MATA KULIAH
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
PERTEMUAN 1:
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Psikologi Industri. Melalui
Pembahasan Psikologi Industri dan Organisasi, Anda harus mampu:
1.1 Mengetahui dan memahami sejarah dan latar belakang tingkah laku organisasi
1.2 Mengetahui dan memahami pengertian dari ilmu psikologi, ilmu psikologi
industri dan organisasi
1.3 Mengetahui dan persoalan pokok psikologi industri dan organisasi
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Penjelasan sejarah dan latar belakang tingkah laku organisasi.
Tingkah laku manusia pada dasarnya adalah cermin yang paling sederhana dari
Motivasi sederhana mereka. Setiap manusia memiliki cita-cita tentang dirinya
sendiri, mau jadi apa dan di mana tempat dia hidup dan bekerja. Secara
keseluruhan, tingkah lakunya dituntun oleh keinginan untuk mewujudkan diri
sendiri sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam suatu organisasi (industri),
misalnya perusahaan dapat menjadi tekanan bagi seseorang bila keadaan menuntut
darinya untuk bertindak berlawanan dengan apa yang dianggapnya sebagai
kepentingan sendiri.
Tingkah laku organisasi sampai pada abad ke-19 (Kartono, 2002) yang disebut
sebagai periode Palaeoteknik (palaio = tua, abad yang banyak menggunakan
unsur batubara, besi dan mesin uap; merupakan periode awal tumbuhnya industri
dengan metode kerja yang tua) sangat memprihatinkan. Manusia dianggap sebagai
“gerigi” bagi mesin industri, tidak ubahnya dengan sebuah “mur” dari mesin
pabrik; atau dianggap sebagai satu
“nomor” dalam sistem perangkatan, dengan mendapatkan gaji sangat minim.
Berpuluh puluh ribu wanita dan anak di bawah umur diperas tenaganya untuk
bekerja di pabrik-pabrik sebagai buruh tenaga murah dengan mendapatkan
perlakuan yang sangat kejam dan tidak manusiawi. Kaum lemah dieksploitir
sampai batas optimum tanpa rasa belas kasihan. Kaum buruh dianggap sebagai
social animal yang terpaksa dan dipaksa bekerja, kalau dia tidak mau mati. Pada
masa itu harga manusia lebih murah dari pada mesin-mesin pabrik. Di sisi lain
para buruh harus mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan pabrik dan kondisi
dari mesin-mesin kalau mereka ingin tetap bertahan hidup. Fungsi buruh pada saat
itu ialah memproduksi barang. Semakin banyak dia menghasilkan produk kerja,
semakin unggul atributnya. Sedangkan tujuan utama dari pabrik dan perusahaan
ialah memproduksi hasil yang sebanyak-banyaknya, dengan mengeluarkan
ongkos yang seminimal mungkin tanpa memperhatikan kondisi sosial para buruh.
Pada tahun 1879, Wilhelm Wundt menciptakan suatu laboratorium khusus untuk
penelitian terhadap tingkah laku manusia. Kemudian penelitian-penelitian tentang
tingkah laku manusia, pada awal abad ke-20 berkembang kepada penelitian
tentang tingkah laku dalam organisasi. Salah satunya adalah Frederick Winslow
Taylor. Taylor adalah salah seorang sarjana teknik, pelopor gerakan scientific
management, mencari cara-cara yang paling efisien untuk melakukan pekerjaan,
dan menciptakan alat mekanik yang disesuaikan dengan struktur faal badan dan
anggota badan manusia. Sejak saat itu para sarjana teknik industry bersama-sama
para sarjana psikologi eksperimen menggarap objek penelitian yang baru, yaitu
kesesuaian dan penyesuaian dari lingkungan kerja fisik, peralatan kerja dan proses
kerja dengan keterbatasan kemampuan fisik dan psikis dari manusia sebagai
tenaga kerja. Dengan bekerja sama dengan para sarjana teknik, para sarjana
psikologi memberi keterangan tentang kapasitas dan keterbatasan manusia dalam
menggunakan peralatan canggih. Pada abad ke-20 kondisi sosial yang sangat
buruk sudah banyak berubah. Tingkah laku organisasi menjadi lebih baik. Di
dalam perkembangan selanjutnya psikologi (dalam Kartono, 2002) melakukan
ekspansi dalam dunia industri diantaranya ditujukan pada pemenuhan kebutuhan
manusia dan pemberian kesejahteraan umum yang lebih banyak Kondisi ini
memungkinkan para pekerja pabrik tidak lagi dianggap sebagai “roda gigi” dalam
sistem permesinan.
Psychology can be defined as the science of the activities of the individual.The word
“activity” is used here in very broad sense. It includes not only motor activities like
walking and speaking, but also cognitive (knowledge getting) activities like seeing,
hearing, remembering and thinking, and emotional activities like laughing and crying,
and feeling or sad.
tugasnya, wajahnya tetap nampak cerah, dalam jam istirahat berbicara tentang
pekerjaannya dengan rekannya, tidak menunggu jam pulang kerja. Apabila
ditanya tentang pekerjaannya ia menjawab dengan gairah semua pertanyaan.
Melalui observasi dari perilakunya yang terbuka dapat ditafsirkan perilakunya
yang tertutup. Tingkah laku manusia dalam perannya sebagai tenaga kerja dan
sebagai konsumen dipelajari di dalam lingkungan kerjanya. Dalam pengertian ini
manusia dipelajari di dalam interaksinya dengan pekerjaannya, dengan lingkungan
kerja fisiknya dengan lingkungan sosialnya di pekerjaan. Apabila sebagai tenaga
kerja manusia menjadi anggota organisasi industrinya, maka sebagai konsumen
manusia menjadi pengguna (user) dari produk atau jasa dari organisasi
perusahaan. Sedangkan tingkah laku manusia dipelajari secara perorangan
maupun secara kelompok, dengan asumsi bahwa dalam suatu organisasi industri
terdapat berbagai unit kerja. Unit kerja yang besar (divisi) terdiri dari unit kerja
yang lebih kecil yang masing-masing terdiri dari unit-unit kerja yang lebih kecil
lagi dan seterusnya. Dalam hal ini yang dipelajari sejauh mana dampak satu
kelompok atau unit kerja terhadap tingkah laku tenaga kerja dan sebaliknya. Juga
dipelajari sejauh mana struktur, pola dan jenis organisasi mempunyai pengaruh
terhadap tenaga kerjanya, terhadap sekelompok tenaga kerja, dan terhadap
seorang tenaga kerja. Dalam hal konsumen, masalah yang dipelajari seperti,
sejauh mana ada reaksi yang sama dari kelompok konsumen dengan ciri-ciri
tertentu terhadap iklan suatu produk. Setelah mempelajari tingkah laku manusia
dalam dunia kerja, baik tingkah laku tenaga kerja dan konsumen; secara
perorangan maupun secara kelompok maka berdasarkan temuan-temuannya dapat
dikembangkan teori, aturan-aturan atau hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang
dapat diterapkan kembali ke dalam kegiatan-kegiatan industri dan organisasi
untuk kepentingan tenaga kerja, konsumen dan organisasinya dan untuk menguji
ketepatannya.
Persepsi,
Paradigma,
Emosi dan Kecerdasan Emosi,
Stres kerja dan keselamatan kerja;
kondisi kerja dan psikologi kerekayasaan;
Motivasi Kerja, Tingkah
kelompok kerja dan proses kelompok,
Organisasi, Struktur, Proses dan Desain,
Budaya Organisasi,
Assessment Budaya Organisasi,
kepuasan kerja;
Etos kerja dan prestasi Kerja
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Mengapa Psikologi Industri penting untuk dipelajari?
2. Berikan Penjelasan terkait permasalahan-permasalahan yang ditangani oleh
Psikologi industri dan organisasi dalam perusahaan otomotive!
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
MATA KULIAH
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
PERTEMUAN 2: PERSEPSI
A. Tujuan Pembelajaran ..................................................... 4
B. Uraian Materi ................................................................ 4
C. Latihan Soal/Tugas ....................................................... 13
D. Daftar Pustaka ............................................................... 13
PERTEMUAN 2:
PERSEPSI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian persepsi, jenis dan
komponen persepsi dan proses persepsi. Melalui risetasi, Anda harus mampu:
2.1. Memahami pengertian persepsi.
2.2. Mengetahui jenis-jenis dan komponen dalam persepsi.
2.3.Menyebutkan proses persepsi dan kegagalan dalam mempersepsikan
hasil persepsi.
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 2.1:
Pengertian Persepsi
Jenis Persepsi
Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh
indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
Persepsi visual
Untuk melihat contoh persepsi visual, silahkan lihat gambar-gambar
disini. Persepsi visual didapatkan dari penglihatan. Penglihatan adalah
kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari
indra. Alat tubuh yang digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang
yang indra penglihatannya tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain
untuk mengenali lingkungannya, misalnya pendengaran untuk kelelawar.
Manusia yang daya penglihatannya menurun dapat menggunakan alat bantu
atau menjalani operasi lasik untuk memperbaiki penglihatannya.
Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan
mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual
merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi
yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
Persepsi auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan
binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem
pendengaran yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak.
Tidak semua suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa spesies
dapat mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat mendengar
dari 20 Hz sampai 20.000 Hz. Bila dipaksa mendengar frekuensi yang terlalu
tinggi terus menerus, sistem pendengaran dapat menjadi rusak.
Persepsi perabaan
Persepsi perabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. Kulit dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu bagian epidermis, dermis, dan subkutis.
Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang;
sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap
berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh.
Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan
reseptor reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk
ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang
jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung
reseptornya terletak di dekat epidermis.
Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu
hidung. Penciuman, penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan atau
perasaan bau. Perasaan ini dimediasi oleh sel sensor tespesialisasi pada rongga
hidung vertebrata, dan dengan analogi, sel sensor pada antena invertebrata.
Untuk hewan penghirup udara, sistem olfaktori mendeteksi zat kimia asiri
atau, pada kasus sistem olfaktori aksesori, fase cair. Pada organisme yang
hidup di air, seperti ikan atau krustasea, zat kimia terkandung pada medium air
di sekitarnya. Penciuman, seperti halnya pengecapan, adalah suatu bentuk
kemosensor. Zat kimia yang mengaktifkan sistem olfaktori, biasanya dalam
konsentrasi yang sangat kecil, disebut dengan bau.
Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
Pengecapan atau gustasi adalah suatu bentuk kemoreseptor langsung dan
merupakan satu dari lima indra tradisional. Indra ini merujuk pada
kemampuan mendeteksi rasa suatu zat seperti makanan atau racun. Pada
manusia dan banyak hewan vertebrata lain, indra pengecapan terkait dengan
indra penciuman pada persepsi otak terhadap rasa. Sensasi pengecapan klasik
mencakup manis, asin, masam, dan pahit. Belakangan, ahli-ahli psikofisik dan
neurosains mengusulkan untuk menambahkan kategori lain, terutama rasa
gurih (umami) dan asam lemak. Pengecapan adalah fungsi sensoris sistem
saraf pusat. Sel reseptor pengecapan pada manusia ditemukan pada permukaan
lidah, langit-langit lunak, serta epitelium faring dan epiglotis.
Proses Persepsi
1. Seleksi
Dalam proses pembentukan persepsi menurut Sobur (2003) yaitu
seleksi. Dalam ranah psikologi menurut Sarwono (2002) persepsi adalah
proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi
tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan
sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau
kognisi. Stimulus dapat mendukung penginderaan yang dapat menimbulkan
persepsi, maka stimulus harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang
batas stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang minimal tetapi sudah dapat
menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepsikan oleh yang
mempersepsikan (Walgito, 2003). Secara garis besar, menurut Kenneth dan
Edward (dalam Mulyana, 2002) seleksi sendiri mencakup sensasi, sensasi
pada dasarnya merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan,
pendengaran sentuhan, penciuman dan pengecapan. Segala macam rangsangan
yang diterima kemudian dikirimkan ke otak. Sensasi, merupakan tahap awal
dari penerimaan informasi yang berhubungan dengan alat penginderaan.
2. Interpretasi
Pada aspek kedua berdasarkan komponen utama proses pembentukan
persepsi menurut Sobur (2003), yaitu interpretasi. Keterkaitan dengan aspek
ini memiliki pemahaman dari para ahli yang ternyata sangat beragam, seperti
yang dikemukakan berikut ini. Persepsi adalah seperangkat proses yang
dengannya kita dapat mengenali, mengorganisasikan dan memahami cerapan-
cerapan inderawi yang kita terima dari stimuli lingkungan Epstein & Rogers
(dalam Stenberg, 2008). Persepsi merupakan bagian dari proses dimana kita
mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan kita
(Robbins, 1998). Persepsi juga merupakan
3. Kesimpulan
Pada aspek ketiga atau aspek yang terakhir berdasarkan komponen
utama proses pembentukan persepsi menurut Sobur (2003) yaitu pembulatan
atau penarikan kesimpulan. Persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan Desiderato (dalam Rakhmat, 1996). Persepsi
adalah bagaimana seseorang mengartikan sesuatu dengan melakukan
pembulatan atau penarikan suatu kesimpulan, dalam bagaimana cara
seseorang melihat atau memahami sesuatu berdasarkan Leavit (dalam Sobur,
2003). Dalam pembulatan atau penarikan kesimpulan berdasarkan interpretasi
sebelumnya atas informasi yang telah kita peroleh melalui salah satu atau
lebih dari indera kita, tetapi tidak bisa untuk memaknai setiap objek secara
langsung, melainkan dengan memaknai informasi yang kita peroleh dan kita
percayai yang sekiranya dapat mewakili objek yang dipersepsikan (Kenneth
dan Edward, dalam Mulyana, 2002). Secara garis besar, persepsi berarti
menarik atau melakukan penarikan suatu kesimpulan (Sarwano, 1983). Dari
runutan di atas terlihat bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi
bukanlah pengetahuan mengenai objek yang sebenarnya, melainkan
pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya objek tersebut sesuai dengan
yang disimpulkan. Secara umum persepsi adalah suatu pandangan, pendapat
dan penilaian responden dalam menafsirkan, mengartikan, pengetahuan
tentang sesuatu yang dihasilkan melalui proses menginterpretasikan informasi
yang diterima dan kemudian mengelompokkannya kedalam ruang lingkup
pengetahuan yang kita punya sehingga hasil pengamatan tersebut bisa
mempunyai makna dan dapat dimengerti (Arifin, 2011). Persepsi pada
dasarnya juga merupakan hasil interaksi antara dunia luar individu
(lingkungan) dengan pengalaman individu yang sudah diinternalisasi dengan
sistem sensorik alat indera sebagai penghubung, dan dinterpretasikan oleh
sistem syaraf di otak. Pada prinsipnya, menurut Suharnan (2005) persepsi
pada turut melibatkan dua proses yaitu bottom up processing dan
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Berikan contoh kesalahan persepsi yang sering terjadi dalam berhubungan
dengan lingkungan baru!
2. Bagaimana menghindari gap antara realitas dengan apa yang
dipersepsikan!
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
http://12042ma.blogspot.com/2013/06/faktor-faktor-lain-dalam-persepsi.html
http://kokontibo.blogspot.com/2009/12/persepsi-bahasa-verbal-dan-
bahasa.html
http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-
mempengaruhi/
http://kajianpsikologi.blogspot.com/2011/01/persepsi.html
http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-
mempengaruhi/
http://www.psychologymania.com/2011/09/jenis-jenis-persepsi-dinamika-
persepsi.html
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/fungsi-dasar-psikologi-
mainmenu-27/28-persepsi/121-prinsip
http://satkarulama.webs.com/apps/blog/show/3573448
http://abdrauf4060.blogspot.com/2012/12/persepsi.html
http://miyazakiannisha.blogspot.com/2012/03/sensasi-dan-persepsi-mata-
kuliah.html
http://h-nurul.blogspot.com/2010/03/persepsi-remaja-terhadap-isu-isu.html
MATA KULIAH
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
PERTEMUAN 3: PARADIGMA
A. Tujuan Pembelajaran ..................................................... 05
B. Uraian Materi ................................................................ 05
C. Latihan Soal/Tugas ....................................................... 10
D. Daftar Pustaka ............................................................... 10
DAFTAR GAMBAR
PERTEMUAN 3:
PARADIGMA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Paradigma. Melalui Pembahasan
Paradigma, Anda harus mampu:
1.1 Menjelaskan pengertian Paradigma.
1.2 Menjelaskan macam-macam Paradigma
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 3.1:
Penjelasan Paradigma.
1. PENGERTIAN PARADIGMA
Denzin & Lincoln (1994:105, dalam Fuad, 2014) mendefinisikan paradigma
sebagai: “Basic belief system or worldview that guides the investigator, not
only in choices of method but in ontologically and epistomologically
fundamental ways.” Pengertian tersebut mengandung makna paradigma
adalah sistem keyakinan dasar atau cara memandang dunia yang membimbing
peneliti tidak hanya dalam memilih metoda tetapi juga cara-cara fundamental
yang bersifat ontologis dan epistomologis. Secara singkat, Denzin & Lincoln
(1994:107, dalam Fuad, 2014) mendefinisikan “Paradigm as Basic Belief
Systems Based on Ontological, Epistomological, and Methodological
Assumptions.” Paradigma merupakan sistem keyakinan dasar berdasarkan
asumsi ontologis, epistomologis, dan metodologi. Denzin & Lincoln
(1994:107, dalam Fuad, 2014) menyatakan: “A paradigm may be viewed as a
set of basic beliefs (or metaphysics) that deals with ultimates or first
principle.” Suatu paradigma dapat dipandang sebagai seperangkat
kepercayaan dasar (atau yang berada di balik fisik yaitu metafisik) yang
bersifat pokok atau prinsip utama. Sedangkan Guba (1990:18, dalam Fuad ;
2014) menyatakan suatu paradigma dapat dicirikan oleh respon terhadap tiga
sama dengan definisi paradigma dari Guba, Denzin & Lincoln, yaitu asumsi
ontologi, epistomologi, dan metodologi.
Menurut Creswell (1994: 6, dalam Fuad ; 2014), paradigma
merupakan landasan untuk mencari jawaban atas lima pertanyaan mendasar,
yaitu ontologi, epistomologi, aksiologi, retorika, dan metodologi. Aksiologi
adalah jawaban atas pertanyaan apa peranan nilai, sedang retorika adalah
jawaban atas pertanyaan apa bahasa yang digunakan dalam penelitian.
Dari semua uraian di atas dapatlah dikemukakan bagaimana seseorang
mengembangkan dan menggunakan suatu paradigma ilmu pengetahuan
dengan melihat cara pandang yang digunakan dalam menjawab lima
pertanyaan mendasar, yaitu: ontologi, epistomologi, aksiologi, retorika, dan
metodologi.
•Piramida terbalik, piramida yang di buat berdasarkan teori yang sudah ada
4. Paradigma siklus empiris
Kerangka berfikir atau model penyelidikan ilmiah berupa siklus
5. Paradigma rekonstruksi teori.
Model penyelidikan ilmiah yang berusaha merancang kembali teori atau
metode yang telah ada dan digunakan dalam penelitian. Agar model rekonstruksi
teori dapat diterapkan
dengan baik, pemilihan dan penguasaan teori tertentu yang dianggap relevan deng
an penelitian yang sangat menunjang keberhasilan teorinya.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Apa perbedaan paradigma dengan persepsi yang anda ketahui? Jelaskan
dengan contoh !
2. Berikan contoh Paradigma deduksi yang anda ketahui !
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
MATA KULIAH
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
PERTEMUAN 4:
EMOSI DAN KECERDASAN EMOSI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Emosi dan Kecerdasan Emosi .
Melalui Pembahasan Emosi dan Kecerdasan Emosi, Anda harus mampu:
4.1 Menjelaskan pengertian Emosi dan Kecerdasan Emosi.
4.2 Menjelaskan aspek dan faktor-faktor Yang mempengaruhi Kecerdasan
Emosi
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 4.1:
Penjelasan Emosi dan Kecerdasan Emosi.
Ø Pengertian Emosi
Emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh.
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh
menangis.
Chaplin (2002, dalam Safaria, 2009) merumuskan emosi sebagai suatu keadaan
yang kompleks yang berlangsung tidak lama yang mempunyai komponen pada
tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati
tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati
adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai
menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat
berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan
akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya.
Sejalan dengan itu, Robert dan Cooper (Ary Ginanjar Agustian, 2001:44)
mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan,
memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai
sumber energi, emosi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Individu yang
mampu memahami emosi individu lain, dapat bersikap dan mengambil keputusan
dengan tepat tanpa menimbulkan dampak yang merugikan kedua belah pihak.
Emosi dapat timbul setiap kali individu mendapatkan rangsangan yang dapat
mempengaruhi kondisi jiwa dan menimbulkan gejolak dari dalam. Emosi yang
dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan untuk mendukung keberhasilan dalam
berbagai bidang karena pada waktu emosi muncul, individu memiliki energi lebih
dan mampu mempengaruhi individu lain. Segala sesuatu yang dihasilkan emosi
tersebut bila dimanfaatkan dengan benar dapat diterapkan sebagai sumber energi
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas,mempengaruhi orang lain dan
menciptakan hal-hal baru.
perasaan atau emosi, baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Individu
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih
efektif terhadap daya kepekaan emosi yang mencakup kemampuan memotivasi
diri sendiri atau orang lain, pengendalian diri, mampu memahami perasaan orang
lain dengan efektif, dan mampu mengelola emosi yang dapat digunakan untuk
membimbing pikiran untuk mengambil keputusan yang terbaik.
Sampai sekarang belum ada alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur
kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak
yang timbul karena kegagalan ketrampilan emosi dasar. Orang yang buruk
cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam upaya apapun yang
antar pribadi.
emosi diri dan memotivasi diri sendiri . Kemudian dalam kecakapan sosial
dalam kecerdasan emosi dari Goleman yang meliputi: mengenali emosi diri,
mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan
Kecerdasan emosi tidak ditentukan sejak lahir tetapi dapat dilakukan melalui
mempelajari emosi. Peran serta orang tua sangat dibutuhkan karena orang
anak. Kecerdasan emosi ini dapat diajarkan pada saat anak masih bayi
keluarga sangat berguna bagi anak kelak di kemudian hari, sebagai contoh:
baik dan tidak memiliki banyak masalah tingkah laku seperti tingkah laku
1). Fisik. Secara fisik bagian yang paling menentukan atau paling
emosinya. Bagian otak yang digunakan untuk berfikir yaitu konteks (kadang
kadang disebut juga neo konteks). Sebagai bagian yang berada dibagian
otak yang mengurusi emosi yaitu system limbik, tetapi sesungguhnya antara
dapat bertindak sebagai saklar peredam yang memberi arti terhadap situasi
3) Sistem limbik. Bagian ini sering disebut sebagai emosi otak yang letaknya
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang
dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang yaitu secara fisik dan psikis.
Secara fisik terletak dibagian otak yaitu konteks dan sistem limbik, secara
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Berikan contoh sebanyak 5 (lima) emosi reaktif yang anda ketahui berikut
penjelasannya !
2. Bagaimana merubah emosi reaktif menjadi emosi yang proaktif sehingga
tercipta kecerdasan emosi seperti dijelaskan dalam paparan di atas !
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ginanjar, Ary. 2004. Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ: Sebuah Inner Journey
Melalui Al-Ihsan, Jakarta : Arga
Goleman, Daniel. 2005. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar, Jakarta: Andi
Mujib, A. dan Mudzakir, J. 2002, Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Al. Tridhonanto, 2009, Melejitkan Kecerdasan Emosi (EQ) Buah Hati, Jakarta:
PT Elex Media Komputindo
MATA KULIAH
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
PERTEMUAN 5:
STRES KERJA DAN KESELAMATAN KERJA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Stres kerja dan Keselamatan Kerja .
Melalui Pembahasan Stres kerja dan Keselamatan Kerja, Anda harus mampu:
5.1 Menjelaskan pengertian Stres kerja dan Keselamatan Kerja.
5.2 Menjelaskan penanganan Stres kerja dan Keselamatan Kerja
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 5.1:
Penjelasan Stres kerja dan Keselamatan Kerja
1. Stres Kerja
1.1.Pengertian Stres kerja
Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir
dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200). Stres yang terlalu besar dapat
mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai
hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala stress yang
dapat mengganggu pelaksanaan dan keselamatan kerja mereka. Stres dapat juga
membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan salah atau merusak prestasi
kerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa stres mempunyai potensi untuk
mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar
tingkat stres yang dialami oleh karyawan tersebut (Handoko, 1997:201-202).
Robbins (2001:563) stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang
menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana
untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan
apabila pengertian stres dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri
adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang
karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat
mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Jadi, stres dapat dilihat dari dua sisi yaitu
sisi positif dan negatif tergantung dari sudut pandang mana seseorang atau
karyawan tersebut dapat mengatasi tiap kondisi yang menekannya untuk dapat
dijadikan acuan sebagai tantangan kerja yang akan memberikan hasil yang baik
atau sebaliknya.
1.2 Mengenal Tipe Stres
Bila ditinjau tipenya, stres dalam diri seseorang itu bisa dikategori dalam
beberapa tipe berikut:
a) Frustrasi. Frustrasi terjadi bila seseorang merasa terancam atau terhambat
dalam mencapai tujuan. Bentuk umum yang seringkali terjadi dari tipe ini
adalah kegagalan seseorang atau kehilangan kesempatan untuk meraih sesuatu
yang diinginkan.
b) Konflik. Konflik terjadi bila seseorang dihadapkan pada dua atau lebih
persoalan secara bersama-sama. Biasanya tingginya konflik berhubungan
dengan tingginya tingkat kecemasan, dan depresi yang berpengaruh terahdap
fisik.
c) Perubahan. Perubahan hidup biasanya menunjukkan perubahan dalam
kehidupan seseorang sehingga mereka dituntut untuk melakukan penyesuaian
diri. Tidak semua orang yang mengalami perubahan hidup mudah
menyesuaikan diri. Kalau penyesuaian diri berhasil tidak masalah, tetapi bila
penyesusian diri itu gagal, problema baru akan timbul. Tidak jarang perubahan
hidup menjadikan seseorang semakin menderita. Biasanya orang yang tidak
mau berubah itu umumnya orang yang tidak mau direpotkan oleh perubahan
itu sendiri.
d) Tekanan (pressure). Biasanya berupa harapan-harapan atau kebutuhan-
kebutuhan yang harus dicapai seseorang. Biasanya tekanan ini ini muncul
karena orang dituntut baik oleh dirinya sendiri ataupun orang lain untuk
melakukan suatu kegiatan yang menjadi tanggung jawab kita.
2. Keselamatan Kerja
1.1.Pengertian Keselamatan Kerja
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara
umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati
posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand.
Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di
dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar
global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja
(produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat
ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian
perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
1. Mengatasi stress
a) Jalan-Jalan
Apabila merasa pegal-pegal ataupun tidak segar di dalam kantor, keluarlah
sebentar! Jalan-jalan sebentar dalam jangka waktu 10 menit atau dapat lebih.
b) Lakukan Aktifitas Yang Dapat Mengembalikan Energy
Anda bermain futsal, atau punya hobi lain? Segeralah bergabung dengan teman
anda yang memiliki hobi yang sama tiap minggunya pada jam pulang kantor.
c) Bertemanlah Secara Netral
Sebuah penelitian mengatakan bahwa sekitar 50% orang yang memiliki teman
dekat di lingkungan kerja dapat meningkatkan kepuasan kerja seseorang.
d) Segera Rencanakan Liburan
Jangan lupa bahwa anda punya cuti! Segeralah berkemas-kemas dan pergilah ke
negara yang anda tuju setelah keuangan anda mencukupi.
e) Tarik Nafas Panjang
Saat mengalami stres, kita cenderung untuk bernafas di permukaan saja, sehingga
sel-sel otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Cara paling mudah dan cepat
adalah tutup mata anda, fokus dalam menghirup udara secara
Berikut ini beberapa cara sehingga stres bisa bermanfaat :
a. Pada lingkungan yang penuh stres, seseorang dapat termotivasi untuk
memahami secara lebih baik apa yang terjadi pada dirinya.
b. Stres dapat menyebabkan evaluasi ulang tujuan kita., dan membuat tujuan itu
lebih realistik. Hal itu dapat menghindari kita dari kesalahan kedua.
c. Kecemasan yang menyertai stres dapat membantu kita untuk lebih waspada
terhadap sekeliling kita. Bila stres tidak terlalu tinggi kita dapat belajar sesuatu
lebih baik dan mungkin bertindak lebih efisien dibandingkan dengan tanpa stres.
Koping stres yang berhasil dapat meningkatkan perasaan kita untuk menjadi lebih
kompetens. Koping terhadap stres menjadikan kita mengukur tindakan kita agar
lebih realistik dan jujur dan akhirnya memahami dimana kekuatan kita.
kondisi tubuh agar lebih prima sehingga keselamatan fisik dapat terkendali dan
mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres
yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Sebagai strategi
terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat, keluarga
yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
b) Pendekatan Organisasional.
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tgas dan peran serta struktur
organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor
itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh
manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan
penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan
partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui
strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan
serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi
fisik dan mental agar terhindar dari kecelakaan dalam pekerjaannya. Mendeteksi
penyebab stres dan bentuk reaksinya, maka ada tiga pola dalam mengatasi stres,
yaitu pola sehat, pola harmonis, dan pola psikologis.
Pola sehat Pola sehat adalah pola menghadapi stres yang terbaik yaitu dengan
kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak
menimbulkan gangguan atau kecelakaan dalam pekerjaan, akan tetapi menjadi
lebih sehat dan berkembang. Mereka yang tergolong kelompok ini biasanya
mampu mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur
sehingga ia tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun sebenarnya
tantangan dan tekanan cukup banyak.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Bagaimana jika terdapat suatu peristiwa yang tidak disengaja seperti
kejadian yang tidak diharapkan dan tidak terkontrol yang dapat
menyebabkan kerusakan peralatan, material bahkan kerusakan dari
pekerja?
2. Berikan penjelasan terkait tujuan dari keselamatan kerja !
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
MATA KULIAH
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
PERTEMUAN 6:
KONDISI KERJA DAN PSIKOLOGI
KEREKAYASAAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Kondisi kerja dan Psikologi Kerekayasaan.
Melalui Pembahasan Kondisi kerja dan Psikologi Kerekayasaan, Anda harus
mampu:
6.1 Menjelaskan pengertian Kondisi kerja dan Psikologi Kerekayasaan.
6.2 Menjelaskan Komponen dan penjelasan Kondisi kerja dan Psikologi
Kerekayasaan
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 6.1:
Penjelasan Kondisi kerja dan Psikologi Kerekayasaan
a. Pengertian
1) Psikologi kerekayasaan
Kerekayasaan faktor-faktor manusia (human factors engineering) atau
kerekayasaan manusia (human engineering) merupakan istilah yang digunakan di
Amerika Utara. Ditempat lain di dunia digunakan istilah ergonomics. Untuk
tujuan praktis, kerekayasaan manusia dan ergonomi/ergonomika dapat dianggap
sinonim/sama artinya.
Menurut Chapanis (1976:698) psikologi kerekayasaan terutama
memperhatikan penemuan dan penerapan informasi tentang perilaku manusia
dalam kaitannya dengan mesin-mesin, peralatan, pekerjaan dan lingkungan.
Chapanis mengatakan bahwa kerekayasaan faktor-faktor manusia pada
umumnya dipandang sebagai satu istilah umum untuk bidang yang
memperhatikan:
• Unjuk kerja (performance), perilaku manusia, dan pelatihan dalam
sistem mesin manusia.
2) Kondisi Kerja
Dalam hal ini, Kondisi kerja dimaksud adalah Serangkaian kondisi atau keadaan
lingkungan kerja di suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja para karyawan.
Kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan dari pekerjaan, lamanya bekerja
dalam hari dan dalam waktu sehari atau malam selama orang-orang bekerja..
1. Psikologi kerekayasaan
A. Manajemen Ilmiah
Pekerjaan dari Frederick W. Taylor, yang menekankan efisiensi dalam melakukan
tugas pekerjaan, yang membuat berbagai macam peralatan yang disesuaikan
dengan bentuk dan berfungsinya anggota badan merupakan pendahulu dari
psikologi kerekayasaan
B. Analisis Waktu dan Gerak
Pendahulu yang lain ialah Gilbreth dengan therblig-nya (simbol-simbol dari
berbagai macam gerak) yang diciptakan dalam rangka kajian atau analisis waktu
dan gerak (time and motion analysis). Melalui analisis waktu dan gerak Gilbreth
dan rekan-rekannya sampai pada penyederhanaan kerja dan pembakuan kerja
(work simplification and work standardization).
C. Kondisi Kerja
Kondisi kerja Merupakan pendahulu psikologi kerekayasaan yang dikenal melalui
penelitian eksperimental tentang lingkungan kerja fisik. Penelitian di Hawthorne,
dekat Chicago (Amerika Serikat), yang dilakukan oleh para ilmuwan dari
Universitas Harvard di pabrik yang besar dari Western Electric Company
bertujuan untuk mengetahui dampak dari cahaya penerangan terhadap
produktivitas. Dari hasil-hasil penelitian ditemukan bahwa produktivitas bukan
hanya merupakan gejala keteknikan saja, tapi juga merupakan gejala sosial.
2. Kondisi Kerja
2.1 Kondisi Fisik Kerja.
Lingkungan kerja fisik mencakup setiap hal dari fasilitas parkir di luar gedung
perusahaan, lokasi dan rancangan gedung sampai jumlah suara dan cahaya yang
menimpa meja kerja atau ruang kerja seorang tenaga kerja. Rancangan kantor
memberikan pengaruh pada produktivitas juga.
a) Iluminasi (penerangan)
Beberapa fisik yang perlu diperhatikan dalam iluminasi ialah: kadar (intensity)
cahaya, distribusi cahaya dan sinar yang menyilaukan. Faktor yang lain dari
iluminasi ialah distribusidari cahaya dalam kamar atau daerah kerja. Pengaturan
yang ideal ialah jika cahaya dapat didistribusikan secara merata pada keseluruhan
lapangan visual. Sinar yang menyilaukan merupakan faktor lain yang mengurangi
efisiensi visual dan meningkatkan ketegangan mata (eyestrain).
b) Warna.
Banyak orang memberikan makna yang tinggi kepada penggunaan warna atau
kombinasi warna yang tepat untuk ruanga-ruangan di rumah, di kantor, dan di
pabrik. Hal ini tidaklah berarti bahwa warna tidak mempunyai warna dalam
pekerjaan. Warna dapat digunakan sebagai:
• Alat sandi atau coding device (Schultz, 1982), atau sebagai pencipta kontras
warna (Suyatno, 1985).
• Upaya menghindari timbulnya ketegangan mata (Schultz, 1982). Setiap
warna berbeda dalam kemampuan pantulan cahayanya.
• Alat untuk menciptakan ilusi tentang besarnya dan suhunya ruangan kerja
(Schultz, 1982), yang memiliki efek psikologis (Suyatno, 1985).
c) Bising (noise).
Mc Cormick menggabungkan aspek bunyi yang tidak diinginkan dengan batasan
dari Burrows dengan mengatakan bahwa tampaknya masuk nalar dengan
mengatakan bahwa bunyi atau suara yang tidak diinginkan ialah bunyi yang tidak
memiliki hubungan informasi dengan tugas atau aktivitas yang dilaksanakan.
Tingkat-tingkat kerasnya suara atu bunyi tertentu dapat merupakan ancaman
bagi pendengar. Menurut Schultz (1982) seorang pekerja yang sehari-hari
mendengar bunyi pad tingkat 80 desibel ke atas untuk jangka waktu yang lama
pasti akan menderita kehilangan pendengaran tertentu.
Akibat-akibat lain dari tingkat bising yang tinggi ialah:
• Timbulnya perubahan fisiologis. Orang-orang yang mendengar bising pada
tingkat 95-110 desibel, terjadi penciutan dari pembuluh darah, perubahan detak
jantung, dilatasi dari pupil-pupil mata dan bising yang keras dapat
meningkatkan tekanan darah dan dapat ikut mengakibatkan sakit jantung juga
meningkatkan ketegangan otot.
• Adanya dampak psikologis. Mereka yang bekerja dalam lingkungan yang
ekstrem bising lebih agresif, penuh curiga, dan cepat jengkel dibandingkan
dengan mereka yang bekerja dalam lingkungan yang lebih sepi.
Sebagaimana halnya dengan warna, banyak yang berpendapat bahwa musik yang
mengiringi kerja dapat meningkatkan produktivitas karyawannya. Hasil penelitian
tidak menunjukkan hasil yang tegas tentang hal ini. Pada umumnya para tenaga
kerja bekerja dengan perasaan senang, bekerja lebih keras, tidak banyak absen,
dan kurang merasa lelah pada akhir hari kerja.
Musik tampaknya memiliki pengaruh yang baik pada pekerjaan-pekerjaan
yang sederhana, rutin dan monoton, sedangkan pad pekerjaan yang lebih majemuk
dan memerlukan konsentrasi yang tinggi pad pekerjaan, pengaruhnya dapat
menjadi sangat negatif.
Suyatno (1985) berpendapat bahwa musik pengiring kerja harus dipandu
oleh pertimbangan sebagai berikut:
• Musik dalam bekerja harus menciptakan suasana akustik yang menghasilkan
efek menguntungkan pada pikiran.
• Musik akan bernilai sekali pada pekerja tangan pada pekerjaan repetitif dan
pekerjaan lain yang hanya memerlukan sedikit kegiatan mental.
• Musik tidak akan bernilai tinggi jika ada suara atau bunyi lain yang cukup
keras.
• Musik bernada meriah diperdengarkan secar singkat pada awal hari,
permulaan kerja, untuk membangkitkan gairah, diperdengarkan juga pada
akhir hari, dan empat kali masing-masing selama setengah jam
diperdengarkan musik ringan ditengah hari.
• Tempo musik janga terlalu lambat (slow) tetapi juga janga terlalu cepat.
Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan yang menarik antara jam-
jam kerja nominal dan aktual. Jika jam kerja nominal ditambah maka jam kerja
aktual malahan menurun.
b) Kerja paro-waktu tetap.
Yang termasuk dalam kelompok ini ialah para tenaga kerja muda yang menyukai
gaya hidup yang lentur, yang dimungkinkan dengan bekerja paro waktu. Mereka
senang dengan peluang untuk bekerja paro-waktu karena, disamping mendapatkan
tambahan penghasilan, dapat memenuhi kebutuhan mereka akan aktivitas yang
bermakna.
c) Empat hari minggu kerja.
Dengan 4 hari kerja per minggu mereka harapkan akan terjadi peningkatan pada
produktivitas dan efisiensi pekerja dan pengurangan dari jumlah absensi tenaga
sebaliknya, merupakan sistem yang dapat mengatur diri sendiri. Misalnya ruangan
dengan sistem pendingin (AC dengan alat termostat). Sistem mesin manusia yang
ber-ikal-tertutup lebih efisien dari pada sistem ber-ikal-terbuka. Tugas dalam
merancang sistem mesin manusia ialah guna menentukan cara yang paling efektif
untuk menyajikan keterangan kepada operator manusia dengan menggunakan
peragaan penglihatan, peragaan pendengaran atau peragaan perabaan.
Tugas lain dalam merancang sistem mesin manusia ialah untuk merancang
ruang kerja (work space)
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
Kasus:
Awalnya perusahaan / organisasi telah menemukan seseorang yang dianggap
sangat kompeten yang diperoleh dari serangkaian proses seleksi kerja (TPA,
psikotes, wawancara, dll). Namun kenyataannya yang bersangkutan dianggap
tidak produktif & harus diberhentikan.
Bagaimana hal ini jika dilihat dari faktor "the right man in the right place" & dari
sudut pandang psikologi kerekayasaan ?
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
MATA KULIAH
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
PERTEMUAN 7:
MOTIVASI KERJA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Motivasi kerja. Melalui Pembahasan
Motivasi Kerja, Anda harus mampu:
7.1 Menjelaskan pengertian Motivasi Kerja.
7.2 Menjelaskan teori dan pengukuran Motivasi Kerja
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 7.1:
Penjelasan Motivasi Kerja
a. Motivasi Kerja
Sukses bertumpu pada dua hal : kemampuan dan kemauan. Sukses belajar –
misalnya- sangat tergantung pada keterampilan belajar yang dimiliki dan
seberapa kuat ia mau menggunakannya. Tingkat kemauan (atau motivasi) orang
berbeda-beda. karena alasan (motif) yang berkait dengan kebutuhan untuk
kegiatan yang sama, dapat berbeda-beda.
Kepuasan
Kepuasan
atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan
yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi
kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal”.
Berdasarkan pengertian di atas, maka motivasi merupakan respon pegawai
terhadap sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari
dalam diri pegawai agar tumbuh dorongan untuk bekerja dan tujuan yang
dikehendaki oleh pegawai tercapai.
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi kerja dan
memenuhi kebutuhan serta tujuan-tujuan pekerja. Motivasi ini sering juga disebut
motivasi murni, yang sebenarnya timbul dari dalam diri sendiri.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri individu dan berguna
dalam situasi kerja yang fungsional. Faktor Intrinsik
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar.
Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk rangsangan dari luar yang bertujuan
menggerakkan individu untuk melakukan suatu aktivitas yang membawa manfaat
kepada individu itu sendiri.
Motivasi ekstrinsik ini dapat dirangsang dalam bentuk-bentuk seperti pujian,
insentif, hadiah, dan nilai. Faktor Ektrinsik :
• Administrasi dan kebijakan
• Penyeliaan
• Gaji
1. TEORI MOTIVASI
Secara garis besar, teori motivasi dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu
teori motivasi dengan pendekatan isi/kepuasan (content theory), teori motivasi
dengan pendekatan proses dan (process theory)
Ø Content Theory
4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai
oleh orang lain
5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk
menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat
dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu
Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum
dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari
pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.
Ø Process Theory
Teori Keadilan
Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang,
jadi perusahaan harus bertindak adil terhadap setiap karyawannya. Penilaian dan
pengakuan mengenai perilaku karyawan harus dilakukan secara obyektif. Teori ini
melihat perbandingan seseorang dengan orang lain sebagai referensi berdasarkan
input dan juga hasil atau kontribusi masing-masing karyawan (Robbins, 2007).
Teori yang menekankan peran yang dimainkan oleh keyakinan seseorang akan
keadilan dan kejujuran dari penghargaan dan hukuman dalam menentukan prestasi
dari kepuasan kerjanya
Teori X dan Y
Douglas McGregor mengemukakan pandangan nyata mengenai manusia.
Pandangan pertama pada dasarnya negative disebut teori X, dan yang kedua pada
dasarnya positif disebut teori Y (Robbins, 2007).
McGregor menyimpulkan bahwa pandangan manajer mengenai sifat manusia
didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung
membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi
tersebut.
Teori kontingensi
Teori yang mendeskripsikan bagaimana kesesuaian antara karakteristik organisasi
dengan tugas-tugas serta kompetensi karyawan sehingga dapat memotivasi.
Teori Penguatan
Ide bahwa tingkah laku dengan konsekuensi positif cenderung untuk diulang,
sementara tingkah laku dengan konsekuensi negatif cenderung untuk tidak
diulang.
Teori Penguatan (Reinforcement Theory)
¡ Perilaku merupakan fungsi dari konsekuensi-konsekuensinya.
¡ Penguat-penguat—setiap akibat yang langsung mengikuti suatu tanggapan
yang meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan diulang.
ú Penguatan positif akan dipilih untuk mempengaruhi perilaku kinerja.
ú Mengabaikan perilaku yang tidak dinginkan mungkin lebih baik
dibandingkan hukuman yang mungkin akan menciptakan perilaku
disfungsional.
c) PERSPEKTIF PENENTUAN-TUJUAN
v Orang termotivasi untuk mencapai tujuan yang jelas; sebaliknya orang
akan bermotivasi kerja rendah, bila tujuan dari pekerjaannya tidak jelas.
v Mengapa berbagai permainan (games) sangat memoti-vasi banyak orang
untuk ikut melakukan karena tujuan yang harus dicapai ada, jelas dan
menarik. (Main sepakbola misalnya).
v Orang yang tugasnya jelas tujuannya dan lebih “menantang” lebih
menunjukkan motivasi kerja yang lebih besar daripada orang yang tujuan
tugasnya kabur atau terlalu mudah untuk mencapainya.
d) PERSPEKTIF KEBUTUHAN
• Hirarki kebutuhan (Hierarchy of Needs) dari Abraham Maslow
• Teori ERG dari Clayton Alderfer
• Teori tiga kebutuhan dari Atkinson dan McClelland
• Teori dua faktor (Two-Factor Theory) dari Frederich Herzberg
e) PERSPEKTIF PENGUATAN
Sebagai pendekatan motivasi untuk bekerja. Tiga prinsip ini merupakan
kepentingan utama. Yaitu:
¨ Orang-orang terus melakukan hal-hal yang memiliki hasil yang
memuaskan. Hal ini memperkuat kemungkinan bahwa mereka akan
mengulangi perilaku mereka.
¨ Orang menghindari melakukan hal-hal yang mengakibatkan hukuman.
Hukuman mengurangi kemungkinan bahwa perilaku berikut akan terjadi
lagi.
¨ Orang-orang akhirnya berhenti melakukan hal-hal yang tidak
menguntungkan atau menghasilkan hukuman. Perilaku yang memiliki
hasil yang netral akan hilang cepat atau lambat.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
KASUS PERILAKU
“Mogoknya hari ini saja. Pada Jumat kemarin memang sepertinya ada tanda-tanda
protes. Saat itu kursi yang sudah dipakai pertemuan berserakan,” terang Taufik
saat dikonfirmasi wartawan.
“Saya siap melayani masyarakat. Dengan adanya kejadian ini, saya akan laporkan
kepada pimpinan (Camat Rangkas) yang saat ini sedang diklat di Madiun,”
paparnya.
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Syuhada, Aam. 2013. Tulisan dengan contoh kasus dan analisa dasar
berikut tanggapan https://assuyahada.wordpress.com/2014/10/13/tulisan-dengan-
contoh-kasus-dan-analisa-dasar-berikut-tanggapan/ Diakses tanggal 6 September
2016
DAFTAR PUSTAKA
MATA KULIAH
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
PERTEMUAN 8:
KELOMPOK KERJA DAN PROSES KELOMPOK
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Kelompok kerja, dan proses Kelompok.
Melalui Pembahasan Kelompok kerja, dan proses, Anda harus mampu:
8.1 Menjelaskan pengertian kelompok kerja
8.2 Menjelaskan Proses kelompok kerja
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 8.1:
Penjelasan kelompok kerja
2) JENIS-JENIS KELOMPOK
Secara struktural kelompok dapat dibedakan kedalam kelompok formal dan
kelompok informal.
1. Kelompok formal diberi batasan oleh struktur organisasi, yang berisi rincian
tugas-tugas pekerjaan dan tanggung jawab tertentu, yang pelaksanaannya
akan menuju ketercapaianya sasaran dan misi keseluruh organisasinya.
juga dapat lebih cermat, tepat dan murah jika dilakukan dalam
kelompok.
e. Sebagai Penghubung atau Koordinator Utama Antarbeberapa
Departemen
Untuk menghindari dan mengurangi gangguan dalam komunikasi,
timbulnya konflik, dan untuk memelihara upaya kordinasi antarbagian,
maka dapat dibentuk kelompok sementara yang terdiri dari para wakil dari
berbagai bagian yang memiliki saling ketergantungan sampai derajat
tertentu
• Polarisasi Kelompok
Gejala lain dalam proses pengambilan keputusan kelompok adalah
adanya penggeseran keputusan yang menuju ke kedua ekstrem, keputusan
yang sangat tinggi risikonya atau ke keputusan yang sangat rendah derajat
risikonya. Gejala pertama dinamakan penggeseran ke risiko (risky shift),
yang kedua dinamakan penggeseran ke hati-hatian (caution shift). Bila pada
penggeseran ke risiko, tingkat risiko dari keputusan kelompok lebih tinggi
dari derajat risiko yang berani diambil oleh para anggota kelompok, dan
begitupun sebaliknya. Fincam dan Rhodes yang menamakan kedua gejala
tersebut polarisasi kelompok, mengemukakan kemungkinan terjadinya
kedua gejala tersebut:
1. Adanya tanggung jawab yang tersebar, tanggung jawab yang
ditanggung bersama, membuat mereka berani untuk mengambil
keputusan yang lebih tinggi risikonya.
2. Karena beroperasinya proses pembanding sosial, disini para anggota
kelompok memperlihatkan diri sebaik mungkin. Keputusan kelompok
yang diambil menjadi lebih ekstrem kea rah sikap sosial yang pada
saat itu mendominasi.
3. Kemungkinan yang menjelaskan gejala polarisasi kelompok, adalah
bahwa pengambilan keputusan yang ekstrem sangat dipengaruhi oleh
pertukaran informasi dan argumentasi yang meyakinkan.
Tidak dapat disangsikan ketiga kemungkinan di atas beroperasi
dalam proses kelompok dan menghasilkan gejala polarisasi kelompok.
1.3 Interaksi Antarkelompok
Kelompok kerja berinteraksi dengan kelompok kerja lainnya secara
sambung-menyambung dalam organisasi. Sistem akan berhenti eksistensinya jika
keluarannya tidak dirasakan bermanfaat. Kemampuan organisasi ini sangat
tergantung bagaimana derajat keterpaduan didalamnya, keterpaduan dari
kelompok kerjanya. Jika mengikuti pandangan dari Likert, dimana anggota dari
setiap kelompok merupakan anggota juga dari kelompok tingkat organisasi yang
lebih rendah dan berfungsi sebagai poros penghubung, maka, seakan-akan, jika
telah tercapai kesepakatan pada kelompok direksi, akan tercapai juga kesepakatan
dan kerja sama di kelompok kerja di bawah kelompok direksi. Karena berbeda
tugasnya, berbeda kepentingannya, maka konflik antar kelompok merupakan
sesuatu yang wajar terjadi, yang harus dikelola untuk kemanfaatan keseluruhan
organisasi.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Setelah mempelajari materi diatas berikan contoh yang tidak termasuk
kategori kelompok, minimal 3!
2. Di dalam sebuah angkutan Ciputat-Muncul terdapat beberapa orang
penumpang yang memiliki tujuan berbeda dengan menaiki angkutan
tersebut.
Berikan analisis yang tepat dengan mengacu pada materi diatas! Masuk
kategori yang manakah para penumpang tersebut!
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
1. Robbins, S.P, 2003, Perilaku Organization. New jersey: Prentice hall
2. Munandar, A. S., 2010. Psikologi industri dan Organisasi, Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press)
3. Chatab, Nevizond, 2007. Profil Budaya Organisasi; Mendiagnosis Budaya
dan Merancang Perbahaannya. Bandung: Alfabeta
4. Ahmadi, Abu. H. 2009, Psikologi Umum, Jakarta; Rineka Cipta. Cet. 4
5. Mujib, A. dan Mudzakir, J. 2002, Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
MATA KULIAH
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
PERTEMUAN 9:
ORGANISASI, STRUKTUR, PROSES DAN DESAIN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Kelompok kerja, Organisasi, Struktur,
proses, dan Desain. Melalui Pembahasan Kelompok kerja, Organisasi, Struktur,
proses, dan Desain, Anda harus mampu:
9.1 Menjelaskan pengertian Organisasi
9.2 Menjelaskan Struktur, Proses dan Desain Organisasi
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 9.1:
Penjelasan Organisasi
a. Kemajemukan (complekxity)
Diartikan sebagai beragamnya kegiatan, fungsi, dan jumlah lapis dalam
organisasi.
b. Formalisasi (formalization)
Mengacu pada adanya kebijakan, prosedur, dan aturan yang membatasi
pilihan dari para anggotanya. Para anggota/tenaga kerjanya diharapkan
berperilaku sesuai dengan kebijakan, prusedur, dan aturan yang berlaku.
Formalisasi adalah standar apakah pekerjaan-pekerjaan organisasi dan
taraf dimana perilaku pekerja dipandu oleh beragam aturan dan prosedur.
Organisasi organik yaitu suatu struktur yang sangat adaptif dan fleksibel.
Dalam organisasi organik ini,bisa saja memiliki pekerjaan terspesialisasi,
namun pekerjaan tersebut tidak terstandarisasi dan bisa berubah sesuai
kebutuhan.
SPESIALISASI KERJA
Spesialisasi kerja ialah pembagian kegiatan pekerjaan ke dalam berbagai
tugas-tugas yang terpisah. Spesialisasi kerja juga biasa disebut pembagian
kerja (division of labour). Tujuannya agar individu tersebut dapat
menguasai keahlian lain dalam upaya peningkatan output kerja. Sekarang
ini kita menggunakan istilah spealisasi kerja, untuk melakukan sejauh
mana tugas-tugas di organisasi itu di bagi-bagi menjadi sejumlah
pekerjaan sendiri. Inti dari spesialisasi adalah bahwa keseluruhan
pekerjaan tidak di kerjakan oleh satu orang tapi dipecah menjadi beberapa
langkah dan setiap langkah di selesaikan oleh orang yang berbeda.
Karyawan individual dispesialisasikan untuk melakukan sebagian aktifitas
bukannya keseluruhan aktivitas pekerjaan.
Selama paruh abad ke 20, para manajer menganggap spealisasi
kerja sebagai sumber penigkatan produktivitas yang tidak akan pernah
berakhir. Dan selama beberapa waktu memang begitu! Karena spealisasi
itu tidak dipraktekkan secara luas,ketika spealisasi kerja
DEPARTEMENTALISASI
Departementalisasi adalah kegiatan pekerjaan bersama yang harus
dihimpun kembali sehingga berbagai pekerjaan yang terpisah dapat
dikoordinasikan dan diintegrasikan kembali. Bentuk departementalisasi
yaitu departemntalisasi Fungsional, departemntalisasi Geografis,
departemntalisasi Produk, departemntalisasi Proses, dan departemntalisasi
Konsumen.Departementalisasi adalah pengelompokan pekerjaan menjadi
departemen aktivitas pekerjaan yang serupa secara logis berhubungan.,
oleh karena itu merupakan hasil keputusan manajer tentantg aktivitas tadi
dibagi-bagi menjadi tugas atau secara jelasnya adalah Proses
pengelompokkan dan penamaan bagian atau kelompok pekerjaan
berdasarkan kriteria tertentu.
RANTAI KOMANDO
1. Wewenang ialah hak mutlak dalam posisi manajerial untuk
memerintahkan apa yang harus dilakukan stafnya dan mengharapkan
mereka melakukannya
2. Tanggung jawab ialah kewajiiban atau ekspektasi untuk melakukan
suatu tugas.
3. Prinsip kesatuan komando ialah adanya penggabungan satu kesatuan
komando dengan maksud agar tidak terjadinya tuntutan yang saling
tumpang tindih dari beberapa bos yang dapat menyebabkan masalah.
RENTANG PENGENDALIAN
Rentang pengendalian ialah jarak yang seharusnya dimiliki oleh seorang
atasan (manajer) terhadap bawahannya dengan tujuan agar pekerjaan dapat
berjalan efektif dengan hasil efisien.
harus bertanggung jawab atas segala kegiatan kerja dan hasil kinerja dalam
bidang mereka masing-masing. Di organisasi besar struktur tim
melengkapi apa yang lazimnya berupa struktur fungsional atau divisional.
Itu membuat organisasi dapat mempunyai efisiensi birokrasi sekligus
menciptakan fleksibilitas yang diberikan tim.
4. Organisasi pembelajar
Merupakan organisasi yang telah mengembangkan kemampuan untuk
terus-menerus beradaptasi dan berubah. Dalam organisasi pembelajar, para
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
Berikan penjelasan mengenai gambaran organisasi TVRI sesuai dengan teori
atau materi di atas !
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
1. Robbins, S.P, 2003, Perilaku Organization. New jersey: Prentice hall
2. Munandar, A. S., 2010. Psikologi industri dan Organisasi, Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press)
3. Chatab, Nevizond, 2007. Profil Budaya Organisasi; Mendiagnosis Budaya
dan Merancang Perbahaannya. Bandung: Alfabeta
4. Ahmadi, Abu. H. 2009, Psikologi Umum, Jakarta; Rineka Cipta. Cet. 4
5. Mujib, A. dan Mudzakir, J. 2002, Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
MATA KULIAH
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
PERTEMUAN 10:
BUDAYA ORGANISASI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Budaya Organisasi. Melalui Pembahasan
Budaya Organisasi, Anda harus mampu:
10.1 Menjelaskan pengertian Budaya Organisasi.
10.2 Menjelaskan Sumber-Sumber Budaya Organisasi
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 10.1:
Penjelasan Budaya Organisasi
Pengertian
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang
diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam
keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat
satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu
pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan
pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring
dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula
dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara
keseluruhan.
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para
anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi
lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang
dijunjung tinggi oleh organisasi.
oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu
sendiri.
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263),
budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi
berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada
bagian-bagian organisasi.
c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi
bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima
oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk
karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan
anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota
termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji,
berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan
sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan
cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan budaya organisasi dalam
penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota
organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari
para anggota organisasi.
1. Artefak
Artefak merupakan aspek-aspek budaya yang terlihat. Artefak lisan, perilaku, dan
fisik dalam manifestasi nyata dari budaya organisasi
nilai-nilai yang ada di masyarakat (societal values), dan (3) factor-faktor spesifik
dari organisasi, (4) nillai-nilai dari kondisi dominan.
2. Nilai-nilai budaya dan budaya nasional (soctetal values and national culture).
Keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas (misalnya
kebebasan individu, kolektivisme, kesopansantunan, kebersihan, dan
sebagainya).
3. Pelatihan etis
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
ü Berikan Gambaran Budaya Organisasi Popy Darsono dan TVRI !
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
MATA KULIAH
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PERTEMUAN 11:
ASSESSMEN BUDAYA ORGANISASI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Assessmen Budaya Organisasi. Melalui
Pembahasan assessmen Budaya Organisasi, Anda harus mampu:
10.1Menjelaskan pengertian assessmen Budaya Organisasi.
10.2Menjelaskan Metode / pengukuran assessmen Budaya Organisasi
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 10.1:
Penjelasan Assessmen Budaya Organisasi
Assessmen
Proses mengumpulkan informasi yang biasanya digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan yang nantinya akan dikomunikasikan kepada pihak-pihak
terkait oleh asesor” (Nietzel dkk,1998).
Dalam mengukur budaya suatu organisasi, seorang peneliti harus mengamati
sejumlah lapisan. Lapisan-lapisan tersebut beranjak dari yang paling dasar hingga
yang paling mudah dilihat. Lapisan-lapisan tersebut juga turut menentukan
indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian guna meneliti masalah
budaya organisasi. Salah satu kajian Edgar H. Schein mengenai kaitan antara
kepemimpinan dan budaya organisasi secara awal berupaya mengungkap lapisan-
lapisan yang ada di dalam konsep budaya organisasi. Schein membagi lapisan
budaya organisasi menjadi 3 tingkat yaitu : (1) Artifak; (2) Keyakinan dan Nilai;
dan (3) Asumsi-asumsi.[12] Secara berurutan, artifak lebih mudah diamati
ketimbang keyakinan dan nilai, sementara keyakinan dan nilai lebih mudah
diamati ketimbang asumsi-asumsi.
Tipologi budaya organisasi lainnya dibuat oleh dua peneliti Kim S. Cameron and
Robert E. Quinn. Keduanya membagi tipologi organisasi ke dalam 4 kuadran
yaitu : (1) Klan; (2) Hirarki; (3) Adokrasi; dan (4) Market-Oriented.[31] Kuadran
dari tipologi Cameron and Quinn sebagai berikut:
Gambar 11.1 Kuadran Tipologi Budaya Organisasi versi Cameron and Quinn
Cameron and Quinn berbeda dengan Goffee and Jones karena menyertakan
kalkulasi masalah eksternal organisasi. Tipologi ini dibangun lewat kerangka
nilai-nilai yang berkembang di dalam budaya suatu organisasi dan sebab itu
disebut pula sebagai “Competing Value Model.” Cameron and Jones telah
mengembangkan alat ukur khusus untuk mengukur tipologi di atas dan terkenal
dengan sebutan OCAI (Organizational Culture Assessment Instrument).
Alat ukur OCAI tersebut terdiri dari 24 item pertanyaan dengan 6 indikator.
Keenam indikator tersebut adalah: [32]
3. Manajemen pegawai;
4. Perekat organisasi;
5. Titik tekan strategis; dan
6. Kriteria keberhasilan organisasi.
1) KUESIONER: OCAI
Kuesioner ini bermanfaat untuk mengetahui budaya organisasi. Tidak ada
jawaban benar maupun salah. Agar kami dapat mengevaluasi diri dengan lebih
baik, silakan menjawab sesuai dengan yang Bapak/Ibu rasakan selama bekerja di
Perusahaan ini. Tujuan kuesioner ini adalah untuk memahami pengelolaan budaya
organisasi yang sesuai di Perusahaan ini. Terimakasih.
Kuesioner:
1. Tempat dan tanggal lahir:
__________________________________________________
3. Divisi/Bagian/Seksi:
______________________________________________________
4. Jabatan:
________________________________________________________________
6. Pendidikan terakhir: (a) D3, (b) S1, (c) S2, (d) S3 (e) Lain – Lain, sebutkan
__________
Cara Penilaian:
I. Kolom saat ini:
1. Setiap pertanyaan terbagi atas 4 alternatif (A, B, C, D)
2. Beri nilai pada keempat alternative tersebut sesuai dengan penilaian Anda
terhadap kondisi organisasi anda saat ini
3. Jumlah dari keempat nilai tersebut harus 100
4. Beri nilai tertinggi pada alternative yang paling sesuai dengan organisasi
Anda
II. Kolom yang diharapkan:
1. Anda mengisi kolom ini dengan kondisi yang menurut Anda sebaiknya
dicapai oleh organisasi ini dalam 2 tahun mendatang
2. Cara pengisiannya sama seperti pada kolom saat ini.
3. Berikut ini adalah CONTOH CARA PENGISIAN
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
Berikan Gambaran Budaya Organisasi PT POS jika dilihat dengan tipe
pengukuran menurut Cameron!
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
MATA KULIAH
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
PERTEMUAN 12:
KEPUASAN KERJA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian kepuasan kerja dan
pengukuran kepuasan kerja. Melalui risetasi, Anda harus mampu:
12.1. Memahami pengertian Kepuasan kerja .
12.2. Mengetahui pengukuran kepuasan kerja.
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 12.1:
Pengertian Kepuasan Kerja
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
Kasus :
Karyawan pabrik (karyawan kontrak) yang bekerja lembur hingga malam hari
dan sudah bekerja maksimal ternyata tidak menjadikan karyawan tersebut
sebagai karyawan tetap, dan gajinya pun tidak sesuai dengan harapanya.
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
MATA KULIAH
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
PERTEMUAN 13:
ETOS KERJA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian etos kerja dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Melalui risetasi, Anda harus mampu:
13.1. Memahami pengertian etos kerja .
13.2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya etos kerja.
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 13.1:
Pengertian Etos Kerja
Dalam era globalisasi, persaingan kerja yang semakin meningkat memaksa setiap
orang untuk menguasai keahlian dan kemampuan tertentu (Wills, 1993). Untuk
dapat menjawab tantangan ini diperlukan adanya dedikasi, kerja keras dan
kejujuran dalam bekerja. Menurut Anoraga (1992) manusia yang berhasil harus
memiliki pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai sesuatu yang luhur
untuk eksistensi manusia. Suatu pandangan dan sikap demikian dikenal dengan
istilah Etos Kerja. Dewasa ini Etos Kerja merupakan topik yang kembali hangat.
Telah sekian lama Indonesia selalu berkutat dengan masalah korupsi, ”jam karet”,
asal kerja, semrawut dan predikat negatif lainnya. Berbeda dengan kondisi di
negara Jepang, yang menjadikan kerja sebagai sesuatu yang sangat mulia, dan
kualitas kerja merupakan nilai-nilai penting yang didasari spiritualitas agama
(Anoraga, 1992). Suatu opini untuk menggambarkan kondisi Etos Kerja bangsa
kita saat ini dinyatakan oleh Muhtadi (2005) bahwa kondisi masyarakat kita
kurang memiliki Etos Kerja. Secara khusus Muhtadi menyoroti kondisi perguruan
tinggi dan sekolah di Indonesia. Sebagai lingkungan organisasi yang berfokus
pada tujuan utama mendidik serta mengembangkan ilmu pengetahuan, perguruan-
perguruan tinggi dan sekolah-sekolah sering ditemui sebagai organisasi yang
kurang efektif dalam mencapai sasarannya karena kinerja individu-individu yang
terlibat didalamnya tidak didukung oleh Etos Kerja yang baik. Sepertinya Etos
Kerja di Indonesia relatif masih belum tinggi. Untuk dapat meningkatkan Etos
Kerja ini, diperlukan adanya suatu sikap yang menilai tinggi pada kerja keras dan
sungguhsungguh. Karena itu perlu ditemukan suatu dorongan yang tepat untuk
memotivasi dan merubah sikap rakyat kita. Nilai-nilai sikap dan faktor motivasi
yang baik menurut Anoraga (1992) bukan bersumber dari luar diri, tetapi yang
tertanam/terinternalisasi dalam diri sendiri, yang sering disebut dengan motivasi
intrinsik.
Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti
’tempat hidup’. Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau
kebiasaan. Sejalan dengan waktu, kata etos berevolusi dan berubah makna
menjadi semakin kompleks. Dari kata yang sama muncul pula istilah Ethikos yang
berarti ’teori kehidupan’, yang kemudian menjadi ’etika’. Dalam bahasa Inggris
Etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa pengertian antara lain ‘starting point',
'to appear', 'disposition' hingga disimpulkan sebagai 'character'. Dalam bahasa
Indonesia kita dapat menterjemahkannya sebagai ’sifat dasar’, ’pemunculan’ atau
’disposisi/watak’. Aristoteles menggambarkan etos sebagai salah satu dari tiga
mode persuasi selain logos dan pathos dan mengartikannya sebagai ’kompetensi
moral’. Tetapi Aristoteles berusaha memperluas makna istilah ini hingga
’keahlian’ dan ’pengetahuan’ tercakup didalamnya. Ia menyatakan bahwa etos
hanya dapat dicapai hanya dengan apa yang dikatakan seorang pembicara, tidak
dengan apa yang dipikirkan orang tentang sifatnya sebelum ia mulai berbicara.
Disini terlihat bahwa etos dikenali berdasarkan sifat-sifat yang dapat terdeteksi
oleh indera. Webster Dictionary mendefinisikan etos sebagai; guiding beliefs of a
person, group or institution; etos adalah keyakinan yang menuntun seseorang,
kelompok atau suatu institusi. A. S. Hornby (1995) dalam The New Oxford
Advances Learner’s Dictionary mendefinisikan etos sebagai; the characteristic
spirit, moral values, ideas or beliefs of a group, community or culture;
karakteristik rohani, nilai-nilai moral, ide atau keyakinan suatu kelompok,
komunitas, atau budaya. Sedangkan dalam The American Heritage Dictionary of
English Language, etos diartikan dalam dua pemaknaan; 1) the disposition,
character, or attitude peculiar to a specific people, culture or a group that
Etos Kerja, menurut Mochtar Buchori (1994: 6-7) dapat diartikan sebagai
sikap dan pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja; ciri-ciri atau sifat-sifat
mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang, suatu kelompok manusia atau suatu
bangsa. Ia juga menjelaskan bahwa etos kerja merupakan bagian dari tata nilai
individualnya. Demikian pula etos kerja suatu kelompok masyarakat atau bangsa,
ia merupakan bagian darai tata nilai yang ada pada masyarakat atau bangsa
itu. Jadi dapat kita tangkap maksud yang berujung pada pemahaman bahwa etos
kerja merupakan karakter dan kebiasaan berkenaan dengan kerja yang terpancar
dari sikap hidup manusia yang mendasar terhadapnya. Dan dapat kita mengerti
bahwa timbulnya kerja dalam konteks ini adalah karena termotivasi oleh sikap
hidup mendasar itu. Etos kerja dapat berada pada individu dan masyarakat.
yang berbasis ajaran agama, dalam hal ini etos kerja islami. Tentang bagaimana
etos kerja dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, kenyataannya
bukan sesuatu yang mudah. Sebab, realitas kehidupan manusia bersifat dinamis,
majemuk, berubah-ubah, dan antara satu orang dengan lainnya punya latar
belakang, kondisi sosial dan lingkungan yang berbeda. Perubahan sosial-ekonomi
seseorang dalam hal ini juga dapat mempengaruhi etos kerjanya. Di samping
terpengaruh oleh faktor ekstern yang amat beraneka ragam, meliputi faktor fisik,
lingkungan, pendidikan dan latihan, ekonomi dan imbalan, ternyata ia juga sangat
dipengaruhi oleh faktor intern bersifat psikis yang begitu dinamis dan sebagian di
antaranya merupakan dorongan alamiah seperti basic needs dengan berbagai
hambatannya. Ringkasnya, etos kerja seseorang tidak terbentuk oleh hanya satu
dua variabel. Proses terbentuknya etos kerja (termasuk etos kerja islami), seiring
dengan kompleksitas manusia yang bersifat kodrati, melibatkan kondisi,
prakondisi dan faktor-faktor yang banyak: fisik biologis, mental-psikis, sosio
kultural dan mungkin spiritual transendental. Jadi, etos kerja bersifat kompleks
serta dinamis.
Untuk memberikan keterangan lebih jelas bagaimana etos kerja manusia
terbentuk, baik yang tanpa keterlibatan agama maupun yang bersifat islami secara
sederhana (tanpa menyertakan faktor-faktor yang mempengaruhi) dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Paradigma terbentuknya etos kerja islami. Etos kerja islami terpancar
dari sistem keimanan/aqidah Islam berkenaan dengan kerja. Aqidah itu terbentuk
oleh ajaran wahyu dan akal yang bekerjasama secara proporsional menurut fungsi
masing-masing (Ahmad Janan Asifudin: 2004: 32).
Dua gambar di atas menerangkan bagaimana etos kerja non agama (gambar 1) dan
etos kerja islami (gambar 2) terbentuk secara garis besar tanpa menyertakan
persoalan atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi, seperti yang mendorong,
menghambat atau menggagalkannya. Ternyata etos kerja itu bukan sesuatu yang
didominasi oleh urusan fisik lahiriah. Etos kerja merupakan buah atau pancaran
dari dinamika kejiwaan pemiliknya atau sikap batin orang itu. Membayangkan
etos kerja tinggi tanpa kondisi psikologis yang mendorongnya mirip dengan
membayangkan etos kerja robot atau makhluk tanpa jiwa. Dalam konteks ini,
tentu bukan etos kerja demikian yang dikehendaki. Lebih dari itu perlu dijadikan
catatan penting bahwa manusia adalah makhluk biologis, sosial, intelektual,
spiritual dan pencari Tuhan (Prajudi Atmosudirdjo, 1997: 32). Ia berjiwa dinamis.
Oleh karena itu, manusia dalam hidupnya termasuk dalam kehidupan kerjanya
sering mengalami kesukaran untuk membebaskan diri dari pengaruh faktor-faktor
tertentu, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Yang bersifat internal
timbul dari faktor psikis misalnya dari dorongan kebutuhan, frustrasi, suka atau
tidak suka, persepsi, emosi, kemalasan, dan sebagainya. Sedangkan yang bersifat
eksternal, datangnya dari luar seperti faktor fisik, lingkungan alam, pergaulan,
budaya, pendidikan, pengalaman dan latihan, keadaan politik, ekonomi, imbalan
kerja, serta janji dan ancaman yang bersumber dari ajaran agama. Kesehatan pun
memainkan peranan amat penting.
pakar ilmu sosial. Mereka berpendapat iklim berpengaruh terhadap etos kerja
penduduk. Negara yang berlokasi di daerah subtropik mempunyai iklim yang
merangsang warganya untuk bekerja lebih giat. Sebaliknya negara-negara yang
terletak di sekitar khatulistiwa, karena iklimnya panas, menyebabkan warga
negaranya kurang giat bekerja dan lebih cepat lelah. David C. McClelland
menyatakan teori ini mengandung banyak kelemahan. Teori ini tidak mampu
menjelaskan mengapa negara-negara yang iklimnya relatif tidak berbeda, ternyata
pertumbuhan ekonominya berbeda. Kalau kita analisis lebih cermat, pendapat
Miller dan Form, mungkin mengandung kebenaran meskipun tidak seluruhnya.
Apa yang dikemukakan oleh McClelland juga serupa itu. Karena faktor-faktor
yang melatarbelakangi manusia giat bekerja atau sebaliknya, hakikatnya tidak
terbatas pada hanya satu, dua, atau tiga faktor. Demikian pula berkenaan dengan
teori-teori lain yang menonjolkan faktor ras, penyebaran budaya, dan
sebagainya. Masing-masing tidak ada yang menjadi satu-satunya faktor penyebab,
tetapi sangat mungkin masing-masing ikut memberikan pengaruh dan ikut
berperan dalam terbentuknya etos kerja.
Manusia memang makhluk yang sangat kompleks. Ia memiliki rasa suka,
benci, marah, gembira, sedih, berani, takut, dan lain-lain. Ia juga mempunyai
kebutuhan, kemauan, cita-cita, dan angan-angan. Manusia mempunyai dorongan
hidup tertentu, pikiran dan pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan sikap
dan pendirian. Selain itu, ia mempunyai lingkungan pergaulan di rumah atau
tempat kerjanya. Realitas sebagaimana tersebut di atas tentu mempengaruhi
dinamika kerjanya secara langsung atau tidak. Sebagai misal rasa benci yang
terdapat pada seorang pekerja, ketidak cocokan terhadap atasan atau teman satu
tim, keadaan seperti itu sangat mungkin untuk menimbulkan dampak negatif pada
semangat, konsentrasi, dan stabilitas kerja orang bersangkutan. Sebaliknya, rasa
suka pada pekerjaan, kehidupan keluarga yang harmonis, keadaan sosio-kultural,
sosial ekonomi dan kesehatan yang baik, akan sangat mendukung kegairahan dan
aktivitas kerja. Orang yang bekerja sesuai dengan bidang dan cita-cita
dibandingkan dengan orang yang bekerja di luar bidang dan diluar kehendak
mereka, niscaya tidak sama dalam antusias dan ketekunan kerja masing-
masing. Sejumlah pakar psikologi menyatakan, perilaku adalah interaksi antara
faktor kepribadian manusia dengan faktor2 yang ada di luar dirinya (faktor
lingkungan).
Motivasi yang berperan dalam proses terbentuknya etos kerja ternyata
tidak tunggal, melainkan lebih dari satu bahkan bisa banyak dan saling
berinteraksi antara satu dengan lainnya. Jadi, ia bersifat kompleks dan dinamis.
Sedangkan faktor-faktor yang dapat berpengaruh dalam proses itu jelas
tidak sedikit meliputi faktor dalam dan faktor luar. Sistem pemahaman keimanan
atau aqidah islami juga termasuk menjadi landasan yang sangat penting.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Setelah mempelajari Etos Kerja dalam ilmu psikologi di atas, coba uraikan
secara jelas faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi timbulnya etos
kerja pada seseorang?
2. Jepang dikenal memiliki etpos kerja dengan istilah “etos kerja samurai”,
kemudian Jerman dan Negara –negara lain di Eropa juga memiliki etos kerja
yang tinggi pula. Sebaliknya bangsa Indonesia adalah negara yang kaya dan
merupakan bangsa yang besar. Indonesia dikarunia sumber daya alam yang
melimpah ruah dan jumlah penduduk yang besar. Dan itu merupakan modal
untuk mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Namun pada
Kenyataannya rakyat miskin bertambah banyak, pengangguran semakin
meningkat, dan banyak anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk
bersekolah. Menurut Anda, etos kerja seperti apakah yang diperlukan oleh
masyarakat Indonesia sekarang ini?
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
MATA KULIAH
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
PERTEMUAN 14:
EVALUASI KINERJA / PRESTASI KERJA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian Prestasi kerja dan
pengukuran prestasi kerja. Melalui risetasi, Anda harus mampu:
14.1. Memahami pengertian prestasi kerja .
14.2. Mengetahui pengukuran prestasi kerja.
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 14.1:
Pengertian prestasi Kerja
Prestasi kerja Sebagai suatu keberhasilan dari individu dalam suatu tugas
pekerjaannya. (Maier, 1965)
“Successful role achievment” diperoleh dari hasil pekerjaan yang
dikerjakan oleh individu. (Porter & Lawler, 1967)
Prestasi kerja merupakan hasil yang dicapai oleh seorang individu untuk
ukuran yang telah ditetapkan dalam suatu pekerjaan
Pengukuran atau Penilaian prestasi kerja adalah proses melalui mana organisasi-
organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan
Manfaat:
Memperbaiki keputusan-keputusan personalia
Umpan balik kepada karyawan
(Hani Handoko, 1985: 99)
Manfaat penilaian prestasi kerja :
1. Perbaikan prestasi kerja.
2. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi.
3. Keputusan-keputusan penempatan.
4. Kebutuhan latihan dan pengembangan.
5. Perencanaan dan pengembangan karier.
6. Penyimpangan-penyimpangan proses staffing.
7. Ketidak akuratan informasional.
8. Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan.
9. Kesempatan kerja yang adil.
10. Tantangan eksternal
Sumber: Hani Handoko, 1985: 99-100).
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
Wacana:
Toni telihat pintar dan selalu ingin melakukan yang terbaik dalam menyelesaikan
pekerjaan. Dalam kesehariannya, Toni selalu memberikan ide-ide baru kepada
rekan kerja atau team worknya agar target yang ditetapkan perusahaan dapat
terpenuhi. Toni berharap dengan ide-idenya, ia bisa menjadi leader untuk rekan
kerjanya. Suatu ketika ide Toni ditolak oleh team worknya karena pertimbangan
manajemen perusahaan. Toni merasa, penolakan terhadap idenya tersebut
menunjukkan bahwa rekan kerjanya tidak perduli dengan keberhasilan atau
perkembangan perusahaan.
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku