kerja yang baik. Sebaliknya jika kinerja seorang
pegawai tidak memenuhi standar yang ada maka dapat dikatakan kinerjanya
kurang baik. Karena pentingnya kinerja karyawan dalam menunjang
keberhasilan bisnis, maka penilaian kinerja perlu dilakukan. Penilaian kinerja
disebut penilaian kinerja, tinjauan kinerja, penilaian kinerja, pengukuran
kinerja, penilaian karyawan, penilaian karyawan, penilaian karyawan, dll.
Penilaian kinerja dapat menjadi indikator keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan perusahaan. Fungsi penilaian kinerja
adalah:
1. Sebagai acuan untuk mengevaluasi pencapaian tujuan kerja
2. Landasan bagi perusahaan untuk mengadakan pelatihan guna
meningkatkan atau meningkatkan kinerja karyawan
3. Pertimbangan obyektif bagi manajemen dalam pemberian imbalan dan
imbalan atau hukuman
4. Media komunikasi antar karyawan dan pimpinan serta manajemen dalam
upaya memperbaiki kinerja organisasi
5. Mengetahui dan mengidentifikasi kepuasan pelanggan
6. Mengungkap permasalahan atau kendala yang terjadi dan dapat
mempengaruhi kinerja karyawan atau perusahaan secara keseluruhan.
22
Ada beberapa indikator yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan,
yaitu
1. Prestasi kerja, hasil kerja dan target yang telah dicapai oleh karyawan
2. Keterampilan, kemampuan hardskill dan softskill karyawan yang
mendukung pengembangan karir
3. Kemandirian, melakuka tugas tanpa meminta bantuan atau bimbingan
atasan
4. Inisiatif, mengambangkan ide ide baru dan unik dalam bekerja
5. Tingkat kehadiran, disiplin atau tidaknya karyawan dapat dilihat dari
kehadirannya.
6. Ketaatan, karyawan dapat mengikuti peraturan yang berlaku dan sesuai
dengan waktu yang ditentukan oleh Perusahaan.
D. Pengembangan Kepemimpinan
Menurut David dan Keith (Ruvendi, 2005), pengaruh yang diberikan
kepada orang lain untuk mencapai tujuan organisasi merupakan definisi
kepemimpinan. Menurut Achmad Suyuti (Marini, 2012), kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi, mengarahkan, mengarahkan, tingkah laku,
emosi, pikiran, dan tingkah laku seseorang untuk mencapai suatu tujuan.
Sikap karyawan tergantung bagaimana atasannya mengarahkannya. Dihormati
atau tidaknya seorang pemimpin, dilihat dari bagaimana pemimpin itu
menjalankan tugasnya. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dirasakan oleh
bawahannya, diungkapkan oleh Davis dan Newstrom dalam bukunya (Davis
& Newstrom, 2002). Kemudian menurut Tjiptono (Tampi, 2014),
kepemimpinan adalah suatu cara atasan berinteraksi dengan bawahannya..
Kemudian menurut Hersey (Fauzan Baihaqi, 2010), kepemimpinan adalah
perilaku yang dirasakan oleh orang lain. Studi tersebut mempelajari pengaruh
perilaku kepemimpinan dan gaya kepemimpinan terhadap kebahagiaan.
Penting untuk disadari bahwa konsep kebahagiaan didasarkan pada kualitas
psikologis dan fisik.
23
BAB V
b. Keberagaman LGBT+Gender:
Di banyak negara, kesetaraan gender dan hak-hak LGBT+ semakin
diakui. Perusahaan harus mengatasi tantangan ini dalam hal perekrutan,
promosi dan kebijakan ketenagakerjaan. Psikolog industri dan organisasi
dapat membantu merancang kebijakan yang mendukung kesetaraan
gender dan keragaman LGBT+ di tempat kerja.
2. Globalisasi:
a. Manajemen tim multinasional:
Perusahaan yang beroperasi di banyak negara sering kali memiliki tim
yang tersebar di seluruh dunia. Hal ini memerlukan pemahaman yang kuat
24
tentang dinamika kerja tim lintas budaya. Psikolog industri dan organisasi
dapat membantu mengembangkan keterampilan komunikasi lintas budaya
dan manajemen konflik
3. Manajemen perubahan:
a. Perubahan organisasi global:
Dalam lingkungan bisnis global yang berubah dengan cepat, bisnis
sering kali harus beradaptasi terhadap perubahan besar. Psikolog industri
dan organisasi dapat membantu mengelola perubahan dengan merancang
program perubahan yang meminimalkan penolakan karyawan dan
memastikan transisi yang lancar.
5. Kesejahteraan Psikologis:
a. Ketegangan multikultural:
Globalisasi dapat meningkatkan stres dan ketidakpastian bagi
karyawan yang harus menghadapi tuntutan kerja lintas budaya. Psikolog
industri dan organisasi dapat memberikan dukungan psikologis dan
mengelola stres.
25
B. Teknologi dan Perubahan Organisasi
Perkembangan teknologi telah memiliki dampak signifikan pada
perubahan organisasi dalam bidang psikologi industri dan organisasi.
Teknologi telah memengaruhi berbagai aspek manajemen sumber daya
manusia, produktivitas, komunikasi, dan pengembangan sumber daya
manusia. Berikut adalah beberapa cara di mana teknologi telah berkontribusi
pada perubahan organisasi dalam konteks psikologi industri dan organisasi:
26
Platform Kolaborasi Online: Alat kolaborasi online seperti
Microsoft Teams, Slack, dan Zoom telah memungkinkan kolaborasi tim
yang lebih efisien, terutama dalam lingkungan kerja jarak jauh. Psikolog
industri dan organisasi dapat membantu dalam mengelola dinamika tim
virtual dan mempromosikan komunikasi yang efektif.
4. Manajemen Perubahan:
Sosial Media dan Komunikasi Intern: Teknologi seperti media
sosial memainkan peran penting dalam berkomunikasi perubahan
organisasi kepada karyawan. Psikolog industri dan organisasi dapat
membantu dalam merancang kampanye komunikasi yang efektif untuk
mengatasi resistensi terhadap perubahan.
5. Kesejahteraan Karyawan:
Aplikasi Kesehatan dan Kesejahteraan: Banyak organisasi telah
mengadopsi aplikasi kesehatan dan kesejahteraan untuk membantu
karyawan menjaga kesehatan fisik dan mental mereka. Psikolog industri
dan organisasi dapat berperan dalam mengevaluasi efektivitas dan dampak
positif dari teknologi ini.
6. Ketahanan Organisasi:
Teknologi juga memainkan peran penting dalam meningkatkan
ketahanan organisasi, termasuk perencanaan kontinuitas bisnis dan
manajemen risiko. Psikolog industri dan organisasi dapat membantu dalam
mengembangkan kebijakan dan prosedur yang mendukung ketahanan
organisasi.
C. Kesejahteraan Psikologis
Kesejahteraan psikologis merupakan konsep penting dalam psikologi
industri dan organisasi. Hal ini berkaitan dengan kesejahteraan mental,
emosional, dan psikologis individu di lingkungan kerja. Memahami dan
mempromosikan kesejahteraan psikologis adalah kunci untuk menciptakan
lingkungan kerja yang sehat, produktif, dan berkelanjutan. Berikut adalah
beberapa aspek penting dari kesejahteraan psikologis dalam konteks psikologi
industri dan organisasi:
27
1. Stres di Tempat Kerja:
Psikolog industri dan organisasi memainkan peran penting dalam
mengidentifikasi faktor-faktor stres di tempat kerja dan merancang strategi
untuk menguranginya. Ini termasuk memahami tuntutan pekerjaan,
tekanan waktu, dan konflik dalam tim.
2. Keseimbangan Kerja-Hidup:
Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah
aspek penting dari kesejahteraan psikologis. Psikolog I-O dapat membantu
perusahaan mengembangkan kebijakan yang mendukung fleksibilitas kerja
dan mengurangi tekanan kerja yang berlebihan.
3. Dukungan Sosial:
Kesejahteraan psikologis sering kali terkait dengan tingkat
dukungan sosial yang diterima oleh karyawan. Psikolog industri dan
organisasi dapat membantu dalam mengembangkan program yang
mempromosikan hubungan positif dan dukungan di tempat kerja.
4. Kesehatan Mental:
Psikolog industri dan organisasi dapat membantu dalam
mengidentifikasi masalah kesehatan mental di tempat kerja, seperti depresi
dan kecemasan, dan merancang program kesehatan mental yang
menyediakan sumber daya dan dukungan untuk karyawan yang
membutuhkannya.
5. Kepuasan Kerja:
Kepuasan kerja adalah komponen penting dari kesejahteraan
psikologis. Psikolog I-O dapat melakukan penelitian untuk memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dan
memberikan rekomendasi untuk perbaikan.
28
kemampuan individu dan organisasi untuk beradaptasi dan pulih dari
tekanan dan perubahan.
7. Pengembangan Keterampilan Emosional:
Pengembangan keterampilan emosional, seperti kemampuan untuk
mengelola stres, berkomunikasi dengan efektif, dan mengatasi konflik,
dapat membantu meningkatkan kesejahteraan psikologis karyawan.
Psikolog I-O dapat memberikan pelatihan dan dukungan dalam hal ini.
8. Manajemen Konflik:
Konflik di tempat kerja dapat berdampak negatif pada
kesejahteraan psikologis. Psikolog I-O dapat membantu dalam mengelola
konflik secara konstruktif dan memfasilitasi resolusi.
9. Pengukuran dan Evaluasi:
Psikolog industri dan organisasi dapat mengembangkan alat
pengukuran dan survei untuk mengukur tingkat kesejahteraan psikologis di
tempat kerja dan melakukan evaluasi secara teratur untuk memastikan
perbaikan berkelanjutan.
29
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep Psikologi Industri dan Organisasi (I/O) adalah bidang
dalam ilmu psikologi yang fokus pada aplikasi prinsip-prinsip psikologi
untuk memahami perilaku individu dalam konteks lingkungan kerja dan
organisasi. Bidang ini menggabungkan prinsip-prinsip psikologi dengan
aspek-aspek seperti manajemen, sumber daya manusia, dan produktivitas
organisasi. Psikolohi dan organisasi ini sudah ditemukan sebelum perang
dunia 1 (1900). Peran psikologi positif dalam dunia kerja lebih pada
pendekatan yang bertujuan untuk memaksimalkan potensi yang ada dalam
diri setiap orang, sehingga dapat menemukan makna dalam hidupnya dan
dapat memberikan manfaat bagi orang-orang disekitarnya. Fokus Utama
psikologi dan organisasi itu pada proses seleksi karyawan, kepuasan kerja
dan motivasi. Psikologi dan organisasi ini juga dapat di aplikasikan dalam
pengembangan sumber daya masyarakat, manajemen konflik, penilaian
kerja, dan kepemimpinan dalam perusahaan.
30
DAFTAR PUSTAKA
31
Sinambela, E. &. (2021). Analysis of the Role of Experience, Ability and
Motivation on Employee Performance . Journal of Social ScienceStudies,
1(2), 69-74.
Sudjiwanati, S. H. (2022). PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
MASYARAKAT ERA 5.0.
Tampi, B. J. (2014). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap
Kinerja Karyawan. . Journal Acta Dluma, III(4), 1–20. .
Umama, H. A. (2019). Buku Ajar Psikologi Industri dan organisasi.
Widiasih, P. A. (2022). MODUL PEMBELAJARAN PSIKOLOGI INDUSTRI &
ORGANISASI.
32