Anda di halaman 1dari 2

MAKALAH KASUS FAST FASHION

Mata Kuliah Etika Bisnis dan Tata Kelola Perusahaan


Dosen Pengampu : Dra. Yunia Afiatin, M.M.

Oleh:
Harun Ahmad Naufal (2142530043)

POLITEKNIK NEGERI MALANG


A. FAST FASHION
Banyak dari kita telah mengetahui bahwa brand-brand seperti ZARA, H&M, dan UNIQLO
serta STRADIVARIUS merupakan brand baju ternama dengan omset yang luar biasa.
Brand-brand ini merupakan pemimpin dari Fast Fashion. Fast Fashion sendiri
merupakan istilah di bidang tekstil untuk brand dengan perputaran produk yang sangat
cepat namun menggunakan bahan sintetis untuk menekan biaya. Fast Fashion memiliki
pabrik tersendiri begitu pula di Indonesia dimana perusahaan yang memiliki perputaran
produk yang sangat cepat ini tidak jarang melakukan produksi massal. Akibatnya, bila
terjadi kelebihan produksi akan menjadi sampah dan mencemari lingkungan. Tak hanya
itu bahan sintetis yang umum digunakan dalam produksi sulit untuk terurai. Brand Fast
Fashion mengutamakan kuantitas mereka daripada kualitas dikarenakan pergantian tren
yang begitu cepat. Tak heran barang dengan harga murah ini bisa rusak dalam
pemakaian 2 bulan. Sisi gelap lain Fast Fashion ialah banyaknya kasus kerja paksa
dengan upah yang tidak sepadan hingga pekerja di bawah umur.

B. Tinjauan Teori
Dalam kajian teori teleologi egoisme banyak sekali kesamaan yang bisa kita Tarik.
Dimana para pengusaha lebih mementingkan keuntungan dari bisnisnya. Hal ini juga
masuk kedalam teori keutamaan dimana teori ini mendefinisikan watak seseorang
berperilaku tidak dijelaskan apakah itu baik ataupun bermoral karena ada tujuan utama
yang harus ia capai. Meski terdapat segudang hal tak bermoral dalam Fast Fashion,
terdapat sisi lain yang terkadang tak orang perhatikan. Tidak semua orang mampu untuk
membeli pakaian organik ramah lingkungan yang dijahit dengan dedikasi dan dengan
upah yang adil.

C. Solusi
Brand-brand seperti ZARA, H&M, dan Berhska telah memiliki program untuk mengatasi
limbah Fast Fashion. Untuk mereka yang memiliki pakaian yang tak digunakan bisa
mengajukan diri untuk mengikuti program ini yang mana pakaian tak terpakai itulah
yang akan disalurkan kepada Lembaga-lembaga yang telah bekerja sama dengan brand-
brand tersebut. Selain dari pihak brand kita sebagai konsumer juga harus pintar. Jika kita
masih memiliki pemikiran “pakai rusak buang” dampak dari Fast Fashion akan semakin
menjadi. Kita harus merubah pemikiran tersebut dan memakai barang-barang yang
lebih tahan lama. Dengan ramainya penggunaan barang tahan lama atau Slow Fahion,
demand akan Fast Fashion akan menurun sehingga produksi massal dari Perusahaan
akan menurun

Anda mungkin juga menyukai