Disusun Oleh:
Mera Fitri Yani
22130038
Dunia psikologi industry dan organisasi yang menjadi factor utama adalah
prilaku manusia dalam work setting.Sumber daya manusia merupakaan elemen penting
dalam Perusahaan yang tidak bisa diabaikan,karena sumber daya manusia sangat
berperan dalam tercapai tujuan organisasi.Organisasi yang memiliki sumber daya
manusia yang baik akan menjadikan organisasi mempunyai kekuatan untuk
menghadapi persaingan (Cusway.,2002).
Industri dan Organisasi mulai dikenal pada tahun 1903-an ketikaWalter Dill
Scott menulis tentang "The Teory of Advertising", dimana inilah awaldi aplikasikannya
ilmu psikologi dalam bisnis, dan tepatnya pada tahun 1913, pada saat Hago
Munsterberg menulis "Psychology and Industrial Efficiency".Psikologi Industri dan
Organisasi telah dicatat secara resmi lahir pada awal tahun1900-an (Sutarto Wijono,
2010).
Pada tahun 1930 an, ilmu psikologi industri dan organisasi mulaimengarah pada
persoalan sumber daya manusia yang meliputi seleksi dan penempatan karyawan.
Berdasarkan hasil penemuan dari studi Hawthorne, psikologi menjadi terlibat dalam
kegiatan yang mengarah pada kualitaslingkungan kerja dan juga sikap atau perilaku
karyawan (Sutarto Wijono, 2010).
Kemudian pada periode berikutnya yakni pada tahun 1980-an dan 1990-an,
terjadi beberapa perubahan utama dalam psikologi industri dan organisasi,sebagai
berikut:
1. Di era ini teknologi mulai berkembang dan semakin canggih, hal tersebut juga
mempengaruhi teknik analisis dan metode statistik dalam psikologiindustri dan
organisasi. Pada periode ini jurnal-jurnal terkait psikologiindustri dan organisasi
mulai dipublikasikan. Artikel yang dipublikasikan 2 juga menggunakan metode
penelitian yang lebih luas dan dalam jika di bandingkan dengan artikel-artikel
pada tahun 1960-an.
2. Perubahan yang terjadi memberi perhatian dalam pengaplikasian
psikologikognitif dalam Industri.
3. Para ahli semakin agresif dalam mengembangkan metode-metode
penyeleksian karyawan melalui tes psikologi dan tes kepribadian (sutarto
wijono, 2010)
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
B. SEJARAH DAN LATAR BELAKANG TINGKAH LAKU
ORGANISASI
Tingkah laku manusia pada dasarnya adalah cermin yang paling sederhana dari
motivasi sederhana mereka. Setiap manusia memiliki cita-cita tentang dirinya sendiri,
mau jadi apa dan di mana tempat dia hidup dan bekerja. Secara keseluruhan, tingkah
lakunya dituntun oleh keinginan untuk mewujudkan diri sendiri sesuai dengan apa yang
diharapkan. Dalam suatu organisasi (industri), misalnya perusahaan dapat menjadi
tekanan bagi seseorang bila keadaan menuntut darinya untuk bertindak berlawanan
dengan apa yang dianggapnya sebagai kepentingan sendiri.
Tingkah laku organisasi sampai pada abad ke-19 (Kartono, 2002) yang disebut
sebagai periode Palaeoteknik (palaio = tua, abad yang banyak menggunakan unsur
batubara, besi dan mesin uap; merupakan periode awal tumbuhnya industri dengan
metode kerja yang tua) sangat memprihatinkan. Manusia dianggap sebagai “gerigi”
bagi mesin industri, tidak ubahnya dengan sebuah “mur” dari mesin pabrik; atau
dianggap sebagai satu “nomor” dalam sistem perangkatan, dengan mendapatkan gaji
sangat minim. Berpuluh-puluh ribu wanita dan anak di bawah umur diperas tenaganya
untuk bekerja di pabrik-pabrik sebagai buruh tenaga murah dengan mendapatkan
perlakuan yang sangat kejam dan tidak manusiawi.
Kaum lemah dieksploitir sampai batas optimum tanpa rasa belas kasihan. Kaum
buruh dianggap sebagai social animal yang terpaksa dan dipaksa bekerja, kalau dia
tidak mau mati. Pada masa itu harga manusia lebih murah dari pada mesinmesin pabrik.
Di sisi lain para buruh harus mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan pabrik dan
kondisi dari mesin-mesin kalau mereka ingin tetap bertahan hidup.
Fungsi buruh pada saat itu ialah memproduksi barang. Semakin banyak dia
menghasilkan produk kerja, semakin unggul atributnya. Sedangkan tujuan utama dari
pabrik dan perusahaan ialah memprodusir hasil yang sebanyak-banyaknya, dengan
mengeluarkan ongkos yang seminimal mungkin tanpa memperhatikan kondisi
sosial para buruh.
Ditinjau dari segi bahasa, istilah psikologi berasal dari “psyche” yang diartikan
“jiwa” dan “logos” yang berarti “ilmu” atau “ilmu pengetahuan”. Karena itu psikologi
sering diartikan dengan ilmu pengetahuan tentang jiwa atau disingkat ilmu jiwa.
Sementara ahli ada yang kurang sependapat bahwa psikologi diartikan dengan ilmu
jiwa. Gerungan (dalam Bimo, 2004) menjelaskan penggunaan kedua istilah tersebut,
sebagai berikut:
a. Ilmu jiwa merupakan istilah bahasa Indonesia sehari-hari dan dikenal tiap-tiap
orang, sehingga penggunaan ilmu jiwa dapat digunakan karena artinya yang luas
dan sudah lazim dipahami orang. Sedangkan kata psikologi merupakan suatu istilah
“ilmu pengetahuan” suatu istilah yang scientific, ilmu jiwa yang bercorak ilmiah
tertentu.
3
b. Ilmu jiwa digunakan dalam istilah yang lebih luas daripada istilah psikologi. Ilmu
jiwa meliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan, tetapi juga segala
khayalan dan spekulasi mengenai jiwa itu sendiri. Psikologi meliputi ilmu
pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode
metode ilmiah yang memenuhi syarat-syaratnya dan dimufakati sarjana-sarjana
psikologi pada zaman sekarang. Istilah ilmu jiwa menunjukkan kepada ilmu jiwa
pada umumnya, sedangkan istilah psikologi menunjukkan ilmu jiwa yang ilmiah
menurut norma-norma ilmiah yang modern.
Sudut pandang yang diberikan oleh Gerungan dapat dipahami bahwa ada segi
perbedaan antara ilmu jiwa dan psikologi. Psikologi merupakan ilmu jiwa yang ilmiah,
yang scientific. Artinya dalam mempelajari psikologi harus dari sudut ilmu, psikologi
sebagai suatu science. Psikologi sebagai suatu ilmu, merupakan pengetahuan yang
diperoleh dengan penelitian-penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah adalah penelitian yang
dijalankan secara terencana, sistematis, terkontrol dan dalam psikologi dilakukan
berdasarkan data empiris.
Pengertian psikologi menurut Menurut Woodworth dan Marquish (dalam Anoraga
dan Suyati, 1995): Psychology can be defined as the science of the activities of the
individual. The word “activity” is used here in very broad sense. It includes not only
motor activities like walking and speaking, but also cognitive (knowledge getting)
activities like seeing, hearing, remembering and thinking, and emotional activities like
laughing and crying, and feeling or sad.
Psikologi dalam sudut pandang Woodworth dan Marquish menggambarkan bahwa
psikologi mempelajari aktivitas-aktivitas individu. Aktivitas-aktivitas (dalam
pengertian lain tingkah laku) yang dapat dipelajari tidak hanya aktivitas motorik seperti
berjalan dan berbicara, tetapi juga aktivitas kognitif seperti melihat, mendengar, dan
berfikir. Dan aktivitas emosional seperti tertawa dan menangis, perasaan dan bersedih.
Berdasarkan uraian pengertian dari psikologi di atas, dapat difahami bahwa
psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Meskipun jiwa tidak
nampak, tetapi dapat dipelajari melalui observasi terhadap tingkah laku atau aktivitas-
aktivitas yang merupakan manifestasi dari kehidupan jiwa. Misalnya orang yang
sedang menggerutu, adalah pertanda bahwa orang itu sedang tidak senang dalam
hatinya; orang yang nampaknya terburu-terburu dapat difahami bahwa ada sesuatu
yang harus segera dilakukan.
Ilmu psikologi industri dan organisasi (I/O) menurut Munsterberg (dalam Berry
1998) adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam dunia kerja.
Munandar (2001) memberikan pengertian yang lebih rinci bahwa ilmu psikologi I/O
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam perannya sebagai tenaga
kerja dan sebagai konsumen, baik secara perorangan maupun secara kelompok, dengan
maksud agar temuannya dapat diterapkan dalam industri dan organisasi untuk
kepentingan dan kemanfaatan bersama. Tingkah laku I/O di pusatkan pada tingkah laku
4
‘terbuka’, yang secara langsung dapat diamati. Sedangkan tingkah laku yang tertutup
dapat disimpulkan melalui ungkapannya ke dalam tingkah laku terbuka. Sebagai
contoh, tenaga kerja yang senang dengan pekerjaannya akan memperlihatkan berbagai
macam tingkah laku yang mencerminkan kesenangannya, meskipun sibuk dalam
menjalankan tugasnya, wajahnya tetap nampak cerah, dalam jam istirahat berbicara
tentang pekerjaannya dengan rekannya, tidak menunggu jam pulang kerja. Apabila
ditanya tentang pekerjaannya ia menjawab dengan gairah semua pertanyaan. Melalui
observasi dari perilakunya yang terbuka dapat ditafsirkan perilakunya yang tertutup.
Tingkah laku manusia dalam perannya sebagai tenaga kerja dan sebagai konsumen di
pelajari di dalam lingkungan kerjanya. Dalam pengertian ini manusia dipelajari di
dalam interaksinya dengan pekerjaannya, dengan lingkungan kerja fisiknya dengan
lingkungan sosialnya di pekerjaan. Apabila sebagai tenaga kerja manusia menjadi
anggota organisasi industrinya, maka sebagai konsumen manusia menjadi pengguna
(user) dari produk atau jasa dari organisasi perusahaan. Sedangkan tingkah laku
manusia dipelajari secara perorangan maupun secara kelompok, dengan asumsi bahwa
dalam suatu organisasi industri terdapat berbagai unit kerja. Unit kerja yang besar
(divisi) terdiri dari unit kerja yang lebih kecil yang masing-masing terdiri dari unit-unit
kerja yang lebih kecil lagi dan seterusnya. Dalam hal ini yang dipelajari sejauh mana
dampak satu kelompok atau unit kerja terhadap tingkah laku tenaga kerja dan
sebaliknya. Juga dipelajari sejauh mana struktur, pola dan jenis organisasi mempunyai
pengaruh terhadap tenaga kerjanya, terhadap sekelompok tenaga kerja, dan terhadap
seorang tenaga kerja. Dalam hal konsumen, masalah yang dipelajari seperti, sejauh
mana ada reaksi yang sama dari kelompok konsumen dengan ciri-ciri tertentu terhadap
iklan suatu produk. Setelah mempelajari tingkah laku manusia dalam dunia kerja, baik
tingkah laku tenaga kerja dan konsumen; secara perorangan maupun secara kelompok
maka berdasarkan temuan-temuannya dapat dikembangkan teori, aturan-aturan atau
hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan kembali ke dalam
kegiatankegiatan industri dan organisasi untuk kepentingan tenaga kerja, konsumen dan
organisasinya dan untuk menguji ketepatannya.
Persoalan pokok dalam psikologi I/O menyertakan variasi tingkah laku yang
terjadi dalam setting kerja. Kita semua belajar tentang bagaimana komposisi kerja itu
5
sendiri, dan garis produksi sampai manajemen eksekutif. Kita mencari cara bagaimana
memperbaiki proses seleksi orang untuk jenis pekerjaan tertentu. Kita dapat mendisain
dan mengevaluasi program pelatihan, pengembangan karir, dan konselling kerja. Kita
juga menaruh perhatian terhadap motivasi kerja, hadiah bagi kualitas kerja dan
kepuasan kerja. Problem-problem kerja itu sendiri dapat berupa penyalah gunaan
alkohol, stress kerja, serta pelecahan seksual yang sangat membutuhkan solusi dari
psikologi I/O. Melalui penerapan psikologi I/O, Kita juga berusaha untuk memahami
dan memperbaiki kepemimpinan dan supervisi. Dan Kita juga mengembangkan kondisi
kerja yang mampu mengakomodasi pekerja-pekerja individual.
6
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN